HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERSEPSI IBU DENGAN PEMENUHAN KECUKUPAN GIZI BALITA (Studi di Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri)

(1)

commit to user

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERSEPSI IBU

DENGAN PEMENUHAN KECUKUPAN GIZI BALITA

(Studi di Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Kesehatan Program Studi Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

INTAN CANDRA DEWI

NIM S-5401091-10

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERSEPSI IBU

DENGAN PEMENUHAN KECUKUPAN GIZI BALITA

(Studi di Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri)

Disusun oleh : INTAN CANDRA DEWI

S-

5401091-10

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I

Ruben Darmawan,dr.,Ir.,PhD.,Sp.ParK.,Sp.AK ... ... NIP. 19551021 199412 1 001

Pembimbing II

Pancrasia Murdani, dr. MHPEd ... ... NIP. 19621022 199503 1 001

Mengetahui

Ketua Program Kedokteran Keluarga

Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK NIP. 19480313 197610 1 001


(3)

commit to user

iii

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERSEPSI IBU

DENGAN KECUKUPAN GIZI BALITA

(Studi di Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri)

Disusun oleh : INTAN CANDRA DEWI

S-

5401091-10

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua

Prof.Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr,MM,M.Kes,PAK ... ... NIP. 19480313 197610 1 001

IP. 19480313 197610 1 001 Sekretaris

Dr. Nunuk Suryani, M.Pd.Pd. ... ... NIP. 196611081990032001. 19661108 199003 2 001

Anggota :

1. Ruben Darmawan,dr.,Ir.,PhD.,Sp.ParK.,Sp.AK ... ... NIP. 19551021 199412 1 001

2. Pancrasia Murdani, dr. MHPEd ... ... NIP. 19621022 199503 1 001

Mengetahui Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga

Prof.Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr,MM,M.Kes,PAK ... ... NIP. 19480313 197610 1 001

Direktur Program Pasca Sarjana

Prof.Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. ... ... NIP.19570820 198503 1 004


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Intan Candra Dewi

NIM : S-5402091-10

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Persepsi Ibu tentang Pemenuhan Kecukupan Gizi Balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri adalah karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh tersebut.

Surakarta, Agustus 2010 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas menyusun tesis dengan judul “Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Persepsi Ibu Dengan Pemenuhan Kecukupan Gizi Balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri”. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajad Magister Kesehatan pada Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan ini penulis banyak mengalami kesulitan namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan dapat teratasi, untuk itu penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Moch. Syamsul Hadi, dr, Sp.Kj (K), selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan wawasan ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan tesis ini.

2. Prof. Dr. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan surat keputusan pengangkatan Dosen Pembimbing tesis mahasiswa program studi Magister Kedokteran Keluarga

3. Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr, PAK, MM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga.


(6)

commit to user

vi

4. Ruben Darmawan, dr.,Ir.,PhD.,Sp.ParK.,Sp.AK, selaku dosen pembimbing I yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam penulisan tesis ini. 5. P. Murdani K, dr, MHPEd, selaku dosen pembimbing II yang senantiasa

membimbing dan mengarahkan dalam penulisan tesis ini dan selaku Ketua Minat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan ijin penelitan ini.

6. Suamiku dan anakku tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.

7. Kedua orang tuaku yang senantiasa memberikan dorongan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.

8. Teman seperjuangan mahasiswa pasca sarjana program Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menjalin kerjasama dalam menempuh pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Akhirnya semoga semua kebaikan yang diberikan memperoleh imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa dan dicatat sebagai amal ibadah. Demi kesempurnaan dan perbaikan tesis ini sangat penulis harapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Terima kasih.


(7)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori, Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian ... 8

B. Penelitian Yang Relevan ... 31

C. Kerangka Berfikir ... 33

D. Hipotesis ... 34

BAB 3 METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

C. Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian ... 35

D. Instrumen Penelitian ... 37


(8)

commit to user

viii

F. Pengumpulan Data ... 38

G. Identifikasi Variabel Penelitian ... 38

H. Definisi Operasional Variabel ... 38

I. Test Validitas dan Reliabilitas ... 40

J. Analisis Data Penelitian ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Karakteristik Responden ... 45

B. Analisis Data ... 49

C. Pembahasan ... 51

D. Keterbatasan Penelitian... 57

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

C. Implikasi ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Interpretasi Nilai r ... 41

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Pengetahuan ... 42

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Sikap... 42

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Persepsi ... 43

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan ... 43

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan ... 44

Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan ... 44

Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Pengetahuan di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 47

Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Sikap di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 47

Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Persepsi di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 48

Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Pemenuhan Kecukupan Gizi di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 48

Tabel 12. Hubungan Pengetahuan dengan Pemenuhan Kecukupan Gizi Balita ... 49

Tabel 13. Hubungan Sikap dengan Pemenuhan Kecukupan Gizi Balita ... 49

Tabel 14. Hubungan Persepsi dengan Pemenuhan Kecukupan Gizi Balita ... 50

Tabel 15. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Persepsi Ibu dengan Pemenuhan Kecukupan Gizi Balita... 50


(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ... 29 Gambar 2. Faktor Penyebab Gizi Kurang ... 30 Gambar 3. Kerangka Penelitian ... 37 Gambar 4. Diagram Bar Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu

di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 45 Gambar 5. Diagram Bar Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Anak di

Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 45 Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Posyandu

Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 46 Gambar 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Posyandu

Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 46


(11)

commit to user

xi

DAFTAR SINGKATAN

AKG : Angka Kecukupan Gizi

BB : Berat Badan

BGM : Bawah Garis Merah

Depkes : Departemen Kesehatan Dinkes : Dinas Kesehatan

DKBM : Daftar Komposisi Bahan Makanan DKGA : Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan DKGJ : Daftar Kandungan Gizi Makanan Jajanan DKMM : Daftar Koversi Mentah Masak

DKPM : Daftar Konversi Penyerapan Minyak DURT : Daftar Ukuran Rumah Tangga

KEP : Kurang Energi Protein

LB : Laporan Bulanan

RI : Republik Indonesia

RDA : Recommended Dietary Allowance

SD : Sekolah Dasar

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Perama

PSG : Pemantauan Status Gizi

PSP : Pengetahuan, Sikap, Perilaku


(12)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 61

Lampiran 2. Inform Consent ... 62

Lampiran 3. Kisi-Kisi Soal Tes Pengetahuan Tentang Kecukupan Gizi ... 63

Lampiran 4. Petunjuk Pengisian Soal Tes Pengetahuan Tentang Kecukupan Gizi... 64

Lampiran 5. Soal Tes Pengetahuan Tentang Kecukupan Gizi ... 65

Lampiran 6. Kunci Jawaban Tes Pengetahuan Tentang Kecukupan Gizi .... 67

Lampiran 7. Kisi-Kisi Angket Sikap Tentang Kecukupan Gizi ... 68

Lampiran 8. Petunjuk Pengisian Soal Angket Sikap Tentang Kecukupan Gizi ... 69

Lampiran 9. Soal Angket Sikap Tentang Kecukupan Gizi ... 70

Lampiran 10. Soal Angket Persepsi Tentang Kecukupan Gizi ... 72

Lampiran 11. Lembar Observasi Pemenuhan Kecukupan Gizi ... 74

Lampiran 12. Ukuran Rumah Tangga ... 75

Lampiran 13. Daftar Faktor Konversi Berat Bahan Makanan ... 76

Lampiran 14. Daftar Bahan Makanan Penukar ... 77

Lampiran 15. Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan Jajanan ... 81

Lampiran 16. Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan (Per Orang Per Hari) ... 85

Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Penelitian Pengetahuan untuk Uji Validitas dan Reabilitas ... 86

Lampiran 18. Output Uji Validitas dan Reabilitas Pengetahuan ... 87

Lampiran 19. Rekapitulasi Hasil Penelitian untuk Uji Validitas dan Reabilitas Sikap... 89


(13)

commit to user

xiii

Lampiran 20. Output Uji Validitas dan Reabilitas Sikap ... 90

Lampiran 21. Rekapitulasi Hasil Penelitian untuk Uji Validitas dan Reabilitas Persepsi ... 92

Lampiran 22. Output Uji Validitas dan Reabilitas Persepsi ... 93

Lampiran 23. Rekapitulasi Hasil Penilaian Pengetahuan ... 95

Lampiran 24. Rekapitulasi Hasil Penilaian Sikap ... 97

Lampiran 25. Rekapitulasi Hasil Penilaian Persepsi ... 99

Lampiran 26. Rekapitulasi Hasil Pemenuhan Kecukupan Gizi ... 101


(14)

commit to user

xiv

ABSTRAK

Intan Candra Dewi. S540109110. 2010. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan

Persepsi Ibu dengan Pemenuhan Kecukupan Gizi Balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri. Tesis Program Studi Magister Kedokteran

Keluarga Minat Utama Profesi Pendidikan Kesehatan. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Setiap anak balita diharapkan hidup sehat, tumbuh normal dengan status gizi normal. Harapan tersebut tampaknya belum tercapai hingga saat ini. Hasil penimbangan balita di posyandu setiap bulan menunjukkan masih ada anak balita dengan status gizi lebih (obesitas) dan status gizi kurang (marasmus) maupun buruk (kwasiorkor). Oleh karena itu diharapkan setiap orang tua memiliki pengetahuan, sikap dan persepsi mengenai pemenuhan kecukupan gizi bagi anaknya. Berdasarkan Laporan Bulanan Pemantauan Pertumbuhan Balita Desember 2008, Desa Tiron Kabupaten Kediri termasuk paling tinggi prevalensi Bawah Garis Merah-nya (BGM) yaitu sebesar 2,46% diantara 284 balita ditimbang, angka ini belum mencapai target status gizi buruk sebesar 0,1% untuk Kabupaten Kediri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di desa Tiron Kabupaten Kediri.

Desain penelitian yang digunakan adalah studi analitik korelasional. Populasi sumber addalah semua ibu balita di Posyandu Delima Desa Tiron sebanyak 75 ibu dengan sampel 63 ibu diambil dengan teknik purposive sampling. Data pengetahuan, sikap, persepsi dan pemenuhan kecukupan gizi dikumpulkan dengan kuesioner.

Dari hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemenuhan kecukupan gizi (p = 0,362), ada hubungan sikap dengan pemenuhan kecukupan gizi (p = 0,028), dan ada hubungan persepsi dengan pemenuhan kecukupan gizi (p = 0,031) serta ada hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi dengan pemenuhan kecukupan gizi ( p = 0,003).

Dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita. Disarankan agar tenaga kesehatan puskesmas tetap melakukan penyuluhan dengan penekanan pada perubahan sikap dan persepsi tentang pemenuhan kecukupan gizi.


(15)

commit to user

xv ABSTRACT

Intan Candra Dewi. S540109110. 2010. Relationship of Knowledge, Attitudes

and Perceptions of mother about Child Nutrition Adequacy Fulfillment in “Posyandu Delima” Village of Tiron of Kediri District. Thesis Study Program

of Family Medicine Magister, Concentration of Health Education Profession. Post Graduate Program of Sebelas Maret University of Surakarta.

Every child under five are expected to live healthy, growing normally with normal nutritional status. Hope is apparently not reached until today. The results of child's weight at posyandu in each month shows there are still children under five with better nutritional status (obesity) and underweight status (marasmus) or bad (kwashiorkor). Therefore expected that each parent has the knowledge, attitudes and perceptions regarding the fulfillment of nutritional adequacy for their children. Based on monthly report of Toddlers Growth Monitoring in December 2008, the Village of Tiron Kediri including has the highest below red line prevalence that is equal to 2.46% among 284 infants weighed, this figure has not reached the target of poor nutritional status of 0.1% for Kediri. The purpose of this study to determine the relationship of knowledge, attitudes and perceptions of mothers with the fulfillment of the child nutritional adequacy in the Village of Tiron of Kediri District.

Research design is correlational analytic study. Source population are 75 mothers of children under five at Delima Posyandu in the Tiron village with a sample of 63 mothers were taken with purposive sampling. The data of knowledge, attitudes, perceptions and nutrition adequacy fulfillment were collected by questionnaire.

From the results of the research, were found no relation between knowledge to the fulfillment of nutritional adequacy (p = 0.362), there is a correlation between attitude to the fulfillment of nutritional adequacy (p = 0.028), and there is a relationship of perception to the fulfillment of nutritional adequacy (p = 0.031) and there are correlation between knowledge, attitude and perceptions to the fulfillment of nutritional adequacy (p = 0.003).

It can be concluded there is correlation between knowledge, attitudes and perceptions of mothers with the fulfillment of nutritional adequacy. It is recommended that health centers continue to do counseling with an emphasis on changing attitudes and perceptions about the fulfillment of nutritional adequacy.

Key words : knowledge, attitudes, perceptions, mother, children under five, the fulfillment of nutritional adequacy


(16)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Dinkes Jatim, 2007). Dalam kerangka pemikiran tersebut terkandung makna bahwa setiap generasi harus hidup sehat, salah satunya golongan anak balita. Harapannya setiap anak balita tumbuh normal yang dapat dilihat dari indikator status gizinya. Saat ini diperkirakan sekitar 50 persen penduduk Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah kekurangan gizi, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi kurang sering luput dari penglihatan atau pengamatan biasa dan seringkali tidak cepat ditanggulangi, padahal dapat memunculkan masalah besar. Selain gizi kurang, secara bersamaan Indonesia juga mulai menghadapi masalah gizi lebih dengan kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. (www.bappenas.go.id)

Secara nasional ditargetkan anak balita status gizi buruk harus kurang dari 15% dan Bawah Garis Merah (BGM) kurang dari 30% (Dinkes Jatim, 2007). Pada kenyatannya harapan tersebut belum tercapai hingga saat ini. Hasil penimbangan balita di posyandu setiap bulan menunjukkan masih ada anak balita dengan status gizi lebih (obesitas) tetapi juga ada yang kurang (marasmus) maupun buruk (kwasiorkor).


(17)

commit to user

Bukti dapat dilihat dari hasil Survei Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2006 di Jawa Timur terdapat 17,5% balita status gizi Kurang Energi Protein (KEP), terdiri atas 2,6% gizi buruk dan 14,96% gizi kurang (Dinkes Jatim, 2007). Di Kabupaten Kediri tahun 2008 dari 17.407 balita, yang menderita gizi buruk 21 balita (0,15%) dan gizi kurang 267 balita (1,9%) (Dinkes Kab. Kediri, 2008). Khusus Kecamatan Banyakan berdasarkan LB Pemantauan Pertumbuhan Balita Desember 2008, Desa Tiron termasuk paling tinggi prevalensi BGM-nya yaitu sebesar 2,46% diantara 284 balita ditimbang. Angka ini belum mencapai target status gizi buruk sebesar 0,1% untuk Kabupaten Kediri.

Faktor penyebab masih adanya anak balita gizi buruk atau BGM tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsumsi makanan dan kesehatan. Konsumsi makanan meliputi zat gizi dalam makanan, ada tidaknya pemberian makanan di luar keluarga, daya beli keluarga dan kebiasaan makan. Sedangkan faktor kesehatan meliputi pemeliharaan kesehatan, lingkungan fisik dan sosial (Supariasa, 2002 : 20). Sedangkan menurut Persagi (Supariasa, 2002) adalah karena asupan makanan dan penyakit infeksi. Asupan makanan berkaitan dengan persediaan makanan dirumah, kemiskinan, kurang pendidikan, kurang ketrampilan dan krisis ekonomi. Sedangkan penyakit infeksi berkaitan dengan pelayanan kesehatan dan perawatan anak dan ibu hamil.

Pada umumnya anak-anak yang masih kecil (balita) mendapat makanannya secara dijatah oleh ibunya dan tidak memilih serta mengambil sendiri mana yang disukainya (Djaeni, 2000:12). Untuk dapat menyusun menu yang adekuat, seseorang perlu memiliki pengetahuan mengenai bahan makanan


(18)

commit to user

dan zat gizi, kebutuhan gizi seseorang serta pengetahuan hidangan dan pengolahannya. Umumnya menu disusun oleh ibu (Soegeng dan Anna, 1999:123). Pengetahuan ibu dalam penyediaan makanan dalam tingkat rumah tangga sangat penting untuk mendukung perbaikan gizi. Pengetahuan ibu tentang memasak, dalam memberi makanan anak, bagaimana sayur dapat masuk ke mulut anak dan bagaimana keragaman bahan dan jenis makanan dapat mempengaruhi kebosanan, keragaman bahan dan jenis masakan dapat dipakai sebagai ukuran kualitatif masalah gizi (Saragih, 2004).

Penyediaan makanan di tingkat keluarga dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan perilaku terutama ibu tentang gizi dan kesehatan. Cara seseorang berpikir atau berpengetahuan dan berpandangan tentang makanan, akan dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan. Pengetahuan ibu yang baik tentang gizi dan kesehatan diharapkan dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam menyediakan dan mendistribusikan makanan dalam keluarganya yang dapat mempengaruhi konsumsi makan sehari harinya dan dampak lebih lanjutnya adalah pada status gizi, khususnya golongan rawan gizi (www.undip.ac.id).

Menurut Suprihatin Guhardja lewat penelitian yang dilakukan di pedesaan dan perkotaan ditemukan bahwa kepedulian ibu pada gizi anak baik di kota maupun di pedesaan pada umumnya masih rendah. Bentuk kepedulian pada gizi anak merupakan salah satu tanggung jawab dari keluarga dalam hal ini ibu rumah tangga dan secara tidak langsung merupakan tanggung jawab masyarakat. Dalam masyarakat, kegiatan-kegiatan yang menyangkut perbaikan gizi banyak melibatkan kaum ibu, maka ibu merupakan tokoh utama yang harus peduli pada


(19)

commit to user

gizi anak. Keterbatasan-keterbatasan perilaku ibu dapat berbentuk kurangnya pengetahuan, tidak ada motivasi kuat untuk menyelenggarakan atau menyiapkan makanan yang baik bagi anak, dan ada persepsi yang salah tentang gizi (Guhardja, 2003). Perbaikan praktek pengasuhan anak terutama pada akhir pendampingan gizi berkaitan erat dengan peningkatan pengetahuan ibu yang memegang peranan yang dominan dalam pengasuhan anak. Artinya, pesan-pesan gizi dan kesehatan yang berkaitan dengan pengasuhan anak dapat dilaksanakan oleh ibu sebagai pengasuh anak (Dara Ayu, 2008).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di posyandu delima desa tiron terhadap 10 ibu yang mempunyai balita tentang pengetahuan diperoleh 6 ibu (60%) mempunyai pengetahuan kurang, 2 ibu (20%) mempunyai pengetahuan cukup dan 2 ibu (20%) mempunyai pengetahuan yang baik tentang kecukupan gizi balita. Dari latar belakang pendidikan yaitu SD 5 ibu (50%), SMP 3 ibu (30%), SMA 2 ibu (20%), sedangkan dari pekerjaannya 5 (50%) ibu sebagai ibu rumah tangga, 3 ibu sebagai pedagang (30%) dan 2 ibu (20%) sebagai buruh tani.

Berdasarkan permasalahan diatas perlu dilakukan pengkajian mengenai asupan makanan bagi anak balita yang dikenal dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Hal ini digunakan untuk melakukan perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan keadaan gizi seseorang. Menurut Darwin Karyadi dan Muhilal dalam Supariasa (2001 : 11) untuk menentukan AKG individu dapat dilakukan dengan melakukan koreksi terhadap BB (berat badan) nyata individu dengan BB standar pada tabel AKG. Interpretasi AKG berdasarkan berdasarkan Buku Pedoman Patugas Gizi Puskesmas Depkes RI (1990) dibagi empat dengan cut of point : baik


(20)

commit to user

AKG. Adapun metode pengukuran konsumsi makanan individu dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya metode recall 24 jam, metode estimated food records, metode penimbangan makanan, metode dietory history dan metode frekuensi makanan (Supariasa, 2001 : 94).

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas peneliti ingin melakukan penelitian tentang : Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Persepsi Ibu dengan Pemenuhan Kecukupan Gizi Balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Adakah hubungan pengetahuan ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri ? 2. Adakah hubungan sikap ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di

Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri ? 3. Adakah hubungan persepsi ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di

Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri ? 4. Adakah hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan pemenuhan

kecukupan gizi balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri ?


(21)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri.

b. Menganalisis hubungan sikap ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri.

c. Menganalisis hubungan persepsi ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri.

d. Menganalisis hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi tentang hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita.


(22)

commit to user

2. Manfaat praktis

a. Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi masyarakat terutama mengenai perlunya peningkatan pengetahuan, sikap dan persepsi guna pemenuhan Angka Kecukupan Gizi pada balita sehingga dapat meningkatkan status gizi balita yang akhirnya dapat menurunkan incidence rate balita gizi kurang dan buruk.

b. Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi bagi petugas kesehatan puskesmas maupun dinas kesehatan mengenai hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi dengan pemenuhan angka kecukupan gizi.

c. Bagi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan kepustakaan untuk memperkaya pustaka yang sudah ada sehingga dapat dimanfaatkan oleh peserta didik berikutnya dalam proses pendidikan di profesi pendidikan kesehatan.

d. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang metodologi penelitian beserta aplikasinya dalam penelitian sehingga dapat diterapkan ketika sudah terjun di dunia kerja.


(23)

commit to user

8

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teori

1. Konsep Pengetahuan a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003: 114).

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya menurut Soekanto, 2003 : 8 dalam (Mubarak, dkk, 2007 : 8) yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstition), dan penerangan yang keliru (misinformation). Menurut Wahit, dalam Mubarak dkk, pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya (Dua dan Sonny Keraf, 2001 : 22).


(24)

commit to user

b. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

1) Cara kuno atau cara non ilmiah a) Cara coba-coba atau salah

Cara ini telah dipakai sebagaimana adanya kebudayaan, bahkan sebelum ada peradapan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, mencoba memungkinkan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

b) Cara kebiasaan

Cara ini dapat berupa pengetahuan yang diambil dari pemimpin masyarakat baik formal maupun informal. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan faktor empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.


(25)

commit to user

d) Melalui jalan pemikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia menggunakan jalan pikiran, baik melalui induksi maupun deduksi. Apabila pembuatan kesimpulan melalui pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi, dan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan yang umum kepada yang khusus. 2) Cara Modern

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah. Cara ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Namun demikian dari penelitian selanjutnya disimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut seperti diatas.

c. Tingkat Pengetahuan

Menurut Bloom (Notoatmodjo, 2003), tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu :

1) Pengetahuan

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Contoh kata kerja untuk tahu antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan lain-lain.


(26)

commit to user

2) Pemahaman

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar, orang yang faham terhadap materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau riil (sebenarnya) aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4) Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Termasuk dalam tahap ini adalah dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan atau mengelompokkan.

5) Sintesis

Sintesis menunjuk pada kemampuan menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Termasuk dalam tahap ini adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, merencanakan


(27)

commit to user

meningkatkan, atau menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi (pembenaran) atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

d. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 1) Faktor Internal

a) Umur

Makin tua umur seseorang, maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur-umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti umur belasan tahun. Selain itu juga memori atau daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian tersebut maka kita simpulkan bahwa bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur tertentu atau pra usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

b) Intelegensi

Intelegensi adalah tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Intelegensi


(28)

commit to user

merupakan suatu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuannya.

2) Faktor Eksternal a) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Dan tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradapan bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya (Ihsan, 2008 : 2).

b) Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa yang lalu.


(29)

commit to user

c) Informasi

Informasi akan memberi pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang mempunyai tindakan yang rendah tetapi jika mendapatkan informasi yang benar dan baik dari berbagai media, maka hal ini dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan (Darmawan, 2008).

d) Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh sosial pertama, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang berpengaruh pada cara berfikir seseorang.

e. Kriteria Pengetahuan

Pengetahuan dapat dikategorikan menjadi beberapa tingkat. Beberapa ahli memberikan pengkategorian yang bervariasi, salah satunya adalah menurut Nursalam (2003) yang mengkategorikan pengetahuan menjadi :

1) Kategori baik jika mendapat skor 76-100% dari skor maksimum. 2) Kategori cukup jika mendapat skor 56-75% dari skor maksimum. 3) Kategori kurang jika mendapat skor < 56% dari skor maksimum.


(30)

commit to user

2. Konsep Sikap a. Definisi Sikap

Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak ataupun perasaan tidak mendukung terhadap objek tersebut. Formulasi menurut Thrustone sikap adalah derajad afek positif atau afek negatif yang dikaitkan dengan suatu objek psikologis (Azwar, 2008 : 5).

Sementara definisi lain sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005 : 52).

Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2004 : 127).

Sikap ialah suatu hal yang menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun yang akan datang. Ahli psikologi Thomas memberi batasan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan sosial. Dalam hal ini Thomas menyatakan bahwa sikap seseorang selalu diarahkan terhadap suatu hal atau suatu objek tertentu. Tidak ada satu sikap yang tanpa objek (Ahmadi, 2007).


(31)

commit to user

b. Komponen Pokok Sikap

Menurut Alport yang dikutip Notoatmodjo (2005 : 53) sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu 1) kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap obyek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek, 2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap obyek. Artinya, bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek, 3) Kecenderungan untuk bertindak. Artinya, sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka.

c. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, pengaruh orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2008 : 31). 1) Pengalaman pribadi

Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus. Tanggapan akan menjadi dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif ataukah sikap negatif akan tergantung pada berbagai faktor lain. Akan tetapi Middlebrook seperti yang dikutip Azwar, 2008 mengatakan


(32)

commit to user

bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan sesuatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

2) Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian individu yang kuat yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.

3) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting bagi kita, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak-tindak dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau suami dan lain-lain. Pada umumnya individu cenderung mempunyai sikap yang konformis atau searah


(33)

commit to user

dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. 4) Media massa

Sebagai sarana komunikasi, media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokok, media masa membawa pesan sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru memberikan landasan kognitif terbentuknya sikap. Pesan sugesti yang dibawa informasi apabila cukup kuat akan memberikan dasar afektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuk arah sikap tertentu.

5) Institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta agama mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman baik dan buruk, garis pemisah sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan keagamaan serta ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan, maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat suatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya oarang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya,


(34)

commit to user

atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau dari agama seringkali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.

6) Faktor emosi dalam diri individu

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

d. Konsep Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmojo (2003) sikap memiliki tingkat dari yang terendah hingga yang tertinggi yaitu menerima. Pada tingkat ini individu ingin dan memperhatikan rangsangan stimulus yang diberikan. Merespons, pada tingkat ini sikap individu dapat memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang di berikan. Menghargai, sikap individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Bertanggungjawab, sikap individu akan bertanggungjawab dan siap menanggung resiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya (Sunaryo, 2003 : 200).


(35)

commit to user

e. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap tidak dapat dilakukan secara cermat melalui cara penanyaan langsung maupun observasi tingkah laku. Metode pengukuran sikap yang dianggap dapat diandalkan dan dapat memberikan penafsiran terhadap sikap manusia adalah pengukuran melalui skala sikap (Azwar, 2008 : 87).

Dilihat dari bentuknya, skala sikap tidak lain daripada kumpulan pernyataan. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang diukur.

Suatu pernyataan sikap dapat berisi hal-hal positif mengenai objek sikap, yaitu berisi pernyataan yang mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut pernyataan yang mendukung.

Sebaliknya suatu pernyataan sikap dapat pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap. Hal negatif dalam pernyataan sikap ini sifatnya tidak memihak atau tidak mendukung objek sikap, dan karenanya disebut dengan pernyataan yang tidak mendukung (Azwar, 2008 : 107).

Lebih lanjut dijelaskan sebagai kumpulan pernyataan mengenai sikap, maka suatu skala sikap hendaknya berisi sebagian pernyataan positif dan sebagian pernyataan negatif. Untuk membuat banyak pernyataan sikap, penyusun skala harus merencanakan langkah penulisan pernyataan sesuai prosedur yang semestinya serta menuruti suatu kaidah penulisan pernyataan yang jelas. Oleh karena itu perlu adanya perencanaan skala sikap.


(36)

commit to user

3. Konsep Persepsi a. Pengertian

Persepsi menurut Potter & Perry (2005, 309) merupakan pandangan pribadi atas apa yang terjadi ".

b. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian kita. Faktor penyebab ini dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi kontras (kontras warna, kontras ukuran, kontras bentuk, kontras gerakan), perubahan intensitas (intensitas suara, cahaya), pengulangan, sesuatu yang baru, sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak. Faktor internal (pengalaman/pengetahuan, harapan, kebutuhan, motivasi, emosi, budaya) (Notoatmodjo, 2005 : 104).

c. Penilaian Persepsi

Penilaian persepsi dapat menggunakan skala Likert dimana skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok kejadian atau gejala sosial (Riduwan dan Sunarto, 2007 : 32). 4. Konsep Angka Kecukupan Gizi

a. Pengertian Angka Kecukupan Gizi

Angka kecukupan gizi (AKG) adalah penilaian untuk konsumsi makanan (energi dan zat gizi) dan merupakan standar kecukupan yang dianjurkan atau Recommended Dietary Allowance (RDA) (Supariasa, 2001 : 94).


(37)

commit to user

Menurut Hardinsyah dan Tampubolon kecukupan gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin dan fisiologis tertentu (www.damandiri.or.id).

b. Pengukuran Angka Kecukupan Gizi

Pengukuran konsumsi makanan adalah suatu cara penentuan status gizi secara tidak langsung yang dapat dipakai sebagai bukti awal akan terjadinya kekurangan gizi pada seseorang atau masyarakat (Supariasa, 2001 : 94). Hasil pengukuran konsumsi makanan dapat dipakai untuk berbagai macam tujuan antara lain : menentukan tingkat kecukupan konsumsi gizi masyarakat, sebagai dasar perencanaan program gizi, pendidikan gizi dan sebagainya.

Metode yang digunakan untuk pengukuran konsumsi ada yang bersifat kualitatif seperti dietary history dan frekuensi makanan; serta bersifat kuantitatif seperti recall 24 jam, penimbangan makanan, food record, pencatatan makanan, food account, dan metode inventaris. Masing-masing metode tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing sehingga sangat diperlukan pengujian presisi dan akurasi atau validitas dari metode yang dipilih.

Pengolahan dan analisis data hasil pengumpulan data konsumsi makanan memerlukan sejumlah daftar antara lain : Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM), Daftar Kandungan Gizi Makanan Jajanan (DKGJ), Daftar Koversi Mentah Masak (DKMM), Daftar Konversi


(38)

commit to user

Penyerapan Minyak (DKPM) dan Daftar Ukuran Rumah Tangga (DURT). Sedangkan untuk interpretasi data dibandingkan dengan AKG yang berlaku untuk penduduk Indonesia yaitu hasil Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998.

c. Standar Angka Kecukupan Gizi

Angka Kecukupan Gizi yang digunakan di Indonesia saat ini secara nasional adalah hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998. Daftar AKG yang dimaksud dapat dilihat pada lampiran.

Dasar penyajian Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah : kelompok umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan dan aktivitas. Zat gizi yang terdapat pada AKG hanyalah zat gizi yang penting, antara lain : energi, protein, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B12, asam folat,

vitamin C, kalsium, fosfor, zat besi, zinc, yodium.

Macam Angka Kecukupan Gizi antara lain AKG tingkat nasional, AKG untuk kelompok rumah tangga, AKG untuk perorangan atau individu. Pada penulisan ini pembahasan difokuskan pada AKG untuk perorangan atau individu (Supariasa, 2001 : 113).

Apabila ingin melakukan perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan keadaan gizi seseorang, biasanya dilakukan perbandingan pencapaian konsumsi zat gizi individu tersebut terhadap AKG. Berhubung AKG yang tersedia bukan menggambarkan AKG individu, tetapi untuk golongan umur, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan standar, menurut Darwin Karyadi dan Muhilal (1996), untuk menentukan AKG


(39)

commit to user

individu dapat dilakukan dengan melakukan koreksi terhadap BB (berat badan) nyata individu/perorangan tersebut dengan BB standar yang ada pada tabel AKG.

Contoh perhitungan :

Misalnya diketahui BB seorang laki-laki usia 18 tahun adalah 45 kg. Berdasarkan hasil recall 24 jam diketahui tingkat konsumsi energi sehari adalah 2750 kalori. Pada daftar AKG diketahui BB standar laki-laki usia 16-19 tahun adalah 56 kg dan AKG untuk energi adalah 2500 kalori. Jadi AKG energi laki-laki tersebut adalah :

45 kg

AKG individu = x 2500 kalori

56 kg = 2009 kalori

Pencapaian AKG (Tingkat Konsumsi Energi) individu tersebut adalah : 2750 kalori

AKG Individu = x 100% = 137%

2009 kalori d. Klasifikasi Tingkat Konsumsi

Untuk klasifikasi dari tingkat konsumsi kelompok/rumah tangga atau perorangan belum ada standar. Berdasarkan Buku Pedoman Petugas Gizi Puskesmas, Depkes RI (1990) dalam Supariasa (2001 : 114), klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi empat dengan cut of point masing-masing sebagai berikut :

1) Baik : ≥100% AKG 2) Sedang : 80-99% AKG


(40)

commit to user

3) Kurang : 70-80% AKG 4) Defisit : <70% AKG

e. Metode Pengukuran Angka Kecukupan Gizi

Metode pengukuran Angka Kecukupan Gizi atau konsumsi makanan tingkat individu atau perorangan antara lain dengan metode recall 24 jam. Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini, responden, ibu atau pengasuh (bila anak masih kecil) disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam penuh. Misalnya, petugas datang pukul 07.00 ke rumah responden, maka konsumsi yang ditanyakan adalah mulai pukul 07.00 (saat itu) dan mundur ke belakang pukul 07.00 pagi hari sebelumnya. Wawancara dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih dengan menggunakan kuesioner terstruktur.

Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan idividu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari.


(41)

commit to user

Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam) maka data yang diperoleh kurang repentatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Oleh karena itu recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut.

Beberapa penelitian mcnunjukan bahwa mininimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberi variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (Sanjur, 1997 dalam Supariasa 2001 : 94).

Langkah pelaksanaan recall 24 jam pertama adalah petugas dan pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) selama kurun waktu 24 jam yang lalu. Dalam membantu responden mengingat apa yang dimakan, perlu diberi penjelasan waktu kegiatannya seperti waktu baru bangun, setelah sembahyang, pulang dari sekolah/bekerja, sesudah tidur siang dan sebagainya. Selain dari makanan utama, makanan kecil atau jajan juga dicatat. Termasuk makanan yang dia makan diluar rumah seperti di restorant, di kantor, di rumah teman atau saudara. Untuk masyarakat perkotaan konsumsi tablet yang mengandung vitamin dan mineral juga dicatat serta adanya pemberian tablet besi atau kapsul vitamin A.

Berikutnya petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat (gram). Dalam menaksir kedalam ukuran berat (gram) pewawancara menggunakan berbagai alat bantu seperti contoh ukuran rumah tangga


(42)

commit to user

(piring, gelas, sendok, dan lain-lain) atau model dari makanan. Makanan yang dikonsumsi dapat dihitung dengan alat bantu ini atau dengan menimbang langsung contoh makanan yang akan dimakan berikut informasi tentang komposisi makanan jadi.

Dilanjutkan dengan menganalisis bahan makanan kedalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Kemudian membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia. Agar wawancara berlangsung secara sistematis, perlu disiapkan kuesioner sebelumnya sehingga wawancara terarah menurut urut-urutan waktu dan pengelompokan bahan makanan.

Pengelompokan bahan makanan dapat berupa makanan pokok, sumber protein nabati, sumber protein hewani, sayuran, buah-buahan, dan lain-lain. Contoh kuesioner recall 24 jam dapat dilihat pada lampiran.

Metode recall 24 jam ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain mudah melaksanakan serta tidak terlalu membebani responden, biaya relatif murah karena tidak memerlukan alat khusus dan tempat yang luas untuk wawancara. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.

Kelemahannya antara lain tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila hanya dilakukan recall satu hari. Juga


(43)

commit to user

ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden. Oleh karena itu responden harus mempunyai daya ingat yang baik, sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada anak di bawah usia 7 tahun, orang tua berusia diatas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau orang yang pelupa.

Kecenderungan bagi resporden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak dan bagi resporden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit. Membutuhkan tenaga atau petugas terlatih dalam menggunakan alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat. Pewawancara harus dilatih untuk dapat secara tepat menanyakan apa yang dimakan responden, dan mengenal cara pengolahan makanan serta pola pangan daerah yang akan diteliti secara umum. Responden harus dimotivasi dan diberi penjelasan tujuan penelitian. Untuk mendapat gambaran konsumsi makanan sehari-hari

recall jangan dilakukan pada saat panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada saat melakukan upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain.

f. Angka Kecukupan Gizi Mempengaruhi Status Gizi Anak

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, contoh gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh (Supariasa, 2002 : 18). Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan pengukuran antropometri yang menggunakan indeks Berat Badan menurut Umur (Dinkes Kediri, 2005).


(44)

commit to user

Pada dasarnya status gizi dipengaruhi dua faktor yaitu konsumsi makanan dan kesehatan. Konsumsi makanan meliputi faktor zat gizi dalam makanan, ada tidaknya program pemberian makanan di luar keluarga, daya beli keluarga dan kebisaaan makan. Sedangkan faktor kesehatan meliputi pemeliharaan kesehatan dan lingkungan fisik dan sosial (Supariasa, 2002 : 20). Lebih jelasnya dapat digambarkan seperti dibawah ini.

Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi (Supariasa, 2002 : 20)

Sesuai bagan tersebut dapat dipahami status gizi dipengaruhi langsung oleh kondisi kesehatan seseorang. Kondisi kesehatan dipengaruhi faktor daya beli keluarga terhadap makanan yang dikonsumsi setiap hari, pemeliharaan kesehatan dan lingkungan fisik maupun sosial. Faktor lain adalah konsumsi makanan baik kualitas maupun kuantitasnya. Konsumsi makanan dipengaruhi zat gizi dalam makanan, ada tidaknya program pemberian makanan di luar keluarga, dan kebisaaan makan keluarga.

Zat gizi dalam makanan

Ada tidaknya program pemberian makanan

di luar keluarga Kebisaaan makan

Konsumsi makanan

Daya beli keluarga

Pemeliharaan kesehatan

Lingkungan fisik dan sosial

Status Gizi


(45)

commit to user

Sedangkan faktor yang mempengaruhi gizi kurang menurut Persagi (1999) dapat dijelaskan seperti bagan ini :

Gambar 2. Faktor Penyebab Gizi Kurang (Supariasa, 2001 : 20) 5. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Persepsi dan Pemenuhan AKG

Pemenuhan AKG dalam kontek ini adalah perilaku dalam pemberian makanan agar anak tercukupi kebutuhan gizi berdasarkan umur dan jenis kelamin. Dengan demikian dapat dikaji berdasarkan konsep perilaku, dimana

Gizi Kurang

Asupan makanan Penyakit Infeksi

Persediaan makanan

dirumah

Pelayanan kesehatan Perawatan

anak dan ibu hamil

Kemiskinan, kurang pendidikan, kurang

ketrampilan

Krisis ekonomi langsung

Penyebab langsung

Penyebab tidak langsung

Pokok masalah

Akar masalah


(46)

commit to user

dalam konsep P-S-P (pengetahuan-sikap-perilaku) artinya perilaku terwujud didahului sikap dan sikap didahului pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Dalam kontek ini harus dipahami bahwa perilaku dipengaruhi banyak faktor lain selain pengetahuan maupun sikap. Hal ini dapat dilihat dari berbagai pendapat atau teori perilaku yang dikemukakan beberapa ahli.

Menurut L.W. Green perilaku dipengaruhi faktor predisposisi atau faktor pendahulu seperti pengetahuan, sikap, nilai, persepsi, dan keyakinan, faktor pemungkin seperti sumberdaya, keterjangkauan, dan pendorong seperti sikap dan keterampilan petugas kesehatan atau teman (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Snehendu B.Karr perilaku seseorang dipengaruhi faktor niat untuk bertindak, dukungan, informasi, kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan dan situasi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2005).

Sedangkan menurut tim kerja WHO, faktor yang mempengaruhui perilaku meliputi pemikiran dan perasaan, acuan atau referensi dari seseorang yang dipercayai, sumber daya untuk berperilaku dan sosio budaya (Suliha, 2007).

B. Penelitian Yang Relevan

“Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Puskesmas Jatilawang Kabupaten Banyumas” oleh Triyani Widiastuti Tahun 2005. Jenis penelitian yang digunakan Explanatory research atau penelitian penjelasan. Dalam penelitian ini populasinya adalah kelompok anak balita sejumlah 4080 di wilayah Puskesmas Jatilawang dan besarnya sampel adalah 105


(47)

commit to user

balita. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui langsung keadaan ekonomi yang nampak dari keadaan rumah. Dari penelitian ini diperoleh hasil yaitu sebagian besar balita berumur 20-39 bulan, jumlah kelamin laki-laki sebesar 53,3% dan perempuan sebesar 46,7%, status gizi baik sebesar 55,2% balita, gizi kurang sebesar 34,3% balita dan gizi buruk sebesar 10,5% balita. Sebagian besar sampel dengan jumlah anggota keluarga < 4 orang sebesar 67,6% sebagian besar pendapatan keluarga tidak miskin sebesar 86,7%, ibu tidak bekerja sebesar 87,6%, tamat pendidikan dasar ibu sebesar 61,9%, pengetahuan gizi ibu cukup sebesar 64,8%, konsumsi energi sedang sebesar 52,4%, konsumsi protein baik sebesar 76,2%, penyakit infeksi sebesar 42,9%, dan sanitasi lingkungan cukup sebesar 66,7%. Setelah dilakukan uji statistik Rank Spearman tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, dengan konsumsi energi dan protein (p>0,05), uji Pearson Corelation tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi energi dan protein, tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi energi dan protein, konsumsi energi dan protein dengan status gizi balita (p>0,05), uji chi Square tidak ada hubungan yang signifikan antara sanitasi lingkungan dengan penyakit infeksi (p=0,05), tidak ada hubungan yang signifikan pekerjaan ibu dengan konsumsi energi dan protein (p>0,05) dan ada hubungan penyakit infeksi dengan status gizi balita (p<0,05). Untuk itu perlu meningkatkan penyuluhan sanitasi lingkungan dan makanan bergizi dan sehat kepada ibu-ibu balita (www.fkm.undip.ac.id).


(48)

commit to user

C. Kerangka Berfikir

Kerangka konsep atau kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan : : diteliti : tidak diteliti

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan - Pendidikan - Pengalaman - Usia - IQ - Penyuluhan - Media masa - Sosial budaya

Pengetahuan ibu tentang kecukupan gizi

balita

Pemenuhan kecukupan gizi pada balita Sikap ibu tentang

kecukupan gizi balita Faktor yang mempengaruhi

sikap :

1. Pengalaman pribadi 2. Kebudayaan 3. Pengaruh orang lain 4. Media massa

5. Lembaga pendidikan dan agama

6. Emosi dalam diri individu

Persepsi ibu tentang kecukupan gizi

balita Faktor yang mempengaruhi

persepsi :

1) Faktor eksternal : kontras (kontras warna, ukuran, bentuk, gerakan), perubahan intensitas (intensitas suara, cahaya), pengulangan, sesuatu yang baru, sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak. 2) Faktor internal

(pengalaman/pengetahuan, harapan, kebutuhan, motivasi, emosi, budaya)


(49)

commit to user

Dari kerangka berfikir diatas dijelaskan bahwa pemenuhan kecukupan gizi pada balita dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pengetahuan ibu tentang kecukupan gizi balita, sikap ibu tentang kecukupan gizi balita, persepsi ibu tentang kecukupan gizi balita dan faktor – faktor inilah yang akan diteliti oleh penulis. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu pendidikan, pengalaman, usia, IQ, penyuluhan, madia masa dan sosial budaya. Sikap dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, pengaruh orang lain, media masa, lembaga pendidikan, emosi dalam diri individu. Sedangkan persepsi sendiri dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal.

D. Hipotesis

1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri.

2. Ada hubungan sikap ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri.

3. Ada hubungan persepsi ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri.

4. Ada hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kabupaten Kediri.


(50)

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional dimana variabel pengetahuan, sikap, persepsi dan pemenuhan kecukupan gizi balita hanya dinilai satu kali saja pada saat yang bersamaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri tepatnya di Posyandu Delima.

Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010.

C. Populasi, Sampel Penelitian dan Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai balita yang ada di Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri sebanyak 75 ibu. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi :

1. Ibu yang memiliki anak usia balita (bawah lima tahun)

2. Ibu berada di kawasan Posyandu Delima, tinggal di Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri.


(51)

commit to user

Besar sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan perhitungan statistik estimasi proporsi suatu populasi (Notoatmodjo, 2005).

Keterangan :

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

Sesuai dengan rumus tersebut didapatkan besar sampel :

n = N

1 .+ N 0,05 0,05

n = 75

1 .+ 75 0,0025 n = 63 sampel

Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan besar sampel sebanyak 63 ibu balita.

Sampling atau cara pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling (pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih secara sengaja menyesuaikan dengan tujuan penelitian) (Purwanto, 2008).

N n =


(52)

commit to user

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. Kuesioner terdiri dari beberapa kelompok pertanyaan meliputi :

1. Identitas Responden

2. Kuesioner : Pengetahuan ibu tentang kecukupan gizi balita Sikap ibu tentang kecukupan gizi balita Persepsi ibu tentang kecukupan gizi balita Pemenuhan kecukupan gizi balita

E. Kerangka Penelitian

Gambar 3. Kerangka Penelitian

Populasi : semua ibu yang mempunyai balita yang ada di Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri sebanyak 75 ibu

Sampel : sebagian ibu yang mempunyai balita yang ada di Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri sebanyak 63 ibu

Sampling : purposive sampling

Pengetahuan : Kuesioner

Sikap : Kuesioner

Persepsi : Kuesioner

Kecukupan Gizi : Metode Recall

Pengolahan data : editing, scoring, coding, tabulating, analisys regresi logistic


(53)

commit to user

F. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui kuesioner yang berisi pernyataan dan pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian. Data langsung diperoleh dari hasil penelitian dengan pengisian kuesioner meliputi data pengetahuan, sikap, persepsi dan pemenuhan kecukupan gizi balita.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, Puskesmas Banyakan dan Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri.

G. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Pengetahuan tentang pemenuhan kecukupan gizi balita Sikap tentang pemenuhan kecukupan gizi balita

Persepsi tentang pemenuhan kecukupan gizi balita 2. Variabel terikat : Pemenuhan kecukupan gizi balita

H. Definisi Operasional Variabel

1. Pengetahuan tentang pemenuhan kecukupan gizi balita adalah segala sesuatu yang diketahui tentang upaya pemenuhan kebutuhan gizi bagi anak balita ditinjau dari pemberian makanan dengan indikator pengertian AKG.

Alat ukur : kuesioner, dengan skor 1 jika jawaban benar dan 0 jika salah. Skala data : kontinu


(54)

commit to user

2. Sikap tentang pemenuhan kecukupan gizi balita adalah respon psikologis ibu terhadap upaya pemenuhan angka kecukupan gizi bagi anak balita dengan indikator keinginan untuk memberikan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak balita dengan alat ukur kuesioner dengan pilihan untuk pernyataan positif :

- sangat setuju diberi skor 5, - setuju = 4,

- ragu = 3,

- tidak setuju = 2, - sangat tidak setuju :1 dan pernyataan negatif : - sangat setuju diberi skor 1, - setuju = 2,

- ragu = 3, - tidak setuju = 4, - sangat tidak setuju : 5 dengan skala data : kontinu.

3. Persepsi tentang pemenuhan kecukupan gizi balita adalah anggapan ibu tentang pemenuhan gizi bagi anak balita untuk memenuhi kecukupan gizi berdasarkan usia dengan alat ukur berupa kuesioner dengan pilihan untuk pernyataan positif :

- sangat setuju diberi skor 5, - setuju = 4,


(55)

commit to user

- ragu = 3,

- tidak setuju = 2, - sangat tidak setuju :1 dan pernyataan negatif :

- sangat setuju diberi skor 1, - setuju = 2,

- ragu = 3, - tidak setuju = 4, - sangat tidak setuju : 5 - dengan skala data : kontinu

4. Pemenuhan kecukupan gizi balita adalah upaya memenuhi kebutuhan gizi anak dengan memberikan makanan ditinjau dari kuantitasnya dengan menghitung jumlah kalori yang dikomsumsi anak balita perhari yang dihitung dengan menggunakan metode Recall 24 jam dan alat bantu Ukuran Rumah Tangga (URT) yang hasilnya dikonfersi dengan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan dinyatakan :

- Tidak sesuai bila AKG < Standar AKG, - Sesuai bila AKG ≥ standar AKG dan - dinyatakan dalam skala data nominal.

I. Tes Validitas dan Reliabilitas

Sebelum digunakan, kuesioner dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas untuk mengetahui layak atau tidaknya digunakan dalam penelitian. Uji validitas


(56)

commit to user

ditujukan pada ibu balita di tempat lain yang memiliki karakteristik sama dengan calon responden dengan jumlah 20 responden.

1. Validitas

Validitas didefinisikan sebagai ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Riduwan dan Sunarto, 2007).

Uji validitas dilakukan dengan Pearson Product Moment dengan rumus :

rxy =

S xy

(Sx2) (Sy2 )

Perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS 17. Tingkat validitas ditentukan berdasarkan interpretasi nilai r.

Tabel 1. Interpretasi Nilai r

No. Interval Koefisien Tingkat Hubungan

1. 0,00-0,199 Sangat rendah

2. 0,20-0,399 Rendah

3. 0,40-0,599 Sedang

4. 0,60-0,799 Kuat

5. 0,80-1,000 Sangat kuat

(Sugiono, 2007). 2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah dianggap baik, reliabel artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan, sehingga beberapa kali diulang hasilnya akan tetap sama (konsisten) (Riduwan dan Sunarto, 2007).


(57)

commit to user

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas a. Validitas Pengetahuan

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Pengetahuan

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach Alpha if Item Deleted

Item1 5,30 11,274 ,667 ,909

Item2 5,25 11,671 ,559 ,915

Item3 5,50 11,000 ,758 ,903

Item4 5,35 10,871 ,787 ,901

Item5 5,10 11,884 ,610 ,912

Item6 5,30 11,274 ,667 ,909

Item7 5,30 11,168 ,702 ,907

Item8 5,20 11,853 ,527 ,916

Item9 5,45 10,682 ,850 ,897

Item10 5,35 10,976 ,752 ,904

Corrected Item-Total Correlation sebagai rhitung dibandingkan dengan rtabel

pada a 0,05 pada n-2 atau 20-2. Didapatkan nilai rhitung sebesar 0,468. Didapatkan

semua item nilai rhitung > 0,468 sehingga semua test pengetahuan termasuk valid.

b. Validitas Sikap

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Sikap

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach Alpha if Item Deleted

Item1 35,20 61,853 ,911 ,954

Item2 35,15 63,608 ,861 ,956

Item3 35,00 62,947 ,877 ,955

Item4 35,05 66,050 ,685 ,963

Item5 35,20 61,011 ,919 ,954

Item6 35,20 60,800 ,933 ,953

Item7 34,95 65,208 ,703 ,962

Item8 35,25 64,303 ,828 ,957

Item9 35,25 62,724 ,837 ,957


(58)

commit to user

Corrected Item-Total Correlation sebagai rhitung dibandingkan dengan rtabel

pada a 0,05 pada n-2 atau 20-2. Didapatkan nilai rhitung sebesar 0,468. Didapatkan

semua item nilai rhitung > 0,468 sehingga semua test sikap termasuk valid.

c. Validitas Persepsi

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Persepsi

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach Alpha if Item Deleted

Item1 22,00 68,632 ,864 ,957

Item2 22,55 72,366 ,816 ,959

Item3 22,10 66,726 ,883 ,956

Item4 22,15 67,292 ,887 ,956

Item5 22,05 66,892 ,919 ,954

Item6 22,15 67,713 ,862 ,957

Item7 22,20 74,274 ,620 ,965

Item8 22,50 69,842 ,811 ,959

Item9 22,20 75,958 ,659 ,964

Item10 22,40 63,937 ,979 ,952

Corrected Item-Total Correlation sebagai rhitung dibandingkan dengan rtabel

pada a 0,05 pada n-2 atau 20-2. Didapatkan nilai rhitung sebesar 0,468. Didapatkan

semua item nilai rhitung > 0,468 sehingga semua test persepsi termasuk valid.

d. Reliabilitas Pengetahuan

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan

N of Items Cronbach Alpha

10 ,916

Berdasarkan tabel 5 diketahui nilai Cronbach Alpha 0,916 > 0,700 maka dikatakan bahwa kuesioner pengetahuan konstan.


(59)

commit to user

e. Reliabilitas Sikap

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Sikap

N of Items Cronbach Alpha

10 ,961

Berdasarkan tabel 6 diketahui nilai Cronbach Alpha sebesar 0,961 > 0,700 maka dikatakan bahwa kuesioner sikap konstan.

f. Persepsi

Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Persepsi

N of Items Cronbach Alpha

10 ,962

Berdasarkan tabel 7 diatas diketahui nilai Cronbach Alpha sebesar 0,962 > 0,700 maka dikatakan bahwa kuesioner persepsi konstan.

J. Analisis Data Penelitian

Analisa data dilakukan diawali dengan menentukan nilai pada variabel pengetahuan, sikap, persepsi dan pemenuhan kecukupan gizi. Selanjutnya dilakukan analisa dengan uji regresi logistik yaitu regresi logistik ganda.

Rumus : p

Ln = ez (K+B1X1+B2X2) 1-p

X1 = Pengetahuan

X2 = Sikap

X3 = Persepsi


(60)

commit to user

45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Karakteristik Responden

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu

18 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 34 35 36 37 38 39 40 45 55 Umuribu 0 2 4 6 8 10 12 C ou nt 2 3.17% 7 11.11% 1 1.59% 4 6.35% 11 17.46% 3 4.76% 4 6.35% 9 14.29% 2 3.17% 2 3.17% 2 3.17% 1 1.59% 1 1.59%

Gambar 4. Diagram Bar Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010

Berdasarkan gambar 4 diatas diketahui umur ibu paling banyak adalah 25 tahun yaitu sebanyak 11 responden (17,46%) dari total 63 responden.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Anak

5 6 7 8 10 11 12 18 24 30 36 42 48 60

Umurbalita 0 5 10 15 20 C o u n t 1 1.59% 1 1.59% 3

4.76% 23.17% 16 25.4% 1 1.59% 8 12.7% 13 20.63%

Gambar 5. Diagram Bar Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Anak di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010


(61)

commit to user

Berdasarkan gambar 5 diatas diketahui umur anak paling banyak adalah 24 bulan yaitu sebanyak 16 responden (25,4%) dari total 63 responden.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

8 12.7%

33 52.38% 20

31.75%

Pendidikan Tidak Sekolah SD

SMP SMA

Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 Berdasarkan gambar 6 diatas diketahui sebagian besar responden berpendidikan SD yaitu ada 33 responden (52,38%) dari total 63 responden. 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

45 71.43% 10

15.87% 8 12.7%

Pekerjaan Tidak Bekerja Petani Swasta

Gambar 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 Berdasarkan gambar 7 diatas diketahui sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sebanyak 45 responden (71,43%) dari total 63 responden.


(1)

commit to user

bentuk perilaku pemenuhan gizi bagi anak. Hasil penelitian menunjukkan ibu yang memiliki sikap mendukung yang ditunjukkan dengan skor sikap di atas nilai tengah sebanyak 26 responden (41,3%). Hal ini akan menjadi faktor pendukung tersendiri bagi ibu untuk mendukung perilakunya dalam memenuhi kecukupan gizi bagi anak.

3. Hubungan Persepsi dengan Pemenuhan Kecukupan Gizi

Berdasarkan tabel 14 diketahui ada hubungan persepsi dengan pemenuhan kecukupan gizi di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 (p=0,031). Hasil Persamaan regresi logistic didapatkan Z = -11,913 + 0,157X2 atau Z = -11,913 + 0,157 (Persepsi) dengan Probabilitas (event)

= 1/(1+e-z).

Persepsi menurut Potter and Perry (2005) adalah merupakan pandangan pribadi atas apa yang terjadi. Angka kecukupan gizi adalah penilaian untuk konsumsi makanan (energi dan zat gizi) dan merupakan standar kecukupan yang dianjurkan atau Recommended Dietary Allowance (RDA) (Supariasa, 2001 : 94). Guna mencukupi kebutuhan gizi anak diperlukan persepsi yang benar mengenai suatu hal. Konsep ini sesuai dengan L.W. Green yang menjelaskan bahwa perilaku terbentuk dengan didahului oleh faktor pendahulu (predisposing factors) seperti pengetahuan disamping sikap, nilai, persepsi, dan keyakinan, faktor pemungkin seperti sumberdaya, keterjangkauan, dan pendorong seperti sikap dan keterampilan petugas kesehatan atau teman) (Notoatmodjo, 2005).

Adanya hubungan persepsi dengan pemenuhan kecukupan gizi secara kronologis dapat dijelaskan bahwa persepsi mempengaruhi perilaku seseorang.


(2)

commit to user

Hal ini mengandung makna bahwa melalui persepsi terhadap suatu obyek (entah persepsi yang benar atau salah, baik atau buruk, positif atau negatif) maka timbul respon pada seseorang sehingga dapat menjadi dasar dalam menentukan sikap (sikap positif atau negatif). Hal ini akan berpengaruh pada motivasi seseorang sesuai persepsi yang telah dimiliki. Artinya ketika obyek yang dipersepsi sesuai dengan kebutuhan atau keinginannya maka akan menimbulkan motivasi untuk bertindak. Dapat dijelaskan secara riil jika ibu memiliki persepsi yang benar mengenai kecukupan gizi bagi anak, maka ibu merasa perlu untuk memberikan makanan sesuai dengan standar kecukupan gizi bagi anak. Hal ini terjadi karena perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti persepsi disamping faktor lain seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat atau motivasi maupun sikap, pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio-budaya masyarakat dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan ada 27 responden (42,9%) yang memiliki persepsi baik terhadap pemenuhan kecukupan gizi bagi anak. Hal ini menjadi faktor pendukung bagi ibu untuk memenuhi kecukupan gizi bagi anak.

5. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Persepsi dengan Pemenuhan Kecukupan

Gizi

Berdasarkan tabel 15 didapatkan ada hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi dengan pemenuhan kecukupan gizi (p = 0,003). Persamaan yang dihasilkan adalah Z = -11,913 + 0,408X1 + 0,162X2 + 0,157X3 atau Z = -911,913

+ 0,408 (Pengetahuan) + 0,162 (Sikap) + 0,157 (Persepsi) dengan probabilitas


(3)

commit to user

Pemenuhan kecukupan gizi adalah perilaku dalam pemberian makanan agar anak tercukupi kebutuhan gizi berdasarkan umur dan jenis kelamin. Dapat dikaji bahwa dalam konsep K-A-P (knowledge-attitude-practice) artinya perilaku terwujud didahului sikap dan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003 : 131). Dalam kontek ini harus dipahami bahwa perilaku dipengaruhi banyak faktor lain selain pengetahuan maupun sikap. Menurut L.W. Green perilaku dipengaruhi faktor predisposisi atau faktor pendahulu seperti pengetahuan, sikap, nilai, persepsi, dan keyakinan (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik didapatkan probabilitas anak sesuai kecukupan gizinya dengan pengetahuan adalah 0, rasio sikap adalah 0 dan rasio persepsi adalah 0. Hal ini memberikan arti bahwa secara bersama-sama pengetahuan, sikap dan persepsi tidak berhubungan dengan perilaku. Hal ini terjadi karena sesuai dengan hasil penelitian nilai pengetahuan, sikap maupun persepsi dari responden lebih banyak di bawah nilai tengah dibandingkan dengan nilai diatas nilai tengah, yaitu untuk pengetahuan di bawah nilai tengah ada 34 responden (54%), sikap nilai di bawah nilai tengah sebanyak 37 responden (58,7%) dan persepsi nilai di bawah nilai tengah sebanyak 36 responden (57,1%). Kondisi ini secara bersama tidak mendukung bagi terwujudnya perilaku dalam pemenuhan kecukupan gizi bagi anak.


(4)

commit to user

D. Keterbatasan Penelitian

1. Desain penelitian yang digunakan pada saat ini adalah cross sectional, sehingga tidak dapat menggambarkan pemenuhan gizi dalam periode waktu tertentu melainkan hanya mengandalkan recall 24 jam.

2. Pemenuhan kecukupan gizi sebenarnya tengantung banyak faktor akan tetapi dalam penelitian ini hanya meneliti faktor pengetahuan, sikap dan persepsi sehingga masih ada faktor lain yang berpengaruh tetapi belum dilakukan penelitian pada saat ini.


(5)

commit to user

58

BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di

Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 (p = 0,362).

2. Ada hubungan sikap dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 (p = 0,028).

3. Ada hubungan persepsi dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di Posyandu

Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 (p = 0,031).

4. Ada hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu dengan pemenuhan kecukupan gizi balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri Tahun 2010 (p=0,003).

B. Saran

Diharapkan agar peneliti selanjutnya melaksanakan penelitian dengan desain selain cross sectional seperti kohort prospective atau retrospective sehingga dapat diketahui perubahan pemenuhan kecukupan gizi sesuai periode waktu. Selain itu perlu mengkaji factor lain yang berpengaruh terhadap pemenuhan gizi seperti niat, motivasi, kepercayaan, agama, pendapatan keluarga.


(6)

commit to user

C. Implikasi

1. Bagi Masyarakat

Disarankan agar masyarakat melakukan konsultasi pemenuhan kecukupan gizi kepada petugas kesehatan di puskesmas khususnya kepada petugas gizi sehingga secara teknis ibu dapat menyusun menu makanan sehari-hari sesuai dengan standar kecukupan gizi bagi anak.

2. Bagi Petugas Kesehatan

Disarankan agar petugas kesehatan melakukan penyuluhan mengenai pemenuhan kecukupan gizi bagi anak melalui bidan desa di setiap desa sehingga selalu ada tambahan informasi, pengetahuan dan keterampilan teknis dalam pemenuhan gizi bagi anak. Kegiatan ini dapat dilaksanakan melalui posyandu, konseling di polindes atau puskesmas maupun diberbagai kesempatan ketika bertemu dengan ibu-ibu.

3. Bagi Pendidikan

Disarankan agar pihak pendidikan memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai tambahan informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan kedokteran keluarga melalui penyebaran melalui media internet atau media lainnya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar peneliti selanjutnya melaksanakan penelitian dengan tema yang sama di tempat dan waktu yang berbeda sehingga hasilnya dapat dipakai sebagai bahan perbandingan dengan hasil penelitian ini.


Dokumen yang terkait

Perbedaan Pengetahuan Gizi, Pendapatan Dan Status Gizi Anak Balita Di Desa Proyek Dan Hon Proyek Kesehatan Keluarga Dan Gizi (KKG) Di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2004

0 34 81

Hubungan Partisipasi Ibu Balita di Posyandu dengan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Gizi Ibu Balita serta Status Gizi Balita di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor

0 16 183

Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Gizi dan Posyandu dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Pasar Rebo

0 4 43

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN TINGKAT KEHADIRAN ANAK BALITA DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan Tingkat Kehadiran Anak Balita di Posyandu Dengan Status Gizi Anak Balita di Desa Gedongan Kecamatan Colomadu

0 3 17

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN TINGKAT Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan Tingkat Kehadiran Anak Balita di Posyandu Dengan Status Gizi Anak Balita di Desa Gedongan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.

1 4 17

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan Tingkat Kehadiran Anak Balita di Posyandu Dengan Status Gizi Anak Balita di Desa Gedongan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.

0 4 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA MALANGJIWAN, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Malangjiwan, Kecamatan

0 2 11

HUBUNGAN ANGKA KECUKUPAN GIZI (AKG) DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA CIPACING.

0 0 1

Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu Dengan Status Gizi Balita di Posyandu Desa Duet Kecamatan Wates Kabupaten Kediri.

0 0 13

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN GIZI BALITA: SEBUAH SURVAI

0 0 7