Global dan Nasional Provinsi Jawa Barat

Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 III-7 padahal rasio penduduk Jabar terhadap nasional sebesar 18. Dengan menggunakan pendekatan elastisitas kesempatan kerja, untuk level nasional, ketika ekonomi tumbuh 1 menyerap 400 ribu orang tenaga kerja. Sementara ekonomi Jabar, ketika ekonomi tumbuh 6,06 hanya dapat menambah jumlah orang bekerja 900 ribu orang. Dengan demikian, Jawa Barat menghadapi masalah serius terkait pengangguran. Naiknya pengangguran ternyata tidak berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin. Dalam mengukur kemiskinan, BPS menggunakan pendekatan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, artinya kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jumlah penduduk miskin penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di Jawa Barat pada tahun 2013 sebesar 4,38 juta orang 9,61 persen, menurun dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai 9,89. E konomi yang tumbuh 6,06 mendorong peningkatan pengeluaran sehingga tingkat kemiskinan menurun. Tabel 3.6. Indikator Ketenagakerjaan dan Kemiskinan di Jawa Barat Tahun 2012-2013 Indikator Tahun 2012 Tahun 2013 Ketenagakerjaan : 1. Angkatan Kerja juta org :  Bekerja juta org  Penganggur juta org 2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja persen 3. Tingkat Pengangguran Terbuka persen 20,15 18,32 1,83 63,78 9,08 20,28 18,41 1,87 63,01 9,22 Kemiskinan : 1. Jumlah Penduduk juta org 2. Persentase Penduduk Miskin persen 44,548 9,89 45,340 9,61 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2013

3.1.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2014 dan Tahun 2015

Tantangan dan prospek perekonomian Jawa Barat, tentunya akan banyak dipengaruhi oleh tantangan dan prospek pada tataran global, nasional, maupun lingkungan regional Jawa Barat sendiri.

3.1.2.1. Global dan Nasional

Pertumbuhan ekonomi global hanya akan meningkat dari 2,8 persen pada 2013 menjadi 3,1 pada tahun 2014. Hal ini disebabkan karena sebagian besar perekonomian dunia masih menghadapi banyak kendala struktural dan kendala kebijakan yang menghambat investasi lebih banyak dan pertumbuhan produktivitas yang lebih cepat. Perekonomian global masih diwarnai oleh ketidakpastian dan resiko yang masih cukup tinggi terkait dengan proses pemulihan ekonomi di sejumlah negara maju yang belum menemukan titik terang serta berbagai krisis geopolitik yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan meningkat dari 1,6 persen tahun 2013 menjadi 2,3 persen pada tahun 2014. Perekonomian E ropa akan lebih baik, keluar dari krisis, tercermin pada LPE yang positif sebesar 0,8 persen, padahal pada tahun 2013 diperkirakan terkontraksi sebesar 0,3 persen. Jepang tetap tumbuh stabil 0,8 persen. Sementara itu di kawasan regional, pertumbuhan PDB di negara berkembang secara keseluruhan diperkirakan akan turun sedikit sebesar 0,1 persen menjadi 4,6 persen pada tahun 2014. Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 III-8 Hal ini merupakan dampak dari melambatnya pertumbuhan China dari 7,5 persen pada 2013 menjadi 7 persen pada tahun 2014. Sementara itu, harga komoditas global masih mengalami tren penurunan. Kondisi-kondisi tersebut diperkirakan akan berdampak terhadap kinerja ekspor Jawa Barat ke luar negeri. Untuk perekonomian nasional, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan PDB Indonesia akan melambat menjadi 5,3 persen pada tahun 2014, dari 5,6 persen pada tahun 2013. Sebagian besar dari perlambatan tersebut didorong oleh pengurangan pengeluaran investasi yang tumbuh hanya 4,5 persen pada kuartal ketiga, yang tercerminkan terutama dalam penurunan investasi mesin dan peralatan. Sementara itu, target pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2014, di kisaran 5,8 persen sampai 6,1 persen. Faktor-faktor yang bisa dikembangkan oleh Indonesia dalam menghadapi masa depan diantaranya adanya bonus demografi. Sebanyak lebih dari 50 populasi Indonesia adalah generasi muda usia produktif antara 14-54 tahun. Diperkirakan selama 20 tahun ke depan, demografi tersebut akan bertahan dengan sebagian besar masyarakat berusia produktif. Mereka akan menyumbang peningkatan kelas menengah dan tentu saja dapat menggerakkan perekonomian dalam negeri. Sumber daya alam dan energi yang dimiliki di Indonesia juga menjadi faktor yang dapat dikembangkan di masa depan. Seperti diketahui, kekayaan energi baik fosil maupun energi terbarukan di Indonesia sangat besar potensinya. Selain itu, SDA yang dimiliki negara ini juga beragam dan sangat banyak. Kelebihan Indonesia juga ada pada kestabilan perekonomian secara makro. Di tengah krisis global yang melanda AS dan E ropa, secara meyakinkan ekonomi makro Indonesia tetap tumbuh bahkan di atas 6. Hal tersebut menunjukkan adanya kebijakan makro ekonomi yang tepat. Dari sisi usaha mikro, kecil dan menengah UMKM, Indonesia terbukti lebih tahan terhadap krisis ekonomi. Sebanyak 50 kontribusi pertumbuhan ekonomi disumbangkan oleh UMKM dan 90 pengusaha Tanah Air merupakan UMKM. Saat ini, Indonesia termasuk dalam GDP ekonomi terbesar dunia di urutan ke-16 dengan 45 juta kelas menengah. Sebanyak 53 populasi di kota menyumbangkan 71 GDP total dengan 55 juta tenaga kerja terampil dari 118 juta tenaga kerja. Peluang pasar Indonesia saat ini mencapai US0,5 triliun per tahun. Pada 2030, Indonesia akan menjadi negara dengan GDP ekonomi terbesar ke-7 dunia dengan 135 juta kelas menengah. Populasi di kota juga akan meningkat menjadi 71 dan menyumbangkan 86 GDP total. Nantinya diperkirakan sebanyak 113 juta tenaga kerja terampil ada di Indonesia dengan peluang pasar mencapai US1,8 triliun.

3.1.2.2. Provinsi Jawa Barat

Memperhatikan kondisi dan dinamika perekonomian daerah, nasional maupun global beberapa tahun sebelumnya serta proyeksi perkembangan ekonomi daerah, nasional, dan internasional, secara makro pada tahun 2015-2016 prospek pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat diprediksikan masih dalam kondisi yang cukup stabil meskipun dihadapkan pada tantangan kondisi pemulihan perekonomian global yang penuh ketidakpastian. Dengan memperhatikan kondisi tersebut, indikator makro ekonomi Provinsi Jawa Barat diproyeksikan sebagai berikut: Tabel 3.7. Proyeksi Indikator Makro E konomi Jawa Barat Tahun 2015-2016 No. Indikator Proyeksi 2015 2016 1. Laju Pertumbuhan E konomi persen 6,2 – 6,8 6,3 – 6,9 2. Inflasi persen 6,3 – 7,3 4,5 – 5,5 Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 III-9 3. Kemiskinan 6,8 – 5,9 5,9 – 5,0 4. Laju Pertumbuhan Investasi persen 5. Tingkat Pengangguran Terbuka persen 8,0 - 7,5 7,5 – 7,0 Sumber: RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 Dengan memperhatikan kondisi perkembangan perekonomian global dan nasional, maka laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat diprediksikan akan tumbuh pada kisaran sebesar 6,2 – 6,8 persen untuk tahun 2015 dan 6,3 – 6,9 persen pada tahun 2016 dan dengan inflasi pada kisaran 6,3 – 7,3 persen pada tahun 2015 dan 4,5 – 5,5 persen pada tahun 2016. Dari sisi tingkat kemiskinan, diprediksikan angka kemiskinan secara gradual akan menurun. Pada tahun 2015, tingkat kemiskinan di Jawa Barat diperkirakan akan berada pada kisaran 6,8 – 5,9 persen dan tahun 2016 sekitar 5,9 – 5,0 persen. Sejalan dengan tingkat kemiskinan, Tingkat Pengangguran Terbuka TPT juga akan memiliki kecenderungan trend yang menurun. Pada tahun 2015 TPT akan berada pada kisaran 8,0 – 7,5 persen dan tahun 2016 sekitar 7,5 – 7,0 persen. Pada periode tahun 2015-2016, kontribusi sektor pertanian diperkirakan akan masih tetap dapat memberikan kontribusi di atas 10 persen sebagai dampak dari beroperasinya Waduk Jatigede pada awal tahun 2014. Sisi permintaan, tekanan terhadap kinerja perekonomian diperkirakan dipengaruhi oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan ekspor, sementara komponen lainnya seperti konsumsi pemerintah, impor dan investasi menjaga kinerja perekonomian secara umum tetap stabil. Konsumsi pemerintah yang lebih ekspansif, impor yang cenderung melambat serta investasi yang stabil diperkirakan menjadi komponen-komponen yang membantu mempertahankan kinerja perekonomian Jawa Barat yang tetap stabil. Resiko ketidakpastian global dan perkiraan melambatnya konsumsi domestik pada tahun 2014 dan 2015 menjadi landasan perkiraan melambatnya kinerja ekspor luar negeri maupun antar daerah. Sementara itu investasi diperkirakan relatif stabil dengan kecenderungan meningkat yang dilandasi oleh perkiraan investasi swasta relatif stabil sementara investasi pemerintah lebih ekspansif. Investasi diperkirakan terus berlanjut di tahun 2014 dan 2015, terutama dalam bentuk investasi non bangunan. E kspor diperkirakan tetap bertumbuh tinggi dengan kecenderungan melambat yang dipengaruhi oleh kemungkinan konsumsi tahun 2014-2015 yang tertahan dan perkembangan eksternal yang diliputi resiko ketidakpastian. Di sisi lain, perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian dan resiko terkait lambatnya proses pemulihan ekonomi di sejumlah negara maju dan krisis geopolitik di kawasan Timur Tengah serta menurunnya proyeksi perekonomian China diperkirakan akan berdampak terhadap kinerja ekspor Jawa Barat ke luar negeri. Secara sektoral, sektor utama Jawa Barat seperti sektor industri pengolahan dan PHR diperkirakan masih akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014-2015. Perkembangan nilai tukar Rupiah yang cenderung membaik terhadap dolar AS diperkirakan berdampak terhadap kinerja perusahaan manufaktur dengan orientasi domestik dan memiliki ketergantungan impor tinggi. Sebagian industri di Jawa Barat mengandalkan bahan baku impor untuk produksinya, seperti sektor TPT dan komponen otomotif. Tekanan inflasi pada tahun 2014 diperkirakan semakin mereda, kondisi ini seiring dengan telah berakhirnya dampak kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun demikian, tekanan inflasi diperkirakan muncul dari berbagai pengaruh seperti kenaikan tarif listrik, faktor cuaca yang mempengaruhi produksi komoditas pertanian. Adapun analisis SWOT untuk tantangan perekonomian Jawa Barat Tahun 2014-2016 terlihat pada tabel 3.9. Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 III-10 Tabel 3.9. SWOT E konomi Jawa Barat Tahun 2014-2016 VARIABE L SUB VARIABE L KEKUATAN 1. Jumlah penduduk dan tingginya kunjungan penduduk luar wilayah merupakan potensi pasar 2. Minat perusahaan yang akan melakukan investasi di Jabar tinggi info BKPPMD Jabar 3. Ekspektasi positif pelaku usaha dan konsumen positif terhadap perekonomian Jabar ke depan survei BI 4. Permintaan akan meningkat sejalan dengan kenaikkan pendapatan 5. Tersedianya Infrastruktur Dasar dan Strategis 6. Kredit meningkat KELEMAHAN 1. Konflik dalam penetapan UMK yang mempengaruhi produksi 2. Perubahan cuaca akan berdampak pada produksi 3. Potensi dampak lanjutan perubahan harga-harga yang diatur pemerintah terhadap ongkos produksi dan volume produksi 4. Adanya ketimpangan yang cukup besar pada PDRB antar KabupatenKota di Jawa Barat. 5. Proporsi angka kemiskinan dan pengangguran walaupun ada kecenderungan menurun tetapi pada beberapa tahun ke depan diperkirakan masih relatif besar. 6. Cakupan keberadaan Infrastruktur dasar masih terbatas layanannya dibandingkan dengan luas wilayah, sedangkan keberadaan infrastruktur strategis masih terbatas. PELUANG 1. Mulai pulihnya permintaan ekspor Eropa dan Amerika 2. Ekspansi fiskal pemerintah pusat dan daerah berdampak positif terhadap sektor usaha 3. Stabilitas politik yang terjaga berdampak terhadap stabilitas ekonomi 4. Banyak investor dalam dan luar negeri yang tertarik untuk menanamkan modalnya dalam pembangunan infrastruktur strategis di Jawa Barat. 5. Masih banyak potensi Sumber E nergi Alternatif Panas Bumi, Mikro Hidro, Angin, Ombak, dll yang belum tereksplorasi. TANTANGAN 1. Menjaga stabilitas nilai tukar dan stabilitas harga 2. Memperbaiki kualitas pelayanan birokrasi 3. Peningkatan target indeks daya beli masyarakat Jawa Barat tahun 2014. 4. Tantangan perubahan iklim dan out break hama penyakit, dikhawatirkan produksi pangan Jawa Barat akan mengalami penurunan pada beberapa tahun ke depan. 5. Kelangkaan energi pada beberapa tahun mendatang diperkirakan akan semakin terasa. 6. Terjadinya penurunan daya saing beberapa produk andalan Jawa Barat di Pasar Global seperti tekstil dan lain-lain. Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 III-11 VARIABE L SUB VARIABE L 7. Di bidang teknologi, peran Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan dalam pemacuan inovasi untuk pembangunan masih relatif rendah. 8. Tuntutan upah minimum kerja semakin mencuat di beberapa daerah industri. 9. Penciptaan keterkaitan industri pengolah dengan sumber daya lokal. 10. Penciptaan keterkaitan pembangunan perkotaan dan pedesaan. 11. Dukungan sarana dan prasarana infrastruktur untuk mengimbangi perkembangan kota-kota di Jawa Barat yang semakin pesat. Sumber: Tim E k onomi Mak ro Provinsi Jawa Barat, 2013. Khusus untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, Jawa Barat mempunyai potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dapat dianggap sebagai prospek dalam menghadapi tantangan tersebut. Tabel 3.10. Prospek Perekonomian Jawa Barat No Bidang F enomena Uraian INTE RNAL 1 Pertanianpangan Jawa Barat memiliki lahan pertanian yang cukup luas, dengan jumlah petani yang cukup banyak, serta komoditas yang cukup beragam ditunjang keberadaan Waduk Jatigede. 2 Industri Jawa Barat memiliki industri yang banyak baik skala besar, menengah, kecil, dan mikro. 3 Energi Jawa Barat memiliki sumber daya alam sumber energy alternative yang cukup banyak, baik dari bahan tambang maupun komoditas pertanian. 4 Teknologi Jawa Barat memiliki Perguruan tinggi ternama dan lembaga litbang departemen maupun non departemen yang cukup banyak. E KSTE RNAL 1 Kelangkaan pangan di tingkat global dan nasional Merupakan peluang bagi pertanian Jawa Barat dalam pemasaran produk pertanian dan olahannya. 2 Pergeseran kekuatan ekonomi ke Asia  Jawa Barat sebagai kawasan industri terbesar di Indonesia mempunyai peluang dalam peningkatan sector industry.  Pada tanggal 14 Januari 2010 Atase Perekonomian China mewakili Pusat Perdagangan Luar Negeri China melakukan pertemuan bisnis dengan Kamar Dagang dan Industri Jabar. China merencanakan akan membuka pabrik tekstil di Jawa Barat sebagai bentuk investasi China di bidang manufaktur di Indonesia. 3 Kesiapan Jawa Barat menghadapi Asean E conomic Community A E C pada tahun 2015  Jawa Barat memiliki penduduk dan tenaga kerja yang banyak, harus dipersiapkan peningkatan daya saingnya skill, dll, supaya berkontribusi dominan terhadap lapangan kerja A E C. 4 MP3EI  Dukungan untuk MP3EI untuk jangka pendek berupa kebijakan Jawa Barat dalam penciptaan iklim usaha yang lebih baik, diharapkan akan meningkatkan kinerja industri Jawa Barat. Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 III-12 Tahun 2015 merupakan tahapan ke-2 pada rangkaian pembangunan jangka menengah tahun 2013-2018. Dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian saat ini serta tantangan dan prospek perekonomian Jawa Barat ke depan, maka pada tahun 2015 diperlukan kerangka perekonomian Jawa Barat sebagai berikut: 1. Perlu mendorong laju pertumbuhan ekonomi KabupatenKota yang relatif rendah dengan memacu sektor unggulan masing-masing kabupatenkota tersebut. 2. Pengendalian jumlah penduduk, penyediaan lapangan kerja dan penurunan angka kemiskinan, serta peningkatan daya beli masih tetap menjadi prioritas pada pembangunan Jawa Barat tahun 2015. 3. Regulasi perizinan yang pro bisnis perijinan kondusif dan membenahi permasalahan yang menghambat laju investasi dan daya saing produk. 4. Peningkatan penerapan inovasi untuk meningkatkan daya saing daerah dan ekonomi kreatif. 5. Peningkatan produk pangan melalui perbaikan sistem perbenahan intensifikasi, proteksi, pengolahan hasil, fasilitasi sarana produksi, perbaikan infrastruktur pertanian irigasi dan jalan. 6. Peningkatan ekplorasi dan pengembangan sumber energi alternatif. 7. Peningkatan peran swasta, yang salah satunya peningkatan CSR peningkatan pendanaan kontribusi dana CSR dan peningkatan sinegritas pembangunan. 8. Peningkatan daya saing tenaga kerja Jawa Barat dalam rangka diberlakukannya A sean E conomic Community tahun 2015 untuk memanfaatkan potensi jumlah tenaga kerja Jawa Barat dan peluang pasar tenaga kerja dan usaha.

3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah