Evaluasi Floating Drug Delivery System

BAB IV Evaluasi Floating Drug Delivery System

Berbagai parameter yang perlu dievaluasi pengaruhnya terhadap formulasi gastroretensive floating terutama dapat dikategorikan ke dalam kelas yang berbeda sebagai berikut : 1. Parameter fisik : ukuran diameter, flexibilitas dan BJ 2. Parameter kontrol : Waktu floating, dissolusi, specific gravity, keseragaman kandungan dan kekerasan dan friabilitas jika tablet. 3. Parameter geometrik : Bentuk 4. Parameter fisiologi : Usia, jenis kelamin, postur tubuh dan makanan 5. Tes keterapungan dan pelepasan obat secara invitro dilakukan pada cairan lambung dan usus buatan, suhu konstan pada 37 o C. Pada prakteknya waktu floating ditentukan oleh alat disentrigator USP mengandung 900 ml 0,1 N HCl sebagai medium percobaan dipertahankan suhu pada 37 o C. Waktu yang dibutuhkan sediaan HBS untuk mengapung disebut floatation time. 6. Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan alat disolusi USP. Sampel diambil secara periodik dari medium disolusi, diisi ulang dengan medium baru volume yang sama setiap kali, dan dianalisa isi obatnya setelah pengenceran yang tepat. 6.1 Uji disolusi modifikasi menurut BP 1993 USP 1990 Dayung diletakkan pada permukaan medium disolusi. Hasil yang diperoleh menunjukkan profil pelepasan disolusi biphasic reproducible saat kecepatan dayung ditingkatkan dari 70 menjadi 100 rpm dan pH medium disolusi bervariasi dari 6,0 – 8,0. 6.2 Uji Disolusi modifikasi menurut Gohel 2004 Uji disolusi yang dilakukan untuk evaluasi bentuk sediaan floating system berbeda dengan sediaan konvensional, baik dari segi alat maupun lamanya proses disolusi. Salah satu metode disolusi untuk sediaan floating yang sangat baik, seperti yang dipublikasikan oleh Gohel et al., 2004. Dalam uji disolusi floating ini, digunakan gelas beker yang dimodifikasi dengan menambahkan suatu saluran Universitas Sumatera Utara tempat sampling yang menempel pada dasar bekerglass. Medium yang digunakan disesuaikan dengan keadaan dilambung baik pH, jumlah cairan maupun kecepatan motilitas lambung Gohel et al., 2004. Gambar 4.1 Desain alat disolusi untuk floating Gohel et al., 2004. Cara kerja uji disolusi menurut Gohel adalah sebagai berikut :  Tablet dimasukkan ke dalam Bekerglass dimodifikasi untuk disolusi seperti pada Gambar 4.1, yang berisi media disolusi larutan HCl pH 3,0 sebanyak 100 mL suhu diatur pada 37±0,5.ºC.  Stirrer dijalankan dengan kecepatan pengadukan 50 rpm selama 5 jam.  Larutan disampling sebanyak 5,0 mL pada waktu tertentu.  Kadar ditetapkan dengan metode spektrofotometri. 7. Uji Floating Pengamatan sifat mengembang dan mengapung dilakukan secara visual, dengan cara tablet dimasukkan dalam beker gelas 100 mL yang berisi larutan HCl pH 3,0 kemudian diamati sifat pengembangan dan pengapungannya selama 5 jam. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2 Uji floating tablet lepas lambat propanolol HCl jam ke-0 Gambar 4.3 Uji floating tablet lepas lambat propanolol HCl jam ke-3 Gambar 4.4 Uji floating tablet lepas lambat propanolol HCl jam ke-5 Pada awal pengujian, tablet ke empat formula belum mengapung tenggelam karena baru terjadi proses penetrasi air ke dalam tablet,yang selanjutnya matriks akan mengembang. Bersamaan dengan pengembangan matriks, juga terjadi gas yang dihasilkan dari reaksi asam sitrat dan natrium karbonat yang akan membantu proses pengapungan tablet. Pada jam ke tiga terlihat tablet pada semua mengembang dan mengapung. Sampai jam ke 5 5 jam pengamatan, tablet dari formula I dan II kembali Universitas Sumatera Utara tenggelam, hal ini kemungkinan karena jumlah matriksnya kurang sehingga proses pengapungan tidak dapat berlangsung lebih lama. 8. Sistem untuk memeriksa berlanjutnya sifat floating Sistem untuk memeriksa berlanjutnya sifat floating digunakan keranjang stainless steel dihubungkan dengan tali logam dan digantungkan pada neraca elektronik asartorius. Benda yang mengapung dimasukkan pada affixed penangas air yang ditutup untuk mencegah penguapan air. Gaya mengapung ke atas diukur dengan neraca dan data ditransmisikan pada PC melalui interfase RS232C menggunakan program sarto wedge. Medium uji untuk mengukur kinetika floating menggunakan cairan lambung buatan pH 1,2 900 ml suhu dipertahankan pada 37 o C, data diambil pada interval waktu 30 detik; baseline dicatat dan dibagi dari tiap pengukuran. Keranjang disolusi memiliki penyangga pada bagian dasarnya untuk mengukur gaya ke bawah. 9. Berat jenis FDDS Berat jenis FDDS dapat ditentukan dengan metode pemindahan menggunakan benzen analitik sebagai media pengganti. BJ awal Bentuk kering dari sediaan dan perubahan kekuatan floating dengan waktu harus ditandai sebelum perbandingan in vivo antara Unit Floating F dan unit non floating NF. Selanjutnya optimalisasi formulasi floating harus segera direalisasi dalam hal stabilitas dan daya tahan kekuatan floating yang dihasilkan, sehingga menghindari variasi dalam kemampuan floating yang mungkin terjadi selama studi in vivo. 10. Uji berat resultan Alat ukur in vitro telah disusun untuk menentukan kemampuan floating yang sebenarnya dari sediaan yg mengapung sebagai fungsi dari waktu. Uji ini mengukur gaya ekivalen dengan gaya F yang dibutuhkan untuk menjaga objek benar-benar tenggelam dalam cairan. Gaya ini menentukan berat resultan dari objek ketika tenggelam dan dapat digunakan untuk mengukur kemampuan mengapungnya atau tak-mengapung. Universitas Sumatera Utara Besar dan arah gaya dan berat resultan sesuai dengan jumlah vektorial dari keterapungan F apung dan gaya gravitasi F grav yang bekerja pada objek seperti pada persamaan : F = F apung – F grav F = d f g V – d s g V = d f – d s gV F = d f – M V gV Dimana F = gaya vertikal total berat resultan objek g = percepatan gravitasi d f = densitas fluida d s = densitas objek M = massa objek V = Volume objek Gambar 4.5 Pengaruh berat resultan selama proses pengapungan pada sediaan FDDS. Universitas Sumatera Utara Berat resultan + menandakan bahwa gaya F diberikan ke atas dan objek itu mampu mengambang. Sedangkan berat resultan - berarti bahwa gaya F ke bawah dan benda tenggelam. Persimpangan dari garis dasar nol oleh kurva berat resultan dari + terhadap nilai-nilai - menunjukkan transisi dari bentuk sediaan dari kondisi floating ke non floating. Perpotongan garis pada sumbu waktu sesuai dengan waktu floating bentuk sediaan. 11. Metode γ- Scintigraphy Pada studi invivo sediaan floating yang tertahan di lambung biasanya ditentukan dengan gamma scntigraphy atau roentgenography. Penelitian dilakukan pada subjek manusia muda dan sehat, baik dilakukan pada kondisi berpuasa atau tidak menggunakan sediaan floating dan non-floating kontrol. γ- Scintigraphy merupakan metode evaluasi FDDS yang modern untuk mengevaluasi formulasi gastroretentive pada sukarelawan sehat. Emisi γ radioisotop dicampurkan ke dalam CR-DFs Cathoda Ray direction Finder. Sejumlah isotop stabil mis. 152 Sm dicampurkan ke dalam DF selama pembuatan. Metode ini digunakan untuk membantu memantau lokasi bentuk sediaan dalam GIT dan dapat memprediksi dan menghubungkan waktu pengosongan lambung dan lintasan bentuk sediaan pada GIT. Kelemahan dari metode ini dapat berupa pasien terkena radiasi pengion, terbatasnya informasi topografi, teknik resolusi rendah, pemakaiannya sulit dan persiapan radiofarmasinya mahal.

12. Radiology

Metode ini sebagai evaluasi preklinis dari gastroretentivity. Lebih unggul dibandingkan γ- Scintigraphy karena lebih sederhana dan lebih murah. Bahan pengkontras biasanya digunakan Barium sulfat. Universitas Sumatera Utara

13. Gastroscopy

Endoskopi oral menggunakan fiberoptic dan video. Digunakan untuk memeriksa secara visual efek memperlambat waktu tinggal FDDS dalam lambung.

14. Ultrasonography USG

Gelombang ultrasonik merefleksikan secara substansial perbedaan suara melalui permukaan dan menampilkan organ perut. Karakterisasi meliputi penilaian lokasi intragastrik dari hidrogel, penetrasi pelarut ke dalam gel dan interaksi antara dinding lambung dan FDDS selama peristalsis.

15. Magnetic Resonance Imaging MRI

Peralatan yang bernilai pada penelitian GIT untuk menganalisis pengosongan lambung, motilitas dan distribusi intragastrik bahan makanan dan model obat. Keuntungan alat ini dapat berupa kontras jaringan lunak tinggi, resolusi spasial dan temporal yang tinggi, dan tidak menimbulkan radiasi. Universitas Sumatera Utara

BAB V APLIKASI FDDS