Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu dan Pengetahuan Keluarga dalam Pemberian Makanan Tambahan Kepada Bayi Sebelum Berusia 6 Bulan pada Suku Mandailing di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas

(1)

Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu Dan Pengetahuan Keluarga

Tentang Pemberian Makanan Tambahan Kepada Bayi Sebelum

Berusia 6 Bulan pada Suku Mandailing di Kelurahan Pancuran

Kerambil Kec. Sibolga Sambas

SKRIPSI

Oleh

Siti Rahma Caniago 07110112

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 20112


(2)

Judul : Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu Dan Pengetahuan Keluarga Dalam Pemberian Makanan Tambahan Kepada Bayi Sebelum Berusia 6 Bulan Pada Suku Mandailing Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas Peneliti : Siti Rahma Caniago

Jurusan : Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2012

ABSTRAK

Tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan keluarga sangat mempengaruhi dalam pemberian makanan tambahan pada bayi usia 0-6 bulan salah satunya karena faktor budaya di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pendidikan ibu dan pengetahuan keluarga tentang pemberian makanan tambahan kepada bayi sebelum berusia enam bulan pada suku Mandailing di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas. Metode penelitiannya menggunakan desain deskriptif . Populasi dan sampelnya adalah 30 ibu yang mempunyai bayi sebelum berusia enam bulan dilakukan dikelurahan pancuran kerambil kecamatan sibolga sambas.Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan tim kesehatan dapat memberi informasi dan mendukung ibu mengikuti program ASI eksklusif.

Kata Kunci : tigkat pendidikan, pengetahuan, kebiasaaan keluarga, pemberian makanan tambahan.


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt yang dengan pertolongaNya selalu menyertai penulis sehingga penulis dapat proposal penelitian ini yang berjudul “Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu dan Pengetahuan Keluarga dalam Pemberian Makanan Tambahan Kepada Bayi Sebelum Berusia 6 Bulan pada Suku Mandailing di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas”.

Penyusunan Skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Utara

2. Ibu Siti Saidah NST, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen pembimbing proposal penelitian penulis yang penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Wardiah Daulay, S.Kp, Ns,M.kep selaku dosen panasehat akademik saya.

4. Ibu Evi Karota Bukit,S.Kp, MNS selaku dosen penguji I dan Ibu Nur Afidarti , S.Kp,Ns selaku dosen penguji II yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam skripsi ini.

5. Teristimewa kepada keluarga tercinta (Bapak saya bapak H. Nasrul, Ibu saya Ibu Hj. Murliani, Nenek, Nurhayati (kakak), Abdurrahman (Abang), Ahmad Wahyudi (Abang) dan kepada seluruh keluarga besarku yang telah memberikan cinta, doa, dorongan serta menghibur, memotivasi penulis.


(4)

6. Rekan-rekan mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2007 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Teman-teman Silvia Sri Haryati Harahap, S.Pd, Ermina, S.Pd, Khairun Nisa, dan Azmi yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat dan karunia- Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Penulis mengharapkan kritikan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini agar nantinya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Medan, Juli 2012

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 3

3. Tujuan Penelitian ... 4

3.1 Tujuan Umum ... 4

3.2 Tujuan Khusus ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 5

4.1 Praktek Keperawatan ... 5

4.2 Pendidikan Keperawatan ... 5

4.3 Penelitian Keperawatan ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

1. Pendidikan ... 6

1.1 Definisi ... 6

1.2 Dasar dan Tujuan Pendidikan ... 7

1.3 Tujuan Pendidikan ... 7

1.4 Lembaga Pendidikan ... 10

1.5 Tingkat Pendididkan ... 11

1.6 Hubungan Pendidikan Dan Keluarga ... 13

1.7 Tripusat Pendidikan ... 14

2.Pengertian Pengetahuan ... 15

2.1 Tingkat pengetahuan ... 15

3.Makanan Tambahan pada Bayi Suku Mandailing ... 17

3. Makanan Tambahan ... 19

3.1 Definisi ... 19

3.2 Tujuan dan Manfaat PMT ... 20

3.3 Jenis Makanan Tambahan ... 22

3.4 Makanan Tambahan Yang Baik ... 24

3.5 Waktu Yang Tepat Memberikan Makanan Tambahan ... 24

3.6 Resiko PMT pada Usia Kurang Dari Enam Bulan... 27

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 28

1. Kerangka Konsep ... 28


(6)

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 31

1. Desain Penelitian ... 31

2. Populasi, Sampel Penelitian ... 31

2.1 Lokasi Penelitian ... 32

2.2 Pertimbangan Etik ... 32

2.3 Instrumen Penelitian ... 33

2.4 Test Validitas-Reliability ... 34

2.5 Penumpulan Data ... 35

2.6 Analisa Data ... 36

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

1. Hasil Penelitian ... 37

1.1 Data Demografi Karakteristik Responden ... 37

2. Pembahasan ... 39

2.1 Tingkat Pendidikan ibu dan keluarga tentang PMT ... 39

3. Pengetahuan Ibu dan Keluarga tentang PMT ... 40

3.1 Tujuan dan Manfaat PMT ... 41

3.2 Jenis Makanan Tambahan ... 42

3.3 Makanan Tambahan Yang Baik ... 43

3.4 Waktu PMT ... 44

3.5 Resiko PMT ... 46

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

1. Kesimpulan ... 48

2. Saran ... 49

2.1 Praktek Keperawatan ... 49

2.2 Pendidikan Keperawatan ... 50

2.3 Penelitian Keprawatan ... 50

2.4 Petugas Kesehatan ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN

INSTRUMEN PENELITIAN HASIL UJI RELIABILITAS HASIL DATA DEMOGRAFI TAKSASI DANA


(7)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Konsep Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu dan Pengetahuan Keluarga tentang Pemberian Makanan Tambahan kepada Bayi Sebelum Berusia 6 Bulan pada Suku Mandailing di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 29 Tabel 5.1 Tabel Karakteristik Responden ... 37 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan ibu dan Keluarga ... 39 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Pengetahuan Ibu dan keluarga . 40


(9)

Judul : Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu Dan Pengetahuan Keluarga Dalam Pemberian Makanan Tambahan Kepada Bayi Sebelum Berusia 6 Bulan Pada Suku Mandailing Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas Peneliti : Siti Rahma Caniago

Jurusan : Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2012

ABSTRAK

Tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan keluarga sangat mempengaruhi dalam pemberian makanan tambahan pada bayi usia 0-6 bulan salah satunya karena faktor budaya di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pendidikan ibu dan pengetahuan keluarga tentang pemberian makanan tambahan kepada bayi sebelum berusia enam bulan pada suku Mandailing di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas. Metode penelitiannya menggunakan desain deskriptif . Populasi dan sampelnya adalah 30 ibu yang mempunyai bayi sebelum berusia enam bulan dilakukan dikelurahan pancuran kerambil kecamatan sibolga sambas.Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan tim kesehatan dapat memberi informasi dan mendukung ibu mengikuti program ASI eksklusif.

Kata Kunci : tigkat pendidikan, pengetahuan, kebiasaaan keluarga, pemberian makanan tambahan.


(10)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Pendidikan

1.1 Definisi

Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi –potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang bertanggungjawab menetapkan cita – cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan . Lembaga – lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat (Ihsan Fuad, 2005).

Driyarkara mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut mendidik. Menurut Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa (Ahmadi Abu, 2003).

Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari generasi satu ke genari yang lain. Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik (Tirtarahardja et al., 2005).

Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang dewasa, dan bagi yang


(11)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Pendidikan

1.1 Definisi

Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi –potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang bertanggungjawab menetapkan cita – cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan . Lembaga – lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat (Ihsan Fuad, 2005).

Driyarkara mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut mendidik. Menurut Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa (Ahmadi Abu, 2003).

Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari generasi satu ke genari yang lain. Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik (Tirtarahardja et al., 2005).

Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang dewasa, dan bagi yang


(12)

sudah dewasa atas usaha sendiri. Yang terakhir ini disebut pendidikan diri sendiri

(zelf vorming). Kedua-duanya bersifat alamiah dan menjadi keharusan. Bayi yang baru lahir kepribadiannya belum terbentuk, belum mempunyai warna dan corak kepribadian yang tertentu. Ia baru merupakan individu, belum suatu pribadi. Untuk menjadi suatu pribadi perlu mandapat bimbingan, latihan-latihan, dan pengalaman melalui bergaul dengan lingkungannya, khususnya dengan lingkungan pendidikan (Tirtarahardja et al., 2005).

Bagi mereka yang sudah dewasa tetap dituntut adanya pengembangan diri agar kualitas kepribadian meningkat serempak dengan meningkatnya tantangan hidup yang selalu berubah. Dalam hubungan ini dikenal apa yang disebut pendidikan sepanjang hidup. Pembentukan pribadi mencakup pembentukan cipta, rasa, dan karsa (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang sejalan dengan pengembangan fisik (Tirtarahardja, 2005).

1.2 Dasar dan Tujuan Pendidikan

Dasar adalah sesuatu yang dipakai sebagai landasan untuk berpijak, dan dari sanalah segala aktifitas yang berdiri diatasnya (termasuk aktivitas pendidikan) akan dijiwai atau diwarnainya, sedangkan tujuan adalah sesuatu yang akan diraih dengan melakukan aktifitas tersebut (Ahmadi Abu, 20003).

1.3 Tujuan Pendidikan


(13)

bertautan sebagai berikut : tujuan umum, tujuan khusus, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan insidental, dan tujuan intermedier.

1). Tujuan Umum (tujuan lengkap, tujuan total)

Sebagaimana telah diuraikan di dalam “usaha-usaha pendidikan”, maka tujuan umum pendidikan adalah kedewasaan anak didik. Hal ini berarti bahwa semua aktifitas pendidikan seharusnya diarahkan ke sana, demi tercapainya tujuan umum tersebut.

2). Tujuan Khusus (pengkhususan tujuan umum)

Untuk mencapai tujuan umum, kita perlu juga melewati jalan-jalan yang khusus. Untuk mengkhususkan tujuan umum itu, kita dapat mempergunakan beberapa pandangan dasar (prinsip) sebagai berikut :

a. Kita harus melihat kemungkinan - kemungkinan, kesanggupan kesanggupan pembawaan, umur, dan jenis kelamin anak didik. b. Kita harus melihat lingkungan dan keluarga anak didik.

c. Kita harus melihat tujuan anak didik dalam rangkaian kemasyarakatannya. d. Kita harus melihat diri kita sendiri selaku pendidik.

e. Kita harus melihat lembaga tugas lembaga pendidikan dimana anak itu dididik.

f. Kita harus melihat tugas bangsa dan umat manusia dewasa ini, dan disini. Dengan adanya berbagai pandangan dasar tersebut, tujuan umum pendidikan akan memperoleh corak yang khusus drngan tidak mengubah sifat tujuan umum.


(14)

3). Tujuan tak lengkap (masih terpisah-pisah).

Ini adalah tujuan yang berkaitan dengan kepribadian manusia dari satu aspek saja, yang berhubungan dengan nilai-nilai hidup tertentu. Misalnya kesusilaan, keagamaan , keindahan, kemasyarakatan, pengetahuan, dan sebagainya. Dari masing masing aspek itu mendapat giliran penanganan dalam usaha pendidikan atau maju bersama-sama secara terpisah.

4). Tujuan sementara

Tujuan sementara ini adalah titik-titik perhatian sementara, yang kesemuanya itu sebagai persiapan, untuk menuju kepada tujuan umum tersebut, Misalnya : membiasakan anak suku bersih, tidak membuang air kecil di sembarang tempat, membiasakan anak berbicara sopan, melatih anak mengerjakan sesuatu yang bermanfaat.

5). Tujuan insidental.

Tujuan ini sesungguhnya adalah tujuan yang terpisah dari tujuan umum, tetapi kadang-kadang mengambil bagian dalam nenuju ke tujuan umum. Misalanya,anak kadang-kadang kita ajak makan bersama-sama (karena merasa perlu), tetapi lain kali tidak. Anak kadang-kadang kita marahi (karena melakukan kesalahan), tetapi lain kali tidak demikian.

6). Tujuan Intermedier.

Tujuan ini adalah tujuan yang berkaitan dengan penguasaan sesuatu pengetahuan dan ketrampilan demi tercapainya tujuan sementara. Misalnya, anak belajar membaca, menulis, matematika , berhitung (Dalmanto, 1959


(15)

dalam Abu Ahmadi, 2003).

1.4 Lembaga Pendidikan

Menurut sifatnya pendidikan dibedakan menjadi :

a. Pendidikan informal, yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat. Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam pekerjaan, masyarakat, keluarga, organisasi.

b. Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat.pendidikan ini berlangsung di sekolah.

c. Pendidikan non formal, yaitu pemdidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang kekat (dalam Abu Ahmadi, 2003).

Pendidikan sebagai sebuah system terdiri dari sejumlah komponen, yaitu : 1) Sistem baru merupakan masukan mentah (raw input) yang akan diproses menjadi tamatan (out put).

2) Guru dan tenaga nonguru, administrasi sekolah, kurikulum, anggaran pendidikan, prasarana dan sarana merupakan masukan instrumental (instrumental input) yang memungkinkan dilaksanakannya pemrosesan masukan mentah menjadi tamatan.


(16)

dan keamanan negara merupakan faktor lingkungan atau masukan lingkungan (environtmental input) yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap berperannya masukan instrumental dalam pemrosesan masukan mentah (Tirtarahardja et al., 2005).

1.5 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Tingkat pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi ( Ikhsan, 2005).

1).Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar pada prinsipnya merupakan pendidikan yang memberikan bekal dasar bagi perkembangan kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk masyarakat. Karena itu, bagi setiap warga negara harus disediakan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dasar. Pendidikan ini dapat berupa pendidikan sekolah ataupun pendidikan luar sekolah, yang dapat merupakan pendidikan biasa ataupun pendidikan luar biasa. Tingkat pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar.


(17)

Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah umum diselenggarakan selain untuk mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan tinggi, juga untuk memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah kejuruan diselenggarakan untuk memasuki lapangan kerja atau mengikuti pendidikan keprofesian pada tingkat yang lebih tinggi. Pendidikan menengah dapat merupakan pendidikan biasa atau pendidikan luar biasa. Tingkat pendidikan menengah adalah SMP, SMA dan SMK.

3) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi yang bersifat akademik dan atau profesional sehingga dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia ( Ikhsan, 2005).

Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan Tinggi terdiri dari Strata 1, Strata 1, Strata 3 ( Ikhsan, 2005).


(18)

1.6 Hubungan Pendidikan dan Keluarga

Kelurga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan sedarah. Keluarga dapat membentuk keluarga inti ataupun keluarga yang diperluas. Pada umumnya jenis kedualah yang banyak ditemui dalam masyarakat Indonesia. Meskipun ibu merupakan anggota keluarga yang mula-mula paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, namun akhirnya seluruh anggota keluarga itu ikut berinteraksi dengan anak. Di samping faktor iklim sosial itu, faktor-faktor lain dalam keluarga itu ikut pula mempengaruhi tumbiuh kembang anak, seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran, keadaan perumahan dsb. Dengan kata lain, tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarganya (Tirtarahardja et al., 2005).

Fungsi dan peranan keluarga, disamping pemerintah dan masyarakat, dalam Sisdiknas Indonesia tidak terbatas hanya pendidikan keluarga saja, akan tetapi keluarga ikut serta bertanggung jawab terhadap pendidikan lainnya. Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan. Pendidikan keluarga itu merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup (Tirtarahardja et al., 2005).

Lingkungan keluarga sungguh-sungguh merupakan pusat pendidikan yang penting dan menentukan, karena itu tugas pendidikan adalah mencari cara, membantu para ibu dalam tiap keluarga agar dapat mendidik anak-anaknya


(19)

dengan optimal.. Keluarga juga membina dan mengembangkan perasaan sosial anak seperti hidup hemat, hidup sehat, menghargai kebenaran, tenggang rasa, menolong, hidup damai. Jelaslah bahwa lingkungan keluarga bukannya pusat menanam dasar pendidikan watak pribadi saja, tetapi pendidikan sosial. Di dalam keluargalah tempat menanam dasar pendidikan watak anak-anak (Tirtarahardja et al., 2005).

1.7 Tripusat Pendidikan

Lembaga pendidikan ialah badan usaha yang bergerak dan bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak didik. Dalam garis besarnya, ada 3 (tiga) pusat yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak-anak didik menurut para tokoh pendidikan , antara lain : 1). Dr, MJ. Langeveld mengemukakan tiga macam lembaga pendidikan :

a. Keluarga b. Negara c. Gereja

2). Ki Hajar Dewantara yang nama aslinya R.M. Soewardi Soerjaningrat, Mengemukakan Sistem Tricentra dengan menyatakan :

Di dalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya yaitu : alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda.


(20)

Ketiga pusat itu kini dikenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan yang meliputi: a. Keluarga

b. Sekolah c.Masyarakat

2. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

2.1. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan ini bertujuan untuk mengelompokkan atau individu yang diinginkan, bagaimana individu itu berfikir, berbuat sabagai suatu unit pengetahuan yang telah diberikan. Adapun tingkat pengetahuan tersebut :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.


(21)

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham tentang objek atau materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.


(22)

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria- kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2003).

3. Makanan Tambahan pada Bayi Suku Mandailing

Wilayah Mandailing merupakan bagian dari kabupaten Tapanuli Selatan. Luas daerah ini adalah 18.896,50 km² atau sekitar 26,37% dari luas provinsi Sumatera Utara (Parlaungan R, 2002). Dari segi budaya, Mandailing berada sepanjang jalan raya lintas Sumatera di daerah Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal, sekitar 40 km dari Padang Sidempuan ke selatan dan sekitar 150 km dari Bukit tinggi ke utara.

Kebudayaan Mandailing merupakan bagian dari kebudayaan inti batak. Sebagaimana dengan masyarakat batak lainnya, orang Mandailing memperhitungkan hubungan keturunan patrilineal. Tiap-tiap desa di Mandailing mempunyai sebuah balai desa, tempat pelaksanaan sidang-sidang pengadilan dan sidang-sidang adat lainnya. Meskipun secara adat, Mandailing merupakan bagian dari adat utama batak, adat Mandailing sudah banyak dipengaruhi oleh agama islam.

Budaya Mandailing didukung oleh suku Mandailing yang terbagi ke dalam beberapa marga dibagi atas garis keturunan ayah. Marga-marga Mandailing meliputi : Nasution, lubis, Pulungan, Rangkuti, Batubara, Daulae, Matondang,


(23)

Parinduri, Hasibuan.

Masyarakat Mandailing memiliki acara adat dalam pemberian makanan tambahan kepada seorang bayi yang baru saja lahir. Makanan tambahan yang diberikan kepada bayi seperti nasipisang, bubur bayi, dan air tajin. Pemberian makanan tambahan dilakukan keluarga karena perasaan khawatir anak lapar, keyakinan ingin anak gemuk dan cepat besar.

Terdapat berbagai jenis makanan tambahan yang diberikan kepada bayi, yakni : susu botol, bubur bayi, nasi tim, dan nasi pisang, Dalam sehari bayi diberi makan tambahan bervariasi, ada yang memberikan 1 kali di pagi hari, 2 kali : pagi dan siang, dan juga 3 kali sehari : pagi, siang dan malam.

Apabila dikaitkan dengan ASI eksklusif, persepsi suku mandailing itu masih banyak yang salah tentang ASI eksklusif. Masyarakat mandailing beranggapan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak baik untuk bayi, karena masyarakat lebih percaya dengan budayanya dan kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan dari generasi sebelumnya.

Biasanya pada saat bayi berusia 0-6 bulan sudah diberikan makanan pendamping seperti air tajin, teh manis dan nasi bubur. Oleh karena itu masyarakat mandailing jarang memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan bahkan tidak memberikan ASI (Pandapotan,2005).

Menurut tradisi yang dahulu seorang bayi tidak boleh dibawa keluar rumah sebelum upacara turun tanah diselenggarakan bagi bayi tersebut. Upacara itu disebut paijur daganak atau paijur tano. Upacara ini diselenggarakan setelah


(24)

anak berumur beberapa minggu. Upacara diawali dengan mengupa-ngupa (menepung tawari) sang bayi dengan ibunya dengan menghidangkan seekor ayam jantan yang digulai dilengkapi dengan sebuah telur ayam rebus. Kemudian ibu dan sang bayi diberi makan sekenyang-kenyangnya dan sang bayi disusui pula sampai kenyang oleh ibunya (Parlaungan R, 2002).

3. Makanan Tambahan 3.1 Definisi

Makanan tambahan pada bayi adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak berusia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes RI, 2006). Makanan tambahan adalah memberi makanan lain selain ASI oleh karena ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan harus diberikan tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia enam bulan (WHO,2003). Makanan tambahan atau pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi , diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Dinkes propinsi, 2006). Makanan tambahan pada bayi adalah makanan tambahn bayi yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6-24 bulan (Krisnatuti, 2000).

Makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol, sebagai penambah kekurangan ASI atau susu pengganti (PASI) (Husaini, 2001). Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk


(25)

pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini (Ariani, 2008).

Menurut Depkes RI (2004) menyatakan bahwa makanan tambahan atau makanan pendamping ASI (MP- ASI) adalah makanan yang diberikan kepada bayi disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 6-24 bulan , dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan tambahn keluarga, pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah . Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima MP-ASI.

Istilah untuk makanan pendamping ASI bermacam-macam yakni makanan pelengkap, makanan tambahan , makanan padat ,makanan sapihan , weaning food, makanan peralihan , beiskot (istilah dalam bahasa Jerman yang berarti makanan selai dari susu yang diberikan pada bayi). Keseluruhan istilah ini menunjukkan pada pengertian bahwa ASI maupun pengganti ASI (PASI) untuk berangsur diubah ke makanan keluarga atau orang dewasa (Depkes RI, 2004).

3.2 Tujuan dan Manfaat Pemberian Makanan Tambahan

Tujuan pemberian makanan tambahan adalah untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan yang optimal, menghindari terjadinya kekurangan gizi, mencegah resiko malnutrisi, defisiensi mikronutrien (zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan folat), anak mendapatkan makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan enegi dengan nutrient, memelihara


(26)

kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan bila sakit, membantu perkembangan jasmani dan rohani, psikomotor, mendidik kebiasaan yang baik, tentang makan dan memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan keadaan fisiologis bayi (Husaini, 2001).

Pemberian makanan tambahan pada bayi juga bertujuan untuk melengkapi ASI (mixed feeding) dan diperlukan setelah kebutuhan energi dan dan zat-zat gizi tidak mampu dipenuhi dengan pemberian ASI saja. Pemberian makanan tambahan tergantung jumlah ASI yang dihasilkan oleh ibu dan keperluan bayi yang bervariasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya diantaranya untuk mempertahankan kesehatan serta pemulihan kesehatan setelah sakit, untuk mendidik kebiasaan makan yang baik mencakup penjadwalan waktu makan,belajar menyukai, memilih dan dapat merugikan karena tumbuh kembang bayi akan terganggu (Sembiring, 2009). Pertumbuhan dan perkembangan bayi yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan anak (Krisnatuti, 2000).

Pemberian makanan tambahan merupakan suatu proses pendididkan, bayi diajar mengunyah dan menelan makanan padat, jika makanan tidak diberi pada saat kepandaian mengunyah sedang muncul, maka mengajar kepandaian ini dimasa berikutnya akan lebih sukar. Pengenalan pemberian makanan lebih mudah sebelum gigi keluar, gusi bayi bengkak dan sakit maka akan sulit memberikan makanan tambahan (Suhardjo,1999).


(27)

bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa disangga, menghilangnya refleks menjulurkan lidah, bayi mampu menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut, lalu memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk menunjukkan ketertarikan pada makanan (Ariani,2008).

Makanan tambahan pada bayi bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bayi, penyesuaian kemampuan alat cerna dalam menerima makanan tambahan dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi (Suhardjo,1999). Pemberian makanan tamabahan dilakaukan secara bertahap untuk mengembangkan kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta menerima bemacam-macam makanan. Pemberian makanan tambahan harus bervariasi, dari bentuk bubur cair ke bentuk buburkental, sari buah,buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat (Sulistijani, 2001).

3.3 Jenis Makanan Tambahan

Makanan dapat dibuat sendiri di rumah dengan cara memodifikasi makanan keluarga yang kaya energi dan nutrient. Biskuit dan buah merupakan makanan tambahn yang pertama bagi bayi, biskuit yang diberikan oleh bayi harus biskuit yang khusus untuk bayi karena kandungan tepung dan susu yang ada dalam biskut mudah larut yang sesuai untuk bayi (Nadesul, 2005).


(28)

berbentuk cairan dan kental lalu bertahap menjadi keras, seiring dengan proses dan umur juga perkembangan bayi, sehingga usus bayi pun terlatih dengan sendirinya terhadap makanan yang diterimanya. Adapun jenis-jenis makanan tambahan (Chintia, 2008) :

a. Makanan lunak yaitu semua makanan yang termasuk yang disajikan dalam bentuk halus dan diberikan pada bayi yang pertama kali.misalnya bubur susu dan sari buah.

b. Makanan lembek yaitu makanan peralihan dari makanan lunak kemakanan biasa seperti nasi tim.

c. Makanan biasa yaitu makanan yang termasuk yang disajikan adalah makanan orang dewasa seperti nasi.

Selain itu makanan yang dibuat sendiri di rumah dengan cara memodifikasi makanan keluarga yang kaya energi dan nutrien. Makanan tambahan dapat juga berupa makanan yang setengah jadi yang dijual di toko-toko yang merupakan produk hasil teknologi yang komposisi zat-zat gizi yang didalamnya disesuaikan dengan kebutuhan bayi terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan bayi (Suhardjo, 1999).

Makanan padat pertama yang diberikan kepada anak haruslah mudah dicerna. Dan bukanlah makanan yang mempunyai risiko alergi yang tinggi. Jangan tergiur untuk menambahkan gula atau garam pada makanan bayi. Biarkan rasanya hambar, biarkan anak merasakan rasa asli dari makanan tersebut karena


(29)

garam dapat mengancam ginjal bayi. Sementara gula dapat membuat bayi anda kelak menyukai makanan manis, sehingga dapat merusak giginya (Luluk, 2005).

3.4 Makanan Tambahan Yang Baik

Makanan tambahan yang baik adalah makanan yang kaya energi, protein dan mikronutrient (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan fosfat), bersih dan aman, tidak dad bahan kimia yang berbahaya atu toksin, tidak ada potongan tulang atas bagian yang keras yang membuat bayi tersedak, tidak terlalu panas tidak pedas atau asin, mudah dimakan bayi, disukai bayi, mudah disiapkan dan harga terjangkau (Rosida, 2004).

3.5 Waktu Yang Tepat Memberikan Makanan Tambahan

Air Susu Ibu (ASI) memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi yaitu untuk pertumbuhan dan kesehatan sampai berumur enam bulan, sesudah itu ASI tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan bayi. Makanan tambahn mulai diberikan umur 6 bulan satu hari. Pada usia ini otot dan saraf didalam mulut bayi cukup berkembang untuk mengunyah, menggigit, menelan makanan dengan mengendalikan lidahnya dengan baik, mulai tumbuh gigi, suka memasukkan sesuatu dalam mulutnya dan berminat terhadap rasa yang baru (Rosida, 2004).

Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian makanan tambahan pada bayi adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum


(30)

umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai berikut (Ariani, 2008) :

a. Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat ini. Makanan tersebut dapat menggantikan ASI, jika makanan diberikan maka anak akan minum ASI lebih sedikit dan ibu pun memproduksinya lebih sedikit sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak.

b. Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit sehingga risiko infeksi meningkat.

c. Risiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI.

d. Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer, buburnya berkuah atau berupa sup karena mudah dimakan bayi, makanan ini memang membuat lambung penuh tetapi memberikan nutrient sedikit.

e. Ibu mempunyai risiko lebih tinggi untuk hamil kembali.

Akibat dari kurang menyusui dan risiko pemberian makanan tambahan terlalu lambat :

a. Anak tidak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan mengisi kesenjangan energi dan nutrient.

b. Anak berhenti pertumbuhannya atau tumbuh lambat.


(31)

Tabel 1.1 Daftar Pemberian Makanan Bayi

Umur Jumlah

Pemberian dalam sehari (kali)

0-6 bulan 6-8 bulan

ASI ASI Bubur susu Nasi tim saring

1 1 6-8 bulan ASI

Buah Bubur susu

Nasi tim dihaluskan 1 1 2 10-12 bulan

12-24 bulan

ASI Buah Nasi tim ASI

Nasi tim atau Makanan

Makanan kecil

1 3

3 1


(32)

3.6 Resiko Pemberian Makanan Tambahan Pada Usia Kurang Dari Enam Bulan

Resiko pemberian makanan tambahan pada usia kurang dari enam bulan berbahaya karena bayi belum memerlukan makanan tamabahan pada saat usia ini, jika diberikan makanan tamabahan akan dapat menggantikan ASI dimana bayi akan minum ASI lebih sedikit dan ibu memproduksinya akan berkurang maka kebutuhan nutrisi bayi tidak terpenuhi dan faktor pelindung dari ASI menjadi sedikit, kemungkinan terjadi resiko infeksi meningkat (Rosida, 2004).

Makanan tambahan yang dibuat sendiri atau buatan pabrik cenderung mengandung kadar natrium klorida (NaCl) tinggi akan menambah beban ginjal. Belum matangnya sistem kekebalan dari usus bayi pada umur dini, dapat menyebabkan alergi terhadap makanan tambahan, komponen-komponen alamiah yang terdapat dalam makanan tambahan seperti gula dapat menyebabkan kebusukan pada gigi dan gangguan pencernaan pada bayi serta kegemukan.


(33)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini pada dasarnya adalah bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan keluarga dalam pemberian makanan tambahan kepada bayi sebelum berusia enam bulan di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas. Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga dalam pemberian makanan tambahan kepada bayi sebelum berusia enam bulan dalam penelitian ini menjadi variabel bebas sedangkan pemberian makanan tambahan menjadi variabel terikat. Secara skematis kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :

 : Variabel yang di teliti Tingkat Pendidikan

 SD  SMP  SMA  Perguruan

Tinggi

Pengetahuan

Keluarga tentang Pemberian Makanan Tambahan kepada Bayi sebelum

 Baik  Cukup  Buruk


(34)

2. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Tingkat

Pendidikan

Tingkat Pendidikan yang dimaksud adalah jenjang pendidikan yang diikuti dengan menamatkan pendidikan yang diikuti sampai memperoleh ijazah. Tingkat pendidikan yang diobservasi terdiri dari pendidikan dasar yaitu Sekolah Dasar, pendidikan menengah yaitu Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan pendidikan tinggi Hasil sesuai dengan jawaban responden Ordinal

2. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui keluarga terhadap

pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum berusia 6 bulan

Kuisioner sebanyak 16 pertanyaan dengan alternatif pilihan jawaban 1.Selalu 2. Sering 3.Jarang 4.Tidak pernah Nilai kurang = 0-16 Nilai cukup = 17-32 Nilai baik = 33-48 Ordinal


(35)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan desain deskriptif yang bertujuan utuk mengidentifikasi gambaran tinggkat pendidikan ibu dan pengetahuan keluarga dalam pemberian makanan tambahan kepada bayi sebelum berusia enam bulan pada suku Mandailing di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas.

2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memberikan makanan tambahan kepada bayi sebelum berusia enam bulan. Dari hasil survei pendahuluan di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas yang dilakukan 25 Oktober 2010, diperoleh bahwa terdapat 30 ibu yang mempunyai bayi.

Menurut Arikunto (2002), apabila dalam penelitian jumlah subjek kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua. Dalam hal ini penelitian ini merupakan penelitian populasi dimana semua populasi menjadi subjek penelitian (total sampling ). Adapun sampel yang digunakan adalah ibu-ibu yang memberikan makanan tambahan kepada bayi sebelum berusia enam bulan.

Pengambilan sampel menggunakan cara purposive sampling dengan kriteria sampel sebagai berikut :

‐ Ibu suku Mandailing yang mempunyai bayi sebelum berusia enam bulan ‐ Dapat membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia


(36)

‐ Bersedia untuk berpatisipasi

2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas, pada bulan Desember sampai Januari 2012. Adapun dengan pertimbangan bahwa di kelurahan tersebut masih ada ibu yang suku Mandailing memberikan makanan tambahan pada bayinya, dan masih terdapat bayi yang memiliki status gizi kurang, bahkan ada bayi yang memilki status gizi buruk.

2.2 Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin kepada kepala lurah di kelurahan pancuran kerambil kecamatan sibolga sambas untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika ibu yang mempunyai bayi sebelum berusia enam bulan menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan akan menghormati hak-haknya. Responden secara sukarela mengikuti penelitian dan dapat mengundurkan diri selama penelitian berlangsung tanpa adanya tekanan fisik dan psikis.

Untuk menjaga kerahasiaan ibu yang mempunyai bayi, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi


(37)

nomor kode pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan informasi ibu yang mempunyai bayi sebelum berusia enam bulan dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disaijkan atau dilaporkan sebagai hasil riset (Nursalam, 2001).

2.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yng digunakan oleh peneliti untuk memperoleh informasi/data berupa kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, yang terdiri dari data demografi (ibu dan bayi) dan data berisi pernyataan tentang pengetahuan keluarga suku mandailing dalam pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum berusia 6 bulan dengan 16 pernyataan. Kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan positif dengan empat pilihan alternatif jawaban yang terdiri dari Selalu, Sering, Jarang dan Tidak pernah. Bobot nilai yang diberikan untuk setiap pertanyaan adalah 0 sampai 3, dimana jawaban Selalu bernilai 3, Sering bernilai 2, Jarang bernilai 1 dan tidak pernah bernilai 0.

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2002) Panjang kelas (p) =

kelas Banyak

kelas Rentang

Dengan P = 16 maka nilai tertinggi yang mungkin diperoleh adalah 48 dan nilai terendah yang mungkin diperoleh adalah 0, maka rentang kelas adalah 48 dengan 3 kategori banyak kelas. Maka untuk pengetahuan keluarga suku mandailing dalam pemberian makanan tambahan dikategorikan sebagai berikut:


(38)

0-16 : menunjukkan pengetahuan keluarga kurang 17-32 : menunjukkan pengetahuan keluarga cukup 33-48 : menunjukkan pengetahuan keluarga baik

2.4 Test Validitas – Reliability

Uji validitas instrumen bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang harus di ukur, untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang di ukur (Dempsey &Dempsey, 2002). Validitas instrumen diuij oleh orang yang ahli dalam penelitian ini.

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan beberapa kali pada sekelompok sampel. Dalam penelitian ini menggunakan uji reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan (Arikunto, 2006). Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alpa terhadap 10 orang responden analisa dilakukan dengan teknik komputerisasi program SPSS, dimana nilai alpha harus > 0,70 baru dianggap reliable (Polit & Hungler, 1999). Hasil uji realibilitas untuk kuesioner kebiasaan keluarga suku mandailing dalam pemberian makanan tambahan r = 0,724.


(39)

2.5 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada instansi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara).

2. Setelah dapat izin dari FKEP, lalu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas.

3. Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden.

4. Setelah responden setuju untuk menjadi sampel penelitian , maka peneliti mengajukan surat persetujuan responden untuk ditandatangani.

5. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi 30 pernyataan kuesioner adalah 25-30 menit.

6. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden.

7. Mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner secara teliti dan cermat serta tidak ada hal-hal yang terlewatkan.

8. Mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner sesuai dengan apa yang dialami/dilakukan oleh responden, dan harus diisi sendiri.

9. Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya. Apabila ada kuesioner yang tidak lengkap maka diselesaikan pada saat itu juga.


(40)

2.6 Analisa Data .

Analisis data dilakukan setelah semua data sudah terkumpul yang dimulai dari editing (memeriksa kelengkapan data), coding (memberi kode), entering

(memasukan data) dan pengolahan data. Data demografi akan disajikan dalam distribusi frekuensi dan persentase. Pengetahuan keluarga dalam pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum berusia 6 bulan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Analisa data pada pengetahuan keluarga dalam pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum berusia 6 bulan adalah analisa deskriptif dengan menggunakan tehnik komputerisasi. yaitu program SPSS 17.0.


(41)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta mengenai gambaran tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan keluarga dalam pemberian makanan tambahan kepada bayi sebelum berusia 6 bulan pada suku mandailing di kelurahan pancuran kerambil kecamatan sibolga sambas. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai tanggal 27 Maret 2012 di kelurahan pancuran kerambil kecamatan sibolga sambas dengan jumlah responden 30 orang.

Berdasarkan table 1 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas menunjukkan bahwa usia ibu responden < 20 tahun 6,66%, dan usia responden 20-35 tahun 93,33%. Usia ibu yang paling muda adalah 19 tahun dan paling tua adalah 35 tahun. Dan usia bayi 1-3 bulan 33,33% dan usia bayi 4-6 bulan 66,66%. Rata-rata sebagian besar responden dalam penelitian ini hanya menganyam pendidikan di bangku sekolah SMA yaitu sebanyak 45,2%, dan rata-rata hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga 48,8%, Selain itu juga responden lebih banyak berpenghasilan dibawah Rp. 700 ribu perbulan yaitu sebanyak 58,1% .


(42)

1.1 Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekwensidan persentase responden berdasarkan karakteristik responden di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas.

Karekteristik Responden Frekuensi Persentase Usia ibu

<20 tahun 2 6,66

20-35 tahun 28 93,33

>35 tahun Usia Bayi

1-3 bulan 10 33,33

4-6 bulan 20 66,66

Tingkat pendidikan

Tidak sekolah 5 16,1

SD 1 3,2

SMP 5 16,1

SMA 14 45,2

Sarjana 5 16,1

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 15 48,8

Bertani 2 6,5

PNS/TNI/POLRI 5 16,1

Wiraswasta 8 25,8

Penghasilan

Rp.< 700.000 18 58,1

Rp.800.000-1.500.000 8 25,8

Rp.>1.500.000 4 12,9


(43)

2. Pembahasan

2.1 Tingkat Pendidikan ibu dan keluarga tentang PMT

Tabel 5.2 Tingkat Pendidikan Ibu dan Keluarga tentang PMT (N=30)

Tingkat Pendidikan N (%)Baik N(%)Cukup N(%)Kurang Total Tinggi 3 (10) 1 ( 3,33) 1 (3,33) 5 Sedang 9 (30) 6 (20) 5 (16,66) 20 Rendah 2 (6,66) 1 (3,33 ) 2 (6,66) 5 Total 14 (46,66) 8 (26,66) 8 (26,65) 30

Tingkat pendidikan responden yaitu menunjukkan tingkat pendidikan Tinggi (Sarjana) 5 responden, tingkat pendidikan Sedang (SMP, SMA) 20 responden, tingkat pendidikan Rendah (tidak sekolah, SD) 5 responden.

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 5 responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi kategori baik sebanyak 3 responden (10%), kategori cukup sebanyak 1 responden (3,33%), kategori kurang sebanyak 1 responden (3,33%). Kemudian 20 responden yang memiliki tingkat pendidikan sedang kategori baik sebanyak 9 responden (30%), kategori cukup 6 responden (20%), kategori kurang 5 responden (16,66%). Sedangkan dari 5 responden yang memiliki tingkat pendidikan Rendah kategori baik sebanyak 2 responden (6,66%), kategori cukup sebanyak 1 respoden (3,33%), kategori kurang 2 responden (6,66%).


(44)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya variasi tingkat pendidikan pada masyarakat di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas yaitu kategori Tinggi 16,66% berpendidikan Sarjana 5 responden, Sedang 66,66% berpendidikan SMP SMA 20 responden , dan Rendah 16,66% tidak sekolah dan SD 5 responden. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Kebudayaan No.0306/V/1995, tentang pelaksanan wajib belajar adalah 9 tahun. Dari hasil penelitian Gambaran pendidikan Kebiasaan keluarga suku mandailing dalam pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum berusia 6 bulan masih ada ibu dan keluarga yang tidak sekolah 16,1%. Hal ini dikarenakan ketidaktahuan informasi tentang keputusan Menteri Pendidikan Kebudayaan yang diputuskan pada tahun 1995, tentang pelaksanaan wajib belajar adalah 9 tahun. Pada masa mereka berada diusia sekolah mereka tidak tahu bahwa suatu kewajiban bagi seseorang mengecap pendidikan sampai Sekolah Menengah Sekolah Pertama. Oleh karena itu masih ada beberapa masyarakat yang tidak bersekolah karena mereka menganggap itu tidak suatu kewajiban.

3. Pengetahuan Ibu dan Keluarga tentang PMT Tabel 5.3 Pengetahuan ibu dan keluarga tentang PMT

Pengetahuan Frekuensi Persentase

Baik 7 22,6 Cukup 15 48,4 Kurang 8 25,8


(45)

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan ibu dan keluarga tentang pemberian makanan tambahan lebih banyak pada rentang tingkat pengetahuan cukup dengan jumlah persentasi 48,4 %. Pengetahuan ibu tentang pemberian makanan tambahan diperoleh dari kebiasaan ibu, pekerjaan, pendidikan dan sumber informasi.

Menurut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yakni karateristik individu yang bersangkutan seperti, pendidikan, motivasi, persepsi, dan pengalaman. Faktor eksternal yaitu lingkungan, ekonomi, kebudayaan, dan informasi. Faktor eksternal merupakan faktor yang lebih dominan dalam pembentukan pengetahuan seseorang.

3.1 Tujuan dan Manfaat Pemberian Makanan Tambahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan dan manfaat ibu memberikan makanan tambahan adalah agar bayi lebih sehat (50%). Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Boedihardjo (1994) yang menyatakan bahwa kelompok masyarakat yang menganut pandangan bahwa bayi sehat adalah bayi gemuk akan terus menerus memberikan makanan tambahan secara berlebihan. Hasil penelitian


(46)

ini sesuai dengan hasil penelitian Idrus (1994) di kota Jakarta yang menunjukkan bahwa pemberian makanan tambahan yang terlalu dini akan mempercepat ketidaktergantungan bayi terhadap ASI dan menganggap makanan tambahan sudah mencukupi kebutuhan gizi bayi. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Kavindra (2006) yang menyatakan bahwa ibu akan beranggapan bayi yang mendapat ASI harus diberi makanan tambahan karena ASI saja tidak cukup memenuhi kebutuhan nutrisi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Soetjiningsih (1997) yang menyatakan bahwa sebagian besar produsen masih berpegang pada peraturan lama yaitu batasan ASI eksklusif sampai empat bulan sehingga makanan tambahan seperti bubur susu, biskuit masih mencantumkan untuk usia empat bulan.

3.2 Jenis Makanan Tambahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu suku Mandailing di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas telah memberikan makanan tambahan dan susu formula sebelum bayi berusia enam bulan (60%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Pujiati (2004) di Kecamatan Brastagi yang menujukkan bahwa bayi usia 4-6 bulan (29,5%) telah mendapatkan susu formula. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Renata Pardosi (2009) di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan bahwa sebagian besar ibu (93,5%) telah memberikan susu formula sebelum bayi berusia


(47)

enam bulan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Markum (2002) yang menyatakan bahwa pemberian susu formula adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi yang komposisinya disusun untuk dapat memenuhi kebutuhan secara fisiologis yang diberikan setelah bayi berusia 6 bulan. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan pernyataan Krisnatuti (2000) yang menyatakan bahwa pemberian makanan tambahan seperti susu formula dianjurkan setelah bayi berusia 6 bulan.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian ibu memberikan buah sebagai makanan tambahan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Baso (2007) menunjukkan bahwa sebagian besar ibu (33,3%) telah memberikan buah sebagai makanan tambahan. Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Krisnaturti (2000) dan Sembiring (2009) yang menyatakan bahwa pemberian makanan tambahan dianjurkan setelah bayi berusia 6 bulan dan pemberian ASI saja yang dilakukan selama 6 bulan sudah mencukupi kebutuhan gizi bayi. Kemudian setelah berusia 6 bulan, pemberian ASI dapat diikuti dengan pemberian makanan tambahan hingga bayi berusia 2 tahun, dan pemberian ASI telah dapat dihentikan.

3.3 Makanan Tambahan Yang Baik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memberikan telur,ikan (63,33%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Manalu


(48)

(2008) yang menunjukkan bahwa ibu yang memberikan makanan tambahan ikan asin 1-3 kali sehari (80,49%), telur dan daging 1 kali seminggu (19,51%). Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Sediaoetama (1991) yang menyatakan bahwa protein merupakan zat gizi yang sangat penting,karena paling erat hubungannya dengan proses kehidupan .Kebutuhan protein terutama dipenuhi dari makanan lauk pauk seperti daging, ikan, unggas, telur, susu, dan kacangan-kacangan. Namun pernyataan ini tidak sesuai bagi bayi yang masih berusia kurang dari 6 bulan yang seharusnya pemberian ASI sudah mencukupi kebutuhan gizi bayi (Krisnatuti, 2000). Hasil penelitian Manalu (2008) yang menunjukkan bahwa semua bayi yang diteliti kekurangan konsumsi buah untuk frekuensi 1-3 kali seminggu (100%). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Satyanegara (2004) dan Moehji (1998) yang menyatakan bahwa setelah usia bayi 6 bulan dapat diperkenalkan buah-buahan yang sudah dihaluskan dan diberikan 1 kali sehari pada siang hari dan setelah bayi berusia 8-12 bulan dapat diperkenalkan buah-buahan yang sudah dilunakkan dalam 2 kali sehari pada pagi dan siang hari.

3.4 Waktu Pemberian Makanan Tambahan

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu (46,66%) telah memberikan susu formula sepanjang hari. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Marpaung (1991) di padang luar yang menunjukkan bahwa pemberian makanan tambahan yang pertama kali diberikan terbanyak pada bayi


(49)

berusia 3-6 bulan, serta hasil penelitian Baso (2007) juga menunjukkan bahwa pada usia 4-6 bulan (58,6%) telah diberikan makanan tambahan.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Moehji (1998) yang menyatakan bahwa jarak pemberian waktu ASI dan susu formula biasanya sekitar setiap 3 jam sekali pemberian. Dianjurkan juga agar jangan memberikan susu formula lebih dahulu kemudian diberi ASI karena susu formula hanya penambah ASI apabila ibu tidak mampu menyusui. Pada malam hari terkadang ibu menyusui hanya sekedar menidurkan bayinya dan ibu tidak perlu lagi menambah susu formula. Pemberian susu formula ini dapat diberikan setelah bayi berusia 6 bulan (Krisnatuti,2000). Hasil penelitian ini tidak juga sesuai dengan pernyataan (Satyanegara, 2004) yang menyatakan bahwa pemberian makanan tambahan pada siang hari adalah waktu paling mudah untuk mengganti ASI dan susu formula. Bayi yang sudah dapat menyesuaikan diri dengan keadaan seperti ini, kemudian dapat diperkenalkan pada pagi hari dan pemberian pada malam hari adalah waktu yang paling akhir untuk pengenalan makanan tambahan. Pemberian makanan tambahan ini dianjurkan setelah bayi berusia enam bulan atau setelah pemberian ASI eksklusif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memberikan nasi tim pagi (15,2%), siang (10,8%), dan sore (13%). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam Sembiring (2009) yang menyakatakan bahwa pemberian nasi tim dianjurkan pada saat makan pagi, makan siang, dan makan sore setelah bayi berusia 7 bulan hingga 12 bulan.


(50)

Hasil penelitian ini tidak sesuai juga dengan pernyataan Moehji (1998) yang menyatakan bahwa nasi tim diberikan jika bayi sudah mampu menerima makanan lumat yang dapat dimulai pada usia 6-8 bulan. Apabila nasi campur tidak dapat diberikan maka dapat diganti dengan nasi tim yang pada umumnya diberikan pada saat makan pagi, makan siang, dan makan sore.

3.5 Resiko Pemberian Makanan Tambahan

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar ibu (66,66%) menyatakan bahwa bayi mereka mengalami diare setelah diberikan makanan tambahan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Akre (1990) bahwa pemberian makanan tambahan lain selain ASI kepada bayi kurang dari 4 bulan dapat menyebabkan diare. Hasil penelitian juga sesuai dengan hasil penelitian Puspitaningrum (2006) di wilayah kerja Puskesmas grandungmangru yang menunjukkan bahwa dari 343 bayi (71,6%) yang telah diberikan makanan tambahan berupa susu formula terdapat sebanyak 39 bayi (8,1%) yang mengalami diare dan hasil penelitian Lubis (2006) juga menunjukkan bahwa pemberian susu hanya dengan satu botol diidentifikasi sebagai faktor resiko terjadinya diare. Hasil penelitian sesuai dengan pernyataan Satyanegara (2004) yang menyatakan bahwa diare dapat diakibatkan oleh infeksi virus pada saluran cerna karena pencucian botol minuman bayi yang tidak bersih, serta pemberian makanan tambahan terlalu dini akan membuat iritasi usus bayi karena saluran pencernaan pada bayi belum matur. Diare ditandai dengan pengeluaran tinja yang lunak, berair dan lebih dari


(51)

4-8 kali sehari. Resiko pemberian makanan tambahan sebelum umur adalah kenaikan berat badan yang terlalu cepat sehingga menjurus ke obesitas alergi, kemungkinan pencernaan sehingga terjadi gangguan pencernaan/diare (Pujiadi 2000).


(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 1.Kesimpulan

Tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan keluarga sangat mempengaruhi dalam pemberian makanan tambahan pada bayi usia 0-6 bulan. Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor budaya merupakan faktor tertinggi yang mempengaruhi ibu memeberikan makanan tambahan pada usia 0-6 bulan di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif murni, populasinya adalah ibu suku mandailing yang mempunyai bayi 0-6 bulan. Jumlah sampel sebanyak 30 orang. Validitas instrument di uji dengan cronbach alpha. Uji reabilitas dilakukan dengan menggunakan formula KR-21 dan didapatkan hasil uji reliable yaitu 0,724.

Hasil penelitian distribusi tingkat pendidikan Tinggi yaitu Sarjana 5 responden (16,66%), Sedang yaitu SMP dan SMA 20 responden (66,66%), Rendah yaitu Tidak sekolah dan SD 5 responden (16,66%).

Hasil penelitian distribusi kebiasaan menunjukkan bahwa kebiasaan keluarga dalam kategori kurang 8 responden (25,8%) ,15 responden (50%) menunjukkan kebiasaan keluarga dalam kategori cukup dan 7 responden (22,6%) menunjukkankan kebiasaan keluarga dalam kategori baik.

Hasil penelitian karakteristik responden menunjukkan mayoritas usia ibu <20 tahun 6,66% dan usia ibu 20-35 tahun 93,33%. Dan usia bayi 1-3 bulan 33,33% dan usia bayi 4-6 bulan 66,66%. Rata-rata sebagian besar responden


(53)

dalam penelitian ini hanya menganyam pendidikan di bangku sekolah SMA yaitu sebanyak 45,2%, dan rata-rata hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga 48,8%. Selain itu juga responden lebih banyak berpenghasilan dibawah Rp. 700 ribu perbulan yaitu sebanyak 58,1% .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan dan manfaat ibu memberikan makanan tambahan adalah agar bayi lebih sehat (50%), sebagian besar ibu yang memiliki bayi usia kurang dari enam bulan telah memberikan makanan tambahan sewaktu bayi berusia 0-6 bulan yang seharusnya ibu dapat memberikan makanan tambahan setelah bayi berusia enam bulan (60%), sebagian besar ibu memberikan telur,ikan (63,33%), sebagian besar ibu (46,66%) telah memberikan susu formula sepanjang hari, sebagian besar ibu (66,66%) menyatakan bahwa bayi mereka mengalami diare setelah diberikan makanan tambahan.

2.Saran

2.1 Praktek Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga yang memberikan makanan tambahan kepada usia 0-6 bulan hendaknya perawat perlu melakukan penyuluhan terhadap ibu-ibu yang sedang hamil ataupun yang telah memiliki bayi usia kurang dari enam bulan agar tidak memberikan makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan. Perawat diharapkan dapat menginformasikan resiko yang akan ditimbulkan dari pemberian makanan tambahan baik dalam resiko jangka


(54)

pendek maupun jangka panjang. a. Pendidikan Keperawatan

Kepada institusi keperawatan yang mengadakan pratikum komunitas untuk leih meningkatkan promosi yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ibu yang memberian makanan tambahan pada usia 0-6 bulan agar masyarakat termotivasi memberian ASI eksklusif.

b. Penelitian Keperawatan

Pada penelitian ini didapatkan bahwa ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan lebih banyak memberikan makanan tamabahan daripada memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka sehingga perlu masih perlu dilakukan penelitian tentang hubungan antara factor tersebut dengan pemberian makanan tamabahan pada bayi usia 0-6 bulan.

c. Petugas kesehatan

Kepada petugas kesehatan agar lebih meningkatakan promosi kesehatan dalam upaya meningkatakan cakupan ASI eksklusif.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Edisi Revisi V

Ariani. (2008). Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). http : //parentingislami.wordpress.com/2008/06/cerdas-dalam-memberi-pola-makanan-html, diakses 04 Februari 2012

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta Baso, M. (2007). Studi Longitudinal Pertumbuhan Bayi yang Diberi MP-ASI Pabrik

(Blended Food) dan MP-ASI Non Pabrik (Local Food). Dibuka pada website http://graduate. blogsome. com/2007/02/02/studi-longitudinal-pertumbuhan-bayi-yang-diberi-mp-asi-pabrik-blended-food dan mp-asi-non-pabrik-local-food-3/ pada tanggal 5 Maret 2012

Boediharjo, S.D. (1994). Pemberian Makanan untuk Bayi. Jakarta : Perinasia

Chintia. (2008). Cerdas Memberi Makanan Pendamping Bayi. http ://818. Blogspot.com/2008/06/cerdas-dalam-memberi-pola-makanan-html, diakses 12 Februari 2012

Depkes RI. (2006). Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI Lokal). Dibuka pada website www. depkes.org..id pada tanggal 22 Maret 2012

Demsey A. P dan Demsey DA. (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan Edisi 4. Jakarta:EGC

Husaini, M. (2001). Makanan Bayi Bergizi. Cetakan VII. Yogyakarta : Gadjah Mada. University Press

Ihsan Fuad. (2005). Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta. PT RINEKA CIPTA. Jakarta Kavindra. (2006). Artikel Pemberian Makanan Terlalu Dini. Dibuka pada website http

://www.mail-archive.com/balita-anda@balita-anda.com/thrd15.htm#119867 pada tanggal 16 Maret 2012

Krisnatuti, D & Yenrina, R. (2002). Menyiapkan Makan Pendamping ASI. Jakarta : Puspa Swara

Linkages. (2004). Exclusive Breastfeeding : The Only Water Source Young Infants Need. Frequently Asked Question. http : //. www. Linkagesproject.org/media/publications/ENA__references/ref4.7%2.pdf.dibuka tanggal 15 oktober 2010

Luluk. (2005). Resiko Pemberian MP-ASI Terlalu Dini. http://wrm-indonesia.org/content/view/647/, diakses 24 Maret 2012

Moehji, S. (1998). Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakarta : PT Bhratara Karya Aksara

Nadesul, Hendrawan. (2005). Makanan Sehat untuk Bayi. Cetakan VII. Jakarta : Puspa Swara

Notoadmojo. S. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta

Notoatmojo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan 1. Jakarta : PT Rineka Cipta


(56)

Jakarta. Salemba Medika

Pardosi Renata. (2009). Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan

Polit & Hanger. (1995). Nursing Research 5 th edition : Principals and Methods. Philadelphia : JB Lippincott

Rosidah Didah. (2004). Pemberian Makanan Tambahan . Jakarta : EGC

Satyanegara, S. (2004). Panduan Lengkap Perawatan Bayi dan Balita. Jakarta :Arcan Sembiring, T. (2009). Ragam Pediatrik Praktis. Medan :USU Press

Soetijiningsih. (1997). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta. EGC Suhardjo. (1999). Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak, Kanisius : Yogyakarta Tirtarahardja, U, La Sulo, S.L. (2005). Pengantar Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta :


(57)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Judul penelitian : Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu Dan Kebiasaan Keluarga Dalam Pemberian Makanan Tambahan Kepada Bayi Sebelum Berusia 6 Bulan pada Suku Mandailing di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas

Peneliti : Siti Rahma Caniago NIM : 071101120

Saya yang bernama Siti Rahma Caniago/071101120 mahasiswa Fakultas Keperawatan Jalur A Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan ibu dan kebiasaan keluarga dalam pemberian makanan tambahan kepada bayi sebelum berusia 6 bulan pada Suku Mandailing di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas

Untuk keperluan tersebut, saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Apabila ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini maka ibu akan diberi formulir persetujuan menjadi responden untuk ditandatangani sebagai lembar persetujuan.

Peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas dan data yang responden berikan. Informasi yang responden berikan akan saya simpan sebaik mungkin dan apabila dalam pemberian informasi ada yang kurang dimengerti maka responden dapat menanyakannya kepada peneliti.

Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

Medan, Desember 2012

Peneliti Responden


(58)

KUESIONER PENELITIAN

Gambaran Tingkat Pendidikan ibu Dan Kebiasaan Keluarga Dalam Pemberian Makanan Tambahan Kepada Bayi Sebelum Berusia 6 Bulan pada Suku Mandailing di Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga

Sambas

No. Responden : Hari/Tanggal : I. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk Pengisian : Ibu diharapkan :

1. Menjawab setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda

checklist (√ ) pada tempat yang tersedia. 2. Semua pernyataan harus dijawab.

3. Tiap satu pernyataan ini diisi dengan satu jawaban.

4. Bila ada data yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti. 1. Usia ibu : Tahun

2. Usia bayi : bulan 3. Tingkat Pendidikan :

( ) Tidak Sekolah ( ) SMA ( ) SD ( ) Sarjana ( ) SMP

4. Pekerjaan :

( ) Ibu Rumah tangga

( ) Bertani ( ) Wiraswasta

( ) PNS/TNI/POLRI ( ) Lain-lain, Sebutkan…. ( ) Pegawai Swasta

5. Penghasilan :

( ) Rp. < 700.000 per bulan

( ) Rp. 800.000 - 1.500.000 per bulan ( ) Rp. >1.500.000 per bulan


(59)

II. Kuesioner Kebiasaan keluarga Suku Mandailing dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Sebelum Berusia 6 Bulan

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah pernyataan ini dengan baik, kemudian berikan tanda checklist (√)

pada jawaban yang sesuai dengan kondisi yang Ibu alami.

2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan sejujurnya dan peneliti menjamin kerahasiaan atas jawaban yang Ibu berikan.

3. Tiap pernyataan diisi dengan satu jawaban Ket :

Selalu : 7 kali dalam seminggu Sering : 4-6 kali dalam seminggu Jarang : 1-3 kali dalam seminggu Tidak pernah : belum pernah dilakukan

No. Pernyataan Tidak

Pernah Jarang Sering Selalu 1 Keluarga memberikan Makanan tambahan

pada bayi pertama kali sebelum berusia enam bulan

2 Keluarga memberikan Makanan tambahan pada bayi seperti pisang ambon yang dikerok 3 Keluarga memberikan ASI eksklusif pada

bayi dari usia 0-6 bulan

4 Keluarga memberikan makanan tambahan pada bayi seperti air tajin sebagai peganti ASI

5 Keluarga memberikan makanan tambahan makanan pada bayi dalam kondisi bersih 6 Keluarga memberikan makanan tambahan

pada bayi seperti susu formula

7 Keluarga memberikan makanan tambahan pada bayi berprotein tinggi seperti telur, ikan 8 Keluarga memberikan makanan tambahan

pada bayi supaya membantu tidur bayi lebih nyenyak sepanjang malam

9 Keluarga memberikan makanan tambahan pada bayi seperti nasi bubur

10 Keluarga memberikan makanan tambahan pada bayi dalam posisi kepala lebih tinggi daripada badan bayi


(60)

pada bayi sebanyak-banyaknya

12 Keluarga memberikan makanan tambahan pada bayi tepat waktu

13 Keluarga memberikan makanan tambahan pada bayi mengalami diare

14 Keluarga memberikan makanan tambahan pada bayi seperti madu,buah-buah juice 15 Keluarga memberikan makanan tambahan

pada bayi seperti biskuit

16 Pemberian makanan tambahan pada bayi diberikan agar bayi tidak rewel dan sering menangis


(61)

HASIL UJI RELIABILITAS Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0 Excluded(a

) 0 .0

Total 10 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .724 16

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted VAR00001 31.2000 39.067 .613 .672 VAR00002 31.2000 43.289 .366 .705 VAR00003 30.3000 50.011 .015 .728 VAR00004 31.4000 41.822 .481 .691 VAR00005 30.3000 49.122 .216 .722 VAR00006 31.2000 46.178 .202 .723 VAR00007 30.9000 39.878 .686 .668 VAR00008 31.1000 35.878 .820 .639 VAR00009 31.6000 35.156 .895 .628 VAR00010 31.2000 68.844 -.881 .851 VAR00011 30.6000 43.600 .659 .687 VAR00012 30.5000 47.611 .350 .714 VAR00013 32.7000 55.789 -.579 .771 VAR00014 31.1000 42.544 .512 .690 VAR00015 31.4000 38.711 .720 .661 VAR00016 31.3000 41.122 .738 .671


(62)

Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items

33.2000 50.178 7.08363 16

Hasil Data Demografi

Statistics usia ibu usia bayi

tingkat

pendidikan pekerjaan penghasilan

kebiasaan keluarga

N Valid 30 30 30 30 30 30

Missing 1 1 1 1 1 1

SAVE OUTFILE='C:\Documents and Settings\TOSHIBA\My Documents\data demografi dan kuesioner.sav' /COMPRESSED. FREQUENCIES

VARIABLES=usiaibu usiabayi tingkatpendidikan pekerjaan penghasilan kebiasaankeluarga /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 05-Apr-2012 17:45:38

Comments

Input Data C:\Documents and Settings\TOSHIBA\My Documents\data demografi dan

kuesioner.sav Active Dataset DataSet0 Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data

File

31 Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated

as missing.


(63)

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=usiaibu usiabayi tingkatpendidikan pekerjaan penghasilan kebiasaankeluarga /ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 0:00:00.031

Elapsed Time 0:00:00.031

[DataSet0] C:\Documents and Settings\TOSHIBA\My Documents\data demografi dan kuesioner.sav

Statistics

usia ibu usia bayi tingkat pendidikan pekerjaan penghasilan

kebiasaan keluarga

N Valid 30 30 30 30 30 30

Missing 1 1 1 1 1 1

Frequency Table

usia ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 19.00 1 3.2 3.3 3.3

20.00 1 3.2 3.3 6.7

21.00 1 3.2 3.3 10.0

22.00 1 3.2 3.3 13.3

23.00 4 12.9 13.3 26.7

25.00 3 9.7 10.0 36.7

26.00 3 9.7 10.0 46.7

27.00 2 6.5 6.7 53.3

28.00 3 9.7 10.0 63.3

29.00 2 6.5 6.7 70.0

30.00 5 16.1 16.7 86.7

32.00 1 3.2 3.3 90.0

33.00 2 6.5 6.7 96.7

35.00 1 3.2 3.3 100.0

Total 30 96.8 100.0

Missing System 1 3.2


(64)

usia bayi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 1 3.2 3.3 3.3

2.00 6 19.4 20.0 23.3

3.00 5 16.1 16.7 40.0

4.00 6 19.4 20.0 60.0

5.00 6 19.4 20.0 80.0

6.00 6 19.4 20.0 100.0

Total 30 96.8 100.0

Missing System 1 3.2

Total 31 100.0

tingkat pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sekolah 5 16.1 16.7 16.7

SD 1 3.2 3.3 20.0

SMP 5 16.1 16.7 36.7

SMA 14 45.2 46.7 83.3

Sarjana 5 16.1 16.7 100.0

Total 30 96.8 100.0

Missing System 1 3.2

Total 31 100.0

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ibu Rumah Tangga 15 48.4 50.0 50.0

Bertani 2 6.5 6.7 56.7


(65)

Wiraswasta 8 25.8 26.7 100.0

Total 30 96.8 100.0

Missing System 1 3.2

Total 31 100.0

penghasilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Rp. < 700.000 per bulan 18 58.1 60.0 60.0

Rp. 800.000-1.500.000 per bulan

8 25.8 26.7 86.7

Rp. > 1.500.000 per bulan 4 12.9 13.3 100.0

Total 30 96.8 100.0

Missing System 1 3.2

Total 31 100.0

Pengetahuan ibu keluarga Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 7 22.6 23.3 23.3

Cukup 15 48.4 50.0 73.3

Kurang 8 25.8 26.7 100.0

Total 30 96.8 100.0

Missing System 1 3.2


(66)

TAKSASI DANA 1.Persiapan Proposal

- Biaya tinta dan kertas print proposal Rp. 150.000,- - Foto kopi sumber- sumber tinjauan pustaka Rp. 150.000,-

- Perbanyak Proposal Rp. 50.000,-

- Biaya Internet Rp. 20.000,-

- Sidang Proposal Rp. 60.000.-

2.Pengumpulan Data

- Transportasi Rp. 100.000.-

- Penggandaan kuesioner Rp. 100.000,-

-Biaya Penelitian Rp. 35.000,- 3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Perbaikan

- Biaya kertas dan tinta print Rp. 100.000,-

- Penjilidan Rp. 100.000.-

-Sidang Skripsi Rp. 150.000,- -Penggandaan laporan penelitian Rp. 70.000.-

4. Biaya tak terduga Rp. 200.000,-

Jumlah ______________

Rp. 1.285.000,-


(67)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Diri

Nama : Siti Rahma Caniago Tempat/Tgl Lahir : Sibolga, 6 Oktober 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Jamin Ginting Padang Bulan Medan Pendidikan Formal

1. 1995-2001 : SD N 081225 Sibolga 2. 2001-2004 : MTSN Padang Panjang 3. 2004-2007 : MAN Sibolga


(1)

Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items

33.2000 50.178 7.08363 16

Hasil Data Demografi

Statistics usia ibu usia bayi

tingkat

pendidikan pekerjaan penghasilan

kebiasaan keluarga

N Valid 30 30 30 30 30 30

Missing 1 1 1 1 1 1

SAVE OUTFILE='C:\Documents and Settings\TOSHIBA\My Documents\data

demografi dan kuesioner.sav' /COMPRESSED. FREQUENCIES

VARIABLES=usiaibu usiabayi tingkatpendidikan pekerjaan penghasilan

kebiasaankeluarga /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 05-Apr-2012 17:45:38

Comments

Input Data C:\Documents and Settings\TOSHIBA\My

Documents\data demografi dan kuesioner.sav

Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none> N of Rows in Working Data

File

31

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.


(2)

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=usiaibu usiabayi tingkatpendidikan pekerjaan penghasilan kebiasaankeluarga /ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 0:00:00.031

Elapsed Time 0:00:00.031

[DataSet0] C:\Documents and Settings\TOSHIBA\My Documents\data

demografi dan kuesioner.sav

Statistics

usia ibu usia bayi tingkat pendidikan pekerjaan penghasilan

kebiasaan keluarga

N Valid 30 30 30 30 30 30

Missing 1 1 1 1 1 1

Frequency Table

usia ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 19.00 1 3.2 3.3 3.3

20.00 1 3.2 3.3 6.7

21.00 1 3.2 3.3 10.0

22.00 1 3.2 3.3 13.3

23.00 4 12.9 13.3 26.7

25.00 3 9.7 10.0 36.7

26.00 3 9.7 10.0 46.7

27.00 2 6.5 6.7 53.3

28.00 3 9.7 10.0 63.3

29.00 2 6.5 6.7 70.0

30.00 5 16.1 16.7 86.7

32.00 1 3.2 3.3 90.0

33.00 2 6.5 6.7 96.7

35.00 1 3.2 3.3 100.0

Total 30 96.8 100.0

Missing System 1 3.2


(3)

usia bayi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 1 3.2 3.3 3.3

2.00 6 19.4 20.0 23.3

3.00 5 16.1 16.7 40.0

4.00 6 19.4 20.0 60.0

5.00 6 19.4 20.0 80.0

6.00 6 19.4 20.0 100.0

Total 30 96.8 100.0

Missing System 1 3.2

Total 31 100.0

tingkat pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sekolah 5 16.1 16.7 16.7

SD 1 3.2 3.3 20.0

SMP 5 16.1 16.7 36.7

SMA 14 45.2 46.7 83.3

Sarjana 5 16.1 16.7 100.0

Total 30 96.8 100.0

Missing System 1 3.2

Total 31 100.0

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ibu Rumah Tangga 15 48.4 50.0 50.0

Bertani 2 6.5 6.7 56.7


(4)

Wiraswasta 8 25.8 26.7 100.0

Total 30 96.8 100.0

Missing System 1 3.2

Total 31 100.0

penghasilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Rp. < 700.000 per bulan 18 58.1 60.0 60.0

Rp. 800.000-1.500.000 per bulan

8 25.8 26.7 86.7

Rp. > 1.500.000 per bulan 4 12.9 13.3 100.0

Total 30 96.8 100.0

Missing System 1 3.2

Total 31 100.0

P

enge

tahuan ibu keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 7 22.6 23.3 23.3

Cukup 15 48.4 50.0 73.3

Kurang 8 25.8 26.7 100.0

Total 30 96.8 100.0

Missing System 1 3.2


(5)

TAKSASI DANA

1.Persiapan Proposal

- Biaya tinta dan kertas print proposal

Rp. 150.000,-

- Foto kopi sumber- sumber tinjauan pustaka

Rp. 150.000,-

- Perbanyak Proposal

Rp. 50.000,-

- Biaya Internet

Rp. 20.000,-

- Sidang Proposal

Rp. 60.000.-

2.Pengumpulan Data

- Transportasi

Rp. 100.000.-

- Penggandaan kuesioner

Rp. 100.000,-

-Biaya Penelitian Rp. 35.000,-

3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Perbaikan

- Biaya kertas dan tinta print

Rp. 100.000,-

- Penjilidan

Rp. 100.000.-

-Sidang Skripsi Rp. 150.000,-

-Penggandaan laporan penelitian

Rp. 70.000.-

4. Biaya tak terduga

Rp. 200.000,-

Jumlah ______________

Rp. 1.285.000,-


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Diri

Nama

: Siti Rahma Caniago

Tempat/Tgl Lahir : Sibolga, 6 Oktober 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Jamin Ginting Padang Bulan Medan

Pendidikan Formal

1. 1995-2001 : SD N 081225 Sibolga

2. 2001-2004 : MTSN Padang Panjang

3. 2004-2007 : MAN Sibolga