berupa pendidikan, sikap, umur, penghasilan dan paritas terhadap kelengkapan status imunisasi bayi.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Sudibyo 2007, yang meneliti tentang Profil Status Imunisasi Dasar Balita di
Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta yang menyatakan meskipun penghasilan orangtua
berada dalam kategori menengah dan tinggi, tetapi tidak mempunyai hubungan yang bermakna dalam kelengkapan status imunisasi dasar pada
bayi. Berdasarkan analisa dilapangan, responden menyatakan bahwa mereka
kurang percaya akan manfaat imunisasi. Sehingga menurut responden bayinya akan tetap sehat walaupun tidak diimunisasi, yang mengakibatkan status
imunisasi dasar pada bayinya tidak lengkap.
6. Hubungan Faktor Pengetahuan Dengan Status Imunisasi Dasar Pada
Anak Usia 12-23 Bulan di Puskesmas Medan Marelan Tahun 2012
Berdasarkan penelitian pengetahuan ibu dengan kategori baik dan pengetahuan kurang hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,113 maka dapat
disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan status imunisasi anak. Hasil penelitian didapat 100 responden dapat
menjawab dengan benar pertanyaan nomor 3, 4, dan 22 yaitu polindes atau posyandu tempat untuk mendapatkan pelayanan imunisasi, bidanpetugas
kesehatan yang boleh melakukan tindakan imunisasi dan tujuan pemberian
imunisasi campak adalah mencegah timbulnya penyakit campak. Pertanyaan nomor 12 yaitu jadwal pemberian polio responden menjawab benar hanya 11
orang, mayoritas menjawab salah dengan memilih jawaban kapan saja. Penelitian ini tidak sejalan dengan Reza 2006 ada hubungan
pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar dengan nilai p=0,036. Hubungan antara status imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan dengan
pengetahuan ibu tentang imunisasi, pendidikan orangtua, pendapatan orangtua, dan jumlah anak. Diantara beberapa faktor tersebut pengetahuan ibu
tentang imunisasi merupakan suatu faktor yang sangat erat hubungannya dengan status imunisasi anak Ismail, 1999.
7. Keterbatasan Penelitian
Sebagaimana penelitian pada umumnya keterbatasan itu selalu ada, tetapi perlu dilakukan upaya untuk meminimalisasi penyimpangan yang
mungkin terjadi. Ketidakakuratan informasi yang diperoleh terutama pada penelitian yang menelusuri masa yang lalu dapat terjadi akibat
ketidakmampuan responden untuk mengingat dengan pasti terhadap peristiwa yang sudah terjadi pada waktu lalu. Peneliti tidak mempengaruhi responden
ataupun mengarahkan responden kepada suatu jawaban tertentu tetapi memberikan alternatif cara mengajukan pertanyaan. Penelitian ini memiliki
keterbatasan yang dapat berhubungan dengan hasil penelitian dimana data dikumpulkan pada saat bersamaan sehingga tidak dapat membuktikan
hubungan sebab akibat.