27 Indikator yang digunakan untuk peta kapasitas adalah indicator HFA yang terdiri dari:
a aturan dan kelembagaan penanggulangan bencana; b peringatan dini dan kajian risiko bencana; c pendidikan kebencanaan; d pengurangan factor risiko dasar; dan e
pembangunan kesiapsiagaan pada seluruh lini. Parameter konversi Indeks dan persamaan ditunjukkan pada di bawah ini.
2.13. PENGKAJIAN RISIKO BENCANA
Pengkajian risiko bencana dilaksanakan dengan mengkaji dan memetakan Tingkat Ancaman, Tingkat Kerentanan dan Tingkat Kapasitas berdasarkan Indeks Kerugian, Indeks Penduduk
Terpapar, Indeks Ancaman dan Indeks Kapasitas. Metodologi untuk menterjemahkan berbagai indeks tersebut ke dalam peta dan kajian diharapkan dapat menghasilkan tingkat
risiko untuk setiap ancaman bencana yang ada pada suatu daerah. Tingkat risiko bencana ini menjadi landasan utama untuk menyusun Rencana Penanggulangan Bencana Daerah.
Peta Risiko Bencana disusun dengan melakukan overlay Peta Ancaman, Peta Kerentanan dan Peta Kapasitas. Peta Risiko Bencana disusun untuk tiap-tiap bencana yang mengancam suatu
daerah. Peta kerentanan baru dapat disusun setelah Peta Ancaman selesai.
28 Analisa Risiko Bencana yang didasarkan pada Peraturan Kepala BNPB No. 02 Tahun
2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana merupakan sebuah acuan awal untuk membangun dasar yang kuat dalam proses perencanaan penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Sebagai acuan awal, pedoman ini perlu diperjelas dalam sebuah panduan teknis untuk pengkajian setiap bencana yang ada di Indonesia. Panduan teknis
tersebut sebaiknya disusun dengan mempertimbangkan kemampuan pemerintah daerah untuk melaksanakan pengkajian secara mandiri.
Bagi pengguna pedoman ini, sebaiknya membangun tim kerja yang memiliki kapasitas teknis dibidang GIS yang memadai, dan memiliki pemahaman dalam sistem penanggulangan
bencana nasional. BNPB dapat memberikan bantuan asistensi terkait peta risiko bencana yang disusun. Oleh karena itu proses asistensi menjadi penting untuk menjamin tercapainya
kualitas hasil kajian yang memadai. Diharapkan dengan hasil kajian yang berkualitas, kebijakan yang disusun untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana pada suatu kawasan
dapat menjadi efektif.
III-1
III.1. Gambaran Umum Kabupaten Sleman
Kabupaten Sleman terbentang mulai 110
o
13’ 00” sampai dengan 110
o
33’ 00” Bujur Timur, dan mulai 7
o
34’ 51” sampai dengan 7
o
47’ 03” Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 100 – 2.500 meter di atas permukaan air laut. Jarak terjauh Utara-
Selatan kira-kira 32 km, Timur – Barat kira-kira 35 km, terdiri dari 17 kecamatan, 86 desa, dan 1.212 dusun.
• Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah, • Bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah,
• Bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta, Propinsi D.I.Yogyakarta
• Bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi D.I. Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah.
Wilayah di bagian selatan merupakan dataran rendah yang subur, sedang bagian utara sebagian besar merupakan tanah kering yang berupa ladang dan
pekarangan, serta memiliki permukaan yang agak miring ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.
Di lereng selatan Gunung Merapi terdapat dua buah bukit, yaitu Bukit Turgo dan Bukit Plawangan yang merupakan bagian dari Kawasan Wisata Kaliurang.
Beberapa sungai yang mengalir melalui Kabupaten Sleman menuju Pantai Selatan antara lain Sungai Progo, Krasak, Sempor, Nyoho, Kuning, dan Boyong. Berdasarkan
pantauan Kanwil Perhubungan, hari hujan terbanyak dalam satu bulan adalah 27 hari. Rata-rata curah hujan tertinggi 22,8 mm. Kecepatan angin maksimum 24,00 knots dan
minimum 0,00 knots, sementara rata-rata kelembaban nisbi udara tertinggi 86,0 dan terendah 73,0 . Temperatur udara, tertinggi 27,5 0C dan terendah 25,5 0 C.
III.1.1. KONDISI GEOMORFOLOGI
Propinsi DIY. Menurut Sir McDonald Partners 1984, Setiadi 1990, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta secara geomorfologi dapat dibedakan menjadi
III-2 10 sepuluh satuan geomorfologi. Ada beberapa satuan geomorfologi yaitu : Satuan
Puncak Gunungapi Merapi, Satuan Tubuh Gunungapi Merapi, Satuan Kaki Gunungapi Merapi, Satuan Dataran, Satuan Perbukitan Melandai sampai Terjal,
Satuan Gumuk Pasir, Satuan Pegunungan Baturagung, Satuan Pegunungan Seribu, Satuan Dataran Tinggi Wonosari, dan Satuan Panggung Masif.
Sleman merupakan bagian dari Satuan Morfologi Kaki Gunungapi Tengah Merapi. Pada umumnya kondisi daerah relatif sama, dengan kemiringan lereng yang
relatif seragam dari utara sampai ke selatan yaitu berkisar 8, dengan ketinggian antara 162,5 – 337,5 meter di atas permukaan air laut. Beda tinggi antara daerah
terendah adalah 175 m, sehinga hanya ada satu pengelompokan morfologi di daerah penelitian yaitu topografi miring landai. Sedangkan Kota Yogyakarta hanya memiliki
satuan geomorfologi berupa dataran fluvio-vulkanik yang merupakan hasil proses pengendapan material-material vulkanik yang berasal dari gunungapi Merapi.
Daerah penelitian secara geomorfologi dapat dibedakan menjadi 7 tujuh satuan geomorfologi, sebagai berikut :
A. Satuan Kerucut Gunungapi Satuan Kerucut Gunungapi terletak diatas ketinggian 900 meter dari permukaan
laut dan mempunyai kelerengan lebih dari 57. Daerah ini mempunyai jumlah kepadatan penduduk yang sangat rendah hingga tidak ada. Di daerah puncak
hampir tidak dijumpai sungai dan juga jarang sekali ditemui mata air.
Gambar 3.1. Kondisi morfologi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya.
Sleman Magelang
Klaten
Bantul Boyolali
Kulon Progo
Gunung Kidul Kota Yogyakarta
KECAMATAN TURI
KECAMATAN DEPOK KECAMATAN PAKEM
KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN
KECAMATAN BERBAH KECAMATAN SLEMAN
KECAMATAN GODEAN KECAMATAN TEMPEL
KECAMATAN KALASAN KECAMATAN GAMPING
KECAMATAN NGAGLIK KECAMATAN SEYEGAN
KECAMATAN MOYUDAN KECAMATAN MINGGIR
KECAMATAN NGEMPLAK
KECAMATAN PRAMBANAN KECAMATAN CANGKRINGAN
110°320E 110°320E
110°240E 110°240E
110°160E 110°160E
7 °3
6 S
7 °3
6 S
7 °4
4 S
7 °4
4 S
4
16
000m.
E 24
24 32
32
4
40
4
48
000m.
E
9 1
3 6
m .
N
9 1
3 6
m .
N 44
44 52
52
91
60
91
60
9 1
6 8
9 1
6 8
Jl. Candi Boko 1, Tridadi, Sleman, 55511, Telp. 0274 868504
PETA GEOMORFOLOGI KABUPATEN SLEMAN
2.5 5
7.5 10
1.25 Kilometers
µ
Proyeksi : Universal Transverse MercatorLat Long Datum WGS 84UTM Zone 49S
Sistem Grid : GeografisUTM
Magelang Klaten
Boyolali Sleman
Purworejo Bantul
Kulon Progo Gunung Kidul
Sukoharjo Wonosobo
Semarang Sragen
Wonogiri Temanggung
Surakarta Karanganyar
Kota Yogyakarta
PETA INDEKS
Sumber : - Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1:25.000
- Peta Dasar Kabupaten Sleman, BPBD Kab. Sleman
Bukit Terisolasi Dataran Fluvio Vulkanik
Kerucut Gunungapi Lereng Gunungapi
Perbukitan Struktural Batugamping Perbukitan Struktural Vulkanik Tua
Tubuh Gunungapi
Tubuh Sungai
Keterangan :
Batas administrasi
Batas Kabupaten Batas Kecamatan
Batas Propinsi
Jaringan Jalan
Jalan Kelas II Jalan Utama
Jalan kereta api Jalan lokal
Sungai
Sungai Geomorfologi
Gambar 3.2. Peta Geomorfologi Kabupaten Sleman 3-3
III-4 B. Satuan Tubuh Gunungapi
Satuan Tubuh Gunungapi berada pada ketinggian 750 - 900 meter dari permukaan laut dan mempunyai kelerengan antara 20 - 30. Daerah ini mempunyai jumlah
penduduk yang sangat sedikit, dengan wilayah permukiman yang sedikit pula. Di daerah ini banyak dijumpai mata air dan banyak dijumpai adanya sumur-sumur
dangkal. C. Satuan Lereng Gunungapi
Satuan Lereng Gunungapi terletak pada ketinggian 475 – 700 meter diatas permukaan laut dan mempunyai kelerengan sekitar 10 - 20. Daerah ini
mempunyai kepadatan penduduk yang sedang. D. Satuan Dataran Fluvio Vulkanik
Satuan Dataran Fluvio Vulkanik ini pelamparannya paling luas diantara satuan yang lain. Satuan ini terletak pada ketinggian dibawah 475 meter di atas
permukaan laut dan mempunyai kelerengan yang sebagian besar datar. Daerah ini empunyai kepadatan penduduk yang cukup tinggi.
E. Satuan Perbukitan Struktural Vulkanik Tua Satuan ini melampar di bagian selatan-timur di daerah prambanan dan sekitarnya
dengan pelamparan yang sedikit. Satuan ini berada pada ketinggian 100 – 300 meter diatas permukaan laut dan mempunyai kelerengan antara 10 - 20.
Daerah ini memepunyai kepadatan penduduk yang sedang. F. Satuan Bukit Terisolasi
Satuan ini pelamparan sangat sedikit dan terletak di daerah Godean dan sekitarnya. Satuan ini terletak pada ketinggian 50 – 200 meter diatas permukaan
laut dan mepunyai kelerengan 10 - 20. G. Batuan Struktural Batugamping
Satuan ini pelamparannya sedikit di bagian selatan Kabupaten Sleman dengan ketinggian antara 50 – 150 meter. Daerah ini mempunyai nilai keperengan 10 -
20.
III.1.2. KONDISI GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Wilayah Sleman tersusun atas berbagai macam batuan yang sebagian besar merupakan hasil rombakan gunungapi yang melingkupi sebagian besar wilayah utara
dan tengah Yogyakarta, Kabupaten Sleman sendiri dan sebagian Kabupaten Bantul. Khusus di wilayah Perbukitan Prambanan dan wilayah Berbah-Kalasan, bagian
Selatan-Tenggara tersusun oleh batuan sedimen vulkaniklastik seperti batupasir pumis, breksi pumis, batupasir tufan. Sementara itu di wilayah Godean, tersebar
III-5 batuan beku mikrodiorit, batupasir, batulempung dan konglomerat yang menyusun
kelompok Perbukitan Godean. Berdasarkan satuan formasi, litologi yang menyusun daerah Sleman dari muda ke tua adalah sebagai berikut :
1. Endapan Gunungapi Merapi Muda Formasi ini Berumur Pleistosen Atas, tersusun atas material hasil rombakan
endapan Merapi Tua berupa endapan tuf, pasir, dan breksi yang terkonsolidasi lemah.
2. Endapan Gunungapi Merapi Tua Formasi ini berumur Pleistosen Atas, terdiri atas breksi, aglomerat, lava, andesit
dan basal. 3. Formasi Sentolo
Menurut Wartono Rahardjo, dkk 1995, formasi ini pada bagian bawah terdiri atas konglomerat alas yang ditumpangi oleh napal tufan dengan sisipan tuf.
Batuan ini berangsur-angsur berubah menjadi batugamping berlapis bagus yang kaya akan Foraminifera.
4. Formasi Nglanggran Formasi ini dicirikan oleh penyusun utama terdiri atas breksi dengan penyusun
material vulkanik, tidak menunjukkan perlapisan yang baik dengan ketebalan yang cukup besar. Umur dari Formasi ini diperkirakan Miosen Tengah
5. Formasi Semilir Formasi ini tersusun oleh batupasir dan batulanau tufan, ringan, kadang-kadang
dijumpai selaan breksi. Umur dari Formasi ini diperkirakan Miosen Bawah. 6. Formasi Kebobutak
Formasi ini tersusun oleh Breksi andesit, tuf, tuf lapili, aglomerat dan sisipan aliran lava andesit.
7. Formasi Nanggulan Formasi ini tersusun oleh Batupasir dengan sisipan lignit, napal pasiran,
batulempung dengan kongkresi limonit, sisipan napal, dan batugamping, batupasir dan tuf.
8. Andesit Bahan galian yang dijumpai di formasi ini berupa lempung dan tanah urug.
Sebarannya meliputi wilayah Kecamatan Godean.
Sleman Magelang
Klaten
Bantul Boyolali
Kulon Progo
Gunung Kidul Kota Yogyakarta
Qmi
Tmse Tmps
Tmok Qmo
Qmo Qmo
na Qmo
Tmse dr
na
Tmok Teon
Tmok a
Tmok
Tmn Tmps
Tmse na
Tmps Tmse
KECAMATAN TURI
KECAMATAN DEPOK KECAMATAN PAKEM
KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN
KECAMATAN BERBAH KECAMATAN SLEMAN
KECAMATAN GODEAN KECAMATAN TEMPEL
KECAMATAN KALASAN KECAMATAN GAMPING
KECAMATAN NGAGLIK KECAMATAN SEYEGAN
KECAMATAN MOYUDAN KECAMATAN MINGGIR
KECAMATAN NGEMPLAK
KECAMATAN PRAMBANAN KECAMATAN CANGKRINGAN
110°320E 110°320E
110°240E 110°240E
110°160E 110°160E
7 °3
6 S
7 °3
6 S
7 °4
4 S
7 °4
4 S
4
16
000m.
E 24
24 32
32
4
40
4
48
000m.
E
9 1
3 6
m .
N
9 1
3 6
m .
N 44
44 52
52
91
60
91
60
9 1
6 8
9 1
6 8
PETA GEOLOGI KABUPATEN SLEMAN
2.5 5
7.5 10
1.25 Kilometers
µ
Proyeksi : Universal Transverse MercatorLat Long Datum WGS 84UTM Zone 49S
Sistem Grid : GeografisUTM
Magelang Klaten
Boyolali Sleman
Purworejo Bantul
Kulon Progo Gunung Kidul
Sukoharjo Wonosobo
Semarang Sragen
Wonogiri Temanggung
Surakarta Karanganyar
Kota Yogyakarta
PETA INDEKS
Sumber : - Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1:25.000
- Peta Dasar Kabupaten Sleman, BPBD Kab. Sleman - Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Skala 1:100.000, 1995
- Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro, Skala 1:100.000,1992
Keterangan :
Batas administrasi
Batas Kabupaten Batas Kecamatan
Batas Propinsi
Jaringan Jalan
Jalan Kelas II Jalan Utama
Jalan kereta api Jalan lokal
Sungai
Sungai
Endapan Gunungapi Merapi Muda Qmi Endapan Gunungapi Merapi Tua Qmo
Formasi Sentolo Tmps Formasi Kebobutak Tmok
Formasi Nanggulan Teon Formasi Nglanggran Tmn
Formasi Semilir Tmse Andesit
Diorit a
dr Qmi
Qmo Teon
Tmn Tmok
Tmps
Tmse
Geologi
Gambar 3.3. Peta Geologi Kabupaten Sleman 3-6
III-7 9. Mikrodiorit
Bahan galian yang dijumpai di formasi ini berupa lempung dan tanah urug. Sebarannya meliputi wilayah Kecamatan Godean.
III.1.3. Kondisi Tata Guna Lahan Daerah Penelitian
Hampir setengah dari luas wilayah penyelidikan merupakan tanah pertanian yang subur dengan didukung irigasi teknis di bagian barat dan selatan. Keadaan
penggunaan tanahnya dibedakan atas sawah, tegal, pekarangan, hutan dan lain-lain. Selain dimanfaatkan sebagai tanah pertanian, juga dimanfaatkan sebagai tegalan.
Daerah tegalan terutama berkembang pada daerah dengan kondisi kelerengan yang sedang sampai curam, seperti pada daerah tinggian yang ada di sebelah timur daerah
penyelidikan. Perkembangan pemukiman berlangsung sangat cepat pada daerah penyelidikan.
Terutama pada daerah selatan Sleman. Perkembangan pemukiman ini berasal dari alih fungsi lahan pertanian dan tegalan. Sesuai dengan dinamika pembangunan dalam
penyediaan sarana fisik maka perkembangan pemanfaatan lahan perlu juga mendapat perhatian.
Sleman Magelang
Klaten
Bantul Boyolali
Kulon Progo
Gunung Kidul Kota Yogyakarta
KECAMATAN TURI
KECAMATAN DEPOK KECAMATAN PAKEM
KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN
KECAMATAN BERBAH KECAMATAN SLEMAN
KECAMATAN GODEAN KECAMATAN TEMPEL
KECAMATAN KALASAN KECAMATAN GAMPING
KECAMATAN NGAGLIK KECAMATAN SEYEGAN
KECAMATAN MOYUDAN KECAMATAN MINGGIR
KECAMATAN NGEMPLAK
KECAMATAN PRAMBANAN KECAMATAN CANGKRINGAN
110°320E 110°320E
110°240E 110°240E
110°160E 110°160E
7 °3
6 S
7 °3
6 S
7 °4
4 S
7 °4
4 S
4
16
000m.
E 24
24 32
32
4
40
4
48
000m.
E
9 1
3 6
m .
N
9 1
3 6
m .
N 44
44 52
52
91
60
91
60
9 1
6 8
m .
9 1
6 8
m .
KABUPATEN SLEMAN
Jl. Candi Boko 1, Tridadi, Sleman, 55511, Telp. 0274 868504
PETA PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN SLEMAN
2.5 5
7.5 10
1.25 Kilometers
µ
Proyeksi : Universal Transverse MercatorLat Long Datum WGS 84UTM Zone 49S
Sistem Grid : GeografisUTM
Magelang Klaten
Boyolali Sleman
Purworejo Bantul
Kulon Progo Gunung Kidul
Sukoharjo Wonosobo
Semarang Sragen
Wonogiri Temanggung
Surakarta Karanganyar
Kota Yogyakarta
PETA INDEKS
Sumber : - Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1:25.000
- Peta Dasar Kabupaten Sleman, BPBD Kab. Sleman
Keterangan :
Batas administrasi
Batas Kabupaten Batas Kecamatan
Batas Propinsi
Jaringan Jalan
Jalan Kelas II Jalan Utama
Jalan kereta api Jalan lokal
Sungai
Sungai Penggunaan lahan
SemakBelukar Tanah berbatu
Permukiman Hutan
Kebun Rumput
Sawah irigasi Sawah tadah hujan
Tegalan
IV-1
Penganalisisan Data yang dilakukan dalam tahapan ini mengacu dan berdasarkan atas Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB Nomer 02 Tahun
2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Adapun parameter-parameter yang digunakan dalam tahapan analisa disini, tidak mutlak dipergunakan semua secara
ideal, oleh karena adanya keterbatasan data dasar untuk penganalisaannya, sehingga untuk menjembataninya digunakan asumsi-asumsi sehingga kesempurnaan anasilis tetap
baik. Pengkajian Risiko Bencana disusun berdasarkan indeks-indeks yang telah ditentukan.
Indeks tersebut terdiri dari Indeks Ancaman, Indeks Kerentanan Indeks Penduduk Terkapar, Indeks Kerugian, dan Indeks Kapasitas. Kecuali Indeks Kapasitas, indeks-
indeks yang lain amat bergantung pada jenis ancaman bencana. Indeks Kapasitas dibedakan berdasarkan kawasan administrasi kajian. Peta Risiko Bencana harus disusun
untuk setiap jenis ancaman bencana yang ada pada daerah kajian.
Analisis Ancaman
Indeks Ancaman Bencana disusun berdasarkan dua komponen utama, yaitu kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang pernah tercatat untuk bencana yang
terjadi tersebut. Dapat dikatakan bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian yang pernah terjadi pada suatu daerah.
Peta bahaya menentukan wilayah dimana peristiwa alam tertentu dengan frekuensi dan intensitas tertentu, tergantung pada kerentanan dan kapasitas daerah tersebut, yang dapat
menyebabkan bencana. Untuk sebagian besar bencana, intensitas tinggi hanya terjadi dengan frekuensi sangat rendah bencana “kecil” terjadi lebih sering daripada bencana
“besar”. Selanjutnya pada beberapa bahaya setempat dan lain-lain hampir merata. Berdasarkan hasil kaiian, potensi bencana yang mengancam Kabupaten Sleman dapat
digolongkan pada tiga kategori, yaitu bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Jenis bencana tersebut meliputi, antara lain:
1. Erupsi Gunung Merapi
2. AliranBanjir Lahar
3. Gempa bumi
IV-2
4. Gerakan Tanah
5. Angin Puting Beliung
6. Kebakaran 7. Kekeringan
IV.1. Erupsi Gunung Merapi