2.3. Pemberian Makanan Tambahan Menurut Usia Bayi
2.3.1. Makanan Tambahan Bayi Usia 6-9 Bulan
Pemberian ASI diteruskan serta pemberian makanan tambahan mulai diperkenalkan dengan pemberian makanan lumat dua kali sehari. Pemberian
makanan tambahan pada usia 6-9 bulan diperkenalkan karena keadaan alat cerna sudah semakin kuat. Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi
ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat lemak seperti santan atau minyak kelapa margarin. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan
bayi, disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vitamin A dan gizi lain yang larut dalam lemak Satyanegara, 2004.
Antara usia 6-9 bulan, ASI atau susu formula yang diperkaya zat besi masih menjadi sumber nutrisi bagi bayi. Sebagian besar nutrisi yang diperlukan
bayi tetap berasal dari ASI dan susu formula, meskipun telah ditambahkan makanan padat kedalam menu makanan bayi. ASI menyediakan nutrisi yang
diperlukan bayi, seperti kalsium, zat besi, protein, dan zink zat seng. Pada usia ini bayi biasanya membutuhkan lebih banyak zat besi dan seng daripada yang
kandungan yang ada di dalam ASI dan susu formula dan pada usia ini, tambahan nutrisi dapat diperoleh dari makanan padat dalam porsi kecil Moehji, 1988.
2.3.2. Makanan Tambahan Bayi Usia 9-12 bulan
Usia sembilan bulan merupakan usia peralihan kedua dalam pengaturan makanan bayi. Makanan bayi yang dulunya bertumpu pada ASI sebagai pemberi
zat gizi utama, Setelah usia sembilan bulan akan beralih ke makanan sapihan dan ASI hanya sebagai pelengkap saja. Makanan sapihan penting untuk
mempersiapkan agar bayi tidak kaget dan sudah terbiasa makan makanan yang bermacam-macam dalam keluarga Moehji, 1998.
Pada umur sepuluh bulan, bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap. Karena merupakan makanan peralihan ke makanan
keluarga, bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur, selanjutnya akan mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga. Pengenalan
berbagai bahan makanan sejak usia dini setelah bayi berusia enam bulan akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat dikemudian hari
Universitas Sumatera Utara
Satyanegara, 2004. Apabila sewaktu-waktu pemberian ASI dihentikan sama sekali, tidak akan terjadi kesulitan dalam pemberian makanan pada bayi di
kemudian hari Moehji, 1998. Bayi pada usia 9-12 bulan sangat aktif dan cenderung sulit untuk berhenti bergerak. Makanan bayi akan semakin bervariasi
dan bertekstur kasar. Frekuensi makan juga bisa ditingkatkan menjadi 2-3 kali dengan 1-2 kali makanan selingan Moehji, 1988.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka disusunlah kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pekerjaan Pengetahuan ibu yang memiliki
bayi usia 6-12 bulan dalam Pemberian Makanan Tambahan
PMT: - Usia pertama kali PMT pada
bayi - Jenis
- Frekuensi - Alasan ibu
Usia
Status Ekonomi Tingkat
Pendidikan
Lingkungan Keyakinan
Pengalaman
Sosial Budaya
Sumber Informasi
Universitas Sumatera Utara