Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan

(1)

Lampiran I Hasil Skala Likert Karakteristik Jawaban Responden

No. Res. 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

1 1 0 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 0

2 1 0 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1

3 1 0 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1

4 1 0 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1

5 1 0 1 1 1 1 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1

6 -1 0 0 0 0 -1 -1 0 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0

7 -1 -1 0 0 -1 -1 -1 0 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0

8 -1 -1 0 0 0 -1 -1 0 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 0 0

9 1 1 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1

10 1 -1 1 1 1 1 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1

11 1 -1 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1

12 1 -1 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 0

13 1 -1 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1

14 -1 -1 0 -1 -1 -1 -1 0 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0

15 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 0 -1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 0 0

16 -1 -1 0 -1 -1 -1 -1 0 -1 1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0

17 -1 -1 0 0 -1 -1 -1 0 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 0 0

18 1 0 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1

19 1 0 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1

20 1 0 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1


(2)

26 -1 -1 -1 0 0 -1 -1 0 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 0 -1 0

27 -1 -1 -1 0 -1 -1 -1 0 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0

Total

0,34

-0,47 0,5 0,5 0,42 -0,28 -1 0,8 0,9 1 -1 -1 -1 -1 -1 0,8 0,72 0,53  

                         


(3)

  No.

Res. 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43

1 1 1 1 1 -1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

2 0 1 1 1 -1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

3 1 1 1 1 -1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1

4 1 1 1 1 -1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1

5 1 1 1 1 -1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1

6 0 1 1 1 -1 0 0 -1 0 0 0 1 1 1 1 1

7 0 1 1 1 -1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1

8 0 1 1 1 -1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1

9 0 1 1 1 -1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1

10 0 1 1 1 -1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1

11 1 1 1 1 -1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1

12 1 1 1 1 -1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1

13 1 1 1 1 -1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1

14 0 1 1 1 -1 -1 0 -1 0 0 0 1 1 1 1 1

15 0 1 1 1 -1 -1 0 -1 0 0 1 1 1 1 1 1

16 0 1 1 1 -1 -1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1

17 0 1 1 1 -1 -1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1

18 0 1 1 1 -1 0 1 -1 0 1 1 1 1 1 1 1

19 1 1 1 1 -1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1

20 1 1 1 1 -1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1


(4)

26 0 1 1 1 -1 -1 -1 0 0 0 1 1 1 1 1 1

27 0 1 1 1 -1 -1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1

Total 0,43 1 1 1 -1 -0,02 0,59 0,08 0,08 0,51 0,91 1 1 1 1 1


(5)

DOKUMENTASI


(6)

Fahrudin, A. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama Randy, Riant. 2007. Manajemen Pemberdayaan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan dan Solusi. Medan: PT. Grasindo Monoratama. Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: PT. Grasindo Monoratama. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia

Suhendra. 2006. Peranan Birokrasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Cv. Alfabeta

Sumodiningrat. 2007. Pemberdayaan Sosial. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara

Sumber Lain :

https://id.wikipedia.org/wiki/Respons diakses pada tanggal 10 November 2015 pukul 10:28 WIB

 

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/01/06/138970/penduduk-miskin-di-sumut-tambah-jadi-136-juta/ diakses pada tanggal 12 Desember 2015 pukul 08.00 WIB  

http://www.medanbisnisdaily.com/e-paper/2014-11-19/files/assets/basic-html/page20.htm diakses pada tanggal 12 Desember 2015 pukul 09.15 WIB

 

http://www.psks.sapa.or.id diakses pada tanggal 12 Desember 2015 pukul 11.55 WIB http://www.tnp2k.go.id/id/program/program-membangun-keluarga-produktif/simpanan-keluarga-sejahtera/ diakses pada tanggal 13 Desember 2015 pukul 08.30 WIB

(http://www.posindonesia.co.id/index.php/berita/107-pt-pos-indonesia-persero-distribusikan-program-simpanan-keluarga-sejahtera-psks diakses pada tanggal 13 Desember 2015 pukul 11.00 WIB)


(7)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti (Siagian, 2001: 52). Melalui penelitian ini penulis ingin menggambarkan bagaimana respon masyarakat terhadap pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini karena Kelurahan Sei Kera Hilir II merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Perjuangan yang mendapatkan bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan obyek, benda, peristiwa ataupun individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 155). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan yang berjumlah 274 Rumah Tangga Sasaran.


(8)

Secara umum sampel adalah contoh. Dalam kaitannya sampel adalah sebagian dari objek, kejadian atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau diteliti (Roscoe dalam Siagian,2011: 156). Karena jumlah populasi dari penelitian ini lebih dari 100 maka peneliti menggunakan teknikpenarikan sampel acak sistematik (sistematic random sampling technique), dimana penarikan sampel acak sistematik hanya sampel pertama yang diacak, sedangkan sampel selanjutnya dipilih secara sistematis sesuai dengan pola yang ditetapkan. Jumlah populasi adalah 274 RTS (diberi nomor urut 1-274), sedangkan sampel yang akan diambil adalah 27, maka interval sampel (biasanya diberi notasi k) adalah: K= 274

27

= 10,14 10

Dengan unsur satuan – satuan elementer adalah nomor urut 1 – 10. Unsur – unsur satuan – satuan elementer ini kemudian diundi, sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 27 RTS.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah proses memperoleh data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaahan buku, jurnal dan karya tulis lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan adalah pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta – fakta yang berkaitan dengan masalah yang


(9)

diteliti. Adapun instrumen yang digunakan dalam rangka studi lapangan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Observasi, yaitu pengamatan terhadap obyek dan fenomena yang berkaitan dengan penelitian.

b. Wawancara, yaitu percakapan yang dilakukan oleh pewawancara kepada responden guna mencari data atau menggali informasi mengenai apa yang diperlukan didalam penelitian.

c. Penyebaran kuesioner, yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan untuk dijawab atau diisi oleh responden sehingga memperoleh data informasi yang diperlukan dalam penelitian (Siagian, 2011: 206-207).

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan pengukuran skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap atau tingkah laku manusia (Siagian, 2011: 113) Pemberian skor data dilakukan mulai respon negatif menju respon positif, yakni :

1. Skor tidak setuju (negatif) adalah -1 2. Skor kurang setuju (netral) adalah 0 3. Skor setuju (positif) adalah 1

Sebelum menentukan klasifikasi persepsi, sikap, dan partisipasi, maka ditentukan interval kelas sebagai berikut :


(10)

Banyak Kelas

= 1- (-1) 3

= 0,66

Menentukan kategori respon positif , netral maupun respon negatif dengan adanya nilai batasan sebagai berikut :

a. -1,00 sampai dengan -0,33 = respon negatif b. -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral c. 0,33 sampai dengan 1,00 = respon positif


(11)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Sei Kera Hilir II merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Perjuangan, Kota Medan. Kelurahan Sei Kera Hilir II memiliki luas wilayah 44,4 HA dan jumlah penduduk 12.706 jiwa dan terdiri dari 3141 KK. Kelurahan Sei Kera Hilir II terdiri dari 15 lingkungan. Adapun batas-batas dari Kelurahan Sei Kera Hilir II adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan : Kelurahan Tanah Tinggi Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kelurahan Timbang Langkat Sebelah Barat berbatasan dengan : Kelurahan Timbang Langkat Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Tunggorono

4.2 Kondisi Geografis

Secara geografis Kelurahan Sei Kera Hilir II merupakan tanah daratan yang setiap tahunya dilalui oleh dua musim ( musim panas dan musim hujan dengan suhu antara 23-32 derajat Celsius). Daerah ini didiami oleh berbagai sub suku bangsa dan sebahagian besar wilayah ini adalah pemukiman. Dalam menjalankan roda pemerintah dan terlaksananya pembangunan di Kelurahan Sei Kera Hilir II dibekali 1 (satu) unit Kantor Kelurahan (permanen), memilikki prasarana kesehatan Puskesmas, UKBM (Posyandu) 13 unit, serta Poliklinik atau Balai Pelayanan Masyarakat sebanyak 3 Unit.


(12)

Jumlah penduduk Kelurahan Sei Kera Hilir II tahun 2015 yaitu 12.706 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 3141 Kepala Keluarga. Penduduk Kelurahan Sei Kera Hilir II mempunyai komposisi penduduk sebagai berikut:

1. Penduduk berdasarkan lingkungan 2. Penduduk berdasarkan usia

3. Penduduk berdasarkan jenis kelamin 4. Penduduk berdasarkan mata pencaharian 5. Penduduk berdasarkan pendidikan 6. Penduduk berdasarkan agama 7. Penduduk berdasarkan suku / etnis

4.3.1 Penduduk Berdasarkan Lingkungan

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Sei Kera Hilir II tahun 2015 diketahui bahwa jumlah penduduk adalah sebanyak 12.706 jiwa. Penduduk tersebut tersebar dari lingkungan I sampai lingkungan XV. Data penduduk Kelurahan Sei Kera Hilir II berdasarkan lingkungan dapat dilihat pada tabel 4.1


(13)

Tabel 4.1

Data Penduduk Berdasarkan Lingkungan

No Lingkungan Frekuensi Presentase

1 I 936 7,37 %

2 II 472 3,71 %

3 III 753 5,93 %

4 IV 940 7,4 %

5 V 1017 8 %

6 VI 432 3,4 %

7 VII 517 4,07 %

8 VIII 1163 9,15 %

9 IX 477 3,75 %

10 X 892 7,02 %

11 XI 1290 10,15 %

12 XII 1416 11,14 %

13 XIII 881 6,93 %

14 XIV 842 6,63 %

15 XV 678 5,34 %

Jumlah 12706 99,99 %

Sumber: Kelurahan Sei Kera Hilir II 2015

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Sei Kera Hilir II adalah 5.380 jiwa. Data yang ada menunjukkan bahwa persebaran penduduk di kelurahan tersebut dari lingkungan I sampai lingkungan XV tergolongan signifikan, dimana jumlah


(14)

3,4 %.

4.3.2. Penduduk Berdasarkan Usia

Adapun komposisi penduduk Kelurahan Sei Kera Hilir II berdasarkan usia adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Data Penduduk Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi Presentase

1 0-15 Tahun 5.853 46,06 %

2 16-65 Tahun 6.391 50,3 %

3 65 Tahun ke atas 462 3,64 %

Jumlah 12.706 100 %

Sumber: Kelurahan Sei Kera Hilir II 2015

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Sei Kera Hilir II adalah 12.706 Jiwa dan jumlah penduduk terbesar adalah berusia 16- 65 tahun yaitu berjumlah 6.391 jiwa atau 50,3 %, kemudian diikuti tahun sebanyak 1136 jiwa sedangkan penduduk terkecil yaitu para lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas sebanyak 462 jiwa atau 3,64 % dan menjelaskan bahwa usia produktif di Kelurahan Sei Kera Hilir II terbilang banyak.


(15)

4.3.3 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Sei Kera Hilir II dapat diperjelas tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3

Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

1 Laki-Laki 5.499 43,28 %

2 Perempuan 7.207 56,72 %

Jumlah 12.706 100 %

Sumber: Kelurahan Sei Kera Hilir II 2015

Dilihat dari jumlah penduduk secara keseluruhan di Kelurahan Sei Kera Hilir II, jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki dengan selisih jumlah penduduk sekitar 1708 Jiwa atau 13,44 %.

4.3.4 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Berdasarkan mata pencaharian, masyarakat di Kelurahan Dataran Tinggi Binjai mempunyai jenis pekerjaan yang berbeda-beda, mulai dari sektor formal hingga non formal, untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut


(16)

Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Frekuensi Presentase

1 PNS 335 9,61 %

2 ABRI 98 2,81 %

3 Pegawai Swasta 1.632 46,83 %

4 Pedagang 736 21,12 %

5 Pertukangan 325 9,33 %

6 Pensiunan 163 4,68 %

7 Jasa 196 5,62 %

Jumlah 3.485 100 %

Sumber: Kelurahan Sei Kera Hilir II 2015

Melalui tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebahagian besar penduduk di Kelurahan Sei Kera Hilir II mayoritasnya bermata pencaharian pegawai swasta sebanyak 1.632 jiwa atau 46,83% hampir setengah dari jumlah keseluruhan penduduk yang bekerja, sedangkan minoritasnya adalah yang bekerja sebagai ABRI yaitu sebanyak 98 jiwa atau 2,81 %. Total jumlah penduduk yang bekerja hanya sebesar 3.485 jiwa atau 27,43% dari keseluruhan jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Sei Kera Hilir II yaitu 12.706 atau 72,57 %.


(17)

4.3.5 Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Masyarakat Kelurahan Sei Kera Hilir II memiliki tingkat pendidikan yang berbeda – beda,dapat kita lihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5

Data Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi Presentase

1 TK 75 1,02 %

2 SD 371 5,05 %

3 SMP 1.225 16,7 %

4 SMA/SMK 3.762 51,26 %

5 AKADEMI D1-D3 457 6,23 %

6 SARJANA 1.246 16,98 %

7 PASCA SARJANA 203 2,76 %

Jumlah 7339 100 %

Sumber: Kelurahan Sei Kera Hilir II 2015

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa penduduk yang tamat SMA/SMK yaitu 3.762 Jiwa atau 51,26% yang merupakan penduduk terbesar berdasarkan pendidikan dan melebih setengah dari jumlah penduduk dilihat dari aspek pendidikan. Sementara yang terkecil yaitu TK dengan jumlah 75 jiwa atau 1,02%. Hal ini berarti bahwa penduduk sudah dapat menyadari pentingnya pendidikan bagi kehidupan mereka.


(18)

Komposisi penduduk Kelurahan Sei Kera Hilir II berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6

Data Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi Presentase

1 Islam 11.111 87,45 %

2 Kristen 329 2,59 %

3 Katholik 60 0,47 %

4 Budha 1.163 9,15 %

5 Hindu 43 0,34 %

Jumlah 12.706 100 %

Sumber: Kelurahan Sei Kera Hilir II 2015

Dilihat dari komposisi penduduk menurut agamanya, di Kelurahan Sei Kera Hilir II mayoritas penduduknya menganut agama Islam yaitu sebanyak 11.111 Jiwa atau 87,45% melebihi ¾ dari jumlah keseluruhan penduduk di Kelurahan Sei Kera Hilir II, Sedangkan Hindu merupakan yang paling sedikit penganutnya dengan jumlah 43 jiwa saja atau 0,34 %.


(19)

4.3.7 Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis

Adapun komposisi penduduk Kelurahan Sei Kera Hilir II berdasarkan suku / etnisnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7

Data Penduduk Berdasarkan Suku

No Suku/Etnis Frekuensi Presentase

1 Jawa 2.569 20,22 %

2 Batak 797 6,27 %

3 Mandailing 3.682 28,98 %

4 Karo 62 0,49 %

5 Nias 7 0,05 %

6 Minang 2.459 19,35 %

7 Aceh 425 3,34 %

8 Melayu 2.117 16,67 %

9 China/WNI Keturunan 564 4,44 %

10 India 24 0,19 %

Jumlah 12.706 100 %

Sumber: Kelurahan Sei Kera Hilir II 2015

Berdasarkan tabel 4.7 yg telah disajikan dapat dilihat bahwa penduduk di Kelurahan Sei Kera Hilir II mayoritasnya adalah suku Mandailing sebanyak 3.682 jiwa atau 28,98 %, sedangkan yang paling sedikit yaitu suku Nias hanya 7 Orang saja atau 0,05 % dari total keseluruhan penduduk.


(20)

Berikut ini disajikan data mengenai fasilitas/prasarana yang ada di Kelurahan Sei Kera Hilir II :

Tabel 4.8

Fasilitas di Kelurahan Sei Kera Hilir II

No Fasilitas Frekuensi 1 Fasilitas Kesehatan

a. Puskesmas 1 Unit

b. UKBM (Posyandu) 13 Unit

c. Poliklinik 3 Unit

2 Fasilitas Pendidikan

a. Gedung Sekolah PAUD 1 Unit

b. Gedung Sekolah TK 1 Unit

c. Gedung Sekolah SD 7 Unit

d. Gedung Sekolah SLTP 2 Unit

3 Fasilitas Ibadah

a. Mesjid 7 Unit

b. Musholla 3 Unit

c. Gereja 2 Unit

Jumlah 40 Unit


(21)

4.5 Kelembagaan a. Data Personil

1. Kepala Kelurahan :

Nama : Musonnip Rangkuti S.IP Pangkat : Penata III D

NIP : 19680329 199803 1 003 Pendidikan : Sarjana Ilmu Politik b. Kelembagaan

1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) - Jumlah Pengurus : 3 Orang

- Jumlah Anggota : 12 Orang

2. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) - Jumlah Pengurus : 26 Orang

- Jumlah Anggota : 30 Orang 3. Karang Taruna

- Jumlah Karang Taruna : 1 buah - Jumlah Pengurus : 10 Orang


(22)

ANALISIS DATA

5.1. Pengantar

Pada bab ini penulis akan menganalisis data – data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dengan menyebarkan angket (kuesioner) kepada 27 responden. Menganalisis data merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi satu bagian – bagian tertentu berdasarkan jawaban responden. Analisis data yang dimaksud adalah interprestasi langsung berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dilapangan. Adapun data – data yang dianalisis pada bab ini adalah sebagai berikut :

5.2. Kharakteristik Umum Responden

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi (F) Persentase (%)

1 39-49 13 48

2 50-60 8 30

3 61-71 6 22

Jumlah 27 100 Sumber : Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang disajikan tabel 5.1 diketahui usia responden bervariasi dari usia 39 tahun hingga usia tertua 70 tahun. Sebanyak 13 responden (48%) berada pada rentang usia antara 39 tahun sampai dengan 49 tahun, 8 responden (30%) berada pada rentang usia antara 50 tahun sampai dengan 60 tahun, sebanyak 6 responden (22%) berada pada rentang usia


(23)

antara 61 tahun – 71 tahun. Jika dilihat dari segi usia dan apabila dikaitkan dengan program simpanan keluarga sejahtera (psks) maka usia ini menggambarkan status responden cenderung memasuki usia yang hampir tidak produktif lagi untuk bekerja dengan keras. Selain itu faktor usia juga akan mempengaruhi pada jenis pekerjaan yang mungkin dilakukan oleh seseorang dan juga lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada penghasilan seseorang apalagi usia responden yang sudah lanjut usia maka akan lebih sulit untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang akan dilakukannya.

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Laki – laki 14 52

2 Perempuan 13 48

Jumlah 27 100

Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang disajikan oleh tabel 5.2 dapat diketahui bahwa responden Laki – laki sebanyak 14 orang (52%) dan responden wanita sebanyak 13 orang (48%). Jika dilihat dari keseluruhan responden yang terdaftar sebagai kepala keluarga atau anggota keluarga yang berhak menerima program simpanan keluarga sejahtera (psks) adalah 27 orang dan jumlah Perempuan yang sebanyak 13 orang ini merupakan mereka yang sudah janda atau mereka yang sudah bercerai, maka posisi mereka sekarang sudah menjadi kepala keluarga.


(24)

simpanan keluarga sejahtera (psks) beragama Islam semua, dan dapat dilihat dari mayoritas keseluruhan penduduk yang berada di Kelurahan Sei Kera Hilir II ini juga sebanyak 11.111 (87,45%) yang beragama Islam.

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 SD 8 30

2 SMP 11 40

3 SMA 8 30

Jumlah 27 100 Sumber: Data Primer, Maret 2016

Pendidikan merupakan hal terpenting dan merupakan modal utama yang wajib dimiliki oleh setiap individu karena tujuan dari pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan individu itu sendiri. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.3 dapat diketahui pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jika mayoritas dari responden yang telah menyelesaikan pendidikan formalnya hanya sampai jenjang sekolah menengah pertama saja, yaitu sebanyak 11 responden (40%), sedangkan 8 responden lainnya menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas (30%) sama dengan yang menyelesaikan pendidikan sekolah dasar. Rendahnya pendidikan disebabkan karena orang tua mereka tidak mampu untuk menyekolahkan mereka lagi sehingga mereka harus berhenti sekolah. Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden sangatlah mempengaruhi jenis pekerjaan


(25)

yang akan mereka pilih, yang pada akhirnya mempengaruhi kesejahteraan keluarga responden karena sedikitnya penghasilan yang diperoleh dan mereka juga tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Suku

No Suku Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Jawa 10 37

2 Minang 10 37

3 Lainnya 7 26

Jumlah 27 100 Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.4 dapat diketahui suku daripada responden dimana suku minang dan suku jawa sama – sama 10 responden (37%) , serta 7 lainnya yaitu suku mandailing 3 responden (11%), dan yang terakhir yaitu suku melayu dan suku aceh sama – sama 2 responden (7,5%).


(26)

Distribusi Responden Berdasakan Jumlah Anak

No Jumlah Anak Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Dua 8 30

2 Tiga 12 44

3 Empat 4 15

4 Lima 2 7

5 Enam 1 4

Jumlah 27 100

Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.5 dapat diketahui distribusi responden berdasarakan jumlah anak. Dapat kita lihat bahwa Jumlah anak paling banyak yang dimilikki oleh responden yaitu tiga anak dengan jumlah responden sebanyak 12 (44%), diikuti dua anak dengan jumlah responden sebanyak 8 (30%), lalu empat anak yaitu dengan jumlah responden sebanyak 4 (15%), lima anak yaitu dengan jumlah responden sebanyak 2 (7%), dan terakhir yaitu dengan enam anak yaitu dengan jumlah responden 1 anak (4%).


(27)

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Pedagang 8 30

2 Ibu Rumah Tangga 4 15

3 Pegawai Swasta 5 19

4 Guru 3 11

5 Tidak Bekerja 7 25

Jumlah 27 100

Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa mayoritas besar pekerjaan responden adalah sebagai pedagang yaitu sebanyak 8 responden (30%), kemudian diikuti oleh yang tidak bekerja yaitu sebanyak 7 responden (25%) hal ini disebabkan karena minimnya lapangan pekerjaan dan usia yang sudah tidak produktif lagi untuk melakukan sebuah pekerjaan yang menyebabkan besarnya persentase pedagang dan yang tidak bekerja tersebut. Sedangkan untuk pegawai swasta sendiri sebanyak 5 responden (19%), lalu diikuti oleh ibu rumah tangga sebanyak 4 responden (15%), dan yang paling kecil yaitu guru sebanyak 3 responden (11%). Kita dapat menyimpulkan bahwa penerima program simpanan keluarga sejahtera (psks) termasuk ke arah yang tepat sasaran jika dilihat dari segi pekerjaan responden yang memilikki penghasilan minim untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.


(28)

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan Perbulan No Penghasilan Perbulan Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Kurang dari Rp.1.000.000 15 56

2 Rp.1.000.000 - Rp.2.500.000 12 44

Jumlah 27 100

Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.7 dapat diketahui bahwa masih banyak responden yang memilikki penghasilan dibawah upah minimum rata – rata yaitu sebanyak 15 responden (56%), sedangkan sebanyak 12 responden (44%) memilikki penghasilan yang tidak terlalu tinggi. Kita dapat melihat bahwa penghasilan yang mereka peroleh sedikit dan ini merupakan jumlah yang sangat kecil bila dihubungkan dengan jumlah anggota keluarga responden. Penghasilan responden juga merupakan salah satu kriteria pemilihan penerima program simpanan keluarga sejahtera (PSKS) karena dari penghasilan tersebut dapat diukur kemampuan responden dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik itu sandang, pangan maupun papan. Apabila dikaitkan dengan penghasilan yang diterima maka responden merupakan keluarga yang tergolong miskin. Hal ini mendukung responden untuk terdaftar sebagai penerima program simpanan keluarga sejahtera (psks).


(29)

5.3. Respon Masyarakat Terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan

5.3.1. Pemberian Undangan Kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) Yang Memilikki Kartu Perlindungan Sosial

1. Persepsi

Tabel 5.8

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Tahu 18 67

2 Tidak Tahu 9 33

Jumlah 27 100

Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.8 dapat diketahui jumlah responden yang mengetahui Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) sebanyak 18 responden (67%), sementara 9 responden (33%) yang tidak mengetahui. Hal tersebut dikarenakan penyebaran informasi atau undangan kepada responden yang kurang merata, sehingga mengakibatkan sebagian dari responden tidak mengetahui nama program bantuan yang diberikan untuk mereka dari pemerintah tersebut.


(30)

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Manfaat Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Tahu 1 4

2 Kurang Tahu 12 44

3 Tidak Tahu 14 52

Jumlah 27 100

Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data pada tabel 5.9 yang telah disajikan bahwa dari 27 responden, sebanyak 14 responden (52%) tidak mengetahui manfaat dari Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) karena tidak ada sosialisasi awal mengenai program tersebut, selain itu sebanyak 12 responden (44%) yang mengaku kurang mengetahui manfaat program ini dikarenakan informasi yang didapat kurang dipahami, serta hanya 1 responden (4%) yang tahu manfaat dari dilaksanakannya Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Dapat diketahui bahwa perlunya sosialisasi dari kelurahan setempat untuk memberitahukan informasi – informasi terkait Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Tersebut.


(31)

Tabel 5.10

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Tujuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Tahu 16 59

2 Kurang Tahu 8 30

3 Tidak Tahu 3 11

Jumlah 27 100

Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan tabel 5.10 yang telah disajikan dapat diketahui bahwa dari 27 responden, sebanyak 16 responden (59%) mengaku mengetahui tujuan dari adanya pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) setelah mendapat informasi dari media cetak dan media elektronik, sedangkan sebanyak 8 responden (30%) mengaku kurang tahu dan sebanyak 3 responden (11%) yang mengaku tidak tahu tujuan dilaksanakannya Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) tersebut.


(32)

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan

Perjuangan

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Tahu 15 56

2 Kurang Tahu 9 33

3 Tidak Tahu 3 11

Jumlah 27 100

Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.11 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang adanya pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) adalah sebanyak 15 responden (56%) mengetahui bahwa Program Simpanan Keluarga Sejahtera dilaksanakan di kelurahan mereka, sedangkan sebanyak 9 responden (33%) mengaku kurang tahu dan sebanyak 3 responden (11%) mengaku tidak tahu adanya pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di kelurahan mereka.


(33)

Tabel 5.12

Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Informasi

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Paham 16 59

2 Kurang Paham 5 19

3 Tidak Paham 6 22

Jumlah 27 100

Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.12 dapat diketahui sejauh mana pemahaman para responden mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) setelah mendapatkan informasi atau pengetahuan mengenai program tersebut, sebanyak 16 responden (59%) dapat memahami program tersebut, kemudian sebanyak 6 responden (22%) tidak memahami informasi yang mereka peroleh, dan sebanyak 5 responden (19%) yang kurang memahami mengenai informasi yang mereka peroleh.


(34)

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Tim Satgas Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan

Medan Perjuangan

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Tahu 2 7

2 Kurang Tahu 15 56

3 Tidak Tahu 10 37

Jumlah 27 100

Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.13 dapat diketahui apakah responden mengetahui adanya petugas yang menginformasikan mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Sebanyak 2 responden (7%) mengaku mengetahui adanya petugas yang menginformasikan program tersebut, kemudian 15 responden (56%) mengaku kurang tahu mengenai adanya petugas yang menginformasikan adanya program ini dan 10 responden (37%) menyatakan tidak tahu sama sekali mengenai petugas yang menginformasikan program ini. Berbeda – bedanya pengetahuan responden mengenai adanya petugas yang menginformasikan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) diakuin sebagian responden tidak terlalu mau mengetahui mengenai hal tersebut dan hanya ingin tahu bahwa dia mendapatkan bantuan tersebut.


(35)

Pengetahuan Tentang Sosialisasi Awal Mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) mengaku tidak mengetahui tentang adanya sosialisasi mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di kelurahan Sei Kera Hilir II tersebut, dan informasi yang saya dapat juga menyatakan bahwa memang tidak ada sosialisasi dikelurahan tersebut mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).

Tabel 5.14

Distribusi Responden Berdasarkan Penerima Manfaat Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Bagi Rumah Tangga Sasaran Yang Memilikki Kartu Perlindungan

Sosial (KPS)

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Tahu 18 67

2 Kurang Tahu 9 33

Jumlah 27 100

Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.14 dapat diketahui bahwa penerima manfaat atau bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) sebanyak 18 responden (67%) mengetahui bahwa yang mendapatkan program tersebut hanya Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang memilikki Kartu Perlindungan Sosial Saja (KPS), sedangkan sebanyak 9


(36)

2. Sikap

Tabel 5.15

Distribusi Responden Berdasarkan Informasi Adanya Sosialisasi Penyaluran Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Baik 25 93

2 Tidak Baik 2 7

Jumlah 27 100

Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.15 dapat diketahui bahwa sebanyak 25 responden (93%) mengatakan baik untuk diadakannya sosialisasi mengenai penyaluran Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), sedangkan yang mengatakan tidak baik untuk dilaksanakan sebanyak 2 responden (7%). Alasan kenapa baik untuk diadakannya sosialisasi mengenai penyaluran Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ini agar masyarakat dapat memperoleh informasi yang lebih banyak dan akurat tidak hanya mengetahui nominal bantuan yang didapat tapi mengenai mekanisme, manfaat dan tujuan dari Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).

Pengadaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 Responden (100%) mengaku setuju dengan pengadaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) , selain memberdayakan


(37)

masyarkat dana program ini juga banyak digunakan oleh sebagian masyarakat untuk keperluan bulanan mereka seperti uang sekolah, bayar listrik, dan sebagainya.

3. Partisipasi

Masyarakat Ikut Serta Dalam Musyawarah Kelurahan Yang Dilakukan Sebelum Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) disalurkan

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) mengaku tidak pernah ikut serta dalam musyawarah di kelurahan, hal ini dikarenakan karena memang tidak adanya sosialisasi mengenai program tersebut sehingga tidak adanya musyawarah yang dibuat atau dilakukan oleh pihak kelurahan dan penerima manfaat Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).

Masyarakat Di Undang Dalam Musyawarah Kelurahan Sebelum Dilakukan Penyaluran Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) mengaku tidak pernah di undang untuk ikut musyawarah di kelurahan, hal ini dikarenakan karena pihak kelurahan tidak pernah mengadakan musyawarah dan masyarakat juga tidak pernah tahu adanya musyawarah mengenai penyaluran Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).

Masyarakat Terlibat Dalam Perencanaan Dan Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Yang Dilaksanakan Oleh Pemerintah


(38)

proses perencanaan program, sampai dilaksanakannya program tersebut di Kelurahan Sei Kera Hilir II tersebut.

Masyarakat Seberapa Sering Terlibat dalam Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) mengaku tidak pernah dilibatkan dalam pelaksanaan program, dikarenakan masyarakat hanya diberi informasi dalam bentuk undangan untuk segera datang ke kantor pos terdekat untuk mengambil atau mencairkan bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang diberikan oleh pemerintah.

Keterlibatan Masyarakat Dalam Melaksanakan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Sudah Memilikki Kualitas Yang Baik

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 Responden (100%) mengaku tidak memilikki kualitas yang baik dalam melaksanakan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dikarenakan masyarakat juga menyadari bahwa mereka hanya ikut terlibat ketika dalam proses pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang dilaksanakan oleh Kantor Pos Indonesia.


(39)

5.3.2. Mengikuti Ketentuan Dan Syarat Pembayaran Giropos

1. Persepsi

Tabel 5.16

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Ketentuan Dan Syarat Pembayaran Simpanan Giropos Dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Tahu 21 78

2 Kurang Tahu 6 22

Jumlah 27 100

Sumber: Data Primer, Maret 2016

Tujuan diberlakukannya ketentuan dan syarat pembayaran simpanan giropos ketika mencairkan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) adalah agar para penerima manfaat dapat melakukan penguangan dengan cepat dan tepat serta mencegah terjadinya kesalahan penguangan simpanan terhadap penerima manfaat Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa sebanyak 21 responden (78%) sudah mengetahui ketentuan dan syarat apa saja pada saat proses pembayaran simpanan giropos, dan sebanyak 6 responden (22%) mengaku masih kurang mengetahui syarat dan ketentuan apa saja pada saat proses penguangan simpanan giropos tersebut.


(40)

Distribusi Responden Berdasarkan Ketentuan Dan Syarat Bahwa RTS Yang Memilikki KPS Tetapi Tidak Termasuk Dalam Daftar Nominatif PSKS Maka Dananya Tidak

Dapat Dicairkan

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Tahu 18 67

2 Kurang Tahu 8 29

3 Tidak Tahu 1 4

Jumlah 27 100

Sumber: Data Primer, Maret 2015

Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.17 dapat diketahui bahwa sebanyak 18 responden (67%) mengetahui bahwa penerima manfaat program walaupun memilikki KPS dan mendapat undangan tidak dapat mencairkan penguangan simpanan giropos karena namanya tidak terdaftar dalam daftar nominatif dan harus menjumpai petugas psks untuk ditindaklanjuti proses administrasinya, kemudian sebanyak 8 responden (29%) kurang mengetahui mengenai ketentuan dan syarat bahwa RTS yang memilikki KPS tetapi tidak masuk dalam daftar nominatif tidak dapat mencairkan dana simpanan giroposnya, sedangkan 1 responden (4%) menyatakan tidak tahu sama sekali mengenai ketentuan dan syarat tersebut. Berbeda – bedanya pengetahuan responden mengenai adanya ketentuan dan syarat bahwa RTS yang memilikki KPS tetapi tidak masuk dalam daftar nominatif tidak dapat mencairkan dana simpanan giropos dikarenakan sebagian responden kurang mendapat informasi yang lebih detail mengenai hal tersebut, sehingga masyarakat datang kekantor pos dengan membawa KPS saja dan menguangkan simpanan giropos tersebut.


(41)

2. Sikap

Tabel 5.18

Distribusi Responden Berdasarkan Ketentuan Dan Persyaratan Yang Telah Ditetapkan Oleh Tim Satgas PSKS

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Baik 14 52

2 Kurang Baik 13 48

Jumlah 27 100

Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.18 dapat diketahui bahwa sebanyak 14 responden (52%) menyatakan baik ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Tim Satgas PSKS alasannya adalah penerima manfaat Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dapat tepat sasaran dan sesuai dengan data yang telah ditetapkan sebagai pihak pelaksana, sedangkan sebanyak 13 responden (48%) menyatakan kurang baik alasannya karena masih banyak masyarakat yang kurang mampu tetapi belum memilikki KPS sehingga ia tidak dapat menerima bantuan dari pemerintah tersebut.


(42)

Distribusi Responden Berdasarkan Penerima PSKS Hanya Untuk Masyarakat Yang Memilikki KPS Dan Terdata Dalam Daftar Nominatif

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Setuju 11 41

2 Kurang Setuju 16 59

Jumlah 27 100

Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.19 dapat diketahui bahwa sebanyak 11 responden (41%) menyatakan setuju bahwa penerima manfaat program hanya bagi masyarakat yang memilikki KPS saja dan telah terdata dalam daftar nominatif, sedangkan sebanyak 16 responden (59%) menyatakan tidak setuju, alasannya adalah karena masih banyaknya masyarakat yang tidak memilikki KPS dan tidak terdata masih hidup dibawah garis kemiskinan jika dilihat dari segi penghasilnnya, sehingga banyak masyarakat yang meminta supaya pendataan ulang terhadap penerima atau pemegang KPS agar tepat kepada masyarakat yang membutuhkan.

Tanggapan Masyarakat Mengenai Tim Satgas PSKS Saat Datang Ke Kantor Pos Indonesia Pada Proses Pencairan Dana Bantuan

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) menyatakan baik terhadap responden, alasannya karena Tim Satgas memberikan pelayanan yang baik terhadap penerima manfaat program, serta mengarahkan penerima manfaat program kebagian


(43)

informasi atau yang lebih berkompeten apabila ada kendala pada proses pencairan dana simpanan keluarga sejahtera.

Penilaian Atas Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) menyatakan baik tentang pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera tersebut, Alasannya karena Tim Satgas yang bertugas dalam memberikan pelayanan sangat antutias dan baik kepada seluruh penerima manfaat program.

3. Partisipasi

Masyarakat Dilibatkan Dalam Perencanaan Dan Pelaksanaan PSKS, Menurut Pemerintah Masyarakat Harus Secara Aktif Untuk Ikut Dalam Musyawarah Kelurahan

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) mengaku setuju untuk dilibatkan secara langsung dalam pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Alasannya adalah agar masyarakat dapat memahami dan mengerti lebih jelas mengenai tahapan – tahapan dalam perencanaan dan pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dengan baik dan benar.

Pengetahuan Tentang Controlling/Pengawasan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)


(44)

selama berjalannya program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), sehingga banyak penerima manfaat program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang kurang memahami proses berjalannya program tersebut.

5.3.3. Penguangan Dana Simpanan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) 1. Persepsi

Tabel 5.20

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Penerima Manfaat Dalam Penguangan Dana Simpanan Bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Tahu 5 19

2 Kurang Tahu 16 59

3 Tidak Tahu 6 22

Jumlah 27 100 Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.20 Dapat diketahui bagaimana penilaian penerima manfaat terhadap penguangan simpanan dana bantuan program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Dari 27 responden, 5 responden (19%) mengatakan tahu akan penguangan Simpanan dana bantuan program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), sementara 16 resonden (15%) mengatakan kurang mengetahui mengenai penguangan simpanan dana bantuan program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Responden yang menyatakan tidak mengetahui penguangan simpanan dana bantuan program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) mengaku bahwa pencairan dana program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)


(45)

terlalu berbelit-belit sehingga penerima manfaat harus seringkali ke kantor pos untuk mendapatkan pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera.

Tabel 5.21

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Penerima Manfaat Terhadap Dana Bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

No Kategori Frekuansi (F) Persentase (%)

1 Tahu 16 59

2 Kurang tahu 10 37

3 Tidak tahu 1 4

Jumlah 27 100 Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.21 dapat diketahui bagaimana tahu tidaknya responden terhadap dana bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Dari 27 responden, hanya 1 responden (4%) yang mengaku tidak mengetahui adanya dana bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), sedangkan dari 27 responden, hanya 10 responden (37%) kurang mengetahui adanya dana bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahera (PSKS), sementara itu dari 27 responden, hanya 16 responden (59%) yang mengaku mengetahui adanya dana bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), proses pencairan dana tersebut .


(46)

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pencairan Sekaligus Dana Bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera Keluarga (PSKS)

No Kategori Frekuansi (F) Persentase (%)

1 Tahu 6 22

2 Kurang tahu 17 63

3 Tidak tahu 4 15

Jumlah 27 100

Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang disajikan 5.22 dapat diketahui tahu tidaknya responden terhadap pencairan dana bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Dari 27 responden, hanya 6 responden (22%) yang mengaku tahu terhadap pencairan dana bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), sementara itu 4 responden (15%) yang mengaku tidak tahu terhadap pencairan dana bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Sedangkan 17 responden (63%) mengaku kurang tahu terhadap pencairan dana tersebut. Responden yang mengaku kurang tahu mengenai pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) sebab tidak adanya sosialisasi mengenai pencairan simpanan dana bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang dapat diambil sekaligus.


(47)

2. Sikap

Tabel 5.23

Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Mengenai Pencairan Dana Simpanan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Setuju 2 7

2 Kurang Setuju 25 93

Jumlah 27 100 Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.23 dapat diketahui setuju, kurang setujunya responden terhadap pencairan dana simpanan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang diberikan hanya sebesar Rp 200.000/bulan. Dari 27 responden, hanya 2 responden (7%) yang mengaku setuju terhadap pencairan dana simpanan yang diberikan hanya sebesar Rp 200.000/bulan. Sedangkan 25 responden (93%) yang mengaku kurang setuju terhadap pencairan dana simpanan yang diberikan hanya sebesar Rp 200.000/bulan, sebab nominal pencairan dana simpanan tersebut tidak mencukupi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari sehingga tidak tercapainya pemenuhan kebutuhan hidup yang layak.


(48)

Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Jumlah Dana Terhadap Pemenuhan Kebutuhan

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Mencukupi 11 41

2 Kurang Mencukupi 16 59

Jumlah 27 100

Sumber: Data Primer, Maret 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.24 dapat diketahui mencukupi, kurang mencukupinya jumlah dana terhadap pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dari 27 responden, hanya 11 responden (41%) yang mengaku mencukupi. Sementara 16 responden (59%) mengaku kurang mencukupi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, hal ini disebabkan kebutuhan ekonomi yang kian hari semakin tinggi serta tidak tersedianya pemenuhan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang layak sehingga dalam hal tersebut jumlah dana pencairan tersebut jauh dari batas kecukupan hidup.

Tabel 5.25

Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Ketergantungan Terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat Tergantung 22 81

2 Tergantung 5 19

Jumlah 27 100 Sumber: Data Primer, Maret 2016


(49)

Berdasarkan data yang disajikan ada tabel 5.25 dapat diketahui sangat tergantung atau tergantungnya responden terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Dari 27 responden, hanya 5 responden (19%) yang mengaku tergantung pada Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara 22 responden (81%) mengaku sangat tergantung pada Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), sebab mereka hidup dibawah garis kemiskinan dan dana pencairan dari program ini digunakan untuk kebutuhan hidupnya sehari – hari.

Kelanjutan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) menyatakan setuju untuk dilanjutkan oleh pemerintah, alasannya adalah walaupun jumlah nominal dana bantuan yang diberikan oleh pemerintah tersebut tidak terlalu besar, setidaknya dapat mengurangi jumlah pengeluaran untuk pemenuhan kebutuhan setiap bulannya.

Bantuan – Bantuan Dari Pihak Pemerintah Kepada Masyarakat

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) menyatakan suka terhadap program – program atau bantuan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat yang kurang mampu, hal ini dikarenakan bantuan – bantuan tersebut sangat membantu ekonomi masyarakat yang lemah di era globalisasi ini, tidak hanya Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) saja untuk keluarga yang kurang mampu, bantuan – bantuan lain seperti Raskin, PKH dsb juga ikut andil dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang kurang


(50)

Menikmati Hasil Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) menyatakan pernah menikmati hasil dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang sebanyak Rp.200.000/Bulan tersebut, alasannya adalah karena dana bantuan tersebut, biasanya digunakan untuk keperluan – keperluan rumah tangga yang nominalnya tidak terlalu besar, seperti membayar air, listrik dan keperluan sekolah sehingga semua anggota keluarga ikut terlibat dalam menikmati hasil Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ini.

Memelihara Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) menyatakan pernah memelihara Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) tersebut, responden yang ikut serta dalam memelihara program tersebut dikarenakan karena mereka memiliki rasa kepedulian terhadap pelaksanaannya Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) tersebut, Memelihara disini berarti masyarakat berperan serta dalam memelihara hasil Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) agar tidak terjadinya kekurangan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga yang berakibat menjadi semakin banyaknya angka kemiskinan di Indonesia.

Menilai Hasil Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) menyatakan pernah menilai Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) tersebut, alasannya adalah karena mereka


(51)

ingin mengetahuai apakah hasil program ini akhirnya positif atau negatif, dan apakah bisa dilanjutkan program yang dibuat oleh pemerintah ini dalam rangka membangun keluarga produktif, serta memberdayakan masyarakat melalui keluarga.

5.4 Analisis Data Kuantitafif Terhadap Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

Setelah hasil respon masyarakat Kelurahan Sei Kera Hilir II terhadap pelaksanaan program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) telah dianalisis dari kuesioner yang telah dibagikan, maka pada bagian ini variabel yang sama akan dianalisis secara kuantitatif melalui pemberian skor dengan menggunakan skala likert. Pemberian skor data dilakukan mulai dari respon negatif, respon netral, dan respon positif, yakni:

1. Skor Tidak Tahu (negatif) adalah -1 2. Skor Kurang Tahu (netral) adalah 0 3. Skor Tahu (positif) adalah 1

Untuk mendapatkan hasil respon masyarakat Kelurahan Sei Kera Hilir II terhadap pelaksanaan program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), dilakukan melalui pemberian skor berdasarkan tiga variabel yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi. Dari jawaban responden yang telah dianalisis kemudian dapat diklasifikasikan apakah persepsi, sikap, dan partisipasinya negatif, netral atau positif dari setiap tahapan pelaksanaan program dengan menentukan interval kelas seperti yang dijelaskan dibawah ini:


(52)

nilai batasan sebagai berikut :

a. -1,00 sampai dengan -0,33 = respon negatif b. -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral c. 0,33 sampai dengan 1,00 = respon positif

5.4.1. Pemberian Undangan Kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) Yang Sudah Memilikki Kartu Perlindungan Sosial (KPS)

Pemberian skor variabel pemberian undangan kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang sudah memilikki Kartu Perlindungan Sosial (KPS) oleh Tim Satgas PSKS ini merupakan variabel awal dalam mengukur respon. Hasil skor variabel sosialisasi (V1) merupakan hasil rata – rata ∑ skor variabel pemberian undangan : (hasil jumlah sub variabel dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel pemberian undangan ada 15 sub variabel (lihat lampiran), sehingga rata V1 = ∑ skor variabel : (15 x 27). Untuk mengetahui apakah pemberian undangan tersebut termasuk respon positif atau negatif, maka dilakukan analisa dengan memberi nilai 1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan nilai -1 untuk respon negatif, lalu dibagi dengan jumlah total responden.

Hasil akhir dapat dilihat apakah pemberian undangan merupakan positif atau negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert, yaitu sebagai berikut :

= -70 : (15 x 27) = -70 : 415 = -0,16


(53)

Keterangan :

∑ skor variabel pemberian undangan = -70 Jumlah sub variabel pemberian undangan = 15

Jumlah responden = 27

Hasil skor variabel pemberian undangan = -0,16

(Pemberian undangan negatif yaitu 0,16 karena berada diantara 1,00 sampai dengan -0,33)

Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa pemberian undangan mendapatkan respon negatif karena responden tidak memahami secara mendalam mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), seperti manfaat program, tujuan dari dibuatnya Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).

5.4.2. Mengikuti Ketentuan Dan Syarat Pembayaran Simpanan Giropos

Pemberian skor variabel mengikuti ketentuan dan syarat pada program ini merupakan variabel kedua dalam mengukur respon. Hasil skor variabel pendaftaran (V2) merupakan hasil rata – rata ∑ skor variabel mengikuti ketentuan dan syarat : (hasil sub variabel mengikuti ketentuan dan syarat dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel mengikuti ketentuan dan syarat ada 8 sub variabel 9 (lihat lampiran). Sehingga rata – rata V2 = ∑ skor variabel : (8 x 27). Untuk mengetahui apakah responden mengikuti ketentuan dan syarat termasuk dalam respon positif atau negatif, maka dilakukan analisis dengan memberikan nilai 1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan -1 untuk respon


(54)

pembayaran positif atau negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert yaitu sebagai berikut :

= 118 : ( 8 x 27 ) = 118 : 216 = 0,55

Keterangan :

∑ skor variabel mengikuti ketentuan dan syarat = 118 Jumlah sub variabel mengikuti ketentuan dan syarat = 8

Jumlah responden = 27

Hasil skor variabel mengikuti ketentuan dan syarat = 0,55

(Mengikuti ketentuan dan syarat positif yaitu, 0,55 karena berada diantara 0,33 sampai dengan 1)

Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa mengikuti ketentuan dan syarat dalam program ini mendapatkan respon yang positif karena responden setuju untuk ikut mengikuti ketentuan dan syarat yang telah ditetapkan oleh Tim Satgas PSKS dalam proses pencairan dana tersebut.

5.4.3. Penguangan Dana Simpanan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Pemberian skor variabel penguangan dana simpanan program ini merupakan variabel ketiga dalam mengukur respon. Hasil skor variabel penguangan dana simpanan (V3) merupakan hasil rata – rata ∑ skor variabel penguangan dana simpanan : (hasil sub variabel penguangan dana simpanan dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel penguangan dana simpanan ada 11 variabel (lihat lampiran), Sehingga rata – rata V3 =∑ skor variable ( 11 x 27


(55)

Untuk mengetahui apakah penguangan dana simpanan tersebut termasuk dalam respon positif atau negatif, maka dilakukan analisis dengan memberikan nilai 1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan -1 untuk respon negatif, lalu dibagi dengan jumlah total responden.

Hasil akhir dapat dilihat apakah penguangan dana simpanan positif atau negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert yaitu sebagai berikut:

= 191 : ( 11 x 27 ) = 191 : 297 = 0,65

( Penguangan dana simpanan positif yaitu 0,65 karena berada diantara 0,33 sampai dengan 1) Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa penguangan dana simpanan mendapatkan respon positif, hal dikarenakan masyarakat penerima manfaat program pada saat proses penguangan merasa bahwa tim atau petugas memberikan pelayanan yang baik terhadap mereka, dan memberikan inforrmasi apabila ada masalah dalam proses penguangan dana tersebut.

Jika kuantitatif data dilakukan secara menyeluruh dengan menggunakan skala likert, maka dapat dilihat rata – rata respon secara keseluruhan dari penelitian respon masyarakat terhadap pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan. Jadi, hasil pemberian undangan + mengikuti ketentuan dan syarat + penguangan dana simpanan dibagi dengan banyak kelas yaitu :

= (-0,16 + 0,55 + 0,65) : 3 = 1,04 : 3


(56)

Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan adalah positif.

( Jadi, Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan adalah positif karena berada diantara 0,33 sampai dengan 1 ).


(57)

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, dapat dirumuskan hasil penelitian dalam bentuk kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari aspek pemberian undangan, hasil analisis data dapat diketahui bahwa pemberian undangan kepada penerima manfaat program mendapatkan respon yang negatif dari responden sebagai peserta Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Hal tersebut dapat dilihat dari tidak tahunya pengetahuan penerima manfaat program secara mendalam mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) tersebut, hal ini mungkin dikarenakan tidak adanya sosialisasi dari pihak pelaksana program sebelum program ini dilaksanakan dan hanya memberi tahu kepada penerima kapan jadwal pengambilan bantuan melalui undangan.

2. Dari aspek mengikuti ketentuan dan syarat program, hasil analisis data dapat diketahui bahwa mengikuti ketentuan dan syarat program mendapatkan respon positif dari responden. Hal tersebut dapat dilihat dari pengetahuan responden tentang ketentuan dan syarat program dan setuju dengan hal tersebut. Tujuannya adalah agar penerima manfaat Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ini dapat tepat sasaran dan sesuai dengan data yang telah ditetapkan oleh tim pelaksana program.

3. Dari aspek penguangan dana simpanan program, hasil analisis data dapat diketahui bahwa penguangan dana simpanan program mendapatkan respon positif dari responden. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat kepuasan penerima manfaat program terhadap hasil atau


(58)

manfaat program untuk memenuhi kebutuhannya.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah disajikan sebelumnya, penulis mengajukan saran sebagai berikut :

Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) kepada masyarakat yang kurang mampu diharapkan kedepannya agar dapat berjalan dengan lebih baik lagi dalam hal pengenalan program kepada masyarakat, misalnya dengan melakukan sosialisasi. Hal ini bertujuan selain, mengenalkan masyarakat dengan bantuan program yang mereka terima, masyarakat juga bisa ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan programnya secara langsung agar masyarakat benar – benar mengetahui apa manfaat dari program tersebut, apa tujuannya dan sebagainya, Sehingga masyarakat tidak hanya menerima dan menikmati hasil program, tetapi bisa juga terlibat langsung dalam pelaksanaan program tersebut.


(59)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon

Respons adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Respons biasanya diujudkan dalam

bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan. Teori Behaviorisme

menggunakan istilah respons yang dipasangkan dengan rangsang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku. Respons adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari lingkungan. Jika rangsang dan respons dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Respons diakses pada tanggal 10 November 2015 pukul 10:28).

2.2Persepsi

Menurut Leavie persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara

seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau penglihatan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2009).

Persepsi merupakan bagaian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapakan kepada manusia. Persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan kehidupan. Rasa dan nalar bukan merupakan bagaian yang perlu dari situasi rangsangan tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan atau terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.


(60)

intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

b. Interpretasi (penafsiran), yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga

mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai factor seperti pengalaman masa lalu, system nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang di terimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang komplek menjadi sederhana.

c. Interpretasi dan persepsi kemudian deterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai

reaksi yaitu bertindak sehubungan dengan apa yang telah di serap yang terdiri dari reaksi tersembunyi sebagai pendapat/sikap dan reaksi terbuka sebagai tindakan yang nyata sehubungan dengan tindakan yang tersembunyi.

2.3Sikap

Sikap adalah cara seseorang mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain melalui

perilaku. Sikap terbentuk melalui proses belajar (social learning), yaitu sumber pembentukan

sikap pada diri individu adalah orang lain. Sikap positif adalah perwujudan nyata dari intensitas perasaan yang memerhatikan hal – hal yang positif dan mencerminkan seseorang yang memilikki kepercayaan diri yang baik. Sikap negatif adalah sesuatu yang menunjukkan ketidakramahan, ketidaksenangan dan tidak memilikki kepercayaan diri. Untuk mengetahui bagaimana sikap seseorang terhadap objek sikap tertentu, harus melihat ketiga komponen sikap, yaitu :

a. Pengetahuan (kognisi)

b. Perasaan (afeksi)


(61)

2.4Partisipasi

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan diyakini banyak pihak telah menjadi kata kunci dalam pengembangan pembangunan di era otonomi daerah sekarang ini. Pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat ternyata telah gagal menciptakan keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Partisipasi merupakan jembatan penghubung antara pemerintah sebagai pemegang kekuasaan, kewenangan, dan kebijakan dengan masyarakat yang memiliki hak sipil, politik dan social ekonomi masyarakat. Dengan partisipasi masyarakat, posisi tawar masyarakat di mata pemerintah menjadi meningkat, masyarakat tidak selalu di dikte dan di dominasi oleh pemerintah dalam memenuhi kebutuhan atau keputusan dalam pembangunan lingkunganya namun selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan maupun dalam pelaksanaanya. Konsep partisipasi merupakan suatu konsep yang luas, dan penting, karena salah satu indikator keberhasilan suatu pembangunan adalah adanya partisipasi masyarakat penerima program.

2.5 Kemiskinan

2.5.1 Pengertian Kemiskinan

Mencher (2001) mengemukakan, kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak (Siagian, 2012: 5). Castells (1998) mengemukakan kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yg berada dibawah standar kebutuhan hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup. ( Siagian, 2012: 10).


(62)

2.5.2 Gejala-Gejala Kemiskinan

Untuk memahami kemiskinan secara akurat dan komprehensif diperlakukan data yang lengkap dan valid. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan pengukuran yang teruji. Melalui cara dan upaya demikian akan diperoleh kesimpulan yang pasti tentang kemiskinan itu. Upaya seperti ini menuntut waktu yang panjang, bahkan tenaga maupun dana yang besar. Akibatnya jarang dilakukan dan sangat sedikit pihak yang melakukannya.

Salah satu cara dan langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran gejala-gejala kemiskinan, seperti :

1. Kondisi kepemilikan faktor produksi.

Kemiskinan tidak datang secara serta merta. Demikian halnya dengan pendapatan, juga tidak datang secara serta merta. Semuanya melalui saluran, sumber dan proses tertentu. Dengan demikian, salah satu pendekatan untuk mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan atau mata pencaharian, apa alat atau faktor yang digunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan pencaharian itu. Pemahaman akan berbagai hal tersebut merupakan jalan bagi kita untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut miskin atau tidak.

2. Angka ketergantungan penduduk.

Secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti hasil usaha atau keuntungan, upah, bunga tabungan dan lain-lain. Namun bagi mayoritas masyarakat, ada satu kalimat yang berlaku secara umum : Orang hanya akan memilikki pendapatan jika bekerja. Namun pada kenyataannya, angka ketergantungan dalam masyarakat atau keluarga sangat tinggi.

Dalam sebuah keluarga dengan empat orang anak atau lebih, misalnya sering hanya satu orang yang bekerja, sedangkan lima orang menggantungkan hidupnya pada satu orang. Gejala seperti ini sangat umum dalam negara yang menawarkan lapangan atau kesempatan


(63)

kerja yang kecil seperti Indonesia. Angka ketergantungan tentu sangat berbeda pada negara yang surplus dan minus lapangan dan kesempatan kerja. Tingginya angka ketergantungan di Indonesia sangat nyata, dimana bekerja di negara lain saat ini menjadi alternatif, termasuk bagi tenaga tidak terampil.

3. Kekurangan gizi.

Pendapatan bagaikan paspor bagi setiap orang untuk memasuki hidup yang layak. Pendapatan merupakan unsur yang secara langsung dapat digunakan sebagai alat memenuhi kebutuhan agar seseorang itu dapat hidup secara layak. Pemenuhan kebutuhan tentu dilakukan secara hirakhis, mulai dari kebutuhan fisik, sebagai unsur yang menempati prioritas utama dari berbagai unsur yang termasuk kebutuhan pokok.

Laporan dari berbagai institusi seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas maupun Rumah Sakit sering menggambarkan status gizi masyarakat. Berbagai kesimpulan diperoleh dari laporan tersebut, antara lain adanya wilayah rawan gizi. Berbagai media massa sering menginformasikan tentang kondisi masyarakat yang kurang gizi. Informasi ini merupakan gejala sangat miskinnya seseorang atau sekelompok orang. Masalahnya, berbagai unsur terdapat dalam kebutuhan pokok, dimana kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang paling utama. Oleh karena itu, tidak terpenuhinya kebutuhan fisik yang mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang itu teridentifikasi kekurangan gizi menjadi gejala betapa miskinnya seseorang atau sekelompok orang itu.

4. Pendidikan yang rendah.

Di era modern sekarang ini, pendidikan dianggap sebagai sesuatu yang penting. Pendidikan bahkan telah dianggap sebagai indikator utama kedudukan dalam masyarakat. Oleh karena itu, adalah wajar jika setiap orang berupaya meraih tingkat pendidikan, bahkan tidak sekadar


(64)

pun membutuhkan inovasi dalam rangka mempertahankan, terlebih meningkatkan produktivitas. Harus diakui, berbagai kebijakan telah ditetapkan pemerintah dalam rangka membuka dan mempermudah akses masyarakat terhadap pendidikan. Namun hingga saat ini pendidikan masih belum gratis, bahkan masih cukup mahal, terutama pendidikan dengan kualitas dan tingkat yang tinggi (Siagian, 2012: 15).

2.5.3 Jenis-Jenis Kemiskinan 1. Kemiskinan Absolut

Istilah atau jenis kemiskinan absolut dikenal juga jika kita mengidentifikasi kemiskinan berdasarkan bagaimana kita mengkaji kemiskinan tersebut. Lebih luas lagi, tinjauan konsep kemiskinan dari sudut bagaimana kita memandang atau mengkaji kemiskinan tersebut akan mengenalkan kita pada dua jenis kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi, dimana seseorang atau sekelompok orang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut memilikki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia. Lebih dari itu kondisi kehidupan seseorang atau sekelompok orang itu sedemikian rupa sehingga secara fisik mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang itu tidak mampu melakukan aktivitas yang wajar.

2. Kemiskinan Relatif

Seperti telah dikemukakan, kemiskinan relatif dikenal jika kita melakukan kajian atas kemiskinan berdasarkan bagaimana kita memandang dan mengkajinya. Kemiskinan relatif sendiri dipertentangkan dengan kemiskinan absolut. Lebih khusus lagi, kemiskinan relatif justru ditemukan jika kajian kita tentang kemiskinan tersebut didasarkan pada komparasi kondisi kehidupan antara seseorang dengan orang lain atau antara satu kelompok dengan


(65)

kelompok lain. Kajian komparatif juga dapat dilakukan antara kehidupan seseorang dengan kelompoknya dimana ia menjadi bagian dari kelompok tersebut.

Kajian jenis kemiskinan relatif sering didasarkan atas konsumsi rata-rata perkapita di suatu daerah. Sebagai contoh, jika konsumsi rata-rata disuatu desa Rp. 1.250.000 perorang perhari, maka seseorang atau sekelompok orang mengkonsumsi di bawah konsumsi rata-rata tersebut (Rp. 1.250.000) di identifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang yang miskin. Sebaliknya, seseorang atau sekelompok orang yang mengkonsumsi rata-rata di wilayah tersebut diidentifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang yang tidak miskin.

Berdasarkan uraian di atas dapatlah kiranya kita pahami, bahwa penggunaan istilah kemiskinan relatif tersebut. Relatif berarti, bahwa identifikasi tersebut dibatasi sesuatu, tegasnya dibatasi oleh wilayah atau lingkungan. Dapat saja terjadi, dimana seseorang atau sekelompok orang yang bermukim di suatu kota dengan kondisi kehidupan tertentu, termasuk di dalamnya kuantitas dan kualitas konsumsi tertentu tergantung miskin. Namun dengan kondisi kehidupan yang sama, termasuk didalamnya dengan pendapatan yang sama maupun dengan kuantitas dan kualitas konsumsi yang sama pula, justru dapat saja diidentifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang yang tidak miskin jika mereka pindah atau bermukim di desa atau daerah lain, dimana konsumsi rata-rata masyarakat di sana lebih kecil dari Rp. 1.250.000.(Siagian, 2012: 49)

3. Kemiskinan Massa

Secara sederhana kemiskinan massa dapat diartikan sebagai kemiskinan yang dialami secara massal penduduk dalam suatu lingkungan wilayah. Hal ini berarti, terdapat demikian banyak orang secara faktual tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik minimumnya sehingga terpaksa hidup serba kekurangan, serta mengalami kondisi hidup yang tidak layak jika dlihat dari segi


(66)

manusia diwilayah itu tidak memadai. Kondisi seperti ini disebabkan minimnya potensi wilayah tersebut. Sebagai contoh, pada umumnya wilayah-wilayah yang sangat terpencil menghadapi masalah kemiskinan massa. Keterpencilan wilayah dipastikan menghambat interaksi wilayah tersebut dengan wilayah sekitarnya, terlebih dengan wilayah dimana terdapat pusat-pusat pertumbuhan. Identik dengan seseorang tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bantuan dan kerja sama orang lain, maka suatu wilayah, seperti sebuah desa tidak akan mampu menyediakan seluruh kebutuhan masyarakat yang berdiam di wilayah atau desa itu.

4. Kemiskinan Non Massa

Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kemiskinan non massa adalah kemiskinan yang dihadapi oleh segelintir orang. Memang asal muasal konsep kemiskinan non massa itu adalah terdapatnya segelintir atau sebagian kecil penduduk suatu wilayah yang menghadapi dan mengalami hidup yang serba kekurangan, kondisi mana mengakibatkan merekat tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak sebagaimana seharusnya manusia mempunyai harkat dan martabat.

5. Kemiskinan Alamiah

Jenis kemiskinan lain adalah kemiskinan alamiah. Kemiskinan alamiah dikemukakan jika kajian tentang kemiskinan itu didasarkan atas faktor-faktor penyebab kemiskinan itu terjadi. Dalam hal ini kemiskinan alamiah diidentifikasi sebagai kemiskinan yang terjadi sebagai konsekwensi dari kondisi alam dimana seseorang atau sekelompok orang tersebut bermukim. Lebih jauh lagi, daya dukung lingkungan terhadap kehidupan manusia sangat tergantung pada potensi lingkungan atau wilayah dimana mereka hidup. Dalam konteks ini, jika ternyata daya dukung lingkungan secara alamiah dimana seseorang atau sekelompok orang tersebut berada tidak cukup menopang kehidupan mereka, produknya adalah seseorang atau sekelompok


(67)

orang tersebut akan teridentifikasi sebagai manusia atau masyarakat miskin. Hal ini disebabkan potensi alamiah dari lingkungan dimana mereka berada tidak cukup menopang kehidupan manusia itu, akibatnya seseorang atau sekelompok orang itu pun hidup dibawah kewajaran (Geertz, dalam Siagian, 2012: 57).

6. Kemiskinan Kultural

Kasus lain berlaku pada konsep kemiskinan kultural atau kemiskinan budaya. Dalam kasus ini, budaya diidentifikasi sebagai faktor penyebab terjadinya kemiskinan tersebut. Sangat banyak pendapat yang berkenaan dengan kemiskinan budaya. Hal mana merupakan konsekwensi logis dari fakta, bahwa membicarakan budaya sesungguhnya kita telah memasuki wilayah dengan unsur-unsur yang sangat sensitif dan sangat berpeluang menimbulkan polemik.

Namun demikian, tentu ada satu kepastian, bahwa semua orang menginginkan hidup yang baik, layak dan sejahtera. Sementara itu budaya dengan segala faktor-faktor yang terkait di sana justru akumulasi dari berbagai unsur yang kehadirannya justru bersifat kontra produktif dengan upaya mempertahankan hidup.

Jika dianalisis semua unsur yang ada dalam budaya tersebut ada kalanya menghasilkan suatu konsklusi bahwa unsur-unsur dari budaya tersebut sepertinya sering justru tidak atau kurang mendukung keberhasilan hidup manusia. Seperti misalnya, terlihat dari ethos kerja yang rendah, yang pada gilirannya menghambat manusia itu mengembangkan kehidupan. Budaya justru dapat menjadi suatu beban bagi mereka, sehingga mereka sering melakukan kegiatan yang mengindikasikan bahwa mereka justru menjadi hamba dari budaya itu sendiri (Myrdal, dalam Siagian, 2012: 58).


(68)

karena itu kemiskinan terinvolusi sangat sulit diselesaikan. Setidaknya ada dua kondisi yang menyebabkan demikian sulitnya memecahkan masalah kemiskinan terinvolusi, yaitu :

a. Seseorang atau sekelompok orang yang diidentifikasi miskin itu sendiri

sepertinya dapat menerima kemiskinan itu. Bagi mereka kemiskinan itu bukanlah masalah yang esensial, dan mereka pun tidak mempermasalahkan kondisi hidup mereka yang jauh dari standar. Justru orang lain yang memandang kondisi kehidupan mereka tidak layak dan mempermasalahkan.

b. Sesungguhnya seseorang atau sekelompok orang yang dikategorikan

miskin itu menyadari kondisi kehidupan mereka sebagai sesuatu yang tidak layak. Namun mereka juga menyadari bahwa tidak ada jalan bagi mereka untuk keluar dari kondisi tersebut. Mereka sepertinya menganggap kemiskinan itu bagaikan takdir. Akibatnya mereka tidak pernah berikhtiar untuk menata hidup dan keluar dari kondisi kehidupan yang tidak layak ( Lipton, dalam Siagian, 2012: 60).

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa kemiskinan terinvolusi terkait dengan masalah mental yang sudah semakin parah, sehingga sulit dirancang intervensi sosial yang bagaimana yang dapat mengatasi kemiskinan tersebut. Diperlukan proses panjang dalam melakukan perubahan mental yang telah demikian kental.

Kemiskinan terinvolusi merupakan bentuk dan kondisi khusus dari kemiskinan kultural. Ciri khusus kemiskinan terinvolusi adalah telah terinternalisasinya nilai-nilai negatif dalam diri seseorang atau sekelompok orang dalam memandang diri dan kehidupannya, sehingga mereka menganggap kehidupan dengan segala kondisinya sebagai sesuatu yang tidak dapat berubah.


(69)

8. Kemiskinan Struktural

Seperti halnya kemiskinan alamiah, kultural dan terinvolusi, kemiskinan struktural juga ditemukan jika masalah kemiskinan dikaji dari segi faktor-faktor penyebab kemiskinan itu. Sehubungan dengan hal tersebut, konsep kemiskinan struktural antara lain mendeskripsikan bahwa struktur sosial masyarakat itu seedemikian rupa, sehingga menghambat masyarakat tersebut mengembangkan kehidupannya (Jay, dalam Siagian, 2012: 61).

Kemiskinan struktural sering juga dikaitkan dengan kebijakan yang digariskan oleh pemerintah. Pada umumnya kebijakan itu adalah kebijakan pembangunan. Dengan demikian adalah sangat antagonis, jika kita mengemukakan bahwa kebijakan pemerintah justru mengakibatkan masyarakat atau rakyatnya mengalami kemiskinan. Bukankah pembangunan dengan segala kebijakan dan implementasinya bermuara pada peningkatan kualitas hidup masyarakat secara global, Namun ada kalanya kondisi empiris membuktikan bahwa kebijakan negara justru memiskinkan masyarakat tertentu.

Bentuk lain dari kemiskinan struktural adalah kelembagaan, seperti kelembagaan sewa-menyewa lahan senantiasa lebih menguntungkan pemilik lahan. Juga kelembagaan sistem upah disektor pertanian yang tidak menguntungkan buruh tani, karena proses penyempitan

lahan pertanian mengakibatkan posisi buruh tani makin power less.

Kemiskinan struktural juga dapat muncul sebagai akibat kelembagaan upah disektor industri. Kebijakan upah minimum yang ditetapkan pemerintah cenderung lebih memihak pengusaha daripada buruh mengakibatkan kondisi kehidupan buruh tidak layak. Dalam kasus kemiskinan struktural yang terkait dengan kelembagaan dapat dikemukakan bahwa kelembagaan tersebut sedemikian rupa sehingga benar-benar menghambat mobilitas sosial


(70)

sebagai titik fokus. Secara umum dapat dikemukakan bahwa kemiskinan situasional adalah kondisi kehidupan masyarakat yang tidak layak yang disebabkanoleh situasi yang ada. Lebih tegasnya, situasi yang ada dilingkungan mana dan saat mana seseorang atau sekelompok orang itu hidup sedemikian rupa sehingga tidak kondusif bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan. Akibatnya mereka menghadapi dan mengalami kondisi hidup yang tidak layak.

10.Kemiskinan Buatan

Kemiskinan buatan juga merupakan konsep yang ditemukan jika kajian kemiskinan dititikberatkan pada aspek penyebab. Kemiskinan buatan secara khusus dipertentangkan dengan kemiskinan alamiah.

2.5.4 Faktor- Faktor Penyebab Kemiskinan

2.5.4.1 Kajian Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik

Secara umum faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu :

1. Faktor internal, yaitu yang dalam hal ini berasal dari dalam diri individu yang

mengalami kemiskinan itu secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi :

a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan.

b. Intelektual, seperti: kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya

informasi.

c. Mental emosional atau tempramental, seperti: malas, mudah menyerah

dan putus asa.


(71)

e. Sosial psikologis, seperti: kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi, stress, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan.

f. Keterampilan, seperti: tidak memilikki keahlian yang sesuai dengan

tuntutan lapangan kerja.

g. Asset, seperti: tidak memilikki stok kekayaan dalam bentuk tanah,

rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja.

2. Faktor Eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu atau keluarga yang

mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, meliputi :

a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar.

b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan alat

memenuhi kebutuhan hidup.

c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya

usaha-usaha sektor informal.

d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga

yang tidak mendukung sektor usaha formal.

e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor

riil masyarakat banyak.

f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang

belum optimal, seperti zakat.

g. Dampak sosial negatif dari program penyesuaian struktural (structural

adjustment program).


(1)

2.8 Kesejahteraan Sosial ...34

2.9 Kerangka Pemikiran ...35

2.10Defenisi Konsep dan Operasional ...37

2.10.1 Defenisi Konsep ...37

2.10.2 Defenisi Operasional ...38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ...41

3.2 Lokasi Penelitian ...41

3.3 Populasi dan Sampel ...41

3.3.1 Populasi ...41

3.3.2 Sampel ...42

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...42

3.5 Teknik Analisis Data ...43

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...45

4.2 Kondisi Geografis ...45

4.3 Kependudukan ...46

4.3.1 Penduduk Berdasarkan Lingkungan ...46

4.3.2.Penduduk Berdasarkan Usia ...48

4.3.3 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ...49

4.3.4 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...49

4.3.5 Penduduk Berdasarkan Pendidikan ...51

4.3.6 Penduduk Berdasarkan Agama ...52

4.3.7 Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis ...53

4.4. Fasilitas / Prasarana ...54

4.5 Kelembagaan ...55

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pengantar ...56

5.2 Kharakteristik Umum Responden ...56

5.3 Respon Masyarakat Terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ...63

5.3.1 Pemberian Undangan Kepada RTS ...63

5.3.1.1 Persepsi ...63

5.3.1.2 Sikap ...70

5.3.1.3 Partisipasi ...71

5.3.2 Mengikuti Ketentuan Dan Syarat Simpanan Giropos ...73

5.3.2.1 Persepsi ...73

5.3.2.2 Sikap ...75

5.3.2.3 Partisipasi ...77

5.3.3 Penguangan Dana Simpanan Giropos ...78

5.3.3.1 Persepsi ...78

5.3.3.2 Sikap ...81

5.3.3.3 Partisipasi ...84

5.4 Analisis Data Kuantitatif Terhadap Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ...85

5.4.1 Pemberian Undangan Kepada RTS Yang Memilikki KPS ...86

5.4.2 Mengikuti Ketentuan Dan Syarat Pembayaran Simpanan Giropos ...87


(2)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ...91 6.2 Saran ...92 DAFTAR PUSTAKA ...93


(3)

DAFTAR BAGAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Penduduk Berdasarkan Lingkungan ...47

Tabel 4.2 Data Penduduk Berdasarkan Usia ...48

Tabel 4.3 Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ...49

Tabel 4.4 Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...50

Tabel 4.5 Data Penduduk Berdasarkan Pendidikan ...51

Tabel 4.6 Data Penduduk Berdasarkan Agama ...52

Tabel 4.7 Data Penduduk Berdasarkan Suku ...53

Tabel 4.8 Fasilitas Sei Kera Hili II ...54

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ...56

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...57

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...58

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku ...59

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak ...60

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ...61

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jlh Penghasilan Perbulan ...62

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ...63

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Manfaat Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ...64

Tabel 5.10Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Tujuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ...65

Tabel 5.11Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan ...66

Tabel 5.12Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Informasi ...67

Tabel 5.13Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tim Satgas Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan ...68

Tabel 5.14Distribusi Responden Berdasarkan Penerima Manfaat Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Bagi RTS Yang Memilikki KPS ...69

Tabel 5.15Distribusi Responden Berdasarkan Informasi Adanya Sosialisasi Penyaluran Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ...70

Tabel 5.16Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Ketentuan dan Syarat Pembayaran Simpanan Giropos Dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ...73

Tabel 5.17Distribusi Responden Berdasarkan Ketentuan dan Syarat Bahwa RTS Yang Memilikki KPS Tidak Termasuk Daftar Nominatif PSKS Dana Tidak Dapat Dicairkan ...74

Tabel 5.18Distribusi Responden Berdasarkan Ketentuan dan Syarat Yang Telah Ditetapkan Oleh Tim Satgas PSKS ...75

Tabel 5.19Distribusi Responden Berdasarkan Penerima PSKS Hanya Untuk Masyarakat Yang Memilikki KPS dan Terdata Dalam Daftar Nominatif ...76

Tabel 5.20Distribusi Responden Berdasarkan Penerima Manfaat Program Dalam Penguangan Dana Simpanan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ...78

Tabel 5.21Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Penerima Manfaat Terhadap Dana Bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ...79


(5)

Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pencairan Sekaligus Dana

Bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ...80 Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Mengenai Pencairan Dana Bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ...81 Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Jumlah Dana Terhadap Pemenuhan

Kebutuhan ...82 Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Ketergantungan Terhadap Program


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian 2. Surat Pengajuan Penelitian

3. Surat Izin Penelitian Dari Balitbang

4. Lampiran I Hasil Skala Likert Karakteristik Jawaban Responden 5. Lampiran II Kuesioner Penelitian

6. Dokumentasi