AliranBanjir Lahar Lahar Hujan

IV-5 rendah dibanding batuan sekitarnya, leburan material ini mendesak naik ke permukaan bumi sebagai magma. Batuan G. Merapi tergolong andesit-basaltik. Komposisi berdasarkan kandungan silika ini sangat terkait dengan sifat fisis dan rheologi dari magma itu sendiri dan berpengaruh pada proses transportasinya ke permukaan. Mengenai kandungan volatilenya, magma G. Merapi termasuk dalam magma dengan kandungan volatile rendah. Karena itulah kebanyakan erupsi G. Merapi tidak explosif. Aktivitas Gunung Merapi dicirikan oleh pertumbuhan kubah lava. Pertumbuhan kubah secara terus menerus menyebabkan tinggi kubah melampaui tinggi dindingnya. Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara tinggi kubah dan volume kubah mengakibatkan terjadinya longsor. Longsornya kubah lava dalam volume yang besar didukung oleh keadaan kemiringan lereng Gunung Merapi yang terjal menyebabkan terjadinya awanpanas yang meluncur dengan kecepatan tinggi ~100 kmjam dalam radius yang cukup jauh. Salah satu keunikan Gunung Merapi adalah memiliki penduduk yang tinggal di kawasan rawan bencana KRB III di semua sektor. Dusun yang paling dekat berada pada jarak 3,5 km dari Puncak Merapi. Umumnya penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani dan peternak sehingga bahaya gunungapi ini tidak hanya berbahaya terhadap penduduk tetapi juga pada lahan pertanian dan ternak. Erupsi Gunung Merapi tahun 1994 telah menyebabkan 66 korban jiwa manusia yang terkena luncuran awanpanas di sektor selatan K. Boyong. Peta kawasan rawan bencana disajikan pada Gambar 4.4 . Tabel 4.1. Indeks Ancaman Erupsi G. Merapi Kawasan Rawan Bencana Kelas Nilai Bobot Skor KRB II Sedang 2 100 0.666667 KRB III Tinggi 3 1.000000

IV.2. AliranBanjir Lahar Lahar Hujan

Bencana alam yang disebabkan oleh aliran sedimen misalnya: pasir, lahar hujan, tanah luruh yang berlebihan seringkali terjadi di Indonesia. Bencana lahar hujan juga mengakibatkan kerugian infrastruktur dan korban jiwa. Bencana sedimen akibat aliran lahar hujan, tanah longsor, dan tanah gerak terjadi karena sumber lahar hujan luruh yang tidak stabil terdiri dari material bahan rombakan bersifat lepas yang dipicu dengan intensitas hujan yang tinggi. IV-6 Penyebab Terjadinya Aliran Lahar hujan sbb: a. Material ; berupa bebatuan dengan berbagai ukuran dan batang-batang kayu dilembah atau lereng gunung sebagai material dasar bahan rombakan. b. Air ; sebagai media pengangkut, berasal dari air hujan dengan intensitas sedang- tinggi dengan durasi yang cukup. c. Kemiringan ; merupakan kemiringan dasar sungai atau lembah yang curam sebagai media gravitasi. Fenomena Terjadinya Aliran Lahar hujan sbb: a. Runtuhan Tebing ; tebing gunung runtuh akibat hujan dengan intensitas tinggi dan durasi yang cukup sehingga mengakibatkan material lepas, hasil runtuhan tersebut bercampur air mengalir menuruni lereng dan lembah sebagai aliran lahar hujan. Gambar 4.1. Ilustrasi Runtuhan Tebing b. Runtuhan Pembendung Alam ; bendung alam yang terbentuk oleh timbunan material lepas dari runtuhan tebing atau lereng, runtuh akibat limpasan overflow atau rembesan piping meluncur melalui lembah atau alur yang ada sebagai aliran lahar hujan. c. Peluruhan Lahar hujan ; endapan lahar hujan dilembah atau dilereng bercampur dengan air hujan dalam volume yang cukup besar sehingga mampu mengalir menuruni lembah sebagai aliran lahar hujan IV-7 Gambar 4.2. Ilustrasi Peluruhan Lahar hujan Aliran Lahar hujan mempunyai karakteristik sbb: a. Endapan lahar hujan dilembah atau dilereng gunung bercampur dengan air hujan dalam volume yang cukup besar sehingga mampu mengalir menuruni lembah atau mengikuti alur-alur sungai digunung sebagai aliran lahar hujan. b. Aliran Lahar hujan mengalir dengan kecepatan yang cukup tinggi 10-20 mdetik, bergerak karena gaya gravitasi. c. Aliran Lahar hujan mengangkut bahan rombakan baik berupa bebatuan dengan berbagai ukuran maupun batang-batang kayu. d. Aliran Lahar hujan dibagian depan disebut kepala aliran head dan dibagian belakang disebut ekor aliran tail. e. Kepala aliran umumnya terdiri dari bebatuan berukuran besar dan kadang-kadang disertai batang-batang kayu, sehingga mempunyai daya rusak yang tinggi. f. Aliran Lahar hujan terjadi secara mendadak, sulit diperkirakan sebelumnya dan kejadiannya tanpa adanya tanda-tanda awal, sehingga sulit memberikan informasi peringatan sedini mungkin pada masyarakat untuk menghindar. Gambar 4.3. Ilustrasi Aliran Lahar hujan IV-8 Gambar 4.4.a. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi IV-9 Gambar 4.4.b. Peta Ancaman Lahar Hujan Gunung Merapi IV-10 Bencana yang disebabkan oleh aktivitas Gunung Merapi diklasifikasikan ke dalam 2 dua bagian yaitu bencana primer primary disaster yang merupakan akibat langsung dari letusan gunungapi seperti jatuhan abu, batu – batu kecil hingga besar, aliran piroklastik, aliran lava, aliran lumpur dan runtuhan gunung, sedangkan bencana sekunder secondary disaster merupakan akibat tidak langsung dari letusan gunungapi seperti aliran lahar hujan, runtuhan lereng gunung lahar. Pada Peta KRB Gunung Merapi, wilayah yang berpotensi terkena bahaya sekunder lahar hujan terdapat pada wilayah KRB I. Wilayah-wilayah di Kabupaten Sleman yang berpotensi terkena bahaya lahar hujan dapat dilihat pada Gambar 4.4. Tabel 4.2. Indeks Lahar Hujan G. Merapi Kawasan Rawan Bencana Kelas Nilai Bobot Skor KRB I sebagai Ancaman Bahaya Lahar Hujan Tinggi 3 100 1.000000

IV.3. Gempa bumi Proses Kejadian