34.56 Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 III-4 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, 2013 Gambar 3.3. Struktur PDRB Jawa Barat Tahun 2013 Menurut Lapangan Usaha Menurut sisi penggunaan, melambatnya perekonomian tidak terlepas dari pertumbuhan konsumsi dan investasi yang tidak sekuat tahun sebelumnya, sebagaimana bisa dilihat pada Tabel 3.3. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan PMTB cenderung menurun dalam tiga tahun terakhir. Meskipun demikian, pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan PMTB memberikan andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Jabar dari sisi penggunaan, sebagaimana bisa dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Laju Pertumbuhan Komponen PDRB Sisi Penggunaan Komponen Laju Pertumbuhan 2011 2012 2013 1. Konsumsi Rumah Tangga 5,79 4,49 4,02 2. Konsumsi Pemerintah 6,48 0,01 5,51 3. PMTB 9,77 8,72 6,6 4. a. Perubahan Inventori 17,1 24,54 0,61 b. Diskrepansi Statistik -16,66 17,05 - 5. E kspor 7,28 5,52 10,06 6. Dikurangi: Impor 11,65 3,42 12,65 PDRB 6,48 6,21 6,06 Sumber: BPS Jabar Sementara ekspor dan impor mengalami pertumbuhan yang berfluktuasi, dan untuk tahun 2013 tumbuh dua digit. Impor mengalami pertumbuhan paling tinggi yakni 12,65 melebihi pertumbuhan ekspor sebesar 10,06, sehingga nilai net ekspor lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sebagaimana bisa dilihat pada Tabel 3.4.

11.95 34.56

24.44 29.05

Pertanian Indust ri Pengolahan Perdagangan, Hot el dan Rest oran Lainnya Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 III-5 Tabel 3.4. Nilai PDRB Menurut Penggunaan Tahun 2011 – 2013, Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan Tahun 2013 Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku triliun rupiah Atas Dasar Harga Konstan 2000 triliun rupiah Laju Pertumbu han 2013 Sumber Pertum buhan 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Konsumsi Rumah Tangga 513,74 555,26 617,97 217,67 227,45 236,60 4,02 2,51 2. Konsumsi Pemerintah 75,17 83,11 94,80 19,93 20,11 21,22 5,51 0,30 3. PMTB 153,91 175,20 194,33 60,99 66,31 70,68 6,60 1,20 4. a. Perubahan Inventori 39,45 48,47 52,05 12,71 15,84 15,93 0,61 0,03 b. Diskrepansi Statistik 24,32 18,38 31,58 8,95 10,41 4,61 - - 5. Ekspor 305,33 340,28 389,42 153,63 162,11 178,43 10,06 4,47 6. Dikurangi Impor 249,70 270,95 309,96 112,79 116,65 131,40 12,65 4,05 Produk Domestik Regional Bruto PD RB 862,23 949,76 1,070,18 343,19 364,75 386,84 6,06 6,06 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2013 Tingginya sumber pertumbuhan ekonomi dari komponen konsumsi rumah tangga dan PMTB, tidak lepas dari pangsa kedua komponen tersebut yang dominan terhadap PDRB Jabar. Tahun 2013, PDRB harga berlaku, digunakan untuk memenuhi Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Lembaga Non Profit sebesar 57,74, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 8,86 persen, Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto atau Komponen Investasi Fisik 18,16 persen, Komponen Perubahan Inventori 4,86 persen, dan Komponen net E kspor sebesar 7,43, sebagaimana bisa dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Struktur PDRB Menurut Penggunaan Tahun 2011 – 2013 Komponen 2011 2012 2013 1 2 3 4 1. Konsumsi Rumah Tangga 59,58 58,46 57,74 2. Konsumsi Pemerintah 8,72 8,75 8,86 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 17,85 18,45 18,16 4. a. Perubahan Inventori 4,58 5,10 4,86 b. Diskrepansi Statistik 2,82 1,94 2,95 5. Ekspor Barang dan Jasa 35,41 35,83 36,39 6. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 28,96 28,53 28,96 Produk Domestik Regional Bruto PDRB 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2013 Dalam tiga tahun terakhir, kontribusi komponen konsumsi rumah tangga cenderung menurun, sebaliknya ekspor cenderung meningkat. Tujuan utama ekspor Jawa Barat belum mengalami perubahan struktural yaitu ke kawasan ASE AN 19,5, Amerika Serikat 17,78 dan ke kawasan E ropa 15,6. Sedangkan kontribusi PMTB mengalami peningkatan untuk tahun 2011 dan 2012 namun menurun di tahun 2013. Hal ini seiring dengan melambatnya pertumbuhan PMTB. Berdasarkan data BKPPMD Provinsi Jawa Barat, belum terdapat perubahan yang signifikan terhadap daerah tujuan utama investasi di Jawa Barat. Kabupaten Karawang, Bekasi, Purwakarta, Kota Bandung, dan Kabupaten Bogor merupakan lima daerah dengan nilai realisasi investasi PMAPMDN Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 III-6 terbesar sepanjang tahun 2013 dengan total pangsa pasar mencapai 84,1. Peringkat tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Karawang dengan pangsa terhadap total investasi sebesar 43,92 yang didorong oleh realisasi investasi PMA yang sangat tinggi. Berdasarkan jenis sektor, industri pengolahan khususnya otomotif serta industri logam, mesin elektronik tetap menjadi sektor dengan nilai investasi terbesar sepanjang tahun 2013. Beberapa industri penyerap investasi terbesar adalah industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain pangsa 31 dari total investasi serta industri logam, mesin, dan elektronik pangsa 15,7. Sementara itu realisasi investasi di sektor perdagangan dan reparasi menempati peringkat ke-3 dengan pangsa 14,2. Variabel utama berikutnya yang perlu mendapat perhatian adalah inflasi karena terkait daya beli masyarakat. Tingkat inflasi Jawa Barat selama tahun 2013 sebesar 9,15 persen mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar 3,86 persen. Hal tersebut didorong oleh faktor non fundamental, terutama komoditas bahan makanan bergejolak volatile foods dan kelompok harga yang ditetapkan oleh pemerintah administered prices. Faktor non fundamental yang mendorong inflasi lebih tinggi adalah lonjakan harga komoditas bahan makanan terutama hortikultura kelompok bumbu-bumbuan bawang merah, cabai merah, cabai rawit dan kelompok daging-dagingan daging ayam ras dan daging sapi. Inflasi juga didorong oleh penyesuaian harga komoditas yang ditetapkan pemerintah pusat seperti penyesuaian harga BBM bersubsidi dan tarif listrik. Hal itu menjadi faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perkembangan inflasi Jawa Barat. Sementara itu, ekspektasi inflasi masyarakat meningkat tinggi pasca kenaikan harga BBM bersubsidi dan tarif tenaga listrik di tengah tekanan depresiasi nilai tukar Rupiah. Namun disayangkan pertumbuhan ekonomi yang cukup memuaskan dan inflasi yang terkendali di bawah dua digit, belum disertai dengan kondisi sosial ekonomi yang baik. Ketimpangan pendapatan tercermin dalam Indeks Gini IG. Pada tahun 2012 dan 2013 Indeks Gini mencapai 0,41. Kondisi secara umum distribusi pendapatan semakin tidak merata. Terdapat informasi menarik dari Tabel Input Output Jabar terkait besaran balas jasa faktor produksi. Ternyata rata-rata rasio total upah dan gaji terhadap surplus usaha seluruh sektor ekonomi kecuali sektor jasa-jasa menunjukan angka sebesar 43. Artinya, proporsi pendapatan pelaku usaha secara rata-rata lebih besar 2,67 kali lipat dari pendapatan total para pekerja. Tidak hanya ketimpangan pendapatan yang terjadi, juga ketimpangan wilayah. Hal ini tercermin dalam perbedaan nilai PDRB antar kabupaten kota yang cukup tinggi. Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor merupakan wilayah industri yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian Jawa Barat. Kemudian Kota Bandung sebagai kota jasa yang juga turut menyumbang relatif besar dibanding kota lainnya. Gambaran kondisi sosial ekonomi lainnya, dapat dilihat berdasarkan indikator ketenagakerjaan dan kemiskinan, sebagaimana bisa dilihat pada Tabel 3.6. Jumlah penduduk yang bekerja mencapai 18,41 juta orang, lebih tinggi dibandingkan dengan Agustus 2012 sebesar 18,32 juta orang. Peningkatan jumlah penduduk yang bekerja hanya 900 orang atau sebesar 0,49, padahal ekonomi tumbuh 6,06. Artinya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tidak bersifat padat karya sehingga tidak mampu menambah jumlah penduduk yang bekerja secara signifikan. Dampaknya, TPAK menurun dan sebaliknya tingkat pengangguran terbuka meningkat. Karakteristik pertumbuhan ekonomi sektoral yang jauh lebih besar di sektor-sektor non tradable menyisakan pekerjaan rumah besar berupa tantangan pengangguran. Faktanya berdasarkan Tabel Input Output Jabar, sektor pertanian yang memiliki dampak terbesar terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini tercermin dalam angka pengganda tenaga kerja paling tinggi yakni sebesar 0,036 di antara seluruh sektor ekonomi. Bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap output sektor pertanian sebesar 1 milyar rupiah, akan menambah penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut sebanyak 36 orang. Ketika dikomparasi dengan nasional, 25 total pengangguran nasional ada di Jawa Barat, Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 III-7 padahal rasio penduduk Jabar terhadap nasional sebesar 18. Dengan menggunakan pendekatan elastisitas kesempatan kerja, untuk level nasional, ketika ekonomi tumbuh 1 menyerap 400 ribu orang tenaga kerja. Sementara ekonomi Jabar, ketika ekonomi tumbuh 6,06 hanya dapat menambah jumlah orang bekerja 900 ribu orang. Dengan demikian, Jawa Barat menghadapi masalah serius terkait pengangguran. Naiknya pengangguran ternyata tidak berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin. Dalam mengukur kemiskinan, BPS menggunakan pendekatan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, artinya kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jumlah penduduk miskin penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di Jawa Barat pada tahun 2013 sebesar 4,38 juta orang 9,61 persen, menurun dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai 9,89. E konomi yang tumbuh 6,06 mendorong peningkatan pengeluaran sehingga tingkat kemiskinan menurun. Tabel 3.6. Indikator Ketenagakerjaan dan Kemiskinan di Jawa Barat Tahun 2012-2013 Indikator Tahun 2012 Tahun 2013 Ketenagakerjaan : 1. Angkatan Kerja juta org :  Bekerja juta org  Penganggur juta org 2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja persen 3. Tingkat Pengangguran Terbuka persen 20,15 18,32 1,83 63,78 9,08 20,28 18,41 1,87 63,01 9,22 Kemiskinan : 1. Jumlah Penduduk juta org 2. Persentase Penduduk Miskin persen 44,548 9,89 45,340 9,61 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2013

3.1.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2014 dan Tahun 2015

Tantangan dan prospek perekonomian Jawa Barat, tentunya akan banyak dipengaruhi oleh tantangan dan prospek pada tataran global, nasional, maupun lingkungan regional Jawa Barat sendiri.

3.1.2.1. Global dan Nasional

Pertumbuhan ekonomi global hanya akan meningkat dari 2,8 persen pada 2013 menjadi 3,1 pada tahun 2014. Hal ini disebabkan karena sebagian besar perekonomian dunia masih menghadapi banyak kendala struktural dan kendala kebijakan yang menghambat investasi lebih banyak dan pertumbuhan produktivitas yang lebih cepat. Perekonomian global masih diwarnai oleh ketidakpastian dan resiko yang masih cukup tinggi terkait dengan proses pemulihan ekonomi di sejumlah negara maju yang belum menemukan titik terang serta berbagai krisis geopolitik yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan meningkat dari 1,6 persen tahun 2013 menjadi 2,3 persen pada tahun 2014. Perekonomian E ropa akan lebih baik, keluar dari krisis, tercermin pada LPE yang positif sebesar 0,8 persen, padahal pada tahun 2013 diperkirakan terkontraksi sebesar 0,3 persen. Jepang tetap tumbuh stabil 0,8 persen. Sementara itu di kawasan regional, pertumbuhan PDB di negara berkembang secara keseluruhan diperkirakan akan turun sedikit sebesar 0,1 persen menjadi 4,6 persen pada tahun 2014. Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 III-8 Hal ini merupakan dampak dari melambatnya pertumbuhan China dari 7,5 persen pada 2013 menjadi 7 persen pada tahun 2014. Sementara itu, harga komoditas global masih mengalami tren penurunan. Kondisi-kondisi tersebut diperkirakan akan berdampak terhadap kinerja ekspor Jawa Barat ke luar negeri. Untuk perekonomian nasional, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan PDB Indonesia akan melambat menjadi 5,3 persen pada tahun 2014, dari 5,6 persen pada tahun 2013. Sebagian besar dari perlambatan tersebut didorong oleh pengurangan pengeluaran investasi yang tumbuh hanya 4,5 persen pada kuartal ketiga, yang tercerminkan terutama dalam penurunan investasi mesin dan peralatan. Sementara itu, target pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2014, di kisaran 5,8 persen sampai 6,1 persen. Faktor-faktor yang bisa dikembangkan oleh Indonesia dalam menghadapi masa depan diantaranya adanya bonus demografi. Sebanyak lebih dari 50 populasi Indonesia adalah generasi muda usia produktif antara 14-54 tahun. Diperkirakan selama 20 tahun ke depan, demografi tersebut akan bertahan dengan sebagian besar masyarakat berusia produktif. Mereka akan menyumbang peningkatan kelas menengah dan tentu saja dapat menggerakkan perekonomian dalam negeri. Sumber daya alam dan energi yang dimiliki di Indonesia juga menjadi faktor yang dapat dikembangkan di masa depan. Seperti diketahui, kekayaan energi baik fosil maupun energi terbarukan di Indonesia sangat besar potensinya. Selain itu, SDA yang dimiliki negara ini juga beragam dan sangat banyak. Kelebihan Indonesia juga ada pada kestabilan perekonomian secara makro. Di tengah krisis global yang melanda AS dan E ropa, secara meyakinkan ekonomi makro Indonesia tetap tumbuh bahkan di atas 6. Hal tersebut menunjukkan adanya kebijakan makro ekonomi yang tepat. Dari sisi usaha mikro, kecil dan menengah UMKM, Indonesia terbukti lebih tahan terhadap krisis ekonomi. Sebanyak 50 kontribusi pertumbuhan ekonomi disumbangkan oleh UMKM dan 90 pengusaha Tanah Air merupakan UMKM. Saat ini, Indonesia termasuk dalam GDP ekonomi terbesar dunia di urutan ke-16 dengan 45 juta kelas menengah. Sebanyak 53 populasi di kota menyumbangkan 71 GDP total dengan 55 juta tenaga kerja terampil dari 118 juta tenaga kerja. Peluang pasar Indonesia saat ini mencapai US0,5 triliun per tahun. Pada 2030, Indonesia akan menjadi negara dengan GDP ekonomi terbesar ke-7 dunia dengan 135 juta kelas menengah. Populasi di kota juga akan meningkat menjadi 71 dan menyumbangkan 86 GDP total. Nantinya diperkirakan sebanyak 113 juta tenaga kerja terampil ada di Indonesia dengan peluang pasar mencapai US1,8 triliun.

3.1.2.2. Provinsi Jawa Barat

Memperhatikan kondisi dan dinamika perekonomian daerah, nasional maupun global beberapa tahun sebelumnya serta proyeksi perkembangan ekonomi daerah, nasional, dan internasional, secara makro pada tahun 2015-2016 prospek pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat diprediksikan masih dalam kondisi yang cukup stabil meskipun dihadapkan pada tantangan kondisi pemulihan perekonomian global yang penuh ketidakpastian. Dengan memperhatikan kondisi tersebut, indikator makro ekonomi Provinsi Jawa Barat diproyeksikan sebagai berikut: Tabel 3.7. Proyeksi Indikator Makro E konomi Jawa Barat Tahun 2015-2016 No. Indikator Proyeksi 2015 2016 1. Laju Pertumbuhan E konomi persen 6,2 – 6,8 6,3 – 6,9 2. Inflasi persen 6,3 – 7,3 4,5 – 5,5 Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 III-9 3. Kemiskinan 6,8 – 5,9 5,9 – 5,0 4. Laju Pertumbuhan Investasi persen 5. Tingkat Pengangguran Terbuka persen 8,0 - 7,5 7,5 – 7,0 Sumber: RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 Dengan memperhatikan kondisi perkembangan perekonomian global dan nasional, maka laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat diprediksikan akan tumbuh pada kisaran sebesar 6,2 – 6,8 persen untuk tahun 2015 dan 6,3 – 6,9 persen pada tahun 2016 dan dengan inflasi pada kisaran 6,3 – 7,3 persen pada tahun 2015 dan 4,5 – 5,5 persen pada tahun 2016. Dari sisi tingkat kemiskinan, diprediksikan angka kemiskinan secara gradual akan menurun. Pada tahun 2015, tingkat kemiskinan di Jawa Barat diperkirakan akan berada pada kisaran 6,8 – 5,9 persen dan tahun 2016 sekitar 5,9 – 5,0 persen. Sejalan dengan tingkat kemiskinan, Tingkat Pengangguran Terbuka TPT juga akan memiliki kecenderungan trend yang menurun. Pada tahun 2015 TPT akan berada pada kisaran 8,0 – 7,5 persen dan tahun 2016 sekitar 7,5 – 7,0 persen. Pada periode tahun 2015-2016, kontribusi sektor pertanian diperkirakan akan masih tetap dapat memberikan kontribusi di atas 10 persen sebagai dampak dari beroperasinya Waduk Jatigede pada awal tahun 2014. Sisi permintaan, tekanan terhadap kinerja perekonomian diperkirakan dipengaruhi oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan ekspor, sementara komponen lainnya seperti konsumsi pemerintah, impor dan investasi menjaga kinerja perekonomian secara umum tetap stabil. Konsumsi pemerintah yang lebih ekspansif, impor yang cenderung melambat serta investasi yang stabil diperkirakan menjadi komponen-komponen yang membantu mempertahankan kinerja perekonomian Jawa Barat yang tetap stabil. Resiko ketidakpastian global dan perkiraan melambatnya konsumsi domestik pada tahun 2014 dan 2015 menjadi landasan perkiraan melambatnya kinerja ekspor luar negeri maupun antar daerah. Sementara itu investasi diperkirakan relatif stabil dengan kecenderungan meningkat yang dilandasi oleh perkiraan investasi swasta relatif stabil sementara investasi pemerintah lebih ekspansif. Investasi diperkirakan terus berlanjut di tahun 2014 dan 2015, terutama dalam bentuk investasi non bangunan. E kspor diperkirakan tetap bertumbuh tinggi dengan kecenderungan melambat yang dipengaruhi oleh kemungkinan konsumsi tahun 2014-2015 yang tertahan dan perkembangan eksternal yang diliputi resiko ketidakpastian. Di sisi lain, perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian dan resiko terkait lambatnya proses pemulihan ekonomi di sejumlah negara maju dan krisis geopolitik di kawasan Timur Tengah serta menurunnya proyeksi perekonomian China diperkirakan akan berdampak terhadap kinerja ekspor Jawa Barat ke luar negeri. Secara sektoral, sektor utama Jawa Barat seperti sektor industri pengolahan dan PHR diperkirakan masih akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014-2015. Perkembangan nilai tukar Rupiah yang cenderung membaik terhadap dolar AS diperkirakan berdampak terhadap kinerja perusahaan manufaktur dengan orientasi domestik dan memiliki ketergantungan impor tinggi. Sebagian industri di Jawa Barat mengandalkan bahan baku impor untuk produksinya, seperti sektor TPT dan komponen otomotif. Tekanan inflasi pada tahun 2014 diperkirakan semakin mereda, kondisi ini seiring dengan telah berakhirnya dampak kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun demikian, tekanan inflasi diperkirakan muncul dari berbagai pengaruh seperti kenaikan tarif listrik, faktor cuaca yang mempengaruhi produksi komoditas pertanian. Adapun analisis SWOT untuk tantangan perekonomian Jawa Barat Tahun 2014-2016 terlihat pada tabel 3.9. Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 III-10 Tabel 3.9. SWOT E konomi Jawa Barat Tahun 2014-2016 VARIABE L SUB VARIABE L KEKUATAN 1. Jumlah penduduk dan tingginya kunjungan penduduk luar wilayah merupakan potensi pasar 2. Minat perusahaan yang akan melakukan investasi di Jabar tinggi info BKPPMD Jabar 3. Ekspektasi positif pelaku usaha dan konsumen positif terhadap perekonomian Jabar ke depan survei BI 4. Permintaan akan meningkat sejalan dengan kenaikkan pendapatan 5. Tersedianya Infrastruktur Dasar dan Strategis 6. Kredit meningkat KELEMAHAN 1. Konflik dalam penetapan UMK yang mempengaruhi produksi 2. Perubahan cuaca akan berdampak pada produksi 3. Potensi dampak lanjutan perubahan harga-harga yang diatur pemerintah terhadap ongkos produksi dan volume produksi 4. Adanya ketimpangan yang cukup besar pada PDRB antar KabupatenKota di Jawa Barat. 5. Proporsi angka kemiskinan dan pengangguran walaupun ada kecenderungan menurun tetapi pada beberapa tahun ke depan diperkirakan masih relatif besar. 6. Cakupan keberadaan Infrastruktur dasar masih terbatas layanannya dibandingkan dengan luas wilayah, sedangkan keberadaan infrastruktur strategis masih terbatas. PELUANG 1. Mulai pulihnya permintaan ekspor Eropa dan Amerika 2. Ekspansi fiskal pemerintah pusat dan daerah berdampak positif terhadap sektor usaha 3. Stabilitas politik yang terjaga berdampak terhadap stabilitas ekonomi 4. Banyak investor dalam dan luar negeri yang tertarik untuk menanamkan modalnya dalam pembangunan infrastruktur strategis di Jawa Barat. 5. Masih banyak potensi Sumber E nergi Alternatif Panas Bumi, Mikro Hidro, Angin, Ombak, dll yang belum tereksplorasi. TANTANGAN 1. Menjaga stabilitas nilai tukar dan stabilitas harga 2. Memperbaiki kualitas pelayanan birokrasi 3. Peningkatan target indeks daya beli masyarakat Jawa Barat tahun 2014. 4. Tantangan perubahan iklim dan out break hama penyakit, dikhawatirkan produksi pangan Jawa Barat akan mengalami penurunan pada beberapa tahun ke depan. 5. Kelangkaan energi pada beberapa tahun mendatang diperkirakan akan semakin terasa. 6. Terjadinya penurunan daya saing beberapa produk andalan Jawa Barat di Pasar Global seperti tekstil dan lain-lain. Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 III-11 VARIABE L SUB VARIABE L 7. Di bidang teknologi, peran Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan dalam pemacuan inovasi untuk pembangunan masih relatif rendah. 8. Tuntutan upah minimum kerja semakin mencuat di beberapa daerah industri. 9. Penciptaan keterkaitan industri pengolah dengan sumber daya lokal. 10. Penciptaan keterkaitan pembangunan perkotaan dan pedesaan. 11. Dukungan sarana dan prasarana infrastruktur untuk mengimbangi perkembangan kota-kota di Jawa Barat yang semakin pesat. Sumber: Tim E k onomi Mak ro Provinsi Jawa Barat, 2013. Khusus untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, Jawa Barat mempunyai potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dapat dianggap sebagai prospek dalam menghadapi tantangan tersebut. Tabel 3.10. Prospek Perekonomian Jawa Barat No Bidang F enomena Uraian INTE RNAL 1 Pertanianpangan Jawa Barat memiliki lahan pertanian yang cukup luas, dengan jumlah petani yang cukup banyak, serta komoditas yang cukup beragam ditunjang keberadaan Waduk Jatigede. 2 Industri Jawa Barat memiliki industri yang banyak baik skala besar, menengah, kecil, dan mikro. 3 Energi Jawa Barat memiliki sumber daya alam sumber energy alternative yang cukup banyak, baik dari bahan tambang maupun komoditas pertanian. 4 Teknologi Jawa Barat memiliki Perguruan tinggi ternama dan lembaga litbang departemen maupun non departemen yang cukup banyak. E KSTE RNAL 1 Kelangkaan pangan di tingkat global dan nasional Merupakan peluang bagi pertanian Jawa Barat dalam pemasaran produk pertanian dan olahannya. 2 Pergeseran kekuatan ekonomi ke Asia  Jawa Barat sebagai kawasan industri terbesar di Indonesia mempunyai peluang dalam peningkatan sector industry.  Pada tanggal 14 Januari 2010 Atase Perekonomian China mewakili Pusat Perdagangan Luar Negeri China melakukan pertemuan bisnis dengan Kamar Dagang dan Industri Jabar. China merencanakan akan membuka pabrik tekstil di Jawa Barat sebagai bentuk investasi China di bidang manufaktur di Indonesia. 3 Kesiapan Jawa Barat menghadapi Asean E conomic Community A E C pada tahun 2015  Jawa Barat memiliki penduduk dan tenaga kerja yang banyak, harus dipersiapkan peningkatan daya saingnya skill, dll, supaya berkontribusi dominan terhadap lapangan kerja A E C. 4 MP3EI  Dukungan untuk MP3EI untuk jangka pendek berupa kebijakan Jawa Barat dalam penciptaan iklim usaha yang lebih baik, diharapkan akan meningkatkan kinerja industri Jawa Barat. Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 III-12 Tahun 2015 merupakan tahapan ke-2 pada rangkaian pembangunan jangka menengah tahun 2013-2018. Dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian saat ini serta tantangan dan prospek perekonomian Jawa Barat ke depan, maka pada tahun 2015 diperlukan kerangka perekonomian Jawa Barat sebagai berikut: 1. Perlu mendorong laju pertumbuhan ekonomi KabupatenKota yang relatif rendah dengan memacu sektor unggulan masing-masing kabupatenkota tersebut. 2. Pengendalian jumlah penduduk, penyediaan lapangan kerja dan penurunan angka kemiskinan, serta peningkatan daya beli masih tetap menjadi prioritas pada pembangunan Jawa Barat tahun 2015. 3. Regulasi perizinan yang pro bisnis perijinan kondusif dan membenahi permasalahan yang menghambat laju investasi dan daya saing produk. 4. Peningkatan penerapan inovasi untuk meningkatkan daya saing daerah dan ekonomi kreatif. 5. Peningkatan produk pangan melalui perbaikan sistem perbenahan intensifikasi, proteksi, pengolahan hasil, fasilitasi sarana produksi, perbaikan infrastruktur pertanian irigasi dan jalan. 6. Peningkatan ekplorasi dan pengembangan sumber energi alternatif. 7. Peningkatan peran swasta, yang salah satunya peningkatan CSR peningkatan pendanaan kontribusi dana CSR dan peningkatan sinegritas pembangunan. 8. Peningkatan daya saing tenaga kerja Jawa Barat dalam rangka diberlakukannya A sean E conomic Community tahun 2015 untuk memanfaatkan potensi jumlah tenaga kerja Jawa Barat dan peluang pasar tenaga kerja dan usaha.

3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Kebijakan keuangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 secara umum disusun dalam rangka mewujudkan arah kebijakan pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Tahun 2013-2018, tidak terlepas dari kapasitas fiskal daerah sebagai salah satu penopang strategis dalam implementasi pembangunan Provinsi Jawa Barat. Terbatasnya sumber-sumber penerimaan fiskal telah menempatkan pengelolaan aset daerah secara profesional pada posisi yang amat potensial untuk menunjang penerimaan pemerintah daerah. Sehingga pendanaan non APBD, seperti APB N, Hibah, dana kemitraan swasta, swadaya masyarakat serta kontribusi pelaku usaha melalui Corporate Social Resposibility CSR merupakan potensi sumber penerimaan guna menunjang beban belanja pembangunan daerah.

3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

Pendapatan daerah menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pasal 1 ayat 13 merupakan hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun terkait. Berdasarkan ketentuan tersebut, dijelaskan bahwa sumber pendapatan daerah Provinsi terdiri atas: 1 Pendapatan Asli Daerah PAD yang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah; 2 Dana Perimbangan yang meliputi: Dana Bagi Hasil PajakBagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus; 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, meliputi: Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus, Dana Bantuan Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 III-13 Keuangan dari ProvinsiKabupatenKota Lainnya, Lain-lain Penerimaan, Dana Transfer Pusat dan Dana Insentif Daerah. Sedangkan penerimaan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya SiLPA, Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana Cadangan Daerah DCD, dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Pendapatan Daerah menurut Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan dikelompokkan atas: a PAD, yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD pada umumnya terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan serta lain-lain PAD yang Sah; b Dana Perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari dana penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk membiayai kebutuhan Daerah. Dana Perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus; c Lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi Hibah, Dana Darurat, DBH Pajak dari provinsi kepada kabupatenkota, Dana Penyesuaian dan Otsus, serta Bantuan Keuangan dari provinsi atau dari pemda lainnya. Berdasarkan data kurun waktu 2012-2013 dan target 2015, penerimaan pendapatan daerah berfluktuasi. Secara persentase maupun nominal hanya kelompok komponen Pendapatan Asli Daerah PAD yang mengalami kenaikan, sedangkan kelompok Dana Perimbangan menunjukkan kecenderungan penurunan baik secara persentase maupun nominal. Dari berbagai komponen Pendapatan Daerah, sumber utama penerimaan Daerah adalah Pajak Kendaraan Bermotor. Hal ini sebagai pertanda bahwa perlu segera dilakukan upaya-upaya terobosan untuk mencari sumber-sumber alternatif pendapatan lainnya yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi sumber penerimaan daerah, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap penerimaan dari pajak daerah yang bersifat “limitative”. Hal yang sama juga terjadi pada penerimaan dana perimbangan yang menunjukkan kecenderungan menurun. Hal ini, antara lain disebabkan oleh hilangnya potensi komponen Dana Bagi Hasil Pajak bersumber dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB dan Pajak Bumi dan Bangunan yang diserahkan kepada KabupatenKota dan menurunnya besaran Bagi Hasil Bukan Pajak SDA karena berkurangnya produksi sumur minyak di Jawa Barat, sementara untuk sumur minyak baru masih dalam tahap eksplorasi, dan belum optimalnya pemanfaatan potensi sumber daya alam panas bumi di Jawa Barat. Sedangkan komponen Dana Alokasi Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus DAK masih memperlihatkan kecenderungan peningkatan. Realisasi dan target pendapatan daerah dalam kurun waktu tahun 2012-2015, tercantum pada tabel 3.15. berikut: Tabel 3.11. Realisasi dan Proyeksi Target Pendapatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2016 NO URAIAN Jumlah Realisasi Target RKPD Target APBD Target RKPD T ahun 2012 1 T ahun 2013 2 T ahun 2014 3 T ahun 2014 4 T ahun 2015 5 1 2 3 4 5 6 7 1 PE NDAPAT AN 15.280.679.125.313,00 19.323.276.364.346,00 13.300.295.680.065,00 19.907.972.852.394,00 16.799.366.531.262,20 1.1. Pendapatan Asli Daerah 8.737.123.520.817,00 12.445.698.691.865,00 10.747.433.141.758,00 13.037.556.434.371,00 14.416.031.751.655,30 1.1.1. Pajak Daerah 8.090.524.391.394,00 11.236.145.853.981,00 9.855.279.573.134,00 12.215.081.305.000,00 13.498.655.298.000,00 1.1.2. Retribusi Daerah 58.265.170.540,00 63.654.937.210,00 60.599.012.500,00 57.677.820.000,00 61.031.112.794,33 1.1.3. Hasil Pengelolaan Daerah yang dipisahkan 233.642.000.000,00 261.601.089.168,00 278.765.425.000,00 273.408.000.000,00 286.420.295.187,47 Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 III-14 NO URAIAN Jumlah Realisasi Target RKPD Target APBD Target RKPD T ahun 2012 1 T ahun 2013 2 T ahun 2014 3 T ahun 2014 4 T ahun 2015 5 1 2 3 4 5 6 7 1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 354.691.958.883,00 884.296.811.506,00 552.789.131.124,00 491.389.309.371,00 569.925.045.673,53

1.2. Dana