2.5.2 Gejala-Gejala Kemiskinan
Untuk memahami kemiskinan secara akurat dan komprehensif diperlakukan data yang lengkap dan valid. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan pengukuran
yang teruji. Melalui cara dan upaya demikian akan diperoleh kesimpulan yang pasti tentang kemiskinan itu. Upaya seperti ini menuntut waktu yang panjang, bahkan tenaga maupun dana
yang besar. Akibatnya jarang dilakukan dan sangat sedikit pihak yang melakukannya. Salah satu cara dan langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran
gejala-gejala kemiskinan, seperti : 1.
Kondisi kepemilikan faktor produksi. Kemiskinan tidak datang secara serta merta. Demikian halnya dengan pendapatan, juga tidak
datang secara serta merta. Semuanya melalui saluran, sumber dan proses tertentu. Dengan demikian, salah satu pendekatan untuk mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan
atau mata pencaharian, apa alat atau faktor yang digunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan pencaharian itu. Pemahaman akan berbagai hal tersebut merupakan jalan bagi
kita untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut miskin atau tidak. 2.
Angka ketergantungan penduduk. Secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti hasil usaha atau
keuntungan, upah, bunga tabungan dan lain-lain. Namun bagi mayoritas masyarakat, ada satu kalimat yang berlaku secara umum : Orang hanya akan memilikki pendapatan jika
bekerja. Namun pada kenyataannya, angka ketergantungan dalam masyarakat atau keluarga sangat tinggi.
Dalam sebuah keluarga dengan empat orang anak atau lebih, misalnya sering hanya satu orang yang bekerja, sedangkan lima orang menggantungkan hidupnya pada satu orang.
Gejala seperti ini sangat umum dalam negara yang menawarkan lapangan atau kesempatan
Universitas Sumatera Utara
kerja yang kecil seperti Indonesia. Angka ketergantungan tentu sangat berbeda pada negara yang surplus dan minus lapangan dan kesempatan kerja. Tingginya angka ketergantungan di
Indonesia sangat nyata, dimana bekerja di negara lain saat ini menjadi alternatif, termasuk bagi tenaga tidak terampil.
3. Kekurangan gizi.
Pendapatan bagaikan paspor bagi setiap orang untuk memasuki hidup yang layak. Pendapatan merupakan unsur yang secara langsung dapat digunakan sebagai alat memenuhi kebutuhan
agar seseorang itu dapat hidup secara layak. Pemenuhan kebutuhan tentu dilakukan secara hirakhis, mulai dari kebutuhan fisik, sebagai unsur yang menempati prioritas utama dari
berbagai unsur yang termasuk kebutuhan pokok. Laporan dari berbagai institusi seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas maupun Rumah Sakit
sering menggambarkan status gizi masyarakat. Berbagai kesimpulan diperoleh dari laporan tersebut, antara lain adanya wilayah rawan gizi. Berbagai media massa sering
menginformasikan tentang kondisi masyarakat yang kurang gizi. Informasi ini merupakan gejala sangat miskinnya seseorang atau sekelompok orang. Masalahnya, berbagai unsur
terdapat dalam kebutuhan pokok, dimana kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang paling utama. Oleh karena itu, tidak terpenuhinya kebutuhan fisik yang mengakibatkan seseorang
atau sekelompok orang itu teridentifikasi kekurangan gizi menjadi gejala betapa miskinnya seseorang atau sekelompok orang itu.
4. Pendidikan yang rendah.
Di era modern sekarang ini, pendidikan dianggap sebagai sesuatu yang penting. Pendidikan bahkan telah dianggap sebagai indikator utama kedudukan dalam masyarakat. Oleh karena
itu, adalah wajar jika setiap orang berupaya meraih tingkat pendidikan, bahkan tidak sekadar pendidikan, melainkan pendidikan yang tinggi. Hal ini terjadi, karena pendidikan dianggap
sebagai alat memenangkan persaingan yang makin hari makin ketat.
Universitas Sumatera Utara
Hampir disemua sektor, termasuk sektor informal memerlukan pengetahuan. Sektor pertanian pun membutuhkan inovasi dalam rangka mempertahankan, terlebih meningkatkan
produktivitas. Harus diakui, berbagai kebijakan telah ditetapkan pemerintah dalam rangka membuka dan mempermudah akses masyarakat terhadap pendidikan. Namun hingga saat ini
pendidikan masih belum gratis, bahkan masih cukup mahal, terutama pendidikan dengan kualitas dan tingkat yang tinggi Siagian, 2012: 15.
2.5.3 Jenis-Jenis Kemiskinan