kepada anak atau dari keluarga dekat lainnya. Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam mobilisasi, anjuran untuk kebersihan
diri, pengaturan diet, pengaturan miksi dan defekasi, perawatan payudara mamma yang ditujukan terutama untuk kelancaran pemberian air susu ibu guna pemenuhan
nutrisi bayi, dan lain-lain Qomariah, 2013.
2.10.1. Prilaku pada saat Nifas dan Bayi Baru Lahir
Perilaku sosial budaya yang mempengaruhi masa nifas dan bayi baru lahir. 1. Pantang makan ikan, pedas, asin.
2. Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari karena bisa sawan 3. Tidak boleh makan terong bisa membuat bayi panas dingin
4. Minum jamu dapat memperlancar ASI 5. Upacara adat : brokohan, sepasaran, selapanan.
6. Menaruh ramuan pada tali pusat 7. Khitan yang dilakukan pada bayi laki-laki dan perempuan.
Para individu dalam masyarakat karena alasan yang bersifat budaya. Adat menantang tersebut diajarkan secara turun temurun dan cenderung ditaati walaupun
individu yang menjalankan tidak terlalu paham atau yakin dari alasan menantang makanan yang pantang makanan adalah bahan makanan atau masakan yang tidak
boleh dimakan oleh bersangkutan Swasono, 2004. Tarak atau pantangan makanan adalah kebiasaan, budaya atau anjuran yang
tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu misalnya sayuran, buah, ikan dan biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya
Universitas Sumatera Utara
yang dapat mempengaruhi produksi ASI, ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi Qomariah, 2013.
Selain perawatan nifas dengan memanfaatkan sistem pelayanan biomedical, ada juga ditemukan sejumlah pengetahuan dan perilaku budaya dalam perawatan
masa nifas. Para ahli antropologi melihat bahwa pembentukan janin, kelahiran, dan masa pasca kelahiran pada umumnya dianggap oleh berbagai masyarakat di berbagai
penjuru dunia sebagai peristiwa-peristiwa yang wajar dalam kehidupan manusia. Namun respon masyarakat terhadap berbagai peristiwa kehidupan ini bersifat budaya,
yang tidak selalu sama pada berbagai kelompok masyarakat Swasono, 1998. Suku Leukhon kabupaten Simeulue kecamatan Alafan adalah salah satu dari
ratusan suku bangsa di Indonesia. Masyarakatnya mayoritas beragama Islam, masyarakatnya mempunyai kebiasaan untuk melakukan pengasapan terhadap ibu post
partum hingga dapur dapat dipenuhi oleh asap. Ibu yang telah melahirkan dan bayinya ditempatkan di dapur. Bayi diletakkan disamping ibunya, agar ibu tidak repot
untuk menggendong bayinya, jika sibayi menangis. Asap ini dapat memperburuk kesehatan bayi dan ibunya karena dapat mengganggu proses pernapasan dan
menyebabkan infeksi saluran pernapasan Hasil Wawancara dengan Bidan Desa. Pengasapan dilakukan selama 10 hari. Manfaat asap untuk menghangatkan
ibu, agar ibu berkeringat sehingga ibu tidak sakit kepala, dan tidak dingin. jika kepala ibu sakit itu berarti darah putih telah naik kekepala. Manfaat lain dari
pengasapan untuk menjauhkan mahluk halus yang dapat mengganggu ibu dan bayinya. Ibu juga meletakkan batu yang telah dibakar dan dibungkus dengan kain
Universitas Sumatera Utara
sampai beberapa lapis dan panasnya masih dirasakan, batu diletakkan diatas perut sambil diurut-urut. Manfaat dari pemakaian batu panas agar rahim ibu layu
mengecil karena setelah melahirkan rahim bengkak, jika darah keluar itu berarti darah kotornya sudah habis, yang artinya rahim sudah layu dan manfaat lainnya untuk
mencegah diare. Jika ibu tidak menggunakan batu panas maka ibu akan cepat hamil lagi.
Ibu diberikan makan bubur selama 3 hari untuk mempercepat keluarnya ASI. Pada hari pertama sebelum ASI keluar bayi diberikan minum air putih yang telah
dicampur dengan gula karena ASI belum ada. Jika bayi rewel, maka bayi diberikan makan pisang awak atau bubur. Dengan tujuan agar bayi kenyang dan tidur. Setelah
melahirkan ibu diberikan air perasan daun Pepaya yang telah dicampur dengan kunyit, lada, pala, asam, bawang putih lalu dipanaskan dan diminumkan pada ibu
untuk menghilangkan sakit kepala dan mencegah naiknya darah putih. Ibu mandi air yang telah dicampur daun-daunan, minum jamu dari bahan rempah-rempah,
penggunaan pilis pada dahi, parem pada perut. Kusuk dilakukan setelah 3 hari melahirkan, untuk merilaxkan ibu, dan
memeriksa rahim ibu apakah sudah layu. Jika rahim sudah layu berarti rahim ibu sudah sembuh.
Penggunanaan Gurita dilakukan selama 12 hari bahkan bisa sampai 40 hari. Pada hari pertama perut Ibu dioleskan dengan kapur sirih yang telah dicampur dengan
minyak makan selama 1 hari lalu perut diikat dengan gurita. Gurita digunakan untuk mengecilkan perut ibu agar terlihat langsing dan menghilangkan warna kulit yang
Universitas Sumatera Utara
hitam akibat kehamilan. Ibu dan Bayi tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari, karena itu merupakan pantangan. Jika dilanggar menyebabkan bayi diganggu oleh
mahluk halus. Ibu tidak boleh makan makanan yang pedas, tidak boleh makan dengan ikan yang digulai dengan santan, karena dapat menyebabkan bayi diare dan proses
penyembuhan rahim akan semakin lama. Ibu hanya makan dengan ikan yang direbus, digoreng tapi tidak boleh pedas, dan ikan yang dibakar, jika ibu tidak
mematuhinya, maka ibu akan lama sembuhnya. Sayur-sayuran yang boleh dimakan sayur daun katuk dan daun pepaya yang
direbus untuk melancarkan ASI dan mencegah naiknya darah putih ke kepala. Jika ibu makan sayuran selain yang telah dianjurkan dukun, maka ASI yang keluar akan
lebih sedikit. Ibu boleh berjalan, tapi harus jalan dengan sangat hati-hati, karena dapat menyebabkan daerah kewanitaan teluka dan mengeluarkan darah yang banyak.
Kebiasaan tersebut sudah dilakukan sejak dulu oleh nenek moyang dan dilakukan secara turun menurun. Hasil Wawancara dengan Dukun Kampung, Suku Leukhon.
2.10.2. Adat Menyambut Kelahiran Anak suku Leukhon