Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Terhadap Status Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 12-24 Bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU TERHADAP
STATUS IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 12-24 BULAN
DI DESA SIABAL-ABAL II KECAMATAN SIPAHUTAR
KABUPATEN TAPANULI UTARA
EMILIA SILVANA SITOMPUL NIM : 105102037
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
(3)
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Emilia Silvana Sitompul
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Terhadap Status Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 12-24 Bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara
Tahun 2011
vii + 43 hal + 5 tabel + 14 lampiran
ABSTRAK
Imunisasi merupakan suatu tindakan pemberian kekebalan kepada anak terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sebelum berusia 12 bulan yaitu tuberkulosis, polio, hepatitis B, difteri, pertusis, tetanus, dan campak. Imunisasi dasar dengan lengkap dan teratur dengan mendapat semua jenis imunisasi dasar pada waktu anak berusia kurang dari 11 bulan dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian balita sekitar 80-95%. Imunisasi dasar yang tidak lengkap, maksimum hanya dapat memberikan perlindungan 25-40%. Peran seorang ibu pada program imunisasi sangat penting, karena penggunaan sarana kesehatan oleh bayi/anak berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi ibu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap status imunisasi dasar pada bayi usia 12-24 bulan. Penelitian ini menggunakan desain korelasi deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan total population. Penelitian ini dilakukan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara pada Februari-Maret 2011. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner. Analisa data yang digunakan chi-square. Dari hasil penelitian disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan nilai p=0,001, pendidikan dengan nilai p=0,004, pekerjaan dengan nilai p=0,001, jumlah anak dengan nilai p=0,000, dan pengetahuan dengan nilai p=0,000 terhadap status imunisasi dasar. Dari penelitian ini diharapkan agar tenaga kesehatan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, upaya promosi kesehatan berupa support sosial, yakni peningkatan kualitas penyuluhan kesehatan, memberikan motivasi dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan terutama imunisasi.
Daftar Pustaka : 2003-2010
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatNya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul : “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu terhadap Status Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 12-24 Bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011” yang disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, MKes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Nur Asnah Sitohang, SKep, Ns. MKep, selaku Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penguji II dalam ujian karya tulis ilmiah ini.
3. dr. Hj. Sarah Dina, SpOG (K), selaku pembimbing penulis yang memberikan dukungan dan saran dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.
4. dr. Juliandi Harahap, MA, selaku dosen penguji I dalam ujian Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Linda Gultom selaku Kepala Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara yang telah memberikan izin penelitian.
(5)
7. Dosen dan staf pengajar Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan.
8. Marni Siregar, SST, MKes selaku direktur Akademi Kebidanan Pemkab Tapanuli Utara yang telah memberikan izin tugas belajar.
9. Alm. Bapak dan ibu tercinta serta mertua penulis yang memberikan dukungan pada penulis dalam menjalani pendidikan ini.
10. Teristimewa suami dan anakku tercinta yang tidak henti-hentinya memberikan du-kungan dan semangat.
11. Teman-teman yang saling mendukung selama proses belajar mengajar. 12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih kurang sempurna, baik dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang si-fatnya membangun demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini nantinya.
Terima kasih.
Medan, Juni 2011
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ………..……….. i
KATA PENGANTAR ……….……… ii
DAFTAR ISI …..……….. iv
DAFTAR TABEL ……...………. vi
DAFTAR LAMPIRAN …………...……… vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. 1
B. Perumusan Masalah ………. 3
C. Tujuan Penelitian ……….. 4
1. Tujuan Umum ………. 4
2. Tujuan Khusus ……… 4
D. Manfaat Penelitian ………... 4
1. Bagi Institusi Kebidanan ……… 4
2. Bagi Peneliti ………….………. 4
3. Responden ……….. 4
BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Imunisasi ……….. 5
1. Definisi Imunisasi ……….. 5
2. Tujuan, dan Manfaat Imunisasi ………. 5
3. Jadwal Pemberian Imunisasi ………. 6
4. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi……… 7
5. Jenis-jenis Vaksin Dalam Program Imunisasi ……… 11
6. Program Pengembangan Imunisasi ……… 15
7. Cakupan Imunisasi ………. 16
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi… 17
1. Usia Ibu ………...……… 17
2. Pendidikan …………...………. 18
3. Pekerjaan ……… 20
(7)
5. Pengetahuan ………….………. 21
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ...……… 23
B. Hipotesis ………..……… 24
C. Definisi Operasional ……… 24
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ………..……… 26
B. Populasi dan Sampel ……… 26
C. Tempat Penelitian ………..……… 27
D. Waktu Penelitian ………..……… 27
E. Etika Penelitian ……… 27
F. Alat Pengumpulan Data ……...……… 28
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ...……… 29
H. Prosedur Pengumpulan Data ……… 29
I. Analisa Data ……….………... 30
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………... 32
1. Karakteristik Responden ……...………. 32
2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden ………...………... 33
3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Imunisasi ……… 33
4. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu ……... 34
B. Pembahasan ………..……… 37
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 42
B. Saran ……… 43
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi di Indonesia ... 6 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Desa Siabal-abal II
Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011 ... 33 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu di Desa
Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara 2011 ... 34 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Imunisasi pada
Bayi Usia 12-24 Bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011 ... 34 Tabel 5.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Terhadap Status Imunisasi
dasar pada Bayi Usia 12-24 Bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011 ... 37
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Informed Consent Lampiran 2 : Lembar Kuesioner
Lampiran 3 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Lampiran 4 : Jadwal Pengumpulan Data
Lampiran 5 : Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian Dari D- IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawa-tan Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 : Surat Balasan Penelitian dari Kepala Desa Siabal-abal II Lampiran 8 : Surat Editor Bahasa Indonesia
(10)
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Emilia Silvana Sitompul
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Terhadap Status Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 12-24 Bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara
Tahun 2011
vii + 43 hal + 5 tabel + 14 lampiran
ABSTRAK
Imunisasi merupakan suatu tindakan pemberian kekebalan kepada anak terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sebelum berusia 12 bulan yaitu tuberkulosis, polio, hepatitis B, difteri, pertusis, tetanus, dan campak. Imunisasi dasar dengan lengkap dan teratur dengan mendapat semua jenis imunisasi dasar pada waktu anak berusia kurang dari 11 bulan dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian balita sekitar 80-95%. Imunisasi dasar yang tidak lengkap, maksimum hanya dapat memberikan perlindungan 25-40%. Peran seorang ibu pada program imunisasi sangat penting, karena penggunaan sarana kesehatan oleh bayi/anak berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi ibu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap status imunisasi dasar pada bayi usia 12-24 bulan. Penelitian ini menggunakan desain korelasi deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan total population. Penelitian ini dilakukan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara pada Februari-Maret 2011. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner. Analisa data yang digunakan chi-square. Dari hasil penelitian disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan nilai p=0,001, pendidikan dengan nilai p=0,004, pekerjaan dengan nilai p=0,001, jumlah anak dengan nilai p=0,000, dan pengetahuan dengan nilai p=0,000 terhadap status imunisasi dasar. Dari penelitian ini diharapkan agar tenaga kesehatan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, upaya promosi kesehatan berupa support sosial, yakni peningkatan kualitas penyuluhan kesehatan, memberikan motivasi dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan terutama imunisasi.
Daftar Pustaka : 2003-2010
(11)
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sistem kesehatan nasional merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Penurunan insiden penyakit menular telah terjadi berpuluh-puluh tahun yang lampau di
negara-negara maju yang telah melakukan imunisasi dengan teratur. Demikian juga di Indonesia dinyatakan bebas penyakit cacar tahun 1972 dan penurunan insiden beberapa penyakit menular secara mencolok terjadi sejak tahun 1985, terutama untuk penyakit difteri, tetanus, pertusis, campak, dan polio. Bahkan kini penyakit polio tidak ditemukan lagi sejak tahun 1995 dan diharapkan beberapa tahun yang akan datang Indonesia akan dinyatakan bebas polio (Ranuh, et.al. 2008, hlm.1).
Menurunnya AKB (angka kematian bayi) dalam beberapa waktu terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat. Penurunan AKB tersebut antara lain disebabkan oleh peningkatan cakupan imunisasi bayi, peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, penempatan bidan di desa dan meningkatkan proporsi ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi (Depkes, 2004).
Ibrahim (1991, dalam Reza, 2006, hlm.4) mengatakan bila imunisasi dasar dilaksanakan dengan lengkap dan teratur, maka imunisasi dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian balita sekitar 80-95%. Teratur berarti mentaati jadwal dan frekuensi imunisasi sedangkan imunisasi dasar lengkap adalah telah mendapat semua jenis imunisasi dasar pada waktu anak berusia kurang dari 11 bulan. Imunisasi dasar
(12)
yang tidak lengkap, maksimum hanya dapat memberikan perlindungan 25-40%. Sedangkan anak yang sama sekali tidak diimunisasi tentu tingkat kekebalannya lebih rendah lagi.
Profil epidemiologis di Indonesia sebagai gambaran tingkat kesehatan di masyarakat masih memerlukan perhatian khusus. Dengan cakupan imunisasi : BCG 85%, DPT 64%, Polio 74%, HB1 91%, HB2 84, 4%, HB3 83,0% (Ranuh, 2008, hlm.3).
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2009 menunjukkan bahwa cakupan kumulatif imunisasi dari 18 puskesmas dengan sasaran 6.782, cakupan BCG 5.663 (83,50%), DPT1+HB1 : 6.062 (89,38%), DPT2+HB2 : 5.646 (83,25%), Polio 3 : 5.665 (83,53%), Hepatitis B3 : 3.634 (53,58%), dan Campak : 5.414 (79,83%) (Dinkes Taput, 2009).
Dari hasil data survei awal cakupan kumulatif imunisasi di Kecamatan Sipahutar Januari - Agustus 2010 dari 23 desa yang ada, jumlah sasaran 529, cakupan BCG : 309 (58,4%), Hepatitis B (0-7 hari) : 175 (33,1%), DPT+HB 1 : 333 (62,9%), DPT+HB 2 : 316 (59,7%), DPT+HB 3 : 275 (52%), Polio 1 : 381 (72,0%), Polio 2 : 355 (67,1%), Polio 3 : 294 (55,6%), Polio 4 : 268 (50,7%), dan Campak : 259 (49%) (Subdin P2P & PL Dinkes Taput, 2010).
Sedangkan Desa Siabal-abal II Januari-Agustus 2010 tercatat bahwa dari 40 sasaran, cakupan imunisasi masih rendah yaitu cakupan BCG 13 (32,5%), Hepatitis B (0-7 hari) : 5 (12,5%), DPT+HB 1 : 18 (45%), DPT+HB 2 : 11 (27,5%), DPT+HB 3 : 13 (32,5%), Polio 1 : 20 (50%), Polio 2 : 18 (45%), Polio 3 : 10 (25%), Polio 4 : 9 (22,5%), dan Campak : 14 (35%) (Subdin P2P & PL Dinkes Taput, 2010).
Wardhana (2001, dalam Lienda, 2009, hlm.12) mengatakan peran ibu pada program imunisasi ibu sangatlah penting karena penggunaan sarana kesehatan oleh anak
(13)
berkaitan erat dengan faktor ibu. Rendahnya cakupan imunisasi disebabkan beberapa faktor. Ibu yang berusia ≥ 30 tahun cenderung untuk tidak melakukan imunisasi lengkap dibanding ibu yang berusia < 30 tahun, pendidikan tinggi berkaitan erat dengan pemberian imunisasi anak.
Streatfield (1986, dalam Reza, 2006, hlm.26) ibu yang bekerja sebagai bertani atau buruh status imunisasi anaknya lebih rendah dibandingkan dengan anak yang ibunya sebagai pegawai negeri atau pemilik toko.
Semakin banyak jumlah anak terutama ibu yang masih mempunyai bayi yang merupakan anak ketiga atau lebih akan membutuhkan banyak waktu untuk mengurus anak-anaknya tersebut sehingga semakin sedikit ketersediaan waktu bagi ibu untuk mendatangi tempat pelayanan imunisasi (Reza, 2006).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian yang berjudul ’’Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Terhadap Status Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 12-24 Bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011” sangat penting untuk diteliti.
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka penulis merumuskan masalah apakah ada hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap status imunisasi dasar pada bayi usia 12-24 bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011.
(14)
C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap status imunisasi dasar pada bayi usia 12-24 bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan faktor usia ibu terhadap status imunisasi bayi. b. Mengetahui hubungan faktor pendidikan ibu terhadap status imunisasi bayi. c. Mengetahui hubungan faktor pekerjaan ibu terhadap status imunisasi bayi. d. Mengetahui hubungan faktor jumlah anak ibu terhadap status imunisasi bayi. e. Mengetahui hubungan faktor pengetahuan ibu terhadap status imunisasi bayi.
D.Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan kepustakaan di D-IV Bidan Pendidik USU dan dapat dijadikan sebagai bahan penelitian selanjutnya.
2. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat, juga berguna sebagai masukan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap imunisasi kepada masyarakat nantinya.
3. Responden
Sebagai bahan wawasan dan pengetahuan tentang pentingnya imunisasi dasar pada bayi.
(15)
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A.Imunisasi
1. Definisi Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten, anak di imunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain (Notoatmodjo, 2007, hlm.43).
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak (Supartini, 2004, hlm.173).
2. Tujuan, dan Manfaat Imunisasi a. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi)
atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar
variola. Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya
dapat ditularkan melalui manusia, seperti penyakit difteria (Matondang, C.S, & Siregar, S.P, 2008, hlm.10).
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit
(16)
tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio, dan tuberkulosis (Notoatmodjo, 2007, hlm.46).
Tujuan imunisasi di Indonesia untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) (Depkes, 2006).
b. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh : 1) Untuk anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian. 2) Untuk keluarga : menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan yang akan dikeluarkan bila anak sakit. Hal ini mendorong penyiapan keluarga yang terencana, agar sehat dan berkualitas. 3) Untuk negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat untuk melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa.
3. Jadwal Pemberian Imunisasi
Tabel 2.1
Jadwal Pemberian Imunisasi di Indonesia
Usia Vaksin Tempat
Bayi lahir dirumah
0 bulan HB 1 Rumah
1 bulan BCG, Polio 1 Posyandu
2 bulan DPT/HB Combo 1, Polio 2 Posyandu 3 bulan DPT/HB Combo 2, Polio 3 Posyandu 4 bulan DPT/HB Combo 3, Polio 4 Posyandu
(17)
Bayi lahir di RS/Praktek Bidan
0 bulan Hep B 0, BCG, Polio 1 RS/Praktek Bidan 2 bulan DPT/HB Combo 1, Polio 2 RS/Praktek Bidan 3 bulan DPT/HB Combo 2, Polio 3 RS/Praktek Bidan 4 bulan DPT/HB Combo 3, Polio 4 RS/Praktek Bidan
9 bulan Campak RS/Praktek Bidan
4. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) a. Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
Diphtheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernafasan. Daya tular
penyakit ini tinggi. Gejala awal penyakit adalah : gelisah, aktifitas menurun, radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Komplikasi difteri berupa gangguan pernafasan yang berakibat kematian (Depkes, 2009, hlm.12).
Penyakit ini pertama kali diperkenalkan oleh Hyppocrates pada abad ke-5 SM dan epidemi pertama dikenal pada abad ke-6 oleh Aetius. Seorang anak dapat terinfeksi difteria pada nasofaringnya dan kuman tersebut kemudian akan memproduksi toksin yang menghambat sintesis protein seluler dan menyebabkan destruksi jaringan setempat dan terjadilah suatu selaput/membran yang dapat menyumbat jalan nafas. Toksin yang terbentuk pada membran tersebut kemudian diabsorbsi ke dalam aliran darah dan dibawa ke seluruh tubuh. Penyebaran toksin ini berakibat komplikasi berupa miokarditis dan
neuritis, serta trombositopenia dan proteinuria (Tumbelaka, A.R & Hadinegoro, S.R,
(18)
b. Pertusis
Pertusis disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh Bordetella Pertussis. Penyebaran pertusis adalah melalui percikan ludah yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit adalah pilek, mata merah, bersin, demam, dan batuk ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi pertusis adalah Pneumania Bacterialis yang dapat menyebabkan kematian (Depkes, 2009, hlm.12). Sebelum ditemukan vaksinnya, pertusis merupakan penyakit tersering yang menyerang anak dan merupakan penyebab kematian (diperkirakan sekitar 300.000 kematian terjadi setiap tahun). Pertusis merupakan penyakit yang bersifat
toxin-mediated toxin yang dihasilkan melekat pada bulu getar saluran nafas atas akan
melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga menyebabkan gangguan aliran sekret saluran pernafasan, berpotensi menyebabkan sumbatan jalan nafas dan pneumonia (Tumbelaka, A.R & Hadinegoro, S.R, 2008, hlm.144).
c. Tetanus
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium Tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi melalui kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit adalah kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat, dan demam. Pada bayi terdapat juga gejala berhenti menetek antara 3 sampai dengan 28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku (Depkes, 2009, hlm.13). Tetanus dapat ditemukan pada anak-anak, juga dijumpai kasus tetanus neonatal yang bersifat fatal. Komplikasi tetanus yang sering
(19)
terjadi antara lain laringospasme, infeksi nosokomial dan pneumonia ostostatik (Tumbelaka, A.R & Hadinegoro, S.R, 2008, hlm.147).
d. Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa disebut juga batuk darah. Penyakit ini menyebar melalui pernafasan lewat bersin atau batuk. Gejala awal penyakit adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam, dan keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk terus-menerus, nyeri dada dan mungkin batuk darah. Gejala lain tergantung pada organ yang diserang. Komplikasi tuberkulosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian (Depkes, 2009, hlm.13).
e. Campak
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Myxovirus viridae measles. Disebarkan melalui udara (percikan ludah) sewaktu bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, konjunctivitis (mata merah) selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga, dan infeksi saluran nafas (pneumonia). Prioritas utama untuk penanggulangan penyakit campak adalah melaksanakan program imunisasi lebih efektif (Depkes, 2009, hlm.13).
f. Poliomielitis
Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu
dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2 atau 3. Secara klinis penyakit polio adalah anak di bawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut
(20)
(tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Komplikasi poliomielitis adalah kematian bisa terjadi karena kelumpuhan otot-otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani (Depkes, 2009, hlm.13).
Kata polio (abu-abu) dan myelon (sumsum), berasal dari bahasa Latin yang berarti medulla spinalis. Infeksi virus mencapai puncak pada musim panas, sedangkan pada daerah tropis tidak ada bentuk musiman penyebaran infeksi. Virus polio sangat menular, pada kontak antarrumah tangga (yang belum diimunisasi) derajat serokonversi lebih dari 90% (Suyitno, 2008, hlm.157).
g. Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyakit kuning yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penularan penyakit secara horizontal yaitu dari darah dan produknya melalui suntikan yang tidak aman melalui tranfusi darah dan melalui hubungan seksual. Sedangkan penularan secara vertikal yaitu dari ibu ke bayi selama proses persalinan. Gejalanya adalah merasa lemah, gangguan perut, dan gejala lain seperti flu. Warna urin menjadi kuning, tinja menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula pada mata ataupun kulit. Komplikasi hepatitis B adalah bisa menjadi hepatitis kronis dan menimbulkan pengerasan hati (Cirrhosis Hepatis), kanker hati (Hepato Cellular Carsinoma), dan menimbulkan kematian (Depkes, 2009, hlm.14). Infeksi virus hepatitis B menyebabkan sedikitnya satu juta kematian/tahun. Saat ini terdapat 350 juta penderita kronis dengan 4 juta kasus baru/tahun. Infeksi pada anak umumnya asimtomatis tetapi 80-95% akan menjadi kronis dan dalam 10-20 tahun akan menjadi sirosis dan atau karsinoma hepatoseluler. Oleh karena itu, kebijakan utama tata laksana virus hepatitis B adalah memotong jalur transmisi sedini mungkin. Vaksinasi universal bayi baru lahir
(21)
merupakan upaya yang paling efektif dalam menurunkan prevalens virus hepatitis B dan karsinoma hepatoseluler (Pujiarto, P.S & Hidayat, B, 2008, hlm.135).
Tahun 1992 Hepatitis B dimasukkan kedalam program imunisasi. Tahun 1995 imunisasi hepatitis B diberikan kepada semua bayi di negara endemis tinggi. Tahun 1997 imunisasi hepatitis B diberikan kepada semua bayi disemua negara diseluruh dunia. Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi 0-7 hari karena : 3-8 % ibu hamil merupakan pengidap (carrier), 45,9 % bayi tertular saat lahir dari ibu pengidap, penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut jadi hepatitis menahun. Pemberian imunisasi HB sedini mungkin akan melindungi 75 % dari yang tertular (Depkes, 2006, hlm.14).
5. Jenis-jenis Vaksin Dalam Program Imunisasi a. Vaksin BCG (Bacille Calmette-Guerin)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan basil yang tidak
virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas. Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG buatan PT Biofarma Bandung. Vaksin BCG berisi suspensi Mycobacterium
bovis hidup yang sudah dilemahkan (Rahajoe, 2008, hlm.132).
1) Vaksin BCG strain Paris no 1173. P2
Vaksin BCG bentuk beku kering yang mengandung Mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan dari strain Paris no. 1173. P2 dengan kemasan ampul, beku kering, 1 box berisi 10 ampul vaksin. Setiap 1 ampul vaksin dengan 4 ml pelarut NaCl 0,9% = 80 dosis. Setelah dilarutkan dengan 4 ml pelarut NaCL 0,9% mengandung basil BCG hidup 0,75 mg, Natrium Glutamat 1,875 mg dan Natrium Klorida 9 mg. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam (Depkes, 2009, hlm.26).
(22)
2) Vaksin BCG strain Danish 1331
Vaksin BCG SSi adalah vaksin hidup bentuk beku kering yang mengandung
mycobacterium bovis strain Danish 1331 yang sudah dilemahkan. Dengan kemasan vial,
beku kering, 1 box berisi 10 vial vaksin, setiap 1 vial vaksin dengan 1 ml pelarut Saution SSi untuk 20 dosis. Setelah dilarutkan dengan 1 ml pelarut Saution SSi vaksin mengandung mycobacterium bovis Danish Strain 1331. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 4 jam (Depkes, 2009, hlm.28).
BCG disuntikkan secara intrakutan didaerah lengan kanan atas (Insertion
musculus deltoideus), dengan menggunakan alat suntik dosis tunggal yang steril dan
jarum suntik no.26 G. Indikasi BCG untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa. Kontraindikasi : menderita HIV, menderita gizi buruk, menderita demam tinggi, menderita infeksi kulit yang luas, pernah sakit tuberkulosis (Rahajoe, 2008, hlm.133).
Efek samping imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam 1-2 minggu, kemudian akan timbul indurasi, dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi ulkus. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan, dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional diketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit, dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya (Depkes, 2009, hlm.27).
b. Vaksin DPT+HB (Difteri, Pertusis, Tetanus + Hepatitis B)
Vaksin DPT+HB adalah vaksin yang mengandung DPT berupa toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.
(23)
Vaksin hepatitis B ini merupakan vaksin DNA rekombinan yang berasal dari HbsAg yang diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi.
Indikasi vaksin DPT+HB adalah untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), dan hepatitis B. Kemasan 1 box DPT+HB vial terdiri dari 10 vial @ 5 dosis, warna vaksin putih keruh.
Cara pemberian dengan menyuntikkan secara intra muskuler 0,5 ml. Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval 4 minggu. Efek samping adalah reaksi lokal atau sistemik yang bersifat ringan. Kasus yang terjadi adalah bengkak, nyeri, penebalan kemerahan pada bekas suntikan. Menangis lebih dari 3 jam, kadang-kadang terjadi reaksi umum demam seperti demam > 38,5 C, muntah.
Kontra indikasi DPT+HB adalah hipersensivitas terhadap komponen vaksin, reaksi berat terhadap dosis vaksin kombinasi sebelumnya atau bentuk-bentuk reaksi sejenis lainnya (Depkes, 2009, hlm.29).
c. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine = OPV)
Vaksin oral polio hidup adalah vaksin polio trivalent yang terdiri dari suspanse
virus poliomyelitis tipe 1, 2 dan 3 strain sabin yang sudah dilemahkan, dibuat dalam
biakan jaringan ginjal kera distabilkan dengan sukrosa.
Indikasi vaksin polio adalah untuk memberikan kekebalan aktif terhadap
poliomyelitis. Vaksin virus polio hidup oral yang dibuat oleh PT. Biofarma Bandung
adalah dengan kemasan 1 box terdiri dari 10 vial, 1 vial berisi 10 dosis, dilengkapi dengan pipet untuk meneteskan vaksin. Vaksin polio berbentuk cairan dengan komposisi setiap dosis yaitu 2 tetes = 0,1 ml mengandung komposisi tipe 1 : 106,0 CCID50, tipe 2 : 105,0 CCID50 dan tipe 3 : 105,5 CCID50 dan eritromisin tidak lebih dari 2 mcg, serta
(24)
kanamisin tidak lebih dari 10 mcg. Vaksin ini digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2 tetes oral (Suyitno, 2008, hlm.163).
Kontraindikasi OPV adalah pada individu yang menderita immune deficiency, bayi yang mengidap HIV, tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh (Depkes, 2009, hlm.32).
d. Vaksin Campak
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin dibuat PT Biofarma Bandung setiap dosis 0,5 ml mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan dengan aqua bidest steril.
Indikasi vaksin untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas pada usia 9-11 bulan. Diulang pada usia 6-7 tahun. Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan maksimum 8 jam.
Efek samping adalah hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi. Terjadi encephalitis setelah vaksinasi pernah dilaporkan yaitu dengan perbandingan 1 kasus per 1 juta dosis yang diberikan.
Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan pemberian vaksin campak walaupun berlawanan penting untuk mengimunisasi anak yang mengalami malnutrisi, demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas atau diare, alergi berat terhadap kanamycin dan erithomycin, mengidap virus HIV (Depkes, 2009, hlm.33).
(25)
e. Vaksin Hepatitis B PID (Prefil Injection Device)
Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat noninfecious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi menggunakan tehnologi DNA rekombinan. Vaksin ini merupakan suspense berwarna putih. Indikasi adalah untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B PID dibuat oleh PT Biofarma Bandung dengan kemasan 1 box vaksin terdiri dari 100 HB PID dengan berbentuk cairan. Komposisi HB PID setiap 0,5 mengandung HbsAg 10 mcg yang teradopsi pada aluminium hidroksida 9,25 mg. Seluruh formulasi mengandung thimerosal 0,01 w/v % sebagai pengawet.
Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID secara intra muskuler sebaiknya pada anterolateral paha, pemberian sebanyak 3 dosis. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu. Efek samping yaitu reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari. Kontraindikasi HB PID tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang (Depkes, 2009, hlm.34).
Penggunaan uniject HB menggantikan vial telah dibuktikan lebih menguntungkan terutama segi sterilitas, tidak boros, mudah dan cepat penggunaannya dan dapat menjangkau sasaran bayi usia 0-7 hari pada saat persalinan dan melalui kunjungan neonatus (KN) (Depkes, 2006, hlm.2).
6. Program Pengembangan Imunisasi
Program imunisasi nasional dikenal sebagai Pengembangan Program Imunisasi (PPI) atau Expanded Program On Immunisation (EPI) dilaksanakan di Indonesia sejak
(26)
tahun 1997. Program PPI merupakan program pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional yaitu Universal Child Immunization pada akhir 1982. Program UCI secara nasional dicapai pada tahun 1990, yaitu cakupan DPT 3, Polio3 dan campak minimal 80 % sebelum usia 1 tahun. Sedangkan cakupan untuk DPT 1, Polio 1, dan BCG minimal 90 %. Imunisasi termasuk dalam PPI adalah BCG, Polio, DPT, Campak dan Hepatitis B (Ismael, 2008, hlm.90).
Program imunisasi melalui PPI mempunyai tujuan akhir sesuai dengan komitmen internasional yaitu eradikasi polio (ERAPO), eliminasi tetanus maternal dan neonatal, reduksi campak (RECAM), peningkatan mutu pelayanan imunisasi, menetapkan standar pemberian suntikan yang aman dan pengelolaan limbah tajam (Ismael, 2008, hlm.90).
7. Cakupan Imunisasi
Target UCI merupakan tujuan antara (Intermediate Goal), yang berarti cakupan imunisasi untuk BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B harus mencapai 80% baik di tingkat nasional, propinsi, dan kabupaten bahkan di setiap desa (Ismael, 2008, hlm.90).
Untuk capaian imunisasi dilihat dari waktu, maka pemantauan dapat dilakukan dengan : a) Apakah pelaksanaan memantau sesuai dengan jadwal b) Apakah vaksin cukup c) Pengecekan lemari es setiap hari dan dicatat temperaturnya d) Melihat apakah suhu lemari es normal e) Hasil imunisasi dibandingkan dengan sasaran yang telah ditentukan f) Peralatan yang cukup untuk penyuntikan yang aman dan steril g) Adakah diantara 7 penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dijumpai dalam seminggu.
Cara memantau cakupan imunisasi dapat dilakukan dengan cara cakupan dari bulan ke bulan dibandingkan dengan garis target, dapat digambarkan masing-masing bulan, atau dengan cara kumulatif dan hasil cakupan per triwulan untuk masing-masing desa. Untuk mengetahui keberhasilan program, dapat dengan melihat garis pencapaian
(27)
dalam per tahun. 75%-100% dari target, program sangat berhasil. 50%-75% dari target, program cukup berhasil, di bawah 50% dari target, program belum berhasil. Bila di bawah 25 % dari target berarti program sama sekali tidak berhasil. Untuk tingkat kabupaten dan propinsi, maka penilaian diarahkan pada penduduk tiap kecamatan atau Dati II. Disamping itu, pada kedua tingkat ini perlu memperhitungkan pula memonitoring efisiensi pemakaian vaksin. (Notoatmodjo, 2007, hlm.47).
B.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Lengkap 1. Usia Ibu
Usia adalah lamanya seseorang hidup dihitung dari tahun lahirnya sampai dengan ulang tahunnya yang terakhir. Usia merupakan konsep yang masih abstrak bahkan cenderung menimbulkan variasi dalam pengukurannya. Seseorang mungkin menghitung umur dengan tepat tahun dan kelahirannya, sementara yang lain menghitungnya dalam ukuran tahun saja (Zaluchu, 2008, hlm.109).
Ibu yang berusia lebih muda dan baru memiliki anak biasanya cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih akan kesehatan anaknya, termasuk pemberian imunisasi (Reza, 2006). Merujuk hal tersebut, diketahui bahwa usia yang paling aman seorang ibu untuk melahirkan anak adalah 20 sampai 30 tahun (Saputra, 2009). Penelitian Wardhana (2001) disebutkan bahwa ibu yang berusia ≥ 30 tahun cenderung untuk tidak melakukan imunisasi lengkap dibandingkan dengan ibu yang berusia < 30 tahun cenderung untuk melakukan imunisasi lengkap 2,03 kali dibandingkan dengan usia ibu ≥ 30 tahun. Namun secara statistik hubungan antara usia ibu dan status kelengkapan imunisasi tidak bermakna (p-value=0,16). Lienda (2009) dalam
(28)
penelitiannya hasil uji statistik p-value=0,109 bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara usia ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar.
Waldoeher (1997, dalam Reza, 2006, hlm.25) mengatakan bahwa status imunisasi semakin baik seiring dengan peningkatan usia ibu. Penelitian Rahma Dewi (1994) memperoleh hasil bahwa 58,3% kelengkapan status imunisasi anak terdapat pada ibu yang berusia 20-29 tahun. Sedangkan proporsi yang hampir sama pada usia ibu 15-19 tahun sebesar 48,4% dan usia ibu 30 tahun lebih sebesar 48,5%. Reza (2006) ada hubungan bermakna secara statistik yang ditunjukkan oleh nilai p-value=0,000. Ibu yang berusia ≥ 30 tahun 2,78 kali lebih besar status imunisasi dasar anaknya untuk tidak lengkap dibandingkan dengan ibu yang berusia < 30 tahun.
2. Pendidikan
a. Definisi Pendidikan
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
b. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. a) Pendidikan anak usia dini, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
(29)
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. b) Pendidikan Dasar, merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah. c) Pendidikan Menengah, jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar yang harus dilaksanakan minimal 9 tahun. d) Pendidikan Tinggi, jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Pendidikan adalah salah satu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kwalitas. Lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2003, hlm.95).
Wardhana (2001, dalam Lienda, 2009, hlm.25) bahwa pendidikan tinggi berkaitan erat dengan pemberian imunisasi pada anak. Sejalan dengan hal tersebut berdasarkan penelitian Idwar (2001) juga disimpulkan bahwa tingkat pendidikan seseorang ibu yang telah tinggi akan berpeluang besar untuk mengimunisasikan anaknya. Ibu yang berpendidikan mempunyai pengetahuan yang lebih baik tentang pencegahan penyakit dan kesadaran lebih tinggi terhadap masalah-masalah kesehatan yang sedikit banyak telah diajarkan disekolah. Hal ini diperkuat kembali dengan adanya penelitian oleh Widyanti (2008) menjelaskan bahwa ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang telah tinggi akan memberikan imunisasi lebih lengkap kepada anaknya dibandingkan ibu dengan pendidikan rendah. Lienda (2009) hasil penelitiannya
(30)
mengatakan ada hubungan signifikan antara pendidikan ibu dengan status kelengkapan imunisasi dasar anak dengan p-value=0,000.
Singarimbun (1986, dalam Reza 2006, hlm.25) bahwa tingkat pendidikan ibu, mempunyai hubungan dengan status imunisasi dasar pada anak. Penelitian terhadap 519 responden, didapat hasil bahwa persentase anak dengan imunisasi lengkap lebih tinggi pada ibu dengan tingkat pendidikan SLTA keatas. Reza (2006) hasil penelitiannya ibu dengan pendidikan rendah mempunyai resiko 2,04 kali lebih besar status imunisasi anaknya untuk tidak lengkap dibandingkan dengan ibu pendidikan tinggi dengan p-value=0,000.
3. Pekerjaan
Pekerjaan dapat memberikan kesempatan suatu individu untuk sering kontak dengan individu lainnya, bertukar informasi dan berbagi pengalaman pada ibu yang bekerja akan memiliki pergaulan yang luas dan dapat saling bertukar informasi dengan teman sekerjanya, sehingga lebih terpapar dengan program-program kesehatan khususnya imunisasi (Reza, 2006). Penelitian Darnen (2002) menyebutkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai peluang 1,1 kali untuk mengimunisasikan anaknya dengan lengkap dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Rahma Dewi (1994) menjelaskan bahwa proporsi ibu yang bekerja terhadap anak dengan imunisasi lengkap lebih tinggi dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
Reza (2006) hasil penelitiannya tidak ada hubungan bermakna antara pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi dasar dengan nilai p-value=0,902 begitu juga Lienda (2009) hasil penelitiannya 1,25 kali ibu yang bekerja anaknya diimunisasi lengkap dibandingan yang tidak bekerja namun secara statistik tidak ada hubungan bermakna antara pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi dasar dengan nilai p-value=0,250.
(31)
4. Jumlah anak
Kunjungan ke pos pelayanan imunisasi terkait dengan ketersediaan waktu bagi ibu untuk mencari pelayanan imunisasi terhadap anaknya. Oleh karena itu jumlah anak yang dapat mempengaruhi ada tidaknya waktu bagi ibu meninggalkan rumah untuk mendapatkan pelayanan imunisasi kepada anaknya. Semakin banyak jumlah anak terutama ibu yang masih mempunyai bayi yang merupakan anak ketiga atau lebih akan membutuhkan banyak waktu untuk mengurus anak-anaknya tersebut. Sehingga semakin sedikit ketersediaan waktu bagi ibu untuk mendatangi tempat pelayanan imunisasi (Reza, 2006). Stratfield dan singarimbun (1986) jumlah anak memiliki hubungan yang terbalik dengan status imunisasi anak artinya adalah ibu yang memiliki jumlah anak yang banyak akan tidak lengkap untuk mengimunisasi anaknya. Lienda (2009) dalam hasil penelitiannya jumlah anak hidup ≤ 2 orang mempunyai 1,19 kali a naknya diimunisasi lengkap dibandingkan dengan ibu yang memiliki jumlah anak hidup > 2 orang. Jumlah anak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi pada anak. Ibu yang mempunyai banyak anak kesulitan dalam mendatangi tempat pelayanan kesehatan (Luman,2003).
Besarnya anggota keluarga diukur dengan jumlah anak dalam keluarga. Makin banyak jumlah anak makin besar kemungkinan ketidaktepatan pemberian imunisasi pada anak. Keluarga yang mempunyai banyak anak menyebabkan perhatian ibu akan terpecah, sementara sumber daya dan waktu ibu terbatas sehingga perawatan untuk setiap anak tidak dapat maksimal (Dombkowski, 2004).
5. Pengetahuan
Pengetahuan adalah dari hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui
(32)
panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita lihat sesuai dengan tingkatan-tingkatan (Notoatmodjo, 2007, hlm.143).
Hubungan antara status imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan lengkap dengan pengetahuan ibu tentang imunisasi, pendidikan orangtua, pendapatan orangtua, dan jumlah anak. Di antara beberapa faktor tersebut pengetahuan ibu tentang imunisasi merupakan suatu faktor yang sangat erat hubungannya dengan status imunisasi anak (Ismail, 1999).
Imunisasi merupakam program penting dalam upaya pencegahan primer bagi individu dan masyarakat terhadap penyebaran penyakit menular. Imunisasi menjadi kurang efektif bila ibu tidak mau anaknya diimunisasi dengan berbagai alasan. Beberapa hambatan pelaksanaan imunisasi menurut WHO (2000) adalah pengetahuan, lingkungan dan logistik, urutan anak dalam keluarga dan jumlah anggota keluarga, sosial ekonomi, mobilitas, keluarga, ketidak stabilan politik, sikap petugas kesehatan, pembiayaan, dan pertimbangan hukum (Lienda, 2009).
Pengetahuan, sikap dan perilaku orangtua bayi berhubungan dengan status imunisasi bayi. Tiga pertanyaan meliputi ketidakinginan orangtua untuk mengimunisasikan bayi jika mempunyai bayi lagi (sikap). Ketidakyakinan orangtua tentang keamanan imunisasi (pengetahuan) dan pernah menolak bayinya untuk diimunisasi (perilaku) berhubungan dengan status imunisasi bayi (Gust, 2004).
(33)
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah hubungan antara variabel yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoadmodjo, 2003, hlm.69). Variabel
independen (bebas) dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ibu
yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, dan pengetahuan, sedangkan variabel
dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah status imunisasi dasar pada bayi usia
12-24 bulan pada bayi.
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU : 1. USIA
2. PENDIDIKAN 3. PEKERJAAN 4. JUMLAH ANAK 5.PENGETAHUAN
STATUS IMUNISASI DASAR
(34)
B. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha). 1. Ada hubungan faktor usia ibu dengan status imunisasi dasar pada bayi
2. Ada hubungan faktor pendidikan ibu dengan status imunisasi dasar pada bayi 3. Ada hubungan faktor pekerjaan ibu dengan status imunisasi dasar pada bayi 4. Ada hubungan faktor jumlah anak ibu dengan status imunisasi dasar pada bayi 5. Ada hubungan faktor pengetahuan ibu dengan status imunisasi dasar pada bayi
C.Definisi Operasional No Variabel
Penelitian
Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Status Imunisasi dasar pada bayi usia 12-24 bulan
Status imunisasi anak berusia 12-24 bulan yang telah mendapat imunisasi lengkap sebelum 12 bulan yaitu : HB 0, BCG, Polio1, DPT/HB 1, Polio2, DPT/HB 2, Polio3, DPT/HB 3, Polio 4, Campak
Kuesioner Wawancara 1 : Tidak lengkap 2 : Lengkap
Ordinal
2 Usia Usia ibu yang memiliki anak berusia 12-24 bulan dihitung dari tahun lahirnya sampai dengan ulang tahunnya yang terakhir
Kuesioner Wawancara 1: < 30 tahun 2 : ≥ 30 tahun
(35)
3 Pendidikan Jenjang sekolah tertinggi yang ditamatkan ibu
Kuesioner Wawancara 1 : ≤ 9 tahun 2 : > 9 tahun
Ordinal
4 Pekerjaan Pekerjaan merupakan
kegiatan yang dilakukan ibu
sehari-hari dalam mencari
nafkah untuk mendapatkan uang ataupun untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari
Kuesioner Wawancara 1 : Wiraswasta 2 : Bertani
Nominal
5 Jumlah Anak
Jumlah anak yang dilahirkan ibu yang hidup dan tinggal serumah
Kuesioner Wawancara 1 : ≤ 2 orang 2 : > 2 orang
Ordinal
6 Pengetahuan Kemampuan ibu untuk menjawab pertanyaan tentang imunisasi dasar Kuesioner dengan 25 pertanyaan
Wawancara 1. Baik score (> 12,5)
2. Kurang score (0-12,5)
(36)
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan kuantitatif dengan desain korelasi deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang penggunaannya untuk mengidentifikasi hubungan yang terjadi sesaat tanpa perlu kelompok kontrol dan uji coba (Suyanto, dan Salamah, 2009, hlm.34). Untuk memperoleh informasi tentang variabel independen dan dependen, pengukuran dilakukan bersama-sama pada saat penelitian.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi usia 12-24 bulan pada saat penelitian di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar yakni 40 orang (Subdin P2P & PL Dinkes Taput, 2010). Penentuan usia 12-24 bulan berdasarkan pertimbangan bahwa pada rentang usia tersebut diperkirakan seorang anak balita sudah seharusnya mendapat imunisasi dasar lengkap.
2. Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling yaitu di mana semua jumlah populasi (total population), dijadikan sampel yaitu sebanyak 40 orang.
(37)
C.Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara. Adapun peneliti memilih lokasi karena cakupan imunisasi rendah belum mencapai target yang ditetapkan dan belum pernah dilakukan penelitian.
D.Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada Februari 2011 sampai dengan Maret 2011. Penelitian ini diawali dengan penelusuran pustaka, penentuan judul dan pembimbing, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian ke lapangan, pengumpulan, pengolahan dan analisa data, penyusunan hasil penelitian.
E.Etika Penelitian
Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti terlebih dahulu mengajukan surat permohonan kepada Ketua Jurusan Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari Kepala Desa Siabal-abal II untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapat persetujuan penelitian, peneliti memulai penelitian dengan menekankan masalah etik yang meliputi : peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden bahwa partisipasi responden yang diteliti tersebut bersifat sukarela dan responden berhak mengundurkan diri dari penelitian. Jika responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian, maka responden menandatangani lembar persetujuan riset. Untuk menjaga kerahasiaan identifikasi responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) hanya nomor kode yang digunakan sehingga kerahasiaan identifikasi semua informasi yang diberikan tetap terjaga. Dan seluruh informasi yang diperoleh dipergunakan untuk kepentingan penelitian.
(38)
F. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dipakai untuk wawancara dan observasi dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner dengan sejumlah pertanyaan tertulis yang telah tersusun secara terstruktur yang dibuat oleh peneliti berdasarkan tinjauan teoretis yang terdiri dari : data ibu yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak.
Kuesioner pengetahuan sebanyak 25 pertanyaan berisi tentang pengertian imunisasi, tujuan imunisasi, tempat imunisasi, yang dapat memberikan imunisasi, jenis-jenis imunisasi, penyakit yang dapat dicegah, jumlah pemberian, jadwal pemberian, dan lokasi penyuntikan. Kuesioner penelitian ini merupakan pertanyaan tertutup dengan menyediakan alternatip jawaban a,b, dan c. Responden diminta memilih jawaban yang
paling benar menurut pendapatnya. Untuk menilai pengetahuan ibu dilakukan penyekoran bila jawaban “benar” skornya 1 (satu) jika jawabannya “salah” skornya 0
(nol), Untuk mendapatkan kreteria digunakan perhitungan sebagai berikut :
a) Menentukan nilai terbesar dan terkecil. Nilai terbesar : 25 dan nilai terkecil : 0. b) Menentukan nilai rentang (R) Rentang = Nilai terbesar-nilai terkecil = 25-0=25
c) Menentukan nilai panjang kelas (i). Panjang Kelas (i) =
s banyakkela
g ren tan
= 12,5 2
25
=
d) Menentukan kategori pengetahuan berdasarkan perolehan nilai : Kurang = Jika
responden memilikki jumlah skor 0-12,5, Baik = Jika responden memiliki jumlah skor > 12,5. Kuesioner telah diuji coba dilapangan uji validitas dan uji realibilitas untuk mengetahui apakah pertanyaan itu bisa diandalkan serta mampu mengukur apa yang hendak diukur. Setelah data terkumpul, data-data itu diolah sesuai dengan tahapannya. Pelaksanaan pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder.
(39)
G.Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan uji reliabilitas instrumen kuesioner penelitian dilakukan terhadap 15 responden dengan kriteria yang sama di Desa Sangkaran Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara. Data yang diperoleh dari uji coba kuesioner diolah dengan menggunakan program komputer. Perhitungan uji tersebut dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel Pearson Product Moment dengan nilai r hitung. Nilai r tabel dengan menggunakan df = n-2 yaitu 25-2=23 pada tingkat kemaknaan 5%, sehingga didapat r tabel=0,413. Kuesioner penelitian ini dinyatakan valid karena berdasarkan hasil uji statistik bahwa r hitung lebih besar dibandingkan dengan r tabel. Uji reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan uji reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar 0,763. Nilai koefisien reliabilitasnya lebih besar dari 0,60 maka kuesioner ini dinyatakan reliabel (Syarifudin, 2010).
H.Prosedur Pengumpulan Data
Setelah mendapat izin penelitian, peneliti mengumpulkan data. Pada saat
pengumpulan data, peneliti mendatangi Kepala Desa Siaba-abal II dan bidan desa meminta izin untuk melakukan penelitian didesa tersebut. Setelah mendapat persetujuan dari Kepala Desa peneliti menemui satu orang kader yang ada di Desa Siabal-abal II dengan tujuan membantu peneliti dalam mendapatkan responden sesuai dengan kriteria responden yang diteliti. Kader yang dijumpai peneliti bernama ibu Serefina Situmorang, pekerjaan adalah bertani dan riwayat pendidikan tamatan dari SMA. Setelah mendapat persetujuan dari kader, peneliti memberi arahan terlebih dahulu kepada kader tersebut bagaimana cara dalam pengisian instrumen berupa kuesioner yang digunakan sehingga kader dapat menjelaskan kepada responden cara pengisian kuesioner yang akan
(40)
digunakan. Dan menanyakan pada saat kapan responden dapat ditemui atau berada di rumah. Waktu telah ditetapkan yaitu pada saat minggu siang hari setelah pulang dari kebaktian gereja karena ada sebagian responden yang bekerja pada pagi hari dan sore.
Hari selanjutnya peneliti datang untuk menemui responden dari rumah ke rumah dengan dibantu oleh kader. Sesampai di rumah responden, peneliti menjelaskan maksud kedatangan peneliti ke rumah responden dan menjelaskan tujuan dari penelitian tersebut dilakukan, kemudian peneliti meminta kesediaan ibu menjadi responden peneliti. Responden telah menyetujui dirinya sebagai responden dan menandatangani lembar persetujuan (informed consent), peneliti menjelaskan kepada responden cara pengisian kuesioner kepada responden dan selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dan menjawab seluruh pertanyaan dengan jujur, peneliti mendampingi responden dalam pengisian kuesioner apabila ada pertanyaaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner. Pengisian kuesioner diisi oleh respoden dengan waktu 25 menit, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data.
Dalam pengumpulan data dilakukan selama 6 minggu dari 20 Februari sampai 27 Maret 2011. Pengumpulan data dilakukan di Desa Siabal-abal II yang dilakukan dari rumah kerumah. 20 Februari 2011 didapat sebanyak 6 responden, 27 Februari 2011 sebanyak 7 responden, 06 Maret 2011 sebanyak 7 responden, 13 Maret 2011 sebanyak 8 responden, 20 Maret 2011 sebanyak 7 responden, 27 Maret 2011 sebanyak 5 responden.
I. Analisis Data
Semua data terkumpul dilakukan analisis data kembali dengan memeriksa semua kuesioner apakah jawaban sudah lengkap atau benar (Editing). Pemberian skor dilakukan pada tiap jawaban responden, selanjutnya dihitung nilai yang diperoleh
(41)
responden keseluruhan, kemudian dikelompokkan dengan menggunakan aspek pengukuran Scoring. Kemudian data diberi kode Codding memudahkan pengolahan data, analisa data serta pengambilan kesimpulan data yang dimasukkan kedalam bentuk tabel. Entry data dalam komputer dan analisa data dilakukan dengan menggunakan tehnik komputerisasi.
Analisa data adalah cara untuk memudahkan atau menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dimengerti maka peneliti melakukan analisis data melalui tahap : 1) Univariat Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi untuk menilai distribusi frekuensi yaitu karakteristik responden, pengetahuan, status imunisasi di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar. 2) Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen secara statistik. Analisa yang dipakai untuk menguji data adalah dengan menggunakan rumus statistik Chi-Square. Dengan derajat kepercayaan p = 0,05. Jika p < 0,05 maka hasil perhitungan bermakna (signifikan) dan bila p ≥ 0,05, maka hasil perhitungan tersebut tidak bermakna dengan derajat kepercayaan 95 %.
(42)
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian
Pengumpulan data dilakukan Februari–Maret 2011 di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara. Pada penelitian ini, terdapat 40 orang ibu yang mempunyai bayi usia 12-24 bulan dan berhasil diwawancarai.
1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian usia ibu mayoritas usia ≥ 30 tahun 23 orang (57,5%). Pendidikan ibu mayoritas ≤ 9 tahun 21 orang (52,5%). Pekerjaan ibu mayoritas bertani 27 orang (67,5%). Jumlah anak ibu mayoritas >2 orang adalah 27 orang (67,5%).
Tabel 5.1
Distribusi Karakteristik Responden di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011
Variabel Frekuensi Persentasi
Usia
< 30 tahun 17 42,5
≥ 30 tahun 23 57,5
Pendidikan
≤ 9 tahun 21 52,5
> 9 tahun 19 47.5
Pekerjaan
Wiraswasta 13 32.5
Bertani 27 67.5
Jumlah Anak
≤ 2 orang 13 32.5
(43)
2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden
Dari 40 responden mempunyai bayi 12-24 bulan yang diteliti di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara dapat digambarkan mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 27 responden (67,5%) dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 13 responden (32,5%).
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011
Pengetahuan Frekuensi Persentasi
Baik Kurang 13 27 32,5 67,5
Total 40 100
3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Imunisasi
Berdasarkan hasil penelitian ibu yang melakukan imunisasi dengan lengkap 16 orang (40%) dan tidak lengkap 24 orang (60%).
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Status Imunisasi pada Bayi Usia 12-24 Bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara
Tahun 2011
Variabel Frekuensi Presentasi
Status Imunisasi
Lengkap 16 40
Tidak Lengkap Total 24 40 60 100
(44)
4. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu
Hasil analisis hubungan faktor usia ibu terhadap status imunisasi diperoleh dari 40 responden usia ibu < 30 tahun imunisasi lengkap 12 orang (30%), tidak lengkap 5 orang (12,5%), sedangkan usia ibu ≥ 30 tahun imunisasi lengkap 4 orang (10%), tidak lengkap 19 orang (47,5%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,001 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan status imunisasi bayi dengan nilai OR= 0,088 artinya usia ibu < 30 tahun memiliki peluang 0,088 kali lebih lengkap status imunisasi bayinya dibandingkan ibu usia ≥ 30 tahun.
Hasil analisis hubungan faktor pendidikan ibu terhadap status imunisasi diperoleh dari 40 responden pendidikan ≤ 9 tahun imunisasi lengkap 4 orang (10%), tidak lengkap 17 orang (42,5%), sedangkan pendidikan > 9 tahun imunisasi lengkap 12 orang (30%), tidak lengkap 7 orang (17,5%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,004 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan status imunisasi bayi dengan nilai OR= 7,286 artinya ibu dengan pendidikan
> 9 tahun memiliki peluang 7,286 kali lebih lengkap status imunisasi bayinya dibandingkan ibu pendidikan ≤ 9 tahun.
Hasil analisis hubungan faktor pekerjaan ibu terhadap status imunisasi diperoleh dari 40 responden pekerjaan wiraswasta imunisasi lengkap 10 orang (25%), tidak lengkap 3 orang (7,5%), sedangkan pekerjaan bertani imunisasi lengkap 6 orang (15%), tidak lengkap 21 orang (52,5%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,001 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan status imunisasi bayi dengan nilai OR= 0,086 artinya pekerjaan wiraswasta memiliki peluang 0,086 kali lebih lengkap status imunisasi bayinya dibandingkan pekerjaan bertani.
(45)
Hasil analisis hubungan faktor jumlah anak ibu terhadap status imunisasi diperoleh dari 40 responden jumlah anak ≤ 2 orang imunisasi lengkap 12 orang (30%), tidak lengkap 1 orang (2,5%), sedangkan > 2 orang imunisasi lengkap 4 orang (10%), tidak lengkap 23 orang (57,5%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak ibu dengan status imunisasi bayi dengan nilai OR= 0,014 artinya jumlah anak ibu ≤ 2 orang memiliki peluang 0,014 kali lebih lengkap status imunisasi bayinya dibandingkan jumlah anak ibu > 2 orang.
Hasil analisis hubungan faktor pengetahuan ibu terhadap status imunisasi diperoleh dari 40 responden pengetahuan baik imunisasi lengkap 12 orang (30%), tidak lengkap 1 orang (2,5%), sedangkan pengetahuan kurang imunisasi lengkap 4 orang (10%), tidak lengkap 23 orang (57,5%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan status imunisasi bayi dengan nilai OR= 0,014 artinya pengetahuan baik memiliki peluang 0,014 kali lebih lengkap status imunisasi bayinya dibandingkan pengetahuan kurang. Dapat dilihat dengan jelas pada tabel berikut :
(46)
Tabel 5.4
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Terhadap Status Imunisasi pada Bayi Usia 12-24 Bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar
Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011 Variabel Status Imunisasi Total p-Value
OR (95% CI) Lengkap
Tidak Lengkap
n % n %
Usia Ibu :
0,001
0,088 (0,020-0,393)
< 30 tahun 12 30 5 12,5 17
≥ 30 tahun 4 10 19 47,5 23
Pendidikan :
0,004
7,286 (1,737-30,555)
≤ 9 tahun 4 10 17 42,5 21
> 9 tahun 12 30 7 17,5 19
Pekerjaan :
0,001
0,086 (0,018-0,415)
Wiraswasta 10 25 3 7,5 13
Bertani 6 15 21 52,5 27
Jumlah Anak Hidup :
0,000
0,014 (0,001-0,145)
≤ 2 Orang 12 30 1 2,5 13
>2 Orang 4 10 23 57,5 27
Pengetahuan :
0,000
0,014 (0,001-0,145)
Baik 12 30 1 2,5 13
(47)
B.Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap status imunisasi pada bayi usia 12-24 bulan. Hasil analisis univariat diketahui usia ibu yang paling muda adalah 23 tahun dan paling tua 42 tahun. Pendidikan ibu paling rendah adalah SD 2 orang, SMP 19 orang dan SMA 19 orang. Pekerjaan wiraswasta 13 orang dan mayoritas ibu bertani 27 orang. Jumlah anak yang dimiliki ibu paling sedikit 1 orang dan paling banyak 7 orang. Hasil penelitian bahwa ibu yang melakukan imunisasi secara lengkap adalah 16 orang pencapaian 40% artinya program belum berhasil. Untuk mengetahui keberhasilan program, dapat dengan melihat garis pencapaian kumulatif per tahun (Notoatmodjo, 2007, hlm.47).
1. Hubungan Usia Ibu dengan Status Imunisasi
Berdasarkan penelitian usia ibu dengan kategori < 30 tahun dan usia ibu ≥ 30 tahun ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan status imunisasi bayi dengan nilai p=0,001 dan nilai OR=0,088. Penelitian ini sejalan dengan Reza (2006) dengan 2 kategori < 30 tahun dan usia ibu ≥ 30 tahun ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan status imunisasi bayi dengan nilai p=0,000 dan nilai OR= 3,10.
Penelitian Wardhana (2001) ibu yang berusia ≥ 30 tahun cenderung untuk tidak melakukan imunisasi lengkap dibandingkan dengan ibu yang berusia < 30 tahun cenderung untuk melakukan imunisasi lengkap 2,03 kali dibandingkan dengan usia ibu ≥ 30 tahun. Namun secara statistik hubungan antara usia ibu dan status kelengkapan imunisasi tidak bermakna (p-value=0,16). Lienda (2009) dalam penelitiannya hasil uji statistik p-value 0,109 bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara usia ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar.
(48)
Dari hasil penelitian di atas ibu yang berusia lebih muda yang baru memiliki anak biasanya cenderung memberikan perhatian yang lebih terhadap anaknya, termasuk kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Peningkatan usia ibu mungkin saja diikuti dengan bertambahnya jumlah anak dan meningkatkan kesibukan akan mempengaruhi motivasi dan mengurangi ketersediaan waktu bagi ibu untuk memberikan pelayanan kesehatan terhadap anaknya.
Kebijakan program kesehatan keluarga dikatakan bahwa usia yang aman bagi seorang ibu untuk melahirkan anak adalah 20 sampai 35 tahun. Seiring dengan itu mengacu kepada hasil penelitian ini, sosialisasi program kesehatan keluarga dan program imunisasi kepada masyarakat diharapkan dapat memberikan motivasi dalam meningkatkan kelengkapan imunisasi sebelum berusia 1 tahun dimasa yang akan datang. Upaya penyuluhan kesehatan sangat diperlukan bagi ibu.
2. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Imunisasi
Berdasarkan penelitian pendidikan ibu dengan kategori pendidikan ≤ 9 tahun dan pendidikan > 9 tahun dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pendidi-kan ibu dengan status imunisasi bayi dengan nilai p=0,004 dan nilai OR= 7,286. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya. Reza (2006) hasil penelitiannya mengatakan ada hubungan signifikan antara pendidikan ibu dengan status kelengkapan imunisasi dasar anak dengan p-value=0,010. Lienda (2009) hasil penelitiannya ibu dengan pendidikan rendah mempunyai resiko 3,14 kali lebih besar status imunisasi anaknya untuk tidak lengkap dibandingkan dengan ibu pendidikan tinggi.
Pendidikan sangat penting bagi seseorang untuk memberikan kemampuan dalam berfikir, menelaah dan memahami informasi yang diperoleh dengan pertimbangan yang lebih rasional. Pendidikan yang baik akan memberikan
(49)
kemampuan yang baik pula kepada seseorang dalam mengambil keputusan mengenai kesehatan keluarga terutama imunisasi anak.
Population Report (1988, dalam Lienda, 2009, hlm.47) Pendidikan merupakan hal yang penting dalam merubah perilaku terutama dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan karena wanita yang berpendidikan cenderung untuk meningkatkan status kesehatan keluarganya dengan mencari pelayanan yang lebih baik termasuk untuk mengimunisasikan anaknya.
Dengan demikian, hasil tersebut sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003, hlm.95). Pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan pengetahuan meningkat.
3. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Imunisasi
Berdasarkan penelitian pekerjaan ibu di Desa Siabal-abal II ibu dengan bertani dan ibu bekerja wiraswasta dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan status imunisasi bayi dengan nilai p=0,001 dan nilai OR= 0,086.
Hasil penelitian ini berbeda dengan Lienda (2009) pekerjaan ibu dengan kategori ibu bekerja dengan tidak bekerja, tidak ada hubungan pekerjaan ibu dengan kelengkapan imunisasi nilai p-value=0,250. Hal ini disebabkan karena ibu yang bekerja proporsi anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap hampir tidak berbeda dengan ibu yang bekerja. Reza (2006) hasil penelitiannya tidak ditemukan hubungan antara pekerjaan ibu terhadap status imunisasi dasar pada anaknya dengan nilai p-value=0,902. Proporsi anak yang tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap hampir tidak berbeda dengan anak yang telah lengkap imunisasi dasarnya pada setiap kelompok pekerjaan ibu. Hal ini dikarenakan yang terpilih menjadi responden adalah ibu-ibu yang bekerja pada sektor non formal atau sebagai ibu rumah tangga saja. Status kerja yang demikian akan
(50)
memberikan waktu yang lebih banyak kepada ibu untuk membawa anaknya mendapatkan imunisasi di pos pelayanan terpadu.
4. Hubungan Jumlah Anak Ibu dengan Status Imunisasi
Berdasarkan penelitian jumlah anak ibu dengan kategori ≤ 2 orang dan > 2 orang dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak ibu dengan status imunisasi bayi dengan nilai p=0,000 dan nilai OR=0,014.
Kunjungan ke pos pelayanan imunisasi terkait dengan ketersediaan waktu bagi ibu untuk mencari pelayanan imunisasi terhadap anaknya. Oleh karena itu jumlah anak dapat mempengaruhi ada tidaknya waktu bagi ibu meninggalkan rumah untuk mendapatkan pelayanan imunisasi kepada anaknya. Jumlah anak yang banyak membutuhkan banyak waktu bagi ibu untuk mengurus anak-anaknya, sehingga ketersediaan waktu bagi ibu untuk mendatangi tempat pelayanan imunisasi tidak banyak.
Hasil penelitian ini berbeda dengan Lienda (2009) tidak ada hubungan jumlah anak dengan kelengkapan imunisasi dengan nilai p=0,434. Begitu juga dengan penelitian Reza (2006) tidak ada hubungan jumlah anak yang dimiliki tidak begitu berpengaruh nilai p-value=0,168 terhadap kelengkapan status imunisasi anak yang berada di puskesmas Pauh.
5. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Imunisasi
Berdasarkan penelitian pengetahuan ibu dengan kategori baik dan pengetahuan kurang hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan status imunisasi bayi dengan nilai OR= 0,014. Hasil penelitian didapat 100% responden dapat menjawab dengan benar pertanyaan nomor 3, 4, dan 22 yaitu polindes atau posyandu tempat untuk mendapatkan pelayanan imunisasi, bidan/petugas kesehatan yang boleh melakukan tindakan imunisasi
(51)
dan tujuan pemberian imunisasi campak adalah mencegah timbulnya penyakit campak. Pertanyaan nomor 12 yaitu jadwal pemberian polio responden menjawab benar hanya 11 orang, mayoritas menjawab salah dengan memilih jawaban kapan saja.
Penelitian ini sejalan dengan Reza (2006) ada hubungan pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar dengan nilai p=0,036. Hubungan antara status imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan dengan pengetahuan ibu tentang imunisasi, pendidikan orangtua, pendapatan orangtua, dan jumlah anak. Diantara beberapa faktor tersebut pengetahuan ibu tentang imunisasi merupakan suatu faktor yang sangat erat hubungannya dengan status imunisasi anak (Ismail, 1999).
6. Keterbatasan Penelitian
Sebagaimana penelitian pada umumnya keterbatasan itu selalu ada, tetapi perlu dilakukan upaya untuk meminimalisasi penyimpangan yang mungkin terjadi. Ketidakakuratan informasi yang diperoleh terutama pada penelitian yang menelusuri masa yang lalu dapat terjadi akibat ketidakmampuan responden untuk mengingat dengan pasti terhadap peristiwa yang sudah terjadi pada waktu lalu. Peneliti tidak mempengaruhi responden ataupun mengarahkan responden kepada suatu jawaban tertentu tetapi memberikan alternatif cara mengajukan pertanyaan termasuk dengan menggunakan bahasa masyarakat setempat. Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat berhubungan dengan hasil penelitian dimana data dikumpulkan pada saat bersamaan sehingga tidak dapat membuktikan hubungan sebab akibat.
(52)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Terhadap Status Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 12-24 Bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011” diperoleh kesimpulan :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap status imunisasi dasar pada bayi adalah faktor usia ibu, faktor pendidikan ibu, faktor pekerjaan ibu, faktor jumlah anak ibu dan faktor pengetahuan ibu tentang imunisasi.
2. Ada hubungan yang signifikan antara faktor usia ibu dengan status imunisasi
3. Ada hubungan yang signifikan antara faktor pendidikan ibu dengan status imunisasi 4. Ada hubungan yang signifikan antara faktor pekerjaan ibu dengan status imunisasi 5. Ada hubungan yang signifikan antara faktor jumlah anak ibu dengan status imunisasi 6. Ada hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan ibu dengan status imunisasi
B.SARAN
Saran yang dapat peneliti sampaikan pada karya tulis ilmiah ini adalah : 1. Bagi Tenaga Kesehatan
Agar meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, upaya promosi kesehatan berupa support sosial, yakni peningkatan kualitas penyuluhan kesehatan, memberikan motivasi dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan terutama imunisasi.
(53)
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini menjadi referensi perpustakaan D–IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya untuk menyempurnakan penelitian ini, merincikan penelitian ini, dan memperdalam faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap imunisasi. Misalnya dengan melakukan penelitian ini di lokasi yang berbeda.
4. Responden
Program imunisasi ini berjalan dengan baik hendaknya peran serta masyarakat lebih ditingkatkan. Upaya meningkatkan peran serta masyarakat hendaknya didukung dengan pemerintahan di desa yaitu Kepala Desa, Sekretaris Desa, PKK, BPD dan juga tokoh agama dan tokoh masyarakat yang paling dekat dengan masyarakat sehingga program imunisasi ini dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
(54)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., (2006). Prosedur Penelitian. Edisi Revisi VI, Jakarta : Rineka Cipta. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Propinsi Sumatera Utara, (2008).
Menyiapkan Ibu, Bayi Sehat dan Berkualitas. Medan : BKKBN.
Dahlan, M. S., (2008). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
Departemen Kesehatan RI, (2004). Kebijakan Program Imunisasi. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
_____________________ (2006a). Penyuntikan yang Aman dan Imunisasi Hepatitis B. Jakarta : Direktorat Jenderal PPM&PL PATH Departemen Kesehatan RI. _____________________ (2006b). Materi Dasar Kebijakan Program Imunisasi.
Ja-karta : Direktorat Jenderal PP&PL Departemen Kesehatan RI.
_____________________ (2009a). Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 0-12 Bulan. Jakarta : Direktorat Jenderal PPM&PL Departemen Kesehatan RI.
_____________________ (2009b). Peningkatan Cakupan dan Mutu Pelayanan
Im-unisasi di Puskesmas. Jakarta : Direktorat Jenderal PPM&PL Departemen
Kesehatan RI.
_____________________ (2009c). Pengelolaan Vaksin dan Rantai Vaksin Tingkat
Puskesmas. Jakarta : Direktorat Jenderal PPM&PL Departemen Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Tapanuli Utara. (2009). Profil Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara
Tahun 2009. Tarutung : Dinas Kesehatan Tapanuli Utara.
_____________________ (2010). Laporan Tahunan Subdin P2P&PL. Tarutung : Dinas Kesehatan Tapanuli Utara.
(55)
Gunawan, (2009). Pengaruh Karakteristik Ibu dan Lingkungan Sosial Budaya Terhadap
Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi 0-7 Hari di Kabupaten Langkat.
Medan : Tesis Sekolah Pascasarjana USU.
http//repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6743/1/09E01845.pdf. diperoleh 14 Februari 2011.
Hidayat, A. A. A., (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Jakarta : Salemba Me-dika.
Lienda, (2009). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi pada
Anak Usia 12-23 Bulan di Jawa Barat dan Jawa Tengah Tahun 2007. Depok :
Skripsi FKM UI. http//www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/ diperoleh 11 Februari 2011.
Notoatmodjo, S., (2003), Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
_____________________ (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta .
_____________________ (2007a). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Ri-neka Cipta.
_____________________ (2007b). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta .
Nursalam, (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Kepe-rawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Ranuh, I.G.N., Suyitno, H., Hadinegoro, S.R.S., Ismael, S., Rahajoe, N.N., Matondang, C.S., et al. (2008). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Satgas Imunisasi-Ikatan Dokter Anak Indonesia.
(56)
Reza, (2006). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Dasar pada
Anak di Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2006. Depok : Tesis FKM UI.
http//www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/ diperoleh 11 Februari 2011.
Saputra, D., (2009). Meraih Jendela Kesempatan Melalui Program Keluarga
Berencana.
Schwartz, M. William, (2005). Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC Supartini, Y., (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Suyanto, Salamah, U., (2008). Riset Kebidanan Metodologi & Aplikasi. Jogjakarta : Mi-tra Cendikia Press.
Tim Penyusun D-IV USU, (2010). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Medan : FKEP USU.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Zaluchu, F., (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Bandung : Citapustaka Media.
(57)
FORMULIR PERSETUJUAN PENELITIAN
Saya yang bernama Emilia Silvana Sitompul, NIM 105102037 adalah mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap status imunisasi dasar pada bayi usia 12-24 bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2011. Untuk keperluan tersebut peneliti memohon kesediaan ibu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjut-nya peneliti mohon kesediaan ibu untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adaSelanjut-nya. Jika ibu bersedia silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu.
Identitas pribadi sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Ibu berhak atau tidak ikut berpartisipasi tanpa ada sanksi dan konsekuensi buruk dikemudian hari. Jika ada hal yang kurang dipahami ibu dapat bertanya langsung kepada peneliti. Atas perhatian dan kesediaan ibu menjadi partisipan dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih.
Partisipan Nama Peneliti
(58)
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
Judul Penelitian : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Terhadap Status Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 12-24 Bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011 Nama Peneliti : Emilia Silvana Sitompul
NIM : 105102037 I. Data Umum
1. Nomor responden : ... 2. Tanggal Lahir Ibu/Usia : ... 3. Nama bayi : ... 4. Tanggal Lahir Bayi/Usia : ...
II.Data Khusus
A.Status Kelengkapan Imunisasi Bayi :
Imunisasi Tanggal Pemberian Tempat Imunisasi
Hepatitis B 0 BCG, Polio 1
DPT/Hep B 1, Polio 2 DPT/Hep B 2, Polio 3 DPT/Hep B 3, Polio 4 Campak
(59)
B.Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan terakhir yang ibu tempuh : a. Tidak sekolah
b. SD c. SMP d. SMA
e. Akademi/PT
C.Pekerjaan
Pekerjaan ibu sehari-hari : a. Tidak bekerja b. Bertani
c. PNS d. Wiraswasta
D.Jumlah anak
Berapa jumlah anak ibu sekarang : a. 1 orang
b. 2 orang c. 3 orang d. 4 orang e. 5 orang f. 6 ≥ orang
(60)
E.Pengetahuan
1. Apakah pengertian imunisasi ?
a. Kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu b. Dapat membuat suatu penyakit
c. Penyakit yang muncul dari orang lain 2. Apa tujuan imunisasi ?
a. Untuk mencegah terjadinya penyakit b. Untuk menyembuhkan penyakit c. Untuk mempersehat tubuh
3. Kemanakah ibu biasanya membawa bayinya untuk imunisasi ? a. Pasar
b. Terminal
c. Polindes/posyandu
4. Siapakah yang boleh melakukan tindakan imunisasi ? a. Bidan/Petugas Kesehatan
b. Dukun beranak c. Guru
5. Berapa jenis imunisasi dasar ? a. 1 jenis
b. 3 jenis c. 5 jenis
6. Berapa kali imunisasi BCG diberikan ? a. 1 kali
(61)
c. 4 kali
7. Pada usia berapa bulan bayi diberi imunisasi BCG ? a. Kapan saja
b. 0 – 2 bulan c. 1 – 2 tahun
8. Apakah tujuan pemberian imunisasi BCG ?
a. Mencegah timbulnya penyakit Tuberculosis (TBC) b. Pemberian vaksin
c. Suntikan pada bayi
9. Dibagian mana imunisasi BCG diberikan ? a. Lengan kanan atas
b. Kaki c. Mulut
10. Apakah tujuan pemberian imunisasi Polio ? a. Pemberian obat-obatan
b. Mencegah timbulnya penyakit Poliomyielitis (lumpuh layu). c. Pemberian vaksin
11. Berapa kali imunisasi polio diberikan ? a. 1 kali
b. 3 kali c. 4 kali
12. Pada usia berapakah imunisasi polio diberikan ? a. 0-11 bulan
(62)
c. kapan saja
13.Bagaimana pemberian imunisasi polio ? a. Disuntik dilengan kanan atas b. Disuntik dikaki
c. Ditetes kemulut
14. Apakah tujuan pemberian imunisasi DPT ?
a. Mencegah timbulnya penyakit Difteria, Pertusis, Tetanus b. Pemberian suntikan
c. Pemberian vaksin
15. Berapa kalikah imunisasi DPT diberikan ? a. 2 kali
b. 1 kali c. 3 kali
16. Pada usia berapakah imunisasi DPT diberikan ? a. Kapan saja
b. 2-11 bulan c. 1-2 tahun
17. Dibagian tubuh mana imunisasi DPT diberikan ? a. Paha bayi
b. Kaki bayi c. Mulut bayi
18. Apakah tujuan pemberian imunisasi Hepatitis B ? a. Mencegah timbulnya penyakit Liver ( hati ) b. Terhindar dari penyakit
(63)
c. Pemberian obat – obatan
19. Berapa kalikah imunisasi Hepatitis B diberikan ? a. 2 kali
b. 1 kali c. 3 kali
20. Pada usia berapakah imunisasi Hepatitis B diberikan ? a. Kapan saja
b. 2 tahun c. 0-11 bulan
21. Dibagian tubuh mana imunisasi Hepatitis B diberikan ? a. Paha
b. Kaki c. Mulut
22. Apakah tujuan pemberian imunisasi campak ? a. Mencegah timbulnya penyakit campak b. Pemberian obat-obatan
c. Pemberian vaksin
23. Berapa kalikah imunisasi campak diberikan ? a. 5 kali
b. 3 kali c. 1 kali
24. Pada usia berapa imunisasi Campak diberikan ? a. kapan saja
(64)
c. 1-2 tahun
25. Dibagian mana imunisasi campak diberikan ? a.Lengan kiri atas
b. Perut c. Mulut
(1)
JADWAL PENGUMPULAN DATA
DUSUN TANGGAL HARI PUKUL IBU YANG
MEMI-LIKI BAYI USIA 12-24 BULAN Lumban Julu 20 Februari 2011 Minggu 13.00–16.00 Wib 6 orang
Lumban Julu 27 Februari 2010 Minggu 13.00- 16.30 Wib 7 orang
Pealita 06 Maret 2011 Minggu 13.00- 16.40 Wib 7 orang Pealita 13 Maret 2011 Minggu 13.00-17.00. Wib 8 orang
Sitapongan 20 Maret 2010 Minggu 13.00-16.45 Wib 7 orang Sitapongan 27 Maret 2010 Minggu 13.00-15.45 Wib 5 orang
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
RIWAYAT HIDUP I. Data Pribadi
Nama : Emilia Silvana Sitompul Tempat/Tanggal lahir : Sitompul, 16 Juli 1981 Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke- : 4 dari 6 bersaudara
Agama : Kristen
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jln. Marhusa Panggabean Desa Lumban Siagian Julu Ke-camatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara
II. Data Keluarga
Nama Suami : Redianto Sinaga, SE Tempat/Tanggal lahir : Soban/23 Oktober 1978
Agama : Kristen
Pekerjaan : PNS
Anak ke- : 5 dari 7 bersaudara Jumlah anak : 1 orang putera
Alamat : Jln. Marhusa Panggabean Desa Lumban Siagian Julu Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara
III. Data Pendidikan
1. Tahun 1987-1993 : SD Negeri 173115 Sitompul 2. Tahun 1993-1996 : SMP Negeri 2 Tarutung 3. Tahun 1996-1999 : SMU Negeri 1 Tarutung
4. Tahun 2000-2003 : Akademi Pemkab Tapanuli Utara
IV. Data Pekerjaan
1. Tahun 2003-2006 : Bidan Pelaksana Puskesmas Siatas Barita 2. Tahun 2006-2009 : Bidan Desa Lumban Siagian Julu
3. Tahun 2009-sekarang : Staf Akademi Kebidanan Pemkab Tapanuli Utara