Jika suatu tindak pidana mengenai tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum, suatu perseroan, suatu
perserikatan orang yang lainnya atau suatu yayasan, maka tuntutan pidana dilakukan dan hukuman pidana serta tindakan tata tertib dijatuhkan baik
terhadap badan hukum, perseroan, perserikatan atau yayasan itu, maupun terhadap mereka yang memberi perintah melakukan tindak pidana
narkotika itu atau yang bertindak sebagai pemimpin atau penanggung jawab dalam perbuatan atau kelalaian itu, ataupun terhadap kedua-duanya.
l. Pidana tambahan menurut Pasal 51 sampai dengan 53
Dalam peraturan pemerintah sebagai pelaksana Undang-Undang ini dapat dicantumkan ancaman pidana dengan pidana penjara selama-lamanya 1
satu tahun dan atau denda setinggi-tingginya Rp.1.000.000,- satu juta rupiah.
C. Pengaturan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang
Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika
1.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, yang dilakukan melalui berbagai upaya kesehatan, diantaranya
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan tersebut, psikotropika memegang peranan
Universitas Sumatera Utara
penting. Di samping itu, psikotropika juga digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan meliputi penelitian, pengembangan, pendidikan, dan pengajaran
sehingga ketersediaannya perlu dijamin melalui kegiatan produksi dan impor. Penyalahgunaan psikotropika dapat mengakibatkan sindroma ketergantungan
apabila penggunaannya tidak di bawah pengawasan dan petunjuk tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
Perbuatan yang termasuk ruang lingkup pelanggaran terhadap penyahgunaan Psikotropika adalah menggunakan, memproduksi, mengedarkan,
menyalurkan, menyerahkan, mengekspor, mengimpor, mentransito. Perbuatan seperti di atas, merupakan bagian-bagian yang dilarang apabila dilakukan
melanggar ketentuan peraturan. Mengenai ketentuan pidana yang diancamkan terhadap pelaku golongan I
Psikotropika, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 59 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika sebagai berikut:
1 Barangsiapa:
a. Menggunakan psikotropika golongan I selain dimaksud dalam Pasal 4
ayat 2; atau b.
Memproduksi danatau menggunakan dalam proses produksi psikotropika golongan I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6; atau
c. Mengedarkan psikotropika golongan I tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 3; atau d.
Mengimpor psikotropika golongan I selain untuk kepentingan ilmu pengetahuan; atau
e. Secara tanpa hak memiliki, menyimpan danatau membawa
psikotropika golongan I dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 empat tahun, paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp.150.000.000,00 seratus lima puluh juta rupiah, dan paling banyak Rp.750.000.000,00 tujuh ratus lima puluh juta rupiah.
2 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan secara
terorganisasi dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama 20 dua puluh tahun dan pidana denda
sebesar Rp. 750.000.000,00 tujuh ratus lima puluh juta rupiah.
Universitas Sumatera Utara
3 Jika tindak pidana dalam pasal ini dilakukan oleh korporasi, maka di
samping dipidananya pelaku tindak pidana, kepada korporasi dikenakan pidana denda sebesar Rp. 5.000.000.000,00 lima milyar rupiah.
Ketentuan yang mengatur mengenai memproduksi Psikotropika yang belum terdaftar pada departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan
ditentukan dalam Pasal 60 yakni, “Barangsiapa memproduksi psikotropika selain yang ditetapkan dalam ketentuan Pasal 5 atau memproduksi atau mengedarkan
psikotropika dalam bentuk obat yang tidak memenuhi standar danatau persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 atau memproduksi atau
mengedarkan psikotropika yang berupa obat yang tidak terdaftar pada departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah.
Pasal 62 disebutkan bahwa, “Barangsiapa secara tanpa hak, memiliki, menyimpan danatau membawa psikotropika dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 lima tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah”.
Ketentuan dalam Pasal 62 ditentukan sanksi pidana penjara 5 tahun dan denda minimal Rp.100.000.000,00 bagi siapa saja yang secara tanpa hak,
memiliki, menyimpan danatau membawa Psikotropika. Akan tetapi golongan Psikotropika tidak disebutkan dalam pasal ini. Jika dibandingkan dengan Pasal 59
jelas disebutkan pelanggarannya hanya kepada golongan I. Di dalam penerapan sanksi, kemungkinan akan ditemukan tumpang tindih pasal mengenai hal ini, apa
maksud pasal 62 ini tidak jelas mengatur terhadap bagian yang mana.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian mengenai ekspor dan impor Psikotropika ditentukan dalam Pasal 61 ayat 1 yakni, “Barangsiapa mengekspor atau mengimpor psikotropika
selain yang ditentukan dalam Pasal 16, atau mengekspor atau mengimpor psikotropika tanpa surat persetujuan ekspor atau surat persetujuan impor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17; atau melaksanakan pengangkutan ekspor atau impor psikotropika tanpa dilengkapi dengan surat persetujuan ekspor atau
surat persetujuan impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat 3 atau Pasal 22 ayat 4 dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan
pidana denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah. Ketentuan mengenai sanksi, baik sanksi pidana maupun denda untuk
pelanggaran Psikotropika jika diteliti sanksinya jauh lebih kecil dibandingkan dengan sanksi yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika yang relatif sanksi pidananya tinggi dan besar. Hal ini tidak saja merugikan bagi penyalahguna, tetapi juga berdampak
sosial, ekonomi, dan keamanan nasional, sehingga hal ini merupakan ancaman bagi kehidupan bangsa dan negara. Penyalahgunaan psikotropika mendorong
adanya peredaran gelap, sedangkan peredaran gelap psikotropika menyebabkan meningkatnya penyalahgunaan yang makin meluas dan berdimensi internasional.
Oleh karena, itu, diperlukan upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan psikotropika dan upaya pemberantasan peredaran gelap. Di
samping itu, upaya pemberantasan peredaran gelap psikotropika terlebih dalam era globalisasi komunikasi, informasi, dan transportasi sekarang ini sangat
diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
Undang-undang Psikotropika ini mengatur kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika yang digolongkan menjadi:
a. Psikotropika golongan I;
b. Psikotropika golongan II;
c. Psikotropika golongan III;
d. Psikotropika golongan IV.
Penggolongan ini sejalan dengan Konvensi Psikotropika 1971, sedangkan psikotropika yang tidak termasuk golongan I, golongan II, golongan III, dan
golongan IV pengaturannya tunduk pada ketentuan perundang-undangan di bidang obat keras. Akan tetapi setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika, bahwa golongan I dan golongan II yang terdapat di dalam undang-undang psikotropika telah dimasukkan ke dalam
golongan I sebagai narkotika daalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009. Undang-undang Psikotropika mengatur mengenai produksi, peredaran,
penyaluran, penyerahan, ekspor dan impor, pengangkutan, transito, pemeriksaan, label dan iklan, kebutuhan tahunan dan pelaporan, pengguna psikotropika dan
rehabilitasi, pemantauan prekursor, pembinaan dan pengawasan, pemusnahan, peran serta masyarakat, penyidikan dan ketentuan pidana.
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika tidak
diberlakukan lagi sekarang
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika berlaku hampir seperempat abad lamanya. Undang-undang tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi
dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika. Undang-undang narkotika ini berlaku pada saat diundangkan, yaitu pada tanggal 1
Universitas Sumatera Utara
September 1997. Salah satu latar belakang lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika adalah karena kejahatan narkotika telah bersifat
transnasional dan dilakukan dengan modus operandi dan teknologi yang canggih, sementara peraturan perundang-undangan yang ada, sudah kurang dapat
menanggulangi hal tersebut. Selain itu, lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 ini juga dipicu oleh adanya United Nation Convention Against Ilicit
Traffict in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances tahun 1988 yang telah diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997. Begitu pula dengan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika lahir karena didorong dengan berbagai tuntutan keadaan yang semakin diwarnai oleh banyaknya
penyalahgunaan psikotropika.
61
Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika yang menyebutkan bahwa ruang lingkup pengaturan narkotika
dalam undang-undang ini adalah segala bentuk kegiatan danatau perbuatan yang berhubungan dengan narkotika sama seperti bagian dan ruang lingkup
Psikotropika seperti menggunakan, memproduksi, mengedarkan, menyalurkan, menyerahkan, mengekspor, mengimpor, mentransito. Perbuatan seperti di atas,
merupakan bagian-bagian yang dilarang apabila dilakukan melanggar ketentuan undang-undang. Narkotika digolongkan menjadi:
a. Narkotika Golongan I;
b. Narkotika Golongan II; dan
c. Narkotika Golongan III.
61
Yustisia., Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Anti Narkoba., Loc. cit, hal. 126.
Universitas Sumatera Utara
Sanksi pidana dan denda untuk golongan I Narkotika sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 78 sangat jauh berbeda dengan sanksi pidana maupun
sanksi denda yang disebutkan dalam undang-undang Psikotropika. Untuk lebih jelasnya Pasal 78 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
adalah sebagai berikut: 1
Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum: a.
Menanam, memelihara, mempunyai dalam persediaan, memiliki, menyimpan, atau menguasai narkotika Golongan I dalam bentuk
tanaman; atau
b. Memiliki, menyimpan untuk dimiliki atau untuk persediaan , atau
menguasai narkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling
banyak Rp.500.000.000,00 lima ratus juta rupiah.
c. Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 didahului
dengan permufakatan jahat, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 dua tahun dan paling lama 12 dua belas tahun dan denda
paling sedikit Rp.25.000.000,00 dua puluh lima juta rupiah dan paling banyak Rp.750.000.000,00 tujuh ratus lima puluh juta rupiah.
d. Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
dilakukan secara terorganisasi, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan denda
paling sedikit Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah dan paling banyak Rp.2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah.
e. Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
dilakukan oleh korporasi, dipidana denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 lima milyar rupiah.
Kemudian untuk golongan II dan golongan III Narkotika disebutkan dalam Pasal 79 ayat 1 yaitu barang siapa tanpa hak dan melawan hukum:
a. Memiliki, menyimpan untuk dimiliki atau untuk persediaan, atau
menguasai narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tujuh tahun dan denda paling banyak Rp.
250.000.000,00 dua ratus lima puluh juta rupiah;
b. Memiliki, menyimpan untuk dimiliki atau untuk persediaan, atau
mnguasai narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp.
100.000.000,00 seratus juta rupiah .
Universitas Sumatera Utara
Pasal 80 ayat 1 huruf a barang siapa memproduksi, mengolah, mengekstraksi, mengkonversi, merakit, atau menyediakan narkotika Golongan I,
dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling lama 20 dua puluh tahun dan denda paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 satu milyar rupiah, kemudian pada ayat 1 huruf b juga disebutkan untuk golongan II narkotika yakni memproduksi, mengolah,
mengkonversi, merakit, atau menyediakan narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun dan denda paling banyak
Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah; Golongan I dan golongan II Psikotropika telah dimasukkan ke dalam
golongan I Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika namun penggolongannya tetap terdiri dari 3 tiga golongan sebagaimana Pasal 6 undang-
undang Narkotika digolongkan ke dalam: a.
Narkotika Golongan I; b.
Narkotika Golongan II; dan c.
Narkotika Golongan III. Sesuai dengan asas dan tujuan undang-undang narkotika pada Pasal 3
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika diselenggarakan berasaskan keadilan, pengayoman, kemanusiaan, ketertiban, perlindungan,
keamanan, nilai-nilai ilmiah, dan kepastian hukum. Tujuan undang-undang narkotika tercantum dalam Pasal 4 adalah:
a. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan
danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; b.
Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika;
Universitas Sumatera Utara
c. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan
d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika.
Oleh karena itu, pengaturan sanksi baik sanksi pidana maupun sanksi denda dalam undang-undang narkotika tersebut sanksinya sangat besar
dibandingkan dengan sanksi di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997.
Pasal 111 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ditentukan bahwa:
1 Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara,
memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4
empat tahun dan paling lama 12 dua belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.800.000.000,00 delapan ratus juta rupiah dan paling
banyak Rp.8.000.000.000,00 delapan miliar rupiah.
2 Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki, menyimpan,
menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat 1 beratnya melebihi 1 satu
kilogram atau melebihi 5 lima batang pohon, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 lima
tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditambah 13 sepertiga.
Keberadaan Undang-Undang Narkotika dan Undang-Undang Psikotropika merupakan suatu upaya politik hukum pemerintah Indonesia terhadap
penanggulangan tindak pidana narkotika dan psikotropika. Dengan demikian, diharapkan dengan dirumuskannya undang-undang tersebut dapat menanggulangi
peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, serta menjadi acuan dan pedoman kepada pengadilan dan para penyelenggara atau pelaksana
putusan pengadilan yang menerapkan undang-undang, khususnya hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap kejahatan yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Tindak pidana narkotika dan psikotropika yang dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, dan Undang-Undang Nomor
22 Tahun 1997 tentang Narkotika memberikan sanksi pidana yang cukup berat, namun demikian dalam kenyataannya para pelaku kejahatan justru semakin
meningkat, dan bagi para terpidana dalam kenyataannya tidak jera dan justru ada kecenderungan untuk mengulanginya lagi. Hal ini dapat diakibatkan oleh adanya
faktor penjatuhan pidana yang tidak memberikan dampak atau deterrent effect terhadap para pelakunya.
Pada tanggal 12 Oktober 2009, oleh Presiden Republik Indonesia melalui Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, telah mengundangkan undang-undang
yang baru yakni Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan Lembaran Negara tahun 2009 Nomor 143.
Semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3698 pada saat undang-undang ini
diundangkan, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan danatau belum diganti dengan peraturan baru berdasarkan undang-ndang ini.
62
Di dalam Pasal 153 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 terdapat ketentuan yang memberikan batasan mengenai pemberlakuan undang-undang dan
kelompok atau golongan narkotika atau psikotropika yang baru. Dengan berlakunya undang-undang:
62
Pasal 152, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Universitas Sumatera Utara
a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3698; dan
b. Lampiran mengenai jenis Psikotropika Golongan I dan Golongan II
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671 yang telah dipindahkan menjadi Narkotika Golongan I menurut
undang-undang ini, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Oleh karena lahirnya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang baru tersebut, maka Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika yang lama sudah tidak berlaku lagi. Akan tetapi berdasarkan
Pasal 153 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 yang baru bahwa Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika masih tetap berlaku sampai
saat ini hanya saja terjadi sedikit perubahan mengenai jenis psikotropika golongan I dan golongan II pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 telah dipindahkan
ke dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 menjadi golongan I.
D. Pengaturan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009