Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika

dinaikkan dengan maksimal 2.000 Gulden untuk tiap kilogram candu kasar, olahan atau medis, tiap 100 gram obat-obat bius lain dan tiap 100 kilogram papaver, indische hennep atau daun coca melebihi jumlah yang sudah ditentukan sebelumnya. Percobaan suatu pelanggaran candu, bila maksud dari pelaku terlibat pada permulaan pelaksanaan ini hanya akibat dari keadaan, tidak bergantung kepada kemauannya, tidak selesai, maka dihukum maksimal sebanyak 23 hukuman pokok, yang diancam terhadap pelanggaran tersebut, sedangkan mengenai penyitaan terhadap percobaan tersebut, berlaku seperti terhadap pelanggarannya sendiri.

B. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika

Ordonansi yang sering disebut sebagai ordonansi obat bius ini berlaku selama sekitar setengah abad. Pada perkembangannya kemudian ordonansi ini digantikan dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika. Undang-undang ini disahkan pada tanggal 26 Juli 1976. Ordonansi obat bius tahun 1927 dinyatakan tidak berlaku lagi setelah ada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976. Salah satu latar belakang dibentuknya undang-undang ini adalah karena adanya ordonansi konvensi tunggal tentang narkotika beserta protokol yang mengubahnya. Berdasarkan konvensi ini, maka ordonansi obat bius tersebut dianggap sudah tidak lagi memadai untuk menanggulangi masalah narkotika di Indonesia. Universitas Sumatera Utara Berlakunya undang-undang baru ini, menyebabkan beberapa perubahan yang cukup mendasar dalam pengaturan mengenai narkotika. Dengan berlakunya undang-undang ini maka dibuka kemungkinan untuk mengimpor, mengekspor, menanam, memelihara narkotika bagi kepentingan pengobatan dan atau tujuan ilmu pengetahuan. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa dasarnya narkotika masih sangat dibutuhkan bagi pengobatan. 60 Selain itu, dalam undang- undang ini diterapkan suatu ancaman hukuman yang cukup berat bagi para pelanggar tindak pidana narkotika. Dalam undang-undang ini, pelaku tindak pidana narkotika tertentu dapat dijatuhi hukuman mati. Dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika tersebut, mengenai tindak pidananya diatur dalam bab tersendiri, yaitu bab VIII tetang ketentuan pidana. Ketentuan yang ada dalam bab yang terdiri dari Pasal 36 sampai dengan Pasal 53 ini sebenarnya adalah bentuk dari sanksi yang dapat diterapkan terhadap ketentuan-ketentuan yang tersebar dalam undang-undang itu sendiri. Undang-undang ini mulai memperkenalkan adanya hukuman mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika. Dengan diterapkannya ancaman hukuman mati tersebut diharapkan akan menimbulkan rasa takut kepada masyarakat agar tidak melakukan tindak pidana narkotika tersebut. Adapun uraian dari beberapa jenis tindak pidana tersebut akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini berdasarkan pasal-pasal yang mengatur pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika adalah sebagai berikut : 60 Soedjono D., Hukum Narkotika Indonesia, Bandung: PT. Citra Adtya Bakti, 1990, hal. 8. Universitas Sumatera Utara a. Pemidanaan bagi pelaku penyalahgunaan tindak pidana narkotika menurut Pasal 36 Dalam pasal ini dibagi menjadi 8 delapan ayat dimana di dalam pasal ini mengatur mengenai ketentuan-ketentuan pemidanaan seperti yang telah diatur dalam pasal-pasal yang telah ada pengaturannya di dalam undang- undang ini. Dalam undang-undang ini juga telah memperkenalkan jenis hukuman pidana mati dan pemidanaan yang bersifat kumulasi antara pidana penjara dan pidana denda. b. Percobaan melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika menurut Pasal 37 Percobaan untuk melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat 1 sampai dengan ayat 7 dipidana dengan pidana yang sama dengan pidana penjara bagi tindak pidananya. c. Kejahatan narkotika yang melibatkan anak di bawah umur menurut Pasal 38 Membujuk anak yang belum cukup umur untuk melakukan tindak pidana sebagaimana tersebut dalam Pasal 36 ayat 1 sampai dengan ayat 7 diancam dengan pidana sebagaimana dengan yang telah ditentukan dalam pasal tersebut ditambah dengan sepertiganya, dengan ketentuan selama- lamanya 20 duapuluh tahun. d. Ketentuan bagi narapidana tindak pidana penyalahgunaan narkotika menurut Pasal 39 Universitas Sumatera Utara Dalam pasal ini mengatur mengenai ketentuan bagi setiap terpidana yang sedang menjalani pidana melakukan kembali tindak pidana pada waktu menjalani pemidanaan belum melewati 2 dua tahun untuk ditambah sepertiganya dari pidana penjara yang dijatuhkan kepadanya. e. Ketentuan bagi para tenaga medis menurut Pasal 40 Dokter yang dengan sengaja melanggar Pasal 24 dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 12 duabelas tahun dan denda setinggi-tingginya Rp.20.000.000,- duapuluh juta rupiah. f. Ketentuan impor menurut Pasal 41 Importir yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana dalam Pasal 12 ayat 1, Pasal 18 ayat 1 dipidana dengan pidana kurungan selama- lamanya 1 satu tahun dan denda setinggi-tingginya Rp.1.000.000,- satu juta rupiah. g. Ketentuan bagi lembaga hukum menurut Pasal 42 sampai Pasal 44 Ketentuan ini diberlakukan bagi lembaga hukum yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976. Lembaga-lembaga hukum yang dimaksud diatur dalam Pasal 42 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 untuk pabrik farmasi, pedagang besar farmasi, apotik, rumah sakit, dokter, lembaga ilmu pengetahuan, lembaga pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat 2, ayat 3, dan Pasal 19, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 satu tahun dan denda setinggi-tingginya Rp.1.000.000,- satu juta rupiah. Universitas Sumatera Utara Terhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 40, Pasal 41, Pasal 42, dan Pasal 43 dapat dikenakan pidana tambahan yang berupa pencabutan hak seperti diatur dalam Pasal 35 KUHP Ayat 1 dan Ayat 6. h. Proses penyidikan menurut Pasal 45 Barangsiapa dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di depan pengadilan perkara tindak pidana yang menyangkut narkotika, dipidana dengan pidana penjara selama- lamanya 5 lima tahun atau denda setinggi-tingginya Rp.10.000.000,- sepuluh juta rupiah; i. Saksi menurut Pasal 46 Saksi dan orang lain yang bersangkutan dengan perkara yang sedang dalam pemeriksaan di depan pengadilan yang tidak memenuhi ketentuan tersebut dalam Pasal 28 dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 satu tahun. Hal ini bukan merupakan kejahatan melainkan merupakan pelanggaran. j. Informasi tindak pidana penyalahgunaan narkotika menurut Pasal 48 Barangsiapa yang mengetahui tentang adanya narkotika yang tidak sah dan tidak melaporkan kepada pihak yang berwajib dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 satu tahun dan atau denda setinggi-tingginya Rp.1.000.000,- satu juta rupiah. k. Mengenai badan hukum menurut Pasal 49 Universitas Sumatera Utara Jika suatu tindak pidana mengenai tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum, suatu perseroan, suatu perserikatan orang yang lainnya atau suatu yayasan, maka tuntutan pidana dilakukan dan hukuman pidana serta tindakan tata tertib dijatuhkan baik terhadap badan hukum, perseroan, perserikatan atau yayasan itu, maupun terhadap mereka yang memberi perintah melakukan tindak pidana narkotika itu atau yang bertindak sebagai pemimpin atau penanggung jawab dalam perbuatan atau kelalaian itu, ataupun terhadap kedua-duanya. l. Pidana tambahan menurut Pasal 51 sampai dengan 53 Dalam peraturan pemerintah sebagai pelaksana Undang-Undang ini dapat dicantumkan ancaman pidana dengan pidana penjara selama-lamanya 1 satu tahun dan atau denda setinggi-tingginya Rp.1.000.000,- satu juta rupiah.

C. Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang