Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan

(1)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

KEBIASAAN IBU DALAM MELAKUKAN PERAWATAN

NIFAS DI NAGORI RAYA HULUAN

HOTNI SARI DEWI SIREGAR

SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

Judul : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di

Nagori Raya Huluan

Nama : Hotni Sari Dewi Siregar

NIM : 071101083

Tahun Akademik : 2007/2008

Pembimbing Penguji

... ... Penguji 1

Erniyati, S.Kp, MNS Erniyati, S.Kp, MNS

NIP. 132 238 510 NIP. 132 238 510

... Penguji 2

Siti Saidah, S.Kp, M.Kep

NIP. 132 297 159

... Penguji 3

Yessi Ariani, S.Kep, Ns

NIP. 132 307 956

Program studi Ilmu Keperawatan telah menyatujui ini sebagai bagian persyaratan kelulusan untuk Sarjana Keperawatan

... ...

(Erniyati, S.Kp,MNS) Prof. Guslihan Dasa Tjipta,

Sp.A (K)

NIP. 132 238 510 NIP. 140 105 363


(3)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

Judul : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di

Nagori Raya Huluan

Peneliti : Hotni Sari Dewi Siregar

NIM : 071101083

Fakultas/jurusan : Kedokteran/ Program Studi Ilmu Keperawatan

ABSTRAK

Perawatan nifas adalah perawatan terhadap ibu yang telah selesai melahirkan, perawatan nifas pada penelitian ini menggunakan standar kesehatan yang dikemukakan oleh Reeder, Martin dan Griffin yang meliputi, perawatan perineum, perawatan payudara, pemulihan kesehatan, seksualitas dan penggunaan alat kontasepsi.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan memaparkan jenis-jenis perawatan nifas dan bagaimana cara perawatan nifas yang dilakukan para ibu di Nagori Raya Huluan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22-25 Juli 2008 di Nagori Raya Huluan Kecamata Raya Kabupaten Simalungun.. Sampel penelitian 32 ibu nifas diambil dengan metode purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 kategori perawatan nifas yang sesuai dengan standar kesehatan mayoritas responden melakukan perawatan nifas ini (87,5-100%). diantaranya adalah terapi panas, pembilasan khusus, ibu langsung menyusui bayi paska persalinan, melakukan perawatan untuk mengurangi pembengkakan, membersihkan payudara dua kali dalam sehari, mengkonsumsi makanan khusus untuk memulihkan tenaga dan meningkatka produksi ASI. Hanya 4 kategori perawatan nifas berdasarkan standar kesehatan yang tidak dilakukan oleh ibu yaitu, terapi dingin, latihan untuk mengurangi kesulitan pada saat duduk, kegel exercise dan mandi berendam. Selain perawatan nifas yang sesuai dengan standar kesehatan responden juga memiliki kebiasaan perawatan nifas menurut kebiasaan setempat, antara lain, memakai gurita (n=32, 100%) mengolesi tubuh dengan param dan memakai tudung (n=25, 78,1%), pantangan dalam perbuatan (n=19, 59,3%).

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui manfaat perawatan nifas yang dilakukan responden berdasarkan kebiasaan dan budaya Nagori Raya Huluan


(4)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perawatan Mandiri Ibu Nifas Di Nagori Raya Huluan ”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing dan penguji I yang telah menyediakan waktu untuk memberi bimbingan, masukan, arahan, dan kritikan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan FK USU, Prof. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K) selaku Pembantu Dekan I FK USU, Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan FK USU. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Saidah S.Kp, Mkep.Sp Mat, selaku penguji II, dan Ibu Yessi Ariani, S.Kp, Ns selaku penguji III.

Skripsi ini tidak lepas dari dukungan keluarga tersayang Ibunda Salohot Ritonga, dan Rosima. Dan suami saya tercinta Erwinsyah Surbakti, dan adik-adik saya, Dukungan, semangat, doa, kasih sayang, dan semua jerih payah yang dilakukan sangat berarti untuk penulis. Semoga studi lancar dan cepat bergabung kembali di PSIK FK USU. Tidak lupa terima kasih juga penulis ucapkan kepada staf perpustakaan PSIK FK USU, , sahabat-sahabatku Lia, Naam, Marlon, Yatimin, kak Evi yang sudah membantu saya dalam menyelasaikan tugas akhir kuliah ini dan juga semua sahabat di PSIK-B tahun 2007 yang memberi semangat


(5)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

dan bantuan serta bersama-sama berjuang di PSIK FK USU. Semoga persahabatan kita abadi.

Semua saran dan kritik akan menjadi masukan yang sangat berarti untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2009 Penulis


(6)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan Penelitian ... 3

3. Pertanyaan penelitian ... 3

4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nifas ... 5

2.1.1. Fisiologi Nifas ... 5

2.2. Perawatan nifas ... 9

2.2.1. Perawatan Perineum ... 10

2.2.2. Perawatan Payudara ... 12

2.2.3. Pemulihan Kesehatan ... 13

2.2.4 Seksualitan Dan Penggunaan Alat Kontasepsi ... 17

2.3Perawatan Ibu Nifas Berdasarkan Aspek Budaya Dalam Berbagai masyarakat ... 18

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian ... 21

3.2. Defenisi Operasional ... 23

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 24

4.2. Populasi dan Sampel ... 24

4.2.1. Populasi ... 24

4.2.2. Sampel ... 24

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4.4 . Pertimbangan Etik penelitian ... 25

4.5. Instrumen Penelitian ... 26

4.6. Reliabilitas Instrumen ... 26

4.7. Prosedur Pengumpulan Data ... 27

4.8. Analisa Data... 28

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 29

5.1.1. Karakteristik Responden ... 29

5.1.2. Distribusi Perawatan Nifas Berdasarkan Konsep ... 30


(7)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

5.1.2.2. Perawatan Payudara ... 32

5.1.2.3. Pemulihan Kesehatan ... 32

5.1.2.4. Seksualitas Dan Penggunaan Alat Kontrasepsi ... 34

5.1.3. Perawatan Nifas Berdasarkan Kebiasaan Para Ibu Nagori Raya Huluan... 34

5.2. Pembahasan ... 35

5.2.1. Karakteristik Responden Dengan Status Demograpi ... 35

5.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Perawatan Nifas ... 36

5.2.21. Perawatan Perineum ... 36

5.2.2.2. Perawatan payudara... 38

5.2.2.3. Pemulihan Kesehatan ... 38

5.2.2.4. Seksualitas Penggunaan Alat Kontrasepsi ... 40

5.2.3. Perawatan Nifas Berdasarkan Kebiasaan Ibu Di Nagori Raya Huluan ... 40

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 43

6.2. Saran ... 43

6.2.1. Untuk Pendidikan keperawatan ... 44

6.2.2. Untuk Pelayanan Keperawatan ... 44

6.2.3. Untuk Penelitian Selanjutnya... 44 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Uji Realibilitas

4. Surat Izin Penelitian Dari PSIK FK USU

5. Surat pernyataan Izin Dari Kepala Puskesmas Pematang Raya Kecamatan Raya


(8)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

1. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden .. ...30

2. Distribusi Frekuensi Perawatan Perineum... 31

3. Distribusi Frekuensi Perawatan Payudara ... ...32

4. Distribusi Frekuensi Pemulihan Kesehatan ... ...33

5. Distribusi Frekuensi Seksualitas Dan Penggunaan Alat Kontasepsi...34


(9)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR SKEMA


(10)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada saat ini di dunia setiap hari, setiap ibu meninggal oleh karena komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Tragisnya 99% kematian ini terjadi di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Negara-negara berkembang resiko kematian ibu saat hamil dan melahirkan sekitar 200 kali lebih besar di bandingkan resiko yang dihadapi ibu-ibu di Negara maju. (WHO, 1999)

Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini masih jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015 yaitu 102/100000 kelahiran hidup. Hasil Survey Demograpi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 AKI di Indonesia menunjukkan angka 307/100000 kelahiran hidup. Untuk Sumatera Utara angka kematian ibu menunjukkan 330/100000 kelahiran hidup (Sekjen Depkes, 2007).

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2002, menyatakan bahwa penyebab langsung kematian ibu diantaranya adalah perdarahan (28%), eklamsi (24%), infeksi nifas (11%). Dari hasil penelitian Sustini (2001) didapatkan dari 6-23% penderita infeksi nifas 5-10% mengalami kematian. Infeksi nifas dapat dicegah jika dilakukan perawatan nifas yang baik yang sesuai dengan standar kesehatan

Perawatan nifas adalah perawatan terhadap ibu yang telah selesai melahirkan, perawatan nifas meliputi, perawatan perineum, perawatan payudara pemulihan kesehatan, seksualitas dan pemilihan kontrasepsi. Perawatan ibu nifas


(11)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

ini ditujukan untuk membantu ibu dan keluarga untuk beradaptasi terhadap masa tansisi setelah melahirkan. (Reeder, Martin, 1997).

Perawatan nifas yang baik dapat membantu perbaikan pemulihan reproduksi ibu, dan dapat menghindari dan mengurangi resiko terjadinya mortalitas dan morbiditas, untuk itu perlu pengawasan dan pelayanan Asuhan Keperawatan, namun berbagai kelompok masyarakat dan kebudayaannya memiliki aneka persepsi, interpretasi dan respon perilaku (Swasono, 1998). Para ahli ilmu sosial menemukan faktor sosial budaya ikut berperan terhadap pelayanan kesehatan, dan setiap kebudayaan dapat menjadi sumber informasi dalam menentukan jenis perawatan yang diinginkan dari pemberi pelayanan profesional, karena budaya adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan.

Menurut Sustini dan Savitri (2001) di Indonesia masih banyak para ibu melakukan perawatan nifas berdasakan budaya dan tradisinya masing masing, dalam penelitian mereka di daerah Lombok dan Jawa Barat menemukan ibu-ibu yang masih melakukan perawatan nifas berdasarkan kebiasaan budaya, antara lain ibu melakukan kompres panas pada vagina paska persalinan, untuk menjaga kesembuhan vagina ibu membilas vagina dengan air sirih, dan mengurut daerah rahim oleh tukang urut yang dipercaya dapat mengembalikan peranakan ke tempat semula, selain itu agar vagina cepat kering biasanya ibu duduk diatas abu hangat yang dibungkus kain kasa, dan menjaga kerampingan tubuh dan perut ibu dengan tetap memakai bangkung.


(12)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

Hal yang sama juga terdapat didaerah Sumatera Utara yaitu Nagori Raya Holuan Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, dimana studi pendahuluan yang dilakukan bidan desa yang bertugas di nagori didapatkan data bahwa dari 32 proses persalinan 28,12% ditolong oleh bidan dan selebihnya 71,88% ditolong keluarga, hal ini mereka lakukan karena tradisi dan kebudayaan masyarakat nagori, maka perwatan nifas para ibu juga masih melakukan perawatan nifas berdasarkan budaya dan kebiasaan Simalungun.

Begitu pentingnya informasi perawatan nifas berdasarkan budaya dan kebiasaan, yang mana informasi ini bertujuan untuk mengetahui perawatan nifas berdasarkan budaya dan kebiasaan masyarakat Simalungun khususnya desa Raya Holuan ini baik atau tidak baik untuk kesehatan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana kebiasaan ibu dalam melakukan perwatan nifas di Nagori Raya Holuan

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kebiasaan ibu dalam melakukan perawatan nifas di Nagori Raya Holuan.

1.3 Pertanyaan penelitian.

1.3.1 Apa apa saja jenis perawatan nifas yang dilakukan ibu Nagori Raya Holuan?

1.3.2 Bagaimana kebiasaan ibu dalam melakukan perawatn nifas di Nagori Raya Holuan ?


(13)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat pada penelitian ini adalah berguna untuk : 1.4.2. Pelayanan kesehatan

Sebagai masukan dan pertimbangan, agar sekiranya tim pelayanan kesehatan untuk lebih aktif lagi dalam memberikan pendidikan kesehatan dalam perawatan nifas di daerah pedesaan. Dan sebagai bahan masukan pada para tenaga kesehatan untuk mengadaptasikan perawatan nifas berdasarkan budaya ke keperawatn nifasyang sesuai dengan standar kesehatan

1.4.2. Penelitian keperawatan

Dapat menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman berharga, bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian, sehingga dapat menerapkan penelitian ilmiah yang diperoleh untuk penelitian di masa yang akan datang sebagai sumber informasi yang berhubungan dengan perawatan ibu nifas.

1.4.3. Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi pendidikan keperawatan tentang perawatan nifas yang berhubungan dengan aspek social budaya Di Desa Raya Holuan. Sehingga hal ini dapat dijadikan pertimbangan bagi institusi pendidikan perawatan untuk dapat menjadikan Desa Raya Holuan menjadi desa binaannya


(14)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Nifas

Nifas berasal dari bahasa arab, yaitu istilah yang dipergunakan untuk kaum ibu setelah melahirkan, dalam bahasa latin di sebut puerperium, dari kata puer yang artinya bayi dan parous artinya melahirkan, jadi puerperium adalah masa setelah melahirkan bayi, (Ibrahim, 1998)

Perawatan nifas adalah perawatan ibu yang telah selesai bersalin dimana mengalami proses pemulihan paska persalinan, yakni kembalinya alat-alat kandungan seperti sebelum hamil lamanya pemulihan kira-kira 6-8 minggu, akan tetapi alat genitalia baru akan pulih kembali dalam waktu tiga bulan. (Hanafiah, 2004)

2.1.1 Fisiologi nifas

Setelah melahirkan tubuh ibu akan mengalami pemulihan dari proses hamil dan melahirkan, pemulihan itu meliputi:

Pemulihan sistem reproduksi a. Uterus

Uterus berkontraksi dengan kuat setelah kelahiran bayi, ukurannya mengecil lebih dari setengahnya. Uterus akan tetap sama ukurannya dimulai sejak dua hari setelah melahirkan, perubahan secara fisiologis yang kelihatan pada orang yang telah melahirkan yakni berat uterus 1 kg akan perlahan-lahan mengecil yakni satu minggu pertama 500 gram, akhir minggu kedua 300 gram dan selanjutnya 100 gram. Pada 10 hari sampai 14 hari paska persalinan uterus akan


(15)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

kembali mendekati ukuran seperti sebelum hamil dalam 4-6 minggu paska persalinan. Tempat pelekatan plasenta membutuhkan 6-7 minggu untuk sembuh, regenerasi endometrium memerlukan waktu enam minggu. Lochea merupakan keluaran dari uterus selama tiga minggu pertamasetelah kelahiran terjadi. Lochea tersebut terdiri dari tiga tipe antar lain :

1. Lochea rubra, adalah keluaran berwarna merah gelap terjadi pada 2- 3 hari pertama, lochea ini mengandung sel-sel epitel, eritrosit, dan desidua serta memiliki bau karekteristik manusia.

2. Lochea serosa, adalah keluaran merah muda sampai kecoklatan, terjadi 3-10 hari setelah kelahiran. Ini adalah keluaran seronguineous yang mengandung desidua, eritrosit, lender servik, dan mikroorganisme, lochea serosa memiliki bau yang khas.

3. Lochea alba, adalah keluaran yang hampir tidak berwarna sampai krem kekuningan, dan seharusnya tidak berbau, terjadi 10 hari sampai 3 minggu

b. Servik

Servik menjadi lebih tebal dan lebih keras, pada akhir minggu pertama paska persalinan servik masih akan berdilatasi sekitar 1 cm. involusi servik yang lengkap bias berlangsung 3-4 bulan, kelahiran anak bisa mengakibatkan perubahan permanent pada ostium servik dari bulat menjadi panjang.

c. Leher rahim dan Vagina

Dengan tuntasnya involusi, leher rahim sampai keukuran sebelum hamil (liang leher rahim tetap agak lebar). Vagina halus dan membengkak, dengan tonus yang buruk setelah kelahiran, dan labia akan lebih kendur, besar dan lebih gelap


(16)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

disbanding sebelum kehamilan. Rugea tampak kembali dalam 3-4 minggu paska persalinan

d. perineum

Perineum tampak edema dan memar setelah melahirkan bisa ditemui episiotomi dan laserasi.

e Abdomen

sebagai akibat putusnya serat-serat elastis kulit dan distensi berkepanjangan yang disebabkan uterus hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu, tapi pemulihan dapat dibantu denga olah raga. Namun jika otot ototnya tetap atonikdan dinding abdomen tetap kendur, karena terdapat pemisahan atau diastasis muskulus rektus yang jelas, pada keadaan ini dinding abdomen di sekitar garis tengah hanya dibentuk oleh peritoneum, fasia tipis, lemak sub kutan dan kulit.

f. payudara

Payudara juga akan mengalami perubahan meliputi, terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesterone dengan peningkatan sekresi prolaktin setelah melahirkan. Kolestrum sudah ada pada waktu melahirkan, ASI diproduksi pada hari ke-3 atau ke -4 paska persalian. Payudara lebih besar dan lebih keras terjadi karena laktasi (pembengkakan primer). Kongesti berkurang dalam 1-2 hari. Didalam payuda prolaktin menstimulasi, bayi baru lahir memicu pelepasan oksitosin dan kontrktilitas sel-sel miopitelial, yang menstimulasi aliran susu, ini dikenal sebagai reflek let-down, jumlah rata-rata ASI yang dihasilkan selama 24 jam meningkat pada minggu pertama 6-10 ons, 1-4 minggu 20 ons dan setelah 4 minggu 30 ons.


(17)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

g. Pemulihan system endokrin

Kadar estrogen dan progesterone menurun setelah melahirkan, penurunan kadar estrogen dan progesterone yang cepat setelah melahirkan karena fungsi dan perannya yang banyak terhadap perubahan anatomi dan fisiologis selama nifas. Ovulasi dan dimulainya kembali menstruasi dipengaruhi oleh apakah klien menyusui ASI atau tidak, kebutuhan akan istirahat tidur meningkat secara signifikan.

h. Pemulihan sistem gastrointestinal

Motalitas dan dan tonus gastrointestinal kembali ke keadaan sebelum hamil dan dua minggu setelah melahirkan, beberapa faktor faali menghambat pemulihan fungsi normal usus setelah persalinan, salah satu sebabnya adalah karena otot-otot perut yang berfungsi membantu proses pembuangan telah mengalami peregangan selama persalinan sehingga menjadi kendur dan tidak efektif, konstipasi umumnya terjadi selama periode paska persalinan awal, rasa tidak nyaman dan perineum dan kecemasan, haemoroid merupakan masalah yang umum dalam periode paska persalina karena tekanan pada dasar dan mengejan selama persalinan.

i. pemulihan sistem muskuluskletal

Sebagian besar wanita melakukan ambulasi 4-8 jam setelah melahirkan, ambulasi dini dianjurkan untuk menghindari komplikasi, meningkatkan involusi dan meningkatkan cara pandang emosional. Relaksasi dan peningkatan mobilitas artikulasio pelvic terjadi selama 6-8 minggu


(18)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

j. Pemulihan sistem integument

Melanin menurun bertahap setelah persalinan, menyebabkan penurunan hiperpigmentasi (namun warnanya tidak akan kembali ke keadaan sebelum hamil), perubahan vaskuler kehamilan yang tampak akan hilang dengan penurunan kadar estrogen. (Stright, 2001)

k. Pemulihan sistem eliminasi

Distensi yang berlebihan pada kandung kemih adalah hal yang umum terjadi karena peningkatan kapasitas kandung kemih, pembengkakan, memar jaringan di sekitar uretra, dan hilangnya sensasi terhadap tekanan yang meningkat. Kandung kemih yang penuh menggeser uterus dan dapat menyebabkan perdarahan paska partum, distensi kandung kemih dapat menyebabkan retensi urin, pengosongan kandung kemih yang adekuat umumnya kembali dalam 5-7 hari setelah terjadi pemulihan jaringan yang bengkak dan memar. Laju filtrasi glomerulus (GFR) tetap meningkat kira-kira 7 hari setelah melahirkan. Ureter yang berdilatasi dan pelvis renal kembali kekeadaan sebelum hamil dalam 6-10 minggu setelah melahirkan. (Cunningham, 2004).

2.2 Perawatan ibu nifas

Pada masa nifas ibu akan mengalami pemulihan pada organ tubuh, dimana pemulihan tubuh ibu harus dilakukan perawatan agar tidak terjadi komplikasi, perawatan tersebut meliputi :


(19)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

2.2.1 Perawatan perineum

beberapa metode untuk merawat daerah perineum, yang bertujuan untuk memberikan rasa nyaman dan mengurangi resiko infeksi, beberapa metode itu antara lain :

a. Terapi panas dingin

Terapi dingin dilakukan segera setelah kelahiran bayi, dilakukan setelah 24 sampai 48 jam, pada luka perineum yang lebar ataupun jika dilakukan episiotomi. Terapi dingin bertujuan untuk membuat pembuluh darah vasokontriksi yang akan mengurangi perdarahan dan edema. Gunakan kantung es didaerah perineum selam 30 menit, diikuti istirahat 30 sampai 60 menit, tetapi jika terapi dingin ini dilakukan terlalu lama sampai 1 jam dapat memicu terjadinya komplikasi.

Terapi panas dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan perineum dan edema, untuk menjaga kebersihan, dan mempercepat penyembuhan luka perineum, ada type variasi terapi panas ini, terapi panas basah, seperti mandi berendam, ibu berendam di air yang hangat dengan suhu 380 sampai 410 celsius, 2 sampai 3 kali dalam sehari selama 20 menit. Terapi panas kering dilakukan dengan menggunakan lampu panas dengan posisi 15 sampai 20 cm dari perineum lakukan 20 menit 3 kali dalam sehari.

b. Perawatan

Rasa sakit pada daerah perineal yang dirasakan oleh semua wanita yang mengalami persalinan melalui vagina, umumnya diperparah jika perineum robek atau di episiotomi. Infeksi mungkin bisa terjadi, tetapi sangat kecil kemungkinan


(20)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

bila dilakukan perawatan dan pemeliharaan perineal yan baik, perawatan tersebut antara lain :

• Ganti pembalut ibu setiap 4-6 jam, atau jika pembalut sudah terasa penuh, letakkan pembalut dengan baik sehingga tidak bergeser maju mundur .

• Lepaskan pembalut dari arah muka ke belakang untuk

menghindari baktei dari rectum (anus) kearah vagina

• Alirkan atau bilas perineum dengan hangat dan cairan antiseptic setelah buang air kecil dan buang air besar, keringkan dengan kain pembalut atau kertas pembasuh, selalu dari arah muka ke belakang

• Jangan dipegang sampai area tersebut pulih

• Jika perineum terjadi edema lakukan kompres dingin

• Untuk mengurangi nyeri local dapat dilakukan mandi berendam dengan air hangat (Einsberg, 2002)

c. Cara duduk

Ibu yang merasa tidak nyaman karena jahitan di perineum biasanya tidak menyenangkan untuk duduk pada beberapa hari, ibu mungkin tampak kaku pada saat akan duduk. Perawat dapat menganjurkan pada ibu bagaimana cara duduk yang menyenangkan, dengan cara tubuh ditegangkan dengan mengikutsertakan pantat ( tangan menekan pantat kearah dalam), dan mengontraksikan otot otot pelvik sebelum duduk. Cara ini dilakukan pada saat tubuh ibu terasa ringan, tindakan ini bertujuan untuk menjaga kenyamanan dan mengurangi tekanan pada daerah perineum.


(21)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

2.2.2. perawatan payudara a. kenyamanan dan kebersihan

Menyusui bayi merupakan aktivitas yang menyenangkan dan bermanfaat baik bagi ibu maupun bayi, agar aktivitas menyusui dapat berjalan lancar dan ASI dapat keluas dengan optimal, maka lakukan perawatn payudara dengan cara, membersihkan payudara secara teratur, paling tidak dua kali sehari, pagi dan sore, basuhlah dengan air hangat, setelah itu keringkan dengan handuk yang lembut, jangan gunakan sabun untuk mencuci putting susu dan daerah sekitarnya , karena sabun akan mengakibatkan putting susu kering dan lecet. Jika ibu baru pertama kali menyusui jika putting susu peka sebaiknya memijat putting susu dengan krem dua kali sehari. Pijatlah kedua payudara perlahan-lahan dengan cara menekan jari jari ibu ke payudara dengan gerak mengelilinginya. Jangan memakai BH yang terbuat dari nilon dan plastic atau memakai karet busa, BH seperti ini akan menyebabkan payudara lembab.

b. Pembengkakan

Ibu yang menyusui dan yang tidak menyusui akan mengalami pembengkakan dengan disertai nyeri, dan ini dapat menyebar sampai ke axilla. Pengobatan dengan Analgesik akan mengurangi rasa nyeri sampai kondisi yang membaik, kira-kira 1 sampai 2 hari. Bagi ibu yang tidak menyusui seharusnya memakai BH yang tidak ketat (agak longgar), dan lakukan kompres dingin dari payudara sampai ke axilla untuk mengurangi rasa nyeri, terapi panas dilakukan untuk merangsang putting susu agar mengeluarkan air susu yang menggumpal. Bagi ibu yang menyusui dapat mengurangi ketidaknyamanan dari pembengkakan


(22)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

dari menggumpalnya air susu. Dengan cara memberika ASI sesering mungkin, dan gunakan pompa payudara dan memassage payudara.

c. Menyusui

Menyusui bayi merupakan aktivitas yang menyenangkan dan bermanfaat baik bagi ibu maupun bayi, ada beberapa cara menyusui yang dapat membuat ibu dan bayi merasa nyaman :

Mulailah secepat mungkin setelah melahirkan

• Lakukan setidaknya delapan hingga sebelas kali menyusui dalam satu hari meski kebutuhannya tidak sebanyak itu, tapi dapat membuat bayi bahagia dan akan meningkatka suplay air susu.

• Gunakan ibu jari dan telunjuk untuk menari putting agar berdiri, putting agak diangkat keatas kearah langit-langit mulut bayi

• Dekatkan putting kearah pipi bayi sehingga menyentuh ujung

mulutnya, ini akan merangsang reflek menghisap bayi.

• Pastikan tidak hanya putting yang masuk ke mulut bayi, tetapi seluruh aerola. Jika bayi hanya menghisap bagian putting susu maka kelenjer kelenjer susu tidak akan mengalami tekanan dan dapat menyebabkan putting nyeri dan pecah pecah

• Gunakan jari untuk menekan payudara menjauhi hidung bayi agar pernafasannya tidak terganggu.(Eisenberg, 1998)

2.2.3. Pemulihan kesehatan a. Nutrisi

Untuk memulihkan tenaga ibu setelah melahirkan ibu harus mendapatkan diet yang bermutu tinggi dan cukup kalori, protein,cairan, serta banyak makan


(23)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

buah-buahan dan sayuran, karena makanan yang baik mempercepat penyembuhan ibu, makanan ibu sangat mempengaruhi produksi ASI. (Wijayanegara, 1999).

b. Istirahat dan tidur

Kehadiran bayi dalam rumah tangga pasti akan mengurangi waktu tidur ibu, inilah yang menjadi alasan kelelahan menjadai alasan nomor satu bagi ibu-ibu baru, ada beberapa cara untuk mengatasi rasa lelah, antara lain, makan dengan baik karena nutrisi yang tepat bias meningkatkan energi ibu, cobalah tidur disaat bayi juga tidur, usahan tidur lebih cepat dari biasanya, sebelum tidur jangan makan terlalu banyak atau minum-minuman yang mengandung kafein. Kelelhan akan lebih mudah dilawan jika membuat urutan urutan kegiatan setiap hari, ibu dan bayi akan merasa rieks, dengan menetapakanjadwal untuk tidur, mandi, memberi minum, dan menyeleaikan pekerjaan rumah tangga lainnya. (Wyeth, 2007)

Istirahat juga salah satu cara untuk mengurangi kekhawatiran dan

kecemasan, dan membuat ibu merasa nyaman. Dimana pada ibu yang menyusui, kekhawatiran dan kelelahan dapat membuat produksi air susu menjadi terbatas.

c. Ambulasi

Setelah melahirkan umumnya ibu sangat lelah, karena itu ibu harus cukup

istirahat dan tidur telentang, untuk persalinan normal 8 jam sesudahnya ibu harus sudah bias mobilisasi, ibu boleh miring ke kiri ke kanan untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dan sirkulasi darah keseluruh tubuh lancar. Pada hari kedua ibu telah dapat duduk dan hari ketiga ibu sudah dapat


(24)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

jalan-jalan, tetapi jangan melakukan mobilisasi terlalu berat karena akan membebani jantung ibu. (Hasnah, 2005)

d. Mandi

Beberapa doter menganjurkan agar ibu mandi berendam, karena dipercaya dapat membersihkan lochea dari perineum dari antara lipatan lipatan labia, cara ini efesien daripada mandi di pancuran. Air hangat dapat menenangkan area episiotomi, dan meredakan rasa nyeri dan edema di area tersebut. Dan menenangkan wasir.

Bila ibu mandi berendam pada minggu pertama atau kedua paska melahirkan, pastika bak mandi sudah disikat dengan bersih kemudian diisi dengan air bersih,

e. Pencegahan konstipasi

Buang air besar pertama setelah melahirkan merupakan hal yang penting bagi ibu, semakin lama ibu tidak buang air besar membuat ibu semakin cemas. Beberapa faktor fisiologis mempengaruhi fungsi normal setelah melahirkan, otot otot sekitar perut yang telah mengeluarkan kotoran telah meregang saat persalinan sehingga tidak dapat berfungsi secara baik. Beberapa cara untuk mengatasi kesulitan ibu buang air besar, yaitu, jangan cemas, isi perut tidak akan efektif jika ibu cemas. Latihan kegel dan jalan jalan akan membantu mengencangkan perineum dan rectum. Jika ingin buang air besar jangan ditahan,jika ditahan akan menimbulkan penyakit lain, seperti ambient. Makan makanan yang berserat seperti sayur-sayuran dan buah dan banyak minum untuk membantu melunakkan tinja. Jangan mengejan terlalu keras karena akan menimbulkan wasir.


(25)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

f. Latihan dan aktifitas

Setelah bayi melewati lubang vagina, liang vagina menjadi rata (sebelumnya bergelembung ), bengkak dan melar, sehingga membuka selama 2-3 hari, namun selama 34 hari kemudian akan menyusut kembali, walaupun tidak seperti semula. Agar otot vagina pulih kembali bisa dilakukan dengan latihan kegel sesering mungkin, yakni menggerakkan otot-otot vagina dan dubur seperti menahan kencing, latihan ini dapat dilakukan sewaktu-waktu tanpa membutuhkan tempat khusus, bisa pada waktu berjalan, berdiri, duduk, bahkan pada waktu berbaring. (Musbikin, 2006)

Pernafasan diafragma dilakukan dengan cara letakkan tangan ibu diatas perut sehingga ibu dapat merasakan perut yang menggembung saat menarik nafas melalui hidung, kencangkan otot otot perut saat menghembuskan nafas melalui mulut. Mulailah perlahan dengan dua atau tiga kali tarikan nafas panjang dalam setiap latihan untuk menghindari hiperventilasi.

Sikap tubuh ibu setelah melahirkan akan berubah akibat ligament atau jaringan yang menghubungkan tulang dengan otot, melemah dan meregang, tulang-tulang semakin mudah bergerak, ligament mudah mengalami gangguan, akibatnya ibu setelah melahirkan akan mengalami sakit punggung, untuk menghindari gangguan punggung setelah melahirkan lakukan tindakan :

• Ketika menyusui duduklah bersandar pada kursi atau bantal yang telah disusun, selipkan bantal kecil di punggung bagian bawah sebagai pengganjal. Jika menyusui ditempat tidur naikkan kaki ditempat tidur, dengan posisi semacam ini punggung ibu tidak mendapat beban yang bias menimbulkan penyakit


(26)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

• Memandikan, posisi bak mandi juga harus mendapatkan perhatian, usahakan tidak terlalu rendah yang membuat ibu harus membungkuk pada saat memandikan bayi,

• Jika ibu mengganti popok lakukan di tempat yang tida membuat ibu membungkukan badan, misalnya diatas meja yang sejajar dengan bagian pinggang ibu, jika ditempat rendah berlututlah sampai posisi bayi berada sejajar dengan pinggang ibu. (Musbikin, 2006

2.2.4 Seksualitas dan penggunaan alat kontasepsi

Hubungan seks suami istri dapat dilakukan ketika ibu sudah merasa siap, biasanya sekitar empat sampai enam minggu setelah melahirkan, tetapi bila penyembuhan ibu berjalan lambat dan terjadi ifnfeksi, atau lokea masih mngalir, doter atau bidan akan merekomendasikan untuk menunggu lebih lama. (Murkof, 2007). Seksualitas postpartum dipengaruhi oleh tingkat trauma perineum selama kelahiran, dan berkurangnya hormone steroid, penyesuaian seksual setelah melahirkan biasanya berhubungan dengan peran sebagaimana orangtua baru, dan dapat menjadi sumber konflik dan kebingungan bagi pasangan suami istri.

Beberapa pasangan yang sudah melewati tiga minggu masa postpartum dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi, walaupunibu belum mendapatkan masa ovulasi ataupun masa subur, karena kontasepsi merupakan cara yang tepat untuk menunda kehamilan. Pasangan suami istri bila memilih alat kontrasepsi yang diinginkan ataupun alat kontrasepsiyang sesuai dengan kondisi tubuh ibu.


(27)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

2.3 Perawatan ibu nifas berdasarkan aspek budaya dalam berbagai masyarakat

Meskipun kehamilan dan kelahiran bayi secara universal dilihat dalam pengertian dan kepentingan bersama,yakni untuk kelangsungan umat manusia, namun dalam kehidupan berbagai kelompok masyarakat, terdapat macam-macam titik berat perhatian dan sikap khusus dalam menanggapi proses itu. Sebagian masyarakat lebih mementingkan aspek budaya pada perawatan kehamilan dan kelahiran, sedangkan sebagian lagi lebih menonjolkan aspek sosialnya.

Perawatan umum yang dilakukan bagi seorang ibu yang baru melahirkan didaerah Sulawesi Utara di kepulauan Sangie adalah mandi uap (bakukup), keika tubuh ibu telah kuat setelah melahirkan, ibu dimandikan dengan air rebusan yang terdiri berbagai ramuan daun-daunan, belanga air yang masih panas ditempatkan di bawah kursi yang diduduki oleh ibu, agar uap tidak terbuang dengan percuma maka ibu di selimui oleh kain sehingga semua uap rebusan ramuan dapat meresap ke pori-pori ibu, perawatan ini bertujuan untuk mengembalikan panas tubuh ibu yang suda terperas habis selama proses melahirkan. Untuk daerah Lombok ibu tidak menjalani mandi uap tetapi menjalani masa berdiang dekat tungku atau bara api yang terus menerus menyala selama beberapa hari agar sang ibu bayi dalam keadaan hangat.

Di daerah Jawa dukun beranak akan melakukan perawatan pada ibu nifas, yang lebih dahulu dilakukannya adalah mengurut tubuh ibu. Hal ini didasarkan atas anggapan bahwa pada waktu melahirkan ibu harus mengejan, sehingga untuk mengembalikan urat uratnya ibu harus diurut. Bagian dada dari ibu juga harus diurut agar air susu keluar dengan deras, pengurutan ini dilakukan pada hari


(28)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

kesembilan sampai kesepuluh sesudah melahirkan. Untuk menjaga kerampingan perut dan tubuh ibu diberi tapel yang terbuat dari ramu-ramuan daun tertentu pada bagian perutnya. Setelah ditapeli ibu dibalut dengan kain dan selanjutnya diberi sabuk dari kain yang sangat panjang, yang dikenal dengan istilah bengkung, dengan menggunakan stagen yakni ikat pinggang khusus dari kain tenun, bebekung ini digunakan sampai 40 hari, sepanjang hari

Pantangan makanan juga diberlakukan bagi ibu nifas, beberapa jenis makanan yang harus dihindari ibu nifas dan menyusui di Daerah Maluku antara lain adalah, terong dan melinjo, karena akan menyebabkan lidah bayi putih putih dan mengalami panas tinggi (songger). Nangka akan membuat perut ibu dan bayi kembung. Nenas, mangga, jeruk dan jambu serta makanan yang mengandung asam dianggap tajam untuk peranakan dan menyebabkan bayi sakit perut. Ikan, akan membuat air susu ibu menjadi amis. Cabe, karena rasanya pedas dianggap dapat menyebabkan mata bayi berair terus menerus. Untuk makanan yang dianjurkan adalah kacang hijau dan buah papaya, kedua jenis makanan ini sudah di anjurkan sejak ibu hamil. Daun kelor dan jantung pisang yang di masak dengan santan diaggap berkhasiat untuk memperbayak produksi ASI, ASI yang pertama kali keluar (colestrum) dibuang karena dianggap tidak baik.

Pantangan tidak selalu berupa makanan, melainkan juga berupa pantangan perbuatan atas dasar keyakinan mengenai sifat gaibnya. Karena itu terdapat sejumlah pantangan perbuatan yang melarang wanita hamil dan nifas melakukan hal-hal tertentu yang dapat berakibat buruk bagi ibu dan bayi. Seperti Suku Betawi, sejak lahir hingga usia tujuh hari sang ibu dan bayi tidak boleh dipisahkan tidurnya, karena ada makhluk gaib yang menginginkan bayinya sehingga


(29)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

menyebabkan ibu dan bayi panas. Untuk mengusir roh jahat diletakkan minyak lampu yang ditutupi keranjang, serat golok, dan sapu lidi yang ditaruh dikolong tempat tidur. (swasono, 1999)

Ada beberapa pantangan perbuatan yang harus dihindarkan ibu nifas yang berhubungan dengan kesehatan tubuhnya, misalnya ibu nifas tidak diperbolehkan tidur siang karena dikhawatirkan jika kebanyakan tidur akan mengakibatkan darah putih naik dan membuat ibu memakai kacamata karena rabun. (Ranakusumo, 2003)

Tiga hari setelah melahirkan ibu diberi minuman berupa ramu-ramuan yang terdiri dari campuran jeruk nifis, jahe diparut gula jawa, dan lada halus. Ramu-ramuan bias juga berasal dari kulit pepohonan, seperti, kulit pohon ketapang (Terminalia catapa), kulit pohon turi (Sesbania grandiflora), kulit pohan jambu, kulit manggis, kulit langsat, bunga dan biji pala, yang seluruhnya dijemur hingga kering, kemudian setelah kering direbus dengan belang yang berasal dari tanah dicampur dengan lada cengkeh ketumbar, kemudian diminumkan pada ibu selam sembilan hari, yang bertujuan agar ibu menjadi kuat dan segar kembali. Ibu juga dikompres dengan ampas daun turi di dahi untuk mencegah darah putih naik ke kepala yang dapat menyebabkan kematian.


(30)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual pada penelitian ini adalah bertujuan untuk mengeksplorasi perawatan mandiri ibu nifas di Nagori Raya huluan

Nifas diyakini sebagai suatu peristiwa alamiah yang harus diterima secara positif oleh ibu. Pada masa nifas ibu akan mengalami pemulihan pada kondisi fisiknya, dimana bentuk tubuh ibu akan kembali ke keadaan sebelum hamil, sehingga ibu mempunyai kemampuan untuk melakukan perawatan nifas, setiap ibu mempunya cara dan variasi untuk melakukakan perawatan nifas. Dalam penelitian ini perawatan nifas yang dilakukan ibu dieksplorasi dengan mengacu pada konsep yng dikemukakan oleh Reeder, Martin dan Griffi (1997), Perawatan ibu nifas meliputi, perawatan perineum, perawatan payudara, pemulihan kesehatan, seksualitas dan pemilihan alat kontrasepsi. Karena bentuk perawatan nifas yang dilakukan ibu biasanya dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, faktor sosial budaya diyakini oleh masyarakat adalah cara yang tepat untuk meningkatkan kesehatan ibu.


(31)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

: Variabel yang diteliti

Skema 1. kerangka konsep perawatan mandiri ibu nifas di Nagori Raya Huluan Perawatan ibu nifas di

Nagori Raya Huluan

- Perawatan ibu nifas berdasarkan standar kesehatan:

- perawatan perineum - perawatan payudara

- pemulihan kesehatan - seksualitas dan pemilihan

kontrasepsi

- Perawatan ibu nifas berdasarkan budaya dan kebiasaan Nagori Raya Huluan


(32)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

3.2 Defenisi operasional

Variabel Defenisi operasionl Alat ukur Hasil

ukur

Skala ukur Perawatan ibu

nifas di Nagori Raya Huluan

Perawatan nifas adalah perawatan ibu yang telah selesai bersalin, dimana setelah bersalin ibu akan mengalami pemulihan dalam tubuhnya yang akan

kembali kekeadaan sebelum hamil, perawatan

tubuh ibu nifas yang

menurut Reeder dan Martin, Griffit, antara lain adalah

- perawatan perineum - perawatan payudara - pemulihan kesehatan - seksualitas dan pemilihan kontrasepsi

Kuesioner Dan

wawancara

Jenis perawat an nifas dan bagaima na cara melaku kannya


(33)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

BAB 4

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif eksploratif, yang bertujuan untuk menggambarkan dan menggali kebiasaan para ibu dalam melakukan perawatan nifas di Nagori Raya Huluan.

4.2 Populasi dan Sample 4.2.1 Populasi

Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah para wanita usia produktif di Nagori Raya Huluan yang berjumlah 345 orang

4.2.2 Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini pada penelitian ini menggunakan

metode non probability sampling jenis purposive sampling, yaitu sampel dipilih

berdasarkan ciri dan kriteria dari populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoadmojo, 2002), adapun besarnya sampel yang diambil 10% dari populasi maka jumlah sampel adalah 35 orang. akan tetapi pada saat dilapangan peneliti tidak mendapatkan jumlah sampel yang ditentukan, adapun jumlah sampel yang telah peneliti dapatkan berjumlah 32 responden. Kriteria yang ditentukan untuk subyek penelitian adalah sebagai berikut :

a) Ibu yang tinggal di Nagori Raya holuan


(34)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

b) Ibu sudah pernah melahirkan dengan interval waktu enam bulan setelah melahirkan

c) Ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini

4.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian in dilakukan di Nagori Raya Holuan yang berada di Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun,. Nagori Raya Huluan mempunyai tiga dusun, dengan jumlah warga 746, dan terdapat 2 bidan desa 96% masyarakatnya beragama Kristen Protestan, 3% Khatolik, 1% Islam. Mayoritas pekerjaan mereka adalah petani, penelitian dilakuka pada bulan Juni-Juli 2008

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukanj setelah mendapat persetujuan proposal dari institusi pendidikan dan rekomendasi dari Kepala Desa Raya Holuan.

Lembar persetujuan di berikan kepada responden, tujuannya adalah agar responden mengetahui maksud dan tujuan peneliti dan prosedur pelaksanaan. Apabila calon responden bersedia maka responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent, tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati responden sebagai subjek penelitian

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar pangumpulan data yang diisi oleh


(35)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

peneliti, lembar tersebut hanya nomor kode tertentu, kerahasiaan subyek di jamin oleh peneliti. (Nursalam, 2003

4.5. Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan kuesioner berupa data demograpi, meliputi inisial ibu, usia ibu, jumlah anak

Untuk instrument perawatan nifas menggunakan kuesioner dengan menggunakan pertanyaan Dichotomi question, dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak, untuk mengetahui kebiasaan ibu dalam perawatan nifas dilakukan wawancara, yaitu model wawancara dimana pewawancara memiliki daftar petanyaan yang di persiapkan dan di yakini dapat menjadi semacam format untuk jawaban responden yang berkaitan dengan penelitian. (Dempsey, 2002)

Kuesioner perawatan nifas berdasarkan standar kesehatan sebanyak 24 pertanyaan dimana setiap pertanyaan diselingi dengan pertanyaan perawatan nifas para ibu di Nagori Raya Holuan. Instrumen perawatan nifas terdiri dari empat jenis pertanyaan yang sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Reeder, Martin, Griffit (1997), yaitu untuk perawat perineum terdiri dari 6 pertanyaan. Untuk perawatan payudara terdiri dari 6 pertanyaan. Untuk pemulihan kesehatan terdiri dari 9 pertanyaan. Untuk seksualitas dan pemilihan kontrasepsi terdiri dari 3 pertanyaan. Selain itu ada satu pertanyaan terbuka yang ditujukan kepada responden untuk mengeksplorasi perawatan nifas yang dilakukan responden berdasarkan budaya dan kebiasaan setempat


(36)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

4.6 Reliabilitas Instrumen

Data kuesioner disusun oleh peneliti sendiri maka penting dilakukan uji reabilitas yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur secara konsisten sasaran yang akan diukur pada kelompok subjek yang sama.

Uji reliabelitas untuk ibu nifas menggunakan rumus KR 21, menurut Arikunto (2006), rumus KR 21 dapat dilakukan untuk menguji instrumen dengan jumlah pertanyaan genap. Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas eksternal, yaitu pemberian instrumen hanya satu kali saja dengan kelompok ibu nifas yang berbeda. Uji reliabilitas dengan memberikan kuesioner kepada 10 ibu nifas, kuesioner ini dikatakan reliabel bila hasil dari reliabilitas bernilai >0,70, maka dalam penelitian instrumen dalam penelitian ini sudah reliabeldengan nilai 0,95

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data secara mandiri dengan membagikan kuesioner dan mewawancarai responden. Pengumpulan data dimulai dengan mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU ). Surat izin penelitian dari PSIK FK USU kemudian disampaikan kepada Kepala Puskesmas Raya sebagai tempat panelitian, setelah mendapat izin dari Kepala Puskesmas Raya, peneliti melaksanakan pengumpulan data sesuai dengan kriteria sample yang sudah ditentukan. Sebelum pengisian kuesioner, calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan, kemudian responden mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti, akan tetapi responden mempunyai


(37)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

kendala dalam bahasa maka peneliti melakukan wawancara, selanjunya data dikumpulkan dan dianalisa Peneliti juga membuat catatan penelitian (field note) dimana informasi didapatkan dari masyarakat setempat.

4.8 Analisa Data

Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang jenis-jenis perawatan nifas dan bagaimana cara responden melakukannya, serta karakteristik reponden. Jenis analisa data yang digunakan adalah frekuensi dan persentase, proses analisa dilakukan melalui beberapa tahap, yang dimulai memeriksa kelengkapan data, data yang telah lengkap diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti memasukkan kedalam tabel, data dimasukkan kedalam tabel (tabulating) sesuai dengan kategori secara manual, kemudian didapatkan hasil berdasrkan frekuensi dan persentase.


(38)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Dalam Bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai perawat mandiri ibu nifas di Nagori Raya Huluan yang diperoleh melalui pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 22 – 25 Juli 2008 di Nagori Raya Huluan, Kabupaten Simalungun.

Perawatan nifas dalam penelitian ini mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh Reeder, Martin dan Griffit (1997), tentang perawatan nifas yang meliputi, perawatan perineum, perawatan payudara, pemulihan kesehatan, seksualitas dan pemilihan alat kontrasepsi. Selain itu perawatan nifas yang sesuai dengan teori penilitian ini juga mengeksplorasi perawatan mandiri nifas berdasarkan kebiasaan yang dilakukan para ibu di Nagori Raya Huluan

5.1.1 Karakteristik responden

Pada penelitian ini, responden yang diambil adalah para ibu nifas dengan masa paling lama 6 bulan, yang keseluruhannya berjumlah 32 orang.

Data yang diperoleh menunjukkan usia responden ibu nifas di Nagori Raya Huluan dengan kelompok usia terbanyak berada pada rentang 21 – 30 tahun (47%), dan pekerjaan paling banyak ibu bekerja sebagai petani (81,2%), Berdasarkan suku, kebanyakan ibu bersuku Simalungun (53,1%). Responden jumlah anak dengan rentang 4 – 6 orang anak (50%). Pendidikan mayoritas SMU (40,6%). Informasi lengkap tentang karekteristik responden dapat dilihat pada tabel 1.


(39)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

Tabel 1. Distribusi frakuensi karakteristik responden

Karakteristik Responden Frekuensi Persentasi (%)

Usia

<20 tahun 21 – 30 tahun > 31 tahun

2 15 15 6,2 47,0 47,0 Suku Simalungun Toba Karo 17 10 5 53,1 31,2 15,6 Pekerjaan Petani IRT PNS 26 3 3 81,2 9,3 9,3 Jumlah anak <3 orang 4 – 6 orang >7 orang

14 16 2 43,0 50,0 6,2 Pendidikan Akademi SMU SMP SD 3 13 10 4 9,3 40,6 37,5 12,5

5.1.2 Distribusi perawatan nifas berdasarkan konsep

Secara umum perawatan nifas yang dilakukan responden ibu nifas di Nagori Raya Huluan, dari 24 pertanyaan yang menggambarkan perawatan nifas menurut Reeder, Marteen, Griffit,( konsep yang digunakan peneliti), ada 4 kategori perawatan nifas yang tidak dilakukan oleh responden yaitu, terapi dingin, latihan untuk mengurangi kesulitan pada saat duduk, kegel excercise dan mandi berendam. Dari wawancara yang diperoleh alasan ibu tidak melakukan Perawatan ini karena ketidaktahuan dan tidak mengenal tentang jenis perawatan tersebut. Hasil analisa data perawatan nifas yang dilakukan oleh responden dapat dipaparkan pada halaman berikut.


(40)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

5.1.2.1Perawatan Perineum

Seratus persen responden melakukan terapi panas, melakukan pembilasan khusus, dan responden selalu membersihkan daerah jalan lahir. Sebanyak 96,8% reponden memakai pembalut untuk menampung darah nifas dan slalu membersihkan perineum selama masa nifas

Tabel 2. Distribusi frekuensi perawatan perineum

No Jenis perawatan Frekuensi

(%)

Cara ibu melakukan

1 Terapi panas untuk

menjaga kebersihan dan mempercepat

penyembuhan perineum

32 (100%) 1. Martataring

Merupakan terapi panas dengan

menggunakan bara api*, dimana

setelah melahirkan ibu langsung tidur disamping bara api ini selama 40 hari,

2. Duduk diatas abu hangat

Abu bekas perapian yang masih hangat dibungkus dengan daun talas hingga berlapis lapis lalu diduduki sampai abu dingin, hal ini dilakukan setiap setelah mandi sore

2 Pembilasan khusus pada

perineum untuk mencegah infeksi

32 (100%) Para ibu nifas setiap BAB BAK dan

mandi selalu membilas perineum dengan air garam hangat **

3 Memakai pembalut untuk

menampung darah nifas

31(96,8%) Para ibu menampung darah nifas

dengan memakai kain perca sebanyak 87,5% (n=28). Dan memakai pembalut yang di beri oleh bidan sebanyak 9,3% (n=3)

4 Selalu membersihkan

perineum selama masa nifas

31(96,8%) Sesuai dengan item no 2

Catatan

* Bara api sejenis perapian menggunakan kayu bakar yang bisa dijadikan arang agar bisa bertahan lama, ukuran tataring ini seluas 2x1 cm, jarak pembaringan ibu dengan tataring 1-2 cm. Tataring ini berada di dapur.

** Air garam yang dibuat, mencampur garam sejemput tangan dengan air hangat 1 gayung


(41)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

5.1.2.2. Perawatan payudara

Semua responden (100%) melakukan semua jenis perawatan payudara, sebagaimana yang terlihat pada tabel 3

Tabel 3. Distribusi frekuensi perawatan payudara

No Jenis perawatan Frekuensi

(%)

Cara ibu melakukan

1 Ibu langsung menyusui bayi 32 (100%) Bayi yang baru lahir dibersihkan

kemudian diberikan kepada ibu untuk disusui tanpa membuang kolestrum

2 Melakukan perawatan untuk

mengurangi pembengkakan pada payudara

32 (100%) Ibu mengompres payudara

dengan air hangat*. Dan

melakukan pemijatan pada

payudara** ,cara memijat

payudara dengan gerakan melingkar dengan arah dari dalam keluar.

3 Membersihkan payudara

sebanyak 2 kali dalam sehari

32 (100%) Para ibu nifas membersihkan

payudara pada saat mandi saja, dengan menggunakan air sabun

4 Menyusui bayi sesering

mungkin untuk meningkatkan pengeluaran ASI

32 (100%) Selain dengan menyusui ibu

mengkonsumsi tuak dan daun Bangun bangun

Catatan

* kompres hangat sebanyak 46,8% (n=15) ** Pemijatan payudara 31,2% (n=10)

*** Kompres hangat dan pemijatan 21,8% (n=7)

5.1.2.3. Pemulihan kesehatan

Seratus persen ibu memiliki makanan khusus setelah melahirkan yang berfungsi untuk mengembalikan tenaga ibu setelah melahirkan dan untuk meningkatkan produksi ASI, dan seratus persen juga responden mengalami kesulitan saat BAB. responden mematuhi makanan pantangan sebanyak 40,6%. Responden tidak melakukan aktifitas setelah beberapa hari melahirkan dan mempunyai banyak waktu untuk istirahat sebanyak 87,5%, responden sudah dapat


(42)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

miring kiri dan kanan 8 jam setelah melahirkan sebanyak 96,8%. dan dapat dilihat pada tabel 4

Tabel 4. distribusi frekuensi pemulihan kesehatan

No Jenis perawatan Frekuensi

(%)

Cara ibu melakukan pemulihan kesehatan selama masa nifas

1 Mengkonsumsi makanan

khusus untuk

memulihkan tenaga ibu setelah melahirkan

32 (100%) Para ibu mengkonsumsi daun

Bangun-bangun dicampur dengan sup daging. Makan tinuktuk yaitu berupa makanan yang terdiri dari berbagai macam bumbu yaitu bawang merah, bawang putih, bawang batak, kencur, merica, kemiri, garam, asam jinga (seperti jeruk purut) yang semua bumbu digiling kemudian dicampur dengan air rebusan daun sirih hutan kemudian dicampur dengan nasi

2 Makanan pantangan 13(40,6%) Sebagian kecil ibu nifas di Nagori

Raya Huluan mematuhi makanan pantangan seperti tidak memakan sayur nangka, durian, nenas, cabai

3 Makanan khusus untuk

meningkatkan produksi ASI

32 (100%) Para ibu mengkonsumsi tuak*

(68,7%), daun Bangun-bangun dan Tinuktuk

4 Banyak waktu istirahat

setelah melahirkan

28 (87,5%) Ibu beristirahat selama 2 minggu paska persalinan kemudian mengerjakan pekerjaan rumah tangga, 6-8 minggu paska persalinan ibu kembali bekerja diladang

5 8 jam setelah persalinan

ibu boleh miring kiri-kanan

31 (96,8%) Ibu sudah dapat miring kiri-kanan dan duduk setelah melahirkan,

6 Kesulitan untuk BAB 32 (100%) Para ibu memakan pisang manis dan

pisang yang dibakar untuk mengurangi kesulitan BAB

Catatan

*Tuak merupakan minuman yang berasal dari air enau (nira) yang difermentasikan, ibu meminum tuak 2-3 gelas dalam sehari


(43)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

5.1.2.4 Seksualitas dan penggunaan alat kontrasepsi

Terdapat seratus persen responden sudah dapat campur dengan suaminya setelah 6 minggu melahirkan dan tidak mengalami kesulitan saat kembali berhubungan seksual dengan suami. Responden tidak memakai alat kontrasepsi (KB) sebanyak 90,6%, untuk menunda kehamilan melainkan para ibu berKB dengan alami seperti menyusui anak sampai 2 tahun dan KB denga menghitung masa subur ibu.

Tabel 5. Distribusi frekuensi berdasarkan seksualitas dan penggunaan alat kontrasepsi

NO Seksualitas dan penggunaan alat kontrasepsi

Frekuensi (% )

Cara ibu nifas dalam mengatasi seksualitas

1 >6 minggu ibu sudah dapat

kembali berhubungan suami istri

32 (100%)

6-8 minggu ibu sudah dapat kembali berhubungan suami istri dan ibu tidak mengalami kesulitan untuk kembali berhubungan dengan suami

2 Penggunaan alat kontrasepsi

dan cara tertentu untuk menjarangkan kehamilan

32 (100%)

Ibu memilih alat kontrasepsi dengan metode pil sebanyak 9,3 % (n-3). 90,6% (n=29) ibu tidak memakai alat kontrasepsi, untuk menjarangkan kehamilan ibu menyusui bayi sampai 2 tahun,

5.1.3. Perawatan nifas menurut budaya dan kebiasaan para ibu nifas Nagori Raya Huluan

Selain perawatan nifas menurut stndar kesehatan terdapat beberapa perawatan ibu nifas menurut budaya dan kebiasaan para ibu Nagori Raya huluan dapat dilihat pada tabel 6 pada halaman berikut


(44)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

Tabel 6. Distribusi frekuensi berdasarkan perawatan nifas ibu Nagori Raya Huluan

7 Param 25

(78,1%)

Merupakan campuran dari beras pulut, kencur, merica, jahe merah, daun-daunan labu. Masing masing ditumbuk dan dicampur kemudian dijemur, lalu dilulurkan keseluruh tubuh ibu setelah mandi

8 Memakai tudung 25 (78,1%) Untuk mengurangi sakit kepala ibu

memakai tudung berupa kain selendang yang diikatkan dikepala

9 Memakai gurita/stagen

dan kain panjang

32 (100%) Gurita/Stagen atau kain panjang

dililitkan diperut ibu langsung setelah persalinan

10 Pantangan dalam

perbuatan

19 (59,3%) Selama 7 hari setelah melahirkan ibu

dilarang keramas dan menyisir rambutnya karena akan menyebabkan ibu menggigil. Pada saat martataring ibu dilarang menghadap bara api karena dipercaya menyebabkan ibu demam, yang disebut dengan demam tataring

5.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang perawatan mandiri ibu nifas di Desa Nagori Raya Huluan.

5.2.1 Karakteristik responden dengan status demografi

Responden dalam penelitian ini kebanyakan bersuku Simalungun, kemudian diikuti dengan suku Toba, Karo. Rentang usia terbanyak adalah >30 tahun (47,0%) , hal ini menunjukkan bahwa sebagian ibu di Nagori Raya huluan yang menjadi responden dalam penelitian ini berada pada usia resiko tinggi untuk melahirkan. Ibu berprofesi sebagai petani sebanyak 90,6%, kondisi pekerjaan responden ini sesuai dengan daerah Nagori Raya huluan yang merupakan daerah


(45)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

pertanian (agraris). Jumlah anak mayoritas 4 – 6 anak, hal ini menunjukkan bahwa para ibu Nagori Raya Huluan belum mengikuti program berKB, hasil ini tidak sesuai dengan pencapaian program KB nasional sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiri (2008) , Kepala Bagian Koordinasi BKKBN, yang menyatakan bahwa secara nasional pada tahun 2007 jumlah rata-rata anak dalam satu keluarga yang dulu mencapai rata-rata 5,8 anak per keluarga menjadi 2,6 anak per keluarga di tahun 2007, Kabanyakan para ibu menamatkan sekolahnya pada jenjang SMU, keadaan ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu cukup tinggi, berbeda dengan yang dikemukakan oleh Ramli M (2008) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa pendidikan wanita pada pedesaan terbanyak adalah SD (37%) ,kemudian SMP sebayak 14%, SMA hanya 5%, dan perguruan tinggi 0,43% .

Hal ini menggambarkan bahwa faktor pekerjaan, usia, pendidikan,adat dan kebiasaan mempengaruhi hasil penelitian terkait dengan perawatan nifas yang dilakukan responden dalam penelitian ini.

5.2.2 Karakteristik responden berdasarkan perwatan nifas

Dari 24 pertanyaan mengenai perawatan nifas menurut standar kesehatan yang diambil dari teori Reeder, Martin, Griffit, antara lain:

5.2.2.1 Perawatan perineum

Responden melakukan terapi panas sesuai dengan yang teori yang terkait dalam penelitian ini, tetapi setiap masyarakat atau kebudayaan memiliki cara dan variasi yang bereda. Ibu Nagori Raya Huluan melakukan terapi panas yang mereka sebut dengan Martataring dan menduduki abu hangat.

Martataring adalah terapi panas dengan bara api, bara api ini berada di dapur dimana ibu nifas tidur disampingnya, maka selama 40 hari ibu nifas berada


(46)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

di dapur. Menurut mereka hal ini mempermudah para tetangga atau sanak saudara untuk mengunjungi ibu sesudah melahirkan. Pada masyarakat Lombok juga melakukan terapi panas yang mereka sebut dengan masa berdiang, dimana pada masa nifas ibu tidur dekat tungku api yang terus menyala sampai beberapa hari, agar ibu dan bayi dalam keadaan hangat (Swasono 1997). Tapi keadaan ini sangat membahayakan bagi ibu dan bayi karena dapur bukan merupakan tempat yang terjaga kebersihannya. Sehingga dapat menyebabkan infeksi bagi ibu. Begitu juga dengan asap dari bara api dapat mengganggu pernafasan bagi ibu dan bayi. Tetapi duduk diatas abu hangat merupakan perawatan yang hampir sama dengan konsep yaitu berupa terapi panas kering dengan menggunakan lampu atau sinar laser.

Semua ibu melakukan pembilasan khusus pada perineum menggunakan air garam, pembilasan ini sangat efektif untuk melenturkan dan mengurangi rasa nyeri pad otot yang sakit pada perineum, dan garam juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau jamur pada perineum, karena garam dengan konsentrasi lebih dari 0,9% berupa larutan hipertonis yang mempunyai tekanan osmosis yang lebih besar dari cairan yang ada di dalam sel. Perbedaan tekanan osmosis ini dapat menyebabkan cairan dari sel bakteri tertarik keluar sehingga bakteri lama kelamaan akan menyusut, akibatnya sel akan mati atau tidak mapu berkembang biak.(Irwansyah, 2007)

Responden juga memakai pembalut untuk menampung darah nifas, tetapi pembalut yang responden gunakan adalah kain perca (kain bekas) dimana kebersihan dari kain ini kurang terjamin, dibandingkan dengan pembalut yang sudah tersedia diklinik, apotik, bidan


(47)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

5.2.2.2 Perawatan Payudara

Setelah melahirkan ibu sudah dapat menyusui bayinya tapi tidak langsung, karena setelah bayi dilahirkan harus dibersihkan dahulu, setelah bersih maka ibu sudah bisa menyusui bayinya, sementara menurut literatur peneliti setelah bayi keluar ibu langsung menyusui bayinya. Untuk membersihkan payudara responden menggunakan air sabun, sementara sabun ini dapat menyebabkan puting susu kering dan lecet, maka gunakan air hangat kemudian lap dengan handuk yang lembut. Untuk meningkatkan produksi ASI semua ibu mengkonsumsi daun Bangun-bangun (Coleus Ambonicus) .

Menurut Dr Boorsma (1987) dalam penelitian Sentosa (2005), menyatakan bahwa dalam daun Bangun-bangun ini mengandung minyak Atsiri (pada daun segar mengandung 0,043%, pada daun kering 0,2%). Minyak Atsiri pada daun Bangun-bangun berdaya sebagai antiseptik dan mempunyai aktifitas yang tinggi untuk melawan infeksi. Hastuti, supadmi (2000), menyatakan bahwa dalam daun Bangun-bangun terdapat berbagai macam vitamin,diantaranya, Vit C, B1, B12,

Betakaroten, Niasin, Oksalat, Asam lemak, yang sangat dibutuhkan oleh ibu menyusui, dan infus ekstrak pada daun tersebut dapat meningkatkan volume air susu ibu pada masa laktasi.

5.2.2.3 Pemulihan Kesehatan

Setelah melahirkan ibu selalu mengkonsumsi makanan bergizi seperti sup ikan, sayur-sayuran untuk memulihkan tenaga setelah proses melahirkan yang meletihkan dan untuk memperlancar produksi ASI. Makanan yang dikonsumsi berupa, daun bangun-bangun, tinuktuk, tuak yang menurut mereka dapat bermanfaat untuk, mengeluarkan darah kotor, dan menghangatkan tubuh ibu.


(48)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

Tuak adalah minuman yang berasal dari air nira dicampur dengan kulit raru yang difermentasikan, tuak mengandung kadar alkohol 3-5%, tuak biasa diminum bagi para ibu nifas di daerah batak yang menurut mereka bermanfaat untuk penambah darah, menghangatkan tubuh, serta memperlancar pengeluaran ASI, (Robin, 2008). Sementara jika ditinjau dari segi kesehatan alkohol tidak baik untuk dikonsumsi, karena jika zat tersebut diserap oleh lambung, masuk ke aliran darah dan tersebar kejaringan tubuh yang mengakibatkan terganggunya semua sistem yang ada dalam tubuh, dan jika dikonsumsi berlebihan alkohol dapat menimbulkan gangguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam berpikir, merasakan, berperilaku. Bagi ibu menyusui alkohol dapat menghambat produksi hormon Oksitosin, sehingga mengurangi pengeluaran ASI, dan alkohol memberikan aroma yang tajam pada ASI, kemungkinan besar bayi menolak untuk menyusui. (Erabaru. 2008). Swasono (1997) mengatakan bahwa setiap kebudayaan memiliki kepercayaan mengenai berbagai makanan dan ramuan obat-obatan yang ditujukan bagi perawatan ibu melahirkan. Bahan-bahan ramuan itu digunakan untuk berbagai tujuan antara lain untuk mengembalikan tenaga, memperkuat tubuh ibu, mengembalikan tubuh ibu menjadi seperti sebelum hamil,

Pantangan makanan tidak terlalu dianjurkan untuk ibu nifas di Nagori Raya Huluan tetapi ada juga responden yang mematuhi pantangan makanan seperti makan sayur nangka, nenas, durian, cabai. Makanan ini dipercaya mengandung unsur panas. Makanan yang dilarang untuk dikonsumsi para ibu tidak terlalu mengkhawatirkan bagi kesehatan, karena makanan tersebut tidak dianjurkan untuk dikonsumsi para ibu nifas,


(49)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

5.2.2.4 Seksualitas dan penggunaan alat kontrasepsi

Semua responden sudah dapat kembali berhubungan suami istri setelah 6 minngu paska persalinan, dan responden menyatakan tidak mengalami kesulitan untuk kembali berhubungan dengan suami. Untuk menjarangkan kehamilan hanya 9,3% ibu yang menggunakan alat kontrasepsi. Keadaan ini tidak sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sugiri (2008)bahwa peserta KB pada 2009 akan naik dari 61 persen menjadi 63 persen, angka kesuburan setiap wanita (TFT) dari 2,6 menjadi 2,1 anak, sementara angka keseburan wanita di Nagori Raya Huluan berjumlah 345 dan jumlah anak dalam setiap keluarga 4-6 orang (50%). Untuk angka pertumbuhan penduduk menurun kurang dari 1,3 persen pertahun. Sugiri menegaskan keberhasilan program KB di Indonesia bukan hanya dari pemerintah, tapi karena kerja keras peserta KB, petugas lapangan (PL) KB, para tokoh agama, tokoh masyarakat dan organisasi kemasyarakatan. Sementara untuk Nagori Raya huluan petugas lapangan KB tidak ada, untuk tim kesehatan hanya ada dua bidan. Untuk puskesmas program untuk menggalakkan KB selalu dilaksanakan, seperti kontap, tapi hanya untuk daerah kecematan, tidak menjangkau sampai Nagori.

5.2.3 Perawatan nifas berdasarkan kebiasaan para ibu di Nagori Raya Huluan.

Perawatan yang dilakukan ibu nifas yaitu dengan mengolesi badan dengan param, karena kulit ibu hamil akan mengalami hiperpigmentasi akibat pengaruh hormonal yang disebut kloasma gravidarum. Kulit menjadi gelap daripada biasanya. Noda kulit ini akan hilang dengan sendirinya meskipun membutuhkan waktu beberapa bulan. Untuk membantu mempercepat hilangnya noda di bagian kulit bisa digunakan ramuan tradisional salah satunya mengolesi tubuh dengan


(50)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

param yang berisi beras pulut, kencur, merica, jahe, daun-daunana. Dari literatur bahwa bahan-bahan nyang terkandung dalam ramuan tradisional dapat bermanfaat untuk menghangatkan dan melangsingkan perut serta menghaluskan kulit ibu (Morsito, 2001)

Semua ibu menggunakan gurita/stagen dan kain panjang untuk merampingkan dan mengencangkan perut. Menurut ahli medis dan berdasarkan literatur yang ditemukan oleh peneliti bahwa untuk pemasangan gurita tidak baik bagi kesehatan ibu serta mengganggu kenyamanan ibu (Endjun, 2002). Pemasangan gurita terlalu ketat dan dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan aliran darah ditungkai kurang lancar sehingga tungkai terasa sakit atau bengkak (Handayani, 2003). Pada umumnya dari segi medis tidak dianggap perlu memakai gurita tetapi karena banyak masyarakat merasa lebih enak memakainya oleh kebiasaan atau tradisi. Menurut Handayani (2003) otot-otot perut dapat kembali mengencang dengan latihan otot perut, latihan otot perut ini dapat berupa kegel exercise.

Pantangan tidak selalu berupa makanan melainkan juga perbuatan atas dasar keyakinan dan pengaruhnya terhadap ibu nifas. Seperti ibu nifas tidak boleh mencuci dan menyisir rambut selama 7 hari karena akan mengakibatkan ibu sakit kepala dan menggigil. Hal ini mungkin terkait dengan kondisi lingkungan Nagori Raya Huluan yang sangat dingin, jika ibu keramas maka akanmenyebabkan ibu menggigil. Sebaiknya ibu keramas dengan menggunakan air hangat. karena menjaga kebersihan diri seharusnya dilakukan oleh ibu nifas karena akan memberikan rasa nyaman dan lebih segar. Tetapi tidak dilakukan para ibu Nagori Raya Huluan karena meyakini ada tradisi ini.


(51)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

Selama martataring ibu dilarang menghadap bara api karena diyakini akan menyebabkab demam tataring, keyakinan ini jika dikaitkan pada kesehatan bisa dibenarkan. Guyton dan Hall (1997) menyatakan beberapa keadaan yang dapat menyebabkan demam salah satunya serangan panas (heat stroke) karena tubuh akan mengurangi panas (heat loss) untuk menyamakan tubuhnya dengan lingkungannya dengan reaksi berkeringat. Lebih lanjut lagi ketika hipotalamus menjadi sangat panas. Kemampuan pengaturan panas ditekan sehingga proses pengeluaran keringat terhenti, sebagai akibatnya temperatur tubuh yang tinggi cenderung tetap tinggi.

Dalam kontek kehamilan dan kelahiran bayi, setiap masyarakat memiliki cara dan budaya mereka sendiri, untuk memahami dan menanggapi peristiwa pertumbuhan janin dan kelahiran bayi yang dipraktekkan jauh sebelum masuknya sistem Medis Biomedikal dilingkungan komunitas mereka. (Swasoso, 1997). Dan di perkuat lagi dengan hasil penelitian Qomariah (2002) terhadap ibu-ibu penduduk asli Papua, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa budaya mendominasi dalam pemeliharaan, kehamilan, persalinan, dan paska persalinan. Dan sangat sulit untuk menggeser keberadaan budaya tersebut dan menggantikannya dengan sistem kesehatan modern yang sesuai standar kesehatan. Hal ini lebih disebabkan karena mereka merasa nyaman dengan tradisi yang sudah mereka lakoni secara turun temurun, meskipun dari segi ilmiah atau menurut logika tradisi tersebut sering bersifat tidak rasional. Sebagaimana dikatakan oleh Purnell (2005) bahwa kebudayaan itu adalah suatu yang diyakini tanpa perlu adanya pembuktian untuk mengetahui benar atau tidak suatu hal yang menjadi bagian dari kebudayaan tersebut.


(52)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan penbahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengnai Perawatan Mandiri Ibu Nifas di Nagori Raya Huluan.

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa para ibu di Nagori Raya Huluan melakukan perawatan mandiri nifas.Tetapi dari 24 perawatan nifas ada 4 kategori perawatan nifas yang tidak dilakukan responden karena faktor kitadaktahuan dan tidak mengenal jenis perawatan tersebut. Walaupun jenis perawatan nifas dilakukan oleh ibu yang sesuai dengan konsep pada penelitia ini, tetapi cara ibu dalam melakukan perawatan nifas yang perlu diperbaiki. Selain perawatan nifas yang sesuai dengan konsep ibu masih melakukan perawatan nifas sesuai kebiasaan di Nagori Raya Huluan, antara lain, memakai param, kepala diikat dengan selendang, mengkonsumsi Tuak, sup daging, Daun bangun-bangun, tinuktuk. Memakai gurita/stagen, dan mempunyai pantangan dalam berbuat.

6.2 Saran

6.2.1 Untuk pendidikan keperawatan

Dalam Pendidikan Keperawatan khususnya Keperawatn Maternitas perlu diberikan penekanan materi mengenai perawatan nifas dalam konteks budaya yang sesuai dengan standar kesehatan, sehingga perawat dapat memberikan informasi yang benar bagi ibu-ibu nifas tentang perawatan nifas yang baik dan tidak baik bagi kesehatan.


(53)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

6.2.2 Untuk Pelayanan Keperawatan

Bagi Perawat. Dalam pelayanan keperawatan baik keperawatn Maternitas maupun Komunitas perawat perlu mempertimbangkan melakukan penyuluhan bagi ibu-ibu nifas dalam mengantisipasi masalah ataupun kendala yang berhubungan denga perawatan nifas yang dilakukan, atau melakukan promosi kesehatan dengan menggunakan media foster serta membuat strategi keperawatn terkait dengan Asuhan Keperawatan terutama para ibu di Nagori Raya Huluan yang sesuai denga standar kesehatan dengan latar belakang budaya. Informasi yang diberikan akan menggantikan ketidaktahuan ataupun menambah pengetahuan ibu-ibu nifas terutama para ibi-ibu di Nagori Raya Huluan dalam melakukan perawatan nifas. Dan untuk membentuk petugas lapangan KB agar program KB dapat berjalan di Nagori Raya Huluan

Bagi Pemerintah. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya dan ibu-ibu nifas terutama di Nagori Raya Huluan, pemerintah perlu mempertimbangkan untuk menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau oleh masyarakat.

6.2.3 Untuk Penelitian Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan perawatan nifas dengan latar belakang budaya Nagori Raya Huluan disarankan untuk meneliti apakah perawatan nifas yang dilakukan para ibu di Nagori Raya Huluan baik atau tidak baik untuk kesehatan ibu


(54)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2007). ”Metode Penelitian Keperawatan Dan Tekhnik Analisa Data”. Jakarta: Salemba Medika

Arikunto, S. (2002). ”Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek”. Jakarta: Rineka Cipta

Burzi, F. (2006). ”Bedakan Yang Mana Ganggua Dan Fisiologis”. Dibuka Pada

Situs

Cunningham, F, et all.(2004). ”Obstetri William Edisi 21”. Jakarta: EGC

Dempsey,P,A. & Dempsey, A, D.(2002). ”Riset Keperawatan Buku Ajar Dan

Latihan”. Edisi 4. Jakarta: EGC

Eisenberg, et all. (2001). ”Kehamilan Apa Yang Anda Hadapi Bulan Perbulan”. Jakarta :EGC

Endjun,j,j. ( 2002). ”Mempersiapkan Persalinan Sehat”. Jakarta: Puspaswara Hanafiah , T, M. (2004). ”Perawatan Masa Nifas” Dibuka Pada Situs

http://library usu.ac.id/download/fk/obstetry.tmhanafiah.pdf

Hasnah, dr. (2006). ”Perawatan Setelah Melahirkan”. Dibuka Pada Situs .

Handayani, L. (2003). ”Tanaman Obat Untuk Masa Kehamilan Dan Paska

Persalinan”. Jakarta: Agromedia Pustaka

Irwansyah, M. (2007). ”Manfaat Air Garam Untuk Radang Gusi’. Dibuka Pada

Situs

Ladewig, Patricia. (2005). ”Asuhan Keperawatan Ibu Dan Bayi”.Edisi 5. Jakarta: EGC

Lestariningsih, Sri. (2005). ”Infeksi Paska Persalinan”. Dibuka Pada Situs

Masbukin, Imam. (2006).”Persiapan Menghadapi Persalinan” Yogyakarta: Mitra Pustaka

Mursito, B. (2001). ”Ramuan Tradisional Untuk kesehatan Anak. Jakarta: Penebar Swadaya


(55)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

Notoadmojo, Soekidjo. (2005). ”Metodologi Penelitian Kesehatan”. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2003). ”Konsep Dan Metedologi Penelitian Ilmu keperawatan,

Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan”. Jakarta:

Salemba Medika

Purnll, Larry. (2005). ’Purnell Model Of Curtural Competence, The Journal Of

Multicurtural Nursing & Healt”. Dibuka Pada situs

Qomariah. (2004). ”Tradisi Yang Melatarbelakangi Aktifitas Sehari-hari Ibu

Hamil Paska Persalinan”. Dibuka Pada Situs

Ramli, M, (2008). ”Wanita Dan Perubahan Sosial”. Dibuka Pada Situs

Reeder, Martin, Griffit. (1997), ”Maternity Nursing, Family”, Newborn And Mother Healtcare”. Philadelpia: Lippincot ,

Saifuddin, A. Dkk (1999). ”Modul Safe Motherhood Dalam Kurikulum Inti

Pendidikan Dokter Indonesia”, Jakarta: Bahan Rapat Kerja Bersama

Savitri, (2004). ”Kesehatan Reproduksi Wanita Didesa Cilendek, Jawa Barat”.

Dibuka Pada Situs

Sekjen Depkes. (2007). ”Menkes Canangkan Stiker Perencanaan Dan

Pencegahan Komplikasi”. Dibuka Pada Situs http://libraryusu.ac.id.downloadfisipantropologimita20%savitri.pdf

Sentosa, C, M. (2005). ”Kandungan Senyawa Kimia Dan Efek Ekstrak Pada

Daun Bangun-bangun’. Dibuka pada Situs

Sugiri. (2008). Pahlawan Bangsa Bagi Peserta KB Lestari. Dibuka Pada situs


(56)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

Sustini, F.(2003). ”Pengaruh Pendidikan Kesehatan Monitoring Dan Perawatan

Ibu Paska Persalinan Terhadap Kejadian Morbiditas Nifas Kabupaten Sidoarjo dan Lamongan, Jawa Timur”. Dibuka Pada Situs

Sustini, F. (2006). ’Pengaruh Kebiasaan Ibu Sewaktu Dan Paska Persalinan

Terhadap Kejadian Demam Nifas Di Kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur Propinsi NTB”. Dibuka Pada Situs

Swasono, M. (1997). ”Kehamilan, Kelahiran, Perawatan ibu Dan Bayi Dalam

Konteks Budaya”. Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press)


(1)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

LAMPIRAN 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Nama : Hotni Sari Dewi

Nim : 071101083

Saya mahasiswa Program Studi Ilmu keperawatan Jalur B Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang ”Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di

Nagori Raya Huluan”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan partisipasi saudara-saudara sekalian untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi dan memberikan jawaban yang jujur tanpa dipengaruhi orang lain. Jika saudara-saudara bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesedian saudara-saudara sekalian.

Partisipasi saudara-saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara-saudara bebas untuk menerima atau menolak untuk menjadi responden penelitian tanpa sangsi apapun, peneliti akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban yang diberikan dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian dan penegembangan ilmu keperawatan.

Terimakasih atas partisipasi saudara dalam penelitian ini

Tanda Tangan


(2)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

INSTRUMEN PENELITIAN

Petunjuk Penelitian

Jawaban ini akan diisi oleh peneliti berdasarkan hasil wawancaradengan ibu dan dituliskan pada tempat yang disediakan.

A. Data demografi

1. Tanggal penelitian :

2. No urut :

3. Inisial nama ibu :

4. Usia ibu :

5. Pekerjaan :

6. Suku :

7. Pendidikan :

8. Jumlah anak :

B. Pertanyaan penelitian 1. Perawatan perineum

1. Untuk mengurangi perdarahan, dan pembengkakan pada daerah jalan lahir, apakah ibu melakukan kompres dingin

Ya Tidak

Jika Ya, Bagaimana cara ibu mengompresnya ?

Jika Tidak, apa yang ibu lakukan untuk mengurangi perdarahan dan pembengkakan pada jalan lahir ?

2. Untuk menjaga kebersihan dan mempercepat penyembuhan daerah jalan lahir, apakah ibu melakukan terapai panas

Ya Tidak

Jika Ya,bagaimana terapi panas yang ibu lakukan ?

Jika Tidak, apa yang ibu lakukan untuk menjaga kebersihan dan mempercepat penyembuhan jalan lahir ?

3. Untuk mencegah infeksi dan menjaga kebersihan dari jalan lahir, apakah ibu melakukan pembilasan khusus


(3)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

Jika Ya, dengan air apa ibu melakukan pembilasan?

Jika Tidak, apa yang ibu lakukan untuk membersihkan daerah jalan lahir dan kemaluan?

4. Untuk menampung darah nifas, apakah ibu memakai pembalut

Ya Tidak

Jika Ya, pembalut apa yang ibu pakai, berapa kali ibu mengganti pembalut dalam sehari ?

5. Apakah ibu melakukan latihan khusus untuk mengatasi kesulitan pada saat duduk

Ya Tidak

Jika Ya, bagaimana latihan yang ibu lakukan ?

6. Apakah ibu selalu membersihkan daerah jalan lahir dan kemaluan selama masa nifas?

Ya Tidak

Jika Tidak, mengapa ibu jarang membersihkan jalan lahir dan kamaluan?

2. Perawatan payudara

7. Apakah setelah melahirkan ibu langsung menyusui bayi ibu

Ya Tidak

Jika Tidak, kenapa ibu tigak langsung menyusui bayi ibu?

8. Apakah selama menyusui payudara ibu mengalami pembengkakan

Ya Tidak

Jika Ya, bagaimana cara ibu mengurangi pembengkakan? 9. Apakah ibu melakukan pemijatan pada payudara ibu

Ya Tidak

Jika Ya, bagaimana pemijatan yang ibu lakukan ?

10. Jika payudara ibu bengkak, apakah ibu masih menyusui bayi ibu

Ya Tidak

Jika Tidak, mengapa ibu tidak menyusui bayi ibu?

11. Apakah ibu selalu membersihkan payudara ibu setidaknya dua kali dalam sehari


(4)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

Jika Ya, bagaimana cara ibu membersihkan payudara ibu? Jika Tidak, berapa kali ibu membersihkan payudara ibu ?

12. Apakah ibu menyusui bayi ibu sesering mungkin untuk meningkatkan pengeluaran ASI

Ya Tidak

Jika Tidak, apa yang ibu lakukan untuk meningkatkan produksi ASI ?

3. Pemulihan kesehatan

13. Untuk memulihkan tenaga ibu setelah melahirkan, apakah ada makanan khusus yang ibu makan

Ya Tidak

Jika Ya, jenis makan apa yang ibu makan?

14. Apakah ibu mempunyai makanan pantangan setelah melahirkan

Ya Tidak

Jika Ya, apa jenis makanan yang tidak boleh ibu makan ?

15. Apakah ada makanan khusus yang ibu makan untuk meningkatkan pengeluaran ASI

Ya Tidak

Jika Ya, apa jenis makanan yang ibu makan?

Jika Tidak, apa yang ibu lakukan untuk memperlancar pengeluaran ASI ? 16. Apakah ibu mempunyai banyak waktu untuk istirahat setelah melahirkan

Ya Tidak

Jika Tidak, apa alasan ibu sehingga ibu tidak punya banyak waktu untuk istirahat?

17. Setelah delapan jam persalinan, apakah ibu sudah dibolehkan untuk bergerak sedikit, seperti miring kiri-kanan

Ya Tidak

Jika Tidak, kenapa ibu tidak boleh bergerak ?

18. Apakah beberapa hari setelah melahirkan ibu sudah melakukan aktifitas didalam maupun diluar rumah

Ya Tidak


(5)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

19. Apakah ibu melakukan mandi berendam selama masa nifas

Ya Tidak

20. Setelah melahirkan apakah ibu mengalami kesulitan untuk buang air besar

Ya Tidak

Jika Ya, adakah cara khusus yang ibu lakukan untuk memudahkan ibu buang air besar?

21. Apakah ibu melakukan cara khusus (latihan) untuk mengencangkan daerah kemaluan yang dan perut yang melar karena proses persalinan

Ya Tidak

Jika Ya, bagaimana latihan yang ibu lakukan ?

4. Seksualitas dan pemilihan alat kontrasepsi

22. Enam minggu setelah melahirkan, apakah ibu masih berpantang ”campur” dengan suami

Ya Tidak

Jika Ya, kapan ibu dapat kembali campur dengan suami?

23. Apakah ibu merasa kesulitan untuk kembali ”campur” dengan suami ibu

Ya Tidak

Jika Ya, apa alasan ibu sehingga sulit untuk ”campur” dengan suami ? 24. Untuk menunda kehamilan, apakah ibu memakai alat KB

Ya Tidak

Jika Ya, apa jenis kontrasepsi yang ibu pakai ?

Jika Tidak, bagaimana cara ibu untuk menunda kehamilan ?

5. Selain perawatan nifas yang telah tersebut diatas apakah ada lagi

perawatan nifas yang ibu lakukan berdasarkan budaya dan kebiasaan di Nagori Raya Huluan


(6)

Hotni Sari Dewi Siregar : Kebiasaan Ibu Dalam Melakukan Perawatan Nifas Di Nagori Raya Huluan, 2008. USU Repository © 2009

CURRICULUM VITAE

Nama : Hotni Sari Dewi Siregar

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 28 Oktober 1983

Agama : Islam

Status : Menikah

Alamat : Jl, Belibis XI, Perumnas Mandala

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 14945 Hapesong (1989-1995)

2. Ponpes Alkautsar-Al akbar Medan (1995-1998)

3. SMU Negeri 3 Plus YPMHB Sipirok (1998-2001)

4. Akademi Keperawatan Depkes RI Medan (2002-2005)