Perawatan Ibu Nifas Perspektif Budaya Leukhon di Kecamatan Alafan Kabupaten Simeulue

(1)

PERAWATAN IBU NIFAS (BAK AFU-AFU) PERSPEKTIF BUDAYA LEUKHON DI DESA LUBUK BAIK KECAMATAN ALAFAN

TESIS

Oleh

EPA SAFRIYANTI 127032209/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERAWATAN IBU NIFAS (BAK AFU-AFU) PERSPEKTIF BUDAYA LEUKHON DI DESA LUBUK BAIK KECAMATAN ALAFAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

EPA SAFRIYANTI 127032209/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PERAWATAN IBU NIFAS (BAK AFU-AFU) PERSPEKTIF BUDAYA LEUKHON DI DESA LUBUK BAIK KECAMATAN ALAFAN Nama Mahasiswa : Epa Safriyanti

Nomor Induk Mahasiswa : 127032209

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D )

Ketua Anggota (Dra. Syarifah, M.S)

Dekan


(4)

Tanggal Lulus : 28 Agustus 2014 Telah Diuji

pada Tanggal : 28 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs.Heru Santosa, M.S, Ph.D Anggota : Dra. Syarifah, MS

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

PERAWATAN IBU NIFAS (BAK AFU-AFU) PERSPEKTIF BUDAYA LEUKHON DI DESA LUBUK BAIK KECAMATAN ALAFAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2014 Penulis

Epa Safriyanti 127032209/IKM


(6)

ABSTRAK

Nifas adalah periode waktu setelah lahirnya placenta sampai 40 hari kemudian. Pada masa nifas terjadi proses pemulihan alat reproduksi menjadi keadaan seperti sebelum hamil. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perawatan masa nifas (bak afu-afu) yang dilakukan pada suku Leukhon di Desa Lubuk baik Kecamatan Alafan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi. Jumlah informan 10 orang terdiri dari 3 orang ibu nifas, 1 orang ibu yang mempunyai bayi umur 11 bulan, 2 orang kader posyandu, 2 orang dukun dan 2 orang tokoh masyarakat.Proses pengumpulan data melalui wawancara dengan informan dengan menggunakan alat perekam suara. Pengumpulan data berlangsung pada bulan Juni 2014 di Kecamatan Alafan Kabupaten Simeulue.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawatan ibu nifas pada suku Leukhon didasari oleh budaya. Jenis perawatan nifas yang dilakukan selama masa nifas antara lain penggunaan kapur sirih dan minyak makan, mandi air daun-daunan, penggunaan gurita, penggunaan batu hangat (bulancing), pengasapan (naite), pantangan makanan,minum obat kampung (jamu), kusuk atau urut, dan larangan keluar rumah selama 40 hari. Perawatan nifas tersebut ada yang sesuai dengan kesehatan ada yang merugikan kesehatan. Yang terutama merugikan kesehatan adalah pengasapan dan pantang makanan.

Disarankan pada Puskesmas Alafan untuk mengembangkan upaya promosi kesehatan yang sasarannya tidak hanya pada ibu nifas tetapi juga mencakup masyarakat generasi sebelumnya (orang tua) tentang pengaruh perawatan nifas secara tradisional yaitu kebiasaan berpantang makanan dan pengasapan pada masa nifas yang dapat berpengaruh bagi kesehatan ibu dan bayi.


(7)

ABSTRACT

Nifas (the period of confinement) is the period from the placenta is born to the next 40 days. In this period, reproduction organ restores to the condition before pregnancy. The objective of the research was to find out the treatment during nifas (bak afu-afu) period conducted by Leukhon tribe in Lubuk baik Alafan Subdistrict.

The research used qualitative phenomenology type of research. There were ten informants that consisted of three nifas mothers, one mother who had a 11 year-old baby, two posyandu cadres, and two public figures. The data were gathered by conducting interviews with the informants, using a tape recorder in Alafan Subdistrict, Simeulue District, in June, 2014.

The result of the research showed that the treatment of nifas mothers in Leukhon tribe was based on culture. Nifas treatment was done by using kapur sirih (lime chewed with a betel quid) and cooking oil, bathing with water and leaves, using gurita (abdominal belt), using warm stone (bulancing), fumigation (naite), restricted to certain foods, drinking traditional medicine, massaging, and prohibiting to go out of the house for 40 days. This nifas treatment could harm health and could give the benefit for health. Those which harmed health was fumigation and restricted to certain foods.

It is recommended that the management of Alafan Puskesmas develop health promotion not only to mothers but also to the whole community, including the old generation, about the traditional nifas treatment, particularly about restricted to certain foods and fumigation which can harm the health of mothers and their babies.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tesis ini yang berjudul “Perawatan Ibu Nifas Perspektif Budaya Leukhon di Kecamatan

Alafan Kabupaten Simeulue”.

Penulis menyadari penelitian ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih banyak kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D selaku pembimbing I yang penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Dra. Syarifah, M.S selaku pembimbing II dengan ketulusannya memberikan arahan, bimbingan dan nasehat kepada penulis.

6. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bearti selama penulis mengikuti pendidikan.


(9)

7. Secara khusus terima kasih penulis persembahkan kepada Suami dan anak-anak tersayang, yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materil dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Kepada kedua orang tua dan saudara-saudari yang telah memberikan motivasi dan semangat pada penulis.

9. Sahabat, rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat dan minat studi Kesehatan Reproduksi angkatan tahun 2012 Universitas Sumatera Utara atas dukungan, semangat dan kebersamaan yang diberikan selama ini.

10. Kepala dan seluruh stafPuskesmas Kecamatan Alafan Kabupaten Simeulue yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

11. Semua Informan yang telah bersedia menjadi sumber Informasi dalam penelitian ini.

Peneliti mengharapkan semoga Tesis ini dapat membawa manfaat bagi tenagakesehatan, pendidikan dan para pembaca sekalian.

Medan, Oktober 2014 Penulis

Epa Safriyanti 127032209/IKM


(10)

RIWAYAT HIDUP

Epa Safriyanti, lahir pada tanggal 08 Januari 1982 di Sinabang, anak dari pasangan Ayahanda Sarifuddin dan Ibunda Rahmaniar.

Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri No 2 Simeulue Timur tamat Tahun 1995, Sekolah Menengah Pertama SMPN I Simeulue Timur tamat Tahun 1998, Sekolah Menengah Umum Negeri I Simeulue Timur tamat Tahun 2001, Sekolah D-III Kebidanan Akademi Kebidanan Nusantara 2000 tamat Tahun 2006, D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tamat Tahun 2008.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di ProgramStudi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2012 dan menyelesaikan pendidikan tahun 2014.

Pada tahun 2009 penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Simeulue hingga sekarang.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 9

1.3Tujuan Penelitian ... 9

1.4Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Masa Nifas ... 10

2.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas ... 13

2.3 Tahapan Masa Nifas ... 14

2.4 Perubahan Sistem Reproduksi ... 15

2.5 Program Dan Kebijakan Teknis Masa Nifas ... 25

2.6 Proses Adaptasi Psikologis ... 28

2.7 Post Partum Blues ... 31

2.8Kebutuhan Ibu Nifas ... 32

2.9 Konsep Budaya Dalam Perawatan Nifas ... 35

210 Budaya Dalam Perawatan Masa Nifas ... 37

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 60

3.1Jenis Penelitian ... 60

3.2Informan ... 60

3.3Tempat Penelitian ... 61

3.4Waktu Penelitian ... 61

3.5Alat Pengumpulan Data ... 61

3.6Prosedur Pengumpulan Data ... 62

3.7Tehnik Analisa Data ... 63

3.8Kriteria Keabsahan Data ... 64


(12)

BAB 4. HASILPENELITIAN ... 66

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 66

4.2 Karakteristik Informan ... 67

4.3 Hasil Wawancara Tentang Perawatan Ibu Setelah Melahirkan 68

BAB 5. PEMBAHASAN ... 110

5.1 Perawatan Ibu Nifas (bak afu-afu) ... 111

5.1.1 Kapur Sirih Dan Minyak Makan ... 111

5.1.2 Mandi Air Daun-Daunan ... 114

5.1.3 Penggunaan Gurita ... 115

5.1.4 Penggunaan Batu Hangat ... 117

5.1.5 Pengasapan ... 118

5.1.6 Obat Kampung (Jamu) ... 121

5.1.7 Kusuk Atau Urut ... 122

5.2 Pantangan Makanan Selama Masa Nifas ... 124

5.3 Larangan Keluar Rumah ... 131

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 133

6.1. Kesimpulan ... 133

6.2 Saran ... 135

DAFTAR PUSTAKA ... 136


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

4.1. Punggung Ibu Sedang Dioleskan Minyak Makan ... 69

4.2. Perut Ibu Sedang Di oleskan Kapur Sirih ... 70

4.3. Jenis Daun yang Digunakan Untuk Mandi ... 71

4.4. Ibu Sedang Dimandikan oleh Dukun... 71

4.5. Ibu Sedang Dipakaikan Gurita ... 73

4.6. Batu Saat Dibakar ... 74

4.7. Batu Panas yang Sudah Dibungkus Kain Sedang Digosokkan di Perut Ibu ... 74

4.8. Ibu Sedang Diasapkan ... 76

4.9. Ikan yang Boleh Dimakan Ibu ... 78

4.10. Ikan yang tidak Boleh Dimakan Ibu ... 78

4.11. Sayur yang Boleh Dimakan Ibu ... 80

4.12. Sayur yang tidak Boleh Dimakan Ibu ... 80

4.13. Buah yang Boleh Dimakan Ibu ... 81

4.14. Buah yang tidak Boleh Dimakan Ibu ... 81

4.15. Jenis Daun yang Diminum Ibu (Jamu/Obat Kampung) ... 83


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Formulir Persetujuan Menjadi Informan ... 141

2. Karakteristik Ibu... 142

3. Panduan Wawancara Perawatan Ibu Nifas ... 143

4. Karakteristik Informan Penelitian ... 146


(16)

ABSTRAK

Nifas adalah periode waktu setelah lahirnya placenta sampai 40 hari kemudian. Pada masa nifas terjadi proses pemulihan alat reproduksi menjadi keadaan seperti sebelum hamil. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perawatan masa nifas (bak afu-afu) yang dilakukan pada suku Leukhon di Desa Lubuk baik Kecamatan Alafan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi. Jumlah informan 10 orang terdiri dari 3 orang ibu nifas, 1 orang ibu yang mempunyai bayi umur 11 bulan, 2 orang kader posyandu, 2 orang dukun dan 2 orang tokoh masyarakat.Proses pengumpulan data melalui wawancara dengan informan dengan menggunakan alat perekam suara. Pengumpulan data berlangsung pada bulan Juni 2014 di Kecamatan Alafan Kabupaten Simeulue.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawatan ibu nifas pada suku Leukhon didasari oleh budaya. Jenis perawatan nifas yang dilakukan selama masa nifas antara lain penggunaan kapur sirih dan minyak makan, mandi air daun-daunan, penggunaan gurita, penggunaan batu hangat (bulancing), pengasapan (naite), pantangan makanan,minum obat kampung (jamu), kusuk atau urut, dan larangan keluar rumah selama 40 hari. Perawatan nifas tersebut ada yang sesuai dengan kesehatan ada yang merugikan kesehatan. Yang terutama merugikan kesehatan adalah pengasapan dan pantang makanan.

Disarankan pada Puskesmas Alafan untuk mengembangkan upaya promosi kesehatan yang sasarannya tidak hanya pada ibu nifas tetapi juga mencakup masyarakat generasi sebelumnya (orang tua) tentang pengaruh perawatan nifas secara tradisional yaitu kebiasaan berpantang makanan dan pengasapan pada masa nifas yang dapat berpengaruh bagi kesehatan ibu dan bayi.


(17)

ABSTRACT

Nifas (the period of confinement) is the period from the placenta is born to the next 40 days. In this period, reproduction organ restores to the condition before pregnancy. The objective of the research was to find out the treatment during nifas (bak afu-afu) period conducted by Leukhon tribe in Lubuk baik Alafan Subdistrict.

The research used qualitative phenomenology type of research. There were ten informants that consisted of three nifas mothers, one mother who had a 11 year-old baby, two posyandu cadres, and two public figures. The data were gathered by conducting interviews with the informants, using a tape recorder in Alafan Subdistrict, Simeulue District, in June, 2014.

The result of the research showed that the treatment of nifas mothers in Leukhon tribe was based on culture. Nifas treatment was done by using kapur sirih (lime chewed with a betel quid) and cooking oil, bathing with water and leaves, using gurita (abdominal belt), using warm stone (bulancing), fumigation (naite), restricted to certain foods, drinking traditional medicine, massaging, and prohibiting to go out of the house for 40 days. This nifas treatment could harm health and could give the benefit for health. Those which harmed health was fumigation and restricted to certain foods.

It is recommended that the management of Alafan Puskesmas develop health promotion not only to mothers but also to the whole community, including the old generation, about the traditional nifas treatment, particularly about restricted to certain foods and fumigation which can harm the health of mothers and their babies.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Isu kesehatan reproduksi perempuan sudah menjadi salah satu goal dalam program Millennium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kesehatan reproduksi perempuan menjadi penting untuk segera ditangani karena angka kematian ibu yang melahirkan tidak bisa dihiraukan. Menurut data yang dimiliki oleh PBB, lebih dari 350.000 perempuan meninggal dunia setiap tahunnya akibat komplikasi yang dialami saat melahirkan, dan 99% dari mereka berasal dari negara berkembang (BKKBN, 2012).

Angka kematian merupakan salah satu indikator status kesehatan di masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Anak (AKA), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup Waktu Lahir (AHH) telah ditetapkan sebagai indikator derajat kesehatan di Indonesia Sehat 2010. AHH bahkan digunakan sebagai salah satu komponen untuk menghitung Human Development Index (HDI). Ditinjau dari HDI, Indonesia menduduki ranking 109 dari 174 negara jauh tertinggal dari Negara-negara ASEAN lainnya. Ranking ini relatif tak beranjak, bahkan cenderung lebih buruk (tahun 2003 urutan 112 dari 175 negara) (Qomariah, 2013).

Data menunjukkan masih tingginya AKI yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup rata-rata AKI tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup, rata-rata


(19)

kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu kelahiran hidup. AKB yaitu 42 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kecenderungan angka-angka tersebut, akan sulit dicapai target MDG tahun 2015. Penurunan AKI hanya mencapai 52% dari keadaan tahun 1990 dari target 75% dan penurunan AKB mencapai 53% dari target 67%. Penilaian sistem kesehatan berbagai negara, Indonesia menempati urutan 106 dari 191 negara yang dinilai untuk indikator pencapaian yang mencakup status kesehatan.

Fakta lain dari kematian maternal yang terjadi di Indonesia berdasarkan Survey Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010 adalah jumlah kematian absolut tertinggi justru terjadi di propinsi dengan fasilitas dan tenaga kesehatan yang memadai, salah satunya Jawa Tengah (Hartiningtiyaswati, 2010).

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Aceh hingga saat ini masih tergolong tinggi. Berdasarkan data terakhir Desember 2011, jumlah AKI melahirkan di Aceh berkisar 190/100.000 kelahiran hidup (KH) dan AKB berkisar 30/1.000 KH. Karenanya, upaya pengurangan terus dilakukan oleh Pemerintah Aceh sebagai salah satu indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bidang kesehatan (Yoes, 2013).

Berdasarkan data Puskesmas Alafan tahun 2011, jumlah ibu hamil 119 sasaran, ibu bersalin 113 sasaran, bayi 108 sasaran, dan mempunyai Angka Kematian Ibu (AKI) 1 orang dari 113 sasaran ibu bersalin, Angka Kematian Bayi (AKB) 3 orang dari 108 sasaran. Tahun 2012, memiliki ibu hamil 111 sasaran, ibu bersalin 106 sasaran, dan bayi 84 sasaran. Alafan juga memiliki AKI 1 orang dari 113 sasaran


(20)

AKB 1 dari 104 sasaran. Tahun 2013 Alafan memiliki ibu hamil 112 sasaran, ibu bersalin 72 sasaran, dan bayi 73 sasaran. Tahun 2013 Alafan memiliki AKI nol dan AKB 3 orang dari 73 sasaran bayi. Pada tahun 2011, dari 4 orang kematian bayi, 2 bayi meningggal karena asfiksia, 1 lahir meninggal dan 1 BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Tahun 2012, 6 orang bayi meninggal. 2 orang meninggal karena asfiksia, 2 orang lahir mati, 1 BBLR dan 1 febris. Tahun 2013, 4 orang bayi meninggal. 2 orang asfiksia, 1 orang lahir mati dan 1 orang febris.

Secara universal adat atau kepercayaan menyambut masa-masa kehamilan, masa melahirkan dan masa nifas terkait dengan tabu ada di seluruh negara, baik di negara yang teknologinya sudah maju maupun di negara berkembang. Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu, karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang melanggarnya. Dalam ancaman bahaya ini terdapat kesan magis, yaitu adanya kekuatan super power yang berbau mistik, yang akan menghukum orang-orang yang melanggar pantangan atau tabu tersebut (Sri, 2006).

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Berbedanya kebudayaan ini menyebabkan banyaknya mitos mengenai masa kehamilan, persalinan dan nifas. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi pentingnya perawatan kehamilan, persalinan, nifas dan perawatan Bayi Baru Lahir (BBL). Pelayanan bersalin, pasca persalinan yang baik sangat penting karena sebagian besar kematian ibu dan bayi baru lahir terjadi pada 2 hari pertama dan pasca persalinan (Qomariah 2013).


(21)

Budaya atau kebiasaan masyarakat merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan. Diantara kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat, ada yang mengutungkan ada pula yang merugikan. Banyak pengaruh yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari dinas kesehatan. Dalam konteks kehamilan, persalinan, dan kelahiran bayi itu, setiap masyarakat mempunyai cara-cara budaya mereka sendiri untuk memahami dan menanggapi peristiwa pertumbuhan janin dan kelahiran bayi, yang sudah dimasukkan jauh sebelum masuknya sistem medis biomedikal di lingkungan komuniti mereka. Berbagai kelompok masyarakat juga mempunyai cara-cara tertentu dalam mengatur aktifitas-aktifitas mereka saat menghadapi wanita yang hamil dan bersalin. Demikian pula di dalam berbagai kebudayaan, terdapat cara-cara tertentu sebagai respon mereka saat menanggapi kematian bayi dan ibunya (Swasono, 1998).

Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama bagi ibu hamil, bersalin, dan nifas, adalah lingkungan juga pendidikan dari masing-masing dari kaum ibu tersebut dan seandainya mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan terhadap hal itu, maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan atau adat istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu nifas (Qomariah 2013).

Memasuki masa persalinan merupakan suatu periode yang kritis bagi para ibu hamil karena segala kemungkinan dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamat atau dengan kematian. Masih tingginya angka kematian ibu di Indonesia berkaitan erat


(22)

dengan faktor sosial budaya masyarakat, seperti tingkat pendidikan penduduk, khususnya wanita dewasa yang masih rendah, keadaan sosial ekonomi yang belum memadai, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang masih rendah, jauhnya lokasi tempat pelayanan kesehatan dari rumah-rumah penduduk, kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, perilaku masyarakat yang kurang menunjang dan lain sebagainya. Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas kesehatan, di beberapa wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun karena kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat dan meminta tolong kepada ibu dukun. Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah (Swasono, 1998).

Delapan puluh persen non-kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun dianggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih mempercayakan pertolonga oleh dukun dianggap murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi (Diah, 2012).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini, karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Qomariah, 2013).


(23)

Masyarakat Indonesia mengartikan masa nifas merupakan periode waktu sejak selesai persalinan sampai 40 hari setelah itu. Periode nifas adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal seperti sebelum hamil. Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologi pada ibu. Perubahan fisiologi sangat jelas, walaupun dianggap normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk energi, tingkat kenyaman, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan, perawat dan keluarga (Qomariah, 2013).

Suku Leukhon Kabupaten Simeulue Kecamatan Alafan adalah salah satu dari ratusan suku bangsa di Indonesia. Masyarakatnya mayoritas beragama Islam. Masyarakatnya lebih memilih untuk melahirkan di rumah, kalaupun ada yang harus dirujuk, akan mengalami proses yang sangat lambat sampai ibu dapat dibawa ke rumah sakit, juga tidak jarang ibu dan bayinya meninggal sebelum ibu dan bayinya sampai kerumah sakit dikarenakan oleh sanak keluarga yang bermusyawarah dulu, atau tidak mengizinkannya untuk dirujuk dan jalan yang rusak. Selain itu masih ada persalinan yang ditolong oleh dukun, kalau ditolong oleh tenaga kesehatan, dukun tetap juga mendampingi untuk mengikuti proses persalinan dan perawatan ibu nifas dan perawatan bayi (Hasil wawancara dengan Bidan Desa).

Ibu-ibu suku Leukhon mempunyai kebiasaan untuk melakukan pengasapan pada ibu nifas hingga dapur dapat dipenuhi oleh asap. Ibu yang telah melahirkan dan bayinya ditempatkan di dapur. Bayi diletakkan di samping ibunya, agar ibu tidak


(24)

repot untuk menggendong bayinya, jika sibayi menangis. Dengan menghidupkan api, membakar kayu, kulit bawang atau sabut kelapa yang dapat mengeluarkan asap yang banyak hingga dapur dapat dipenuhi oleh asap. Asap ini dapat memperburuk kesehatan bayi dan ibunya karena dapat mengganggu proses pernapasan dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan (Hasil wawancara dengan Bidan Desa).

Pengasapan dilakukan selama 10 hari. Manfaat asap untuk menghangatkan ibu, agar ibu berkeringat sehingga ibu tidak sakit kepala, dan tidak dingin. jika kepala ibu sakit itu berarti darah putih telah naik ke kepala. Manfaat lain dari pengasapan untuk menjauhkan mahluk halus yang dapat mengganggu ibu dan bayinya. Ibu juga meletakkan batu yang telah dibakar dan dibungkus dengan kain sampai beberapa lapis dan panasnya masih dirasakan, batu diletakkan di atas perut sambil diurut-urut. Manfaat dari pemakaian batu panas agar rahim ibu layu (mengecil) karena setelah melahirkan rahim bengkak dan akhirnya darah keluar yang artinya rahim sudah layu dan mencegah sakit diare. Jika ibu tidak menggunakan batu panas maka ibu akan cepat hamil lagi.

Ibu diberikan makan bubur selama 3 hari untuk mempercepat keluarnya ASI. Pada hari pertama sebelum ASI keluar bayi diberikan minum air putih yang telah dicampur dengan gula karena ASI belum ada. Jika bayi rewel, maka bayi diberikan makan pisang awak atau bubur. Dengan tujuan agar bayi kenyang dan tidur. Setelah melahirkan ibu diberikan air perasan daun Pepaya yang telah dicampur dengan kunyit, lada, pala, asam, bawang putih lalu dipanaskan dan diminumkan pada ibu untuk menghilangkan sakit kepala dan mencegah naiknya darah putih. Ibu mandi air


(25)

yang telah dicampur daun-daunan, minum jamu dari bahan rempah-rempah. Kusuk dilakukan setelah 3 hari melahirkan, untuk merilaxkan ibu, dan memeriksa rahim ibu apakah sudah layu. Jika rahim sudah layu berarti rahim ibu sudah sembuh.

Penggunaan Gurita dilakukan selama 12 hari bahkan bisa sampai 40 hari. Pada hari pertama perut ibu diolesi dengan kapur sirih yang telah dicampur dengan minyak makan setelah itu perut ibu diikat dengan gurita. Gurita digunakan untuk mengecilkan perut ibu agar terlihat langsing dan menghilangkan warna kulit yang hitam akibat kehamilan.

Ibu dan bayi tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari, karena itu merupakan pantangan. Jika dilanggar menyebabkan bayi diganggu oleh mahluk halus. Ibu tidak boleh makan makanan yang pedas, tidak boleh makan dengan ikan yang digulai dengan santan, karena dapat menyebabkan bayi diare dan proses penyembuhan rahim akan semakin lama, tidak boleh makan daging dan ikan karang, udang, cumi dan kepiting. Ibu hanya makan dengan ikan yang direbus, digoreng tapi tidak boleh pedas, dan ikan yang dibakar, jika ibu tidak mematuhinya, maka ibu akan lama sembuhnya. Sayur-sayuran yang boleh dimakan sayur daun katuk dan daun pepaya yang direbus untuk melancarkan ASI dan mencegah naiknya darah putih ke kepala. Jika ibu makan sayuran selain yang telah dianjurkan dukun, maka ASI yang keluar akan lebih sedikit. Ibu boleh berjalan, tapi harus jalan dengan sangat hati-hati, karena dapat menyebabkan daerah kewanitaan terluka dan mengeluarkan darah yang banyak. Kebiasaan tersebut sudah dilakukan sejak dulu oleh nenek moyang dan dilakukan secara turun menurun.


(26)

Berdasarkan fakta yang terjadi pada masyarakat di atas, dapatlah dikatakan bahwa memang benar ada beberapa nilai kepercayaaan masyarakat yang berhubungan dengan perawatan nifas. Mengingat bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multikultural, maka fenomena tersebut sangat wajar terjadi, dan pengetahuan tentang aspek budaya merupakan hal penting diketahui oleh pelayan kesehatan untuk memudahkan dalam melakukan pendekatan dan pelayanan kesehatan. (Swasono, 1998).

Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti perawatan ibu nifas(bak afu-afu) perspektif budaya Leukhon di Desa Lubuk baik Kecamatan Alafan.

1.2. Perumusan Masalah

Ada sebagian perawatan ibu nifas (bak afu-afu) Suku Leukhon yang tidak sesuai menurut Kesehatan.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perawatan masa nifas (bak afu-afu) yang dilakukan pada Suku Leukhon di Desa Lubuk baik Kecamatan Alafan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi Puskesmas Alafan. Menjadi bahan masukan bagi tenaga kesehatan untuk memberikan konseling pada ibu-ibu Suku Leukhon di Desa Lubuk baik Kecamatan Alafan tentang perawatan nifas (bak afu-afu) dengan cara yang sesuai dengan kesehatan.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Post Partum/ Masa Nifas

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam kurun waktu yang relatif pendek darah keluar sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas adalah masa setelah lahirnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2009).

Masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42) hari setelah itu. Pelayanan nifas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu (Qomariah, 2013).

Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju maupun berkembang. Perhatian utama ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada saat kehamilan


(28)

dan persalinan, keadaan yang sebenarnya justru malah sebaliknya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada pasca persalinan. Keadaan ini terutama disebabkan konsekuensi ekonomi, disamping ketidak tersediaan peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas (Qomariah, 2013).

Masa nifas adalah fase khusus bagi ibu dan bayi. Bagi ibu yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya, ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan yang sangat bermakna dalam hidupnya. Keadaan ini ditandai dengan perubahan emosional, perubahan fisik secara dramastis, hubungan keluarga dan aturan serta penyesuaian terhadap aturan yang baru. Termasuk perubahan seorang perempuan menjadi ibu, disamping masa nifas juga merupakan masa perubahan dan penyesuaian sosial ataupun perseorangan (individual) ( Prawirohardjo, 2002).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 69% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2002).

Perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian ibu setiap tahun di dunia, dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan pasca persalinan. Seorang ibu dengan anemia pada saat hamil, pada umumnya lebih


(29)

tidak mampu untuk mengatasi kehilangan darah yang terjadi jika dibandingkan dengan seorang ibu dengan kebutuhan nutrisi cukup. Dalam waktu 1 jam setelah persalinan, penolong persalinan harus memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar. Bila terjadi perdarahan berat, tranfusi darah adalah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan kehidupan ibu.

Perdarahan pasca persalinan adalah komplikasi yang terjmadi pada tenggang waktu di antara persalinan dan masa pasca persalinan. Faktor predisposisi yang lain adalah anemia, yang berdasarkan prevalensi di negara berkembang merupakan penyebab yang paling bermakna kejadian perdarahan pasca persalinan. Bila placenta masih terdapat di dalam rahim atau keluar secara tidak lengkap pada jam pertama setelah persalinan, harus segera dilakukan plasenta manual untuk melahirkan plasenta, untuk mencegah terjadinya perdarahan (Qomariah, 2013).

Di beberapa negara didapatkan adanya korelasi antara timbulnya gejala di atas dengan persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. Faktor predisposisi adalah infeksi genital pada masa nifas yang disebabkan oleh persalinan macet, ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam yang terlalu sering, pemantauan janin intravaginal, dan bedah caesar. Salah satu penyebab infeksi nifas yang paling berbahaya dan menyebabkan kematian adalah Grup A Streptokokus. Komplikasi pasca persalinan lain yang sering dijumpai adalah termasuk saluran kemih, retensio urin/inkontinensia. Banyak ibu


(30)

mengalami nyeri pada daerah perineum dan vulva selama beberapa minggu, terutama apabila terdapat kerusakan jaringan atau episiotomi pada persalinan kala II. Perineum ibu harus diperhatikan secara teratur terhadap kemungkinan terjadinya infeksi.

Pada masa pasca persalinan, seorang ibu memerlukan : 1. Informasi dan konseling tentang

a. Perawatan bayi dan pemberian ASI

b. Apa yang terjadi termasuk adanya gejala yang mungkin timbul c. Kesehatan pribadi, higiene, dan masa penyembuhan

d. Kehidupan sexual e. Kontrasepsi f. Nutrisi 2. Dukungan dari

a. Petugas kesehatan

b. Kondisi emosional dan psikologis suami serta keluarganya

c. Pelayanan kesehatan untuk kecurigaan munculnya tanda-tanda komplikasi.

2.2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Adapun tujuan asuhan masa nifas adalah:


(31)

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian Imunisasi dan perawatan bayi sehat.

4. Memberikan pelayanan Keluarga Berencana.

2.3. Tahapan Masa Nifas

Tahapan yang dijalani ibu dalam masa nifas adalah: 1. Puerpurium Dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2. Puerpurium Intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. 3. Remote Puerpurium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan dan tahunan.

4. Kunjungan Masa Nifas

1. Kunjungan I : Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan 2. Kunjungan II : Asuhan 6 hari setelah melahirkan 3. Kunjungan III : Asuhan 2 minggu setelah persalinan 4. Kunjungan IV : Asuhan 6 minggu setelah persalinan


(32)

2.4. Perubahan Sistem Reproduksi

1. Involusi

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus, dan akhirnya dengan kontraksi ototnya mengeluarkan bayi ke dunia. Sekarang unsur-unsur tersebut telah dilalui, dan rahim menjalani involusi, segera setelah melahirkan, berat rahim menjadi 1000 gram dan dapat dirasakan sebagai kantung yang kuat membulat, mencapai tali pusar, pada hari ke 14 setelah kelahiran, ukurannya menyusut menjadi 350 gram dan tidak lagi dapat dirasakan keberadaannya di dalam perut, pada hari ke 60 (8 minggu) setelah kelahiran, rahim kembali ke ukuran normal. Involusi di sebabkan oleh pembengkakan serabut otot dan penyerapan substansinya. Sebagian ke dalam aliran darah dan sebagian lagi ke dalam lochea (Jones, 2005).

2. Proses Involusi Uteri

Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram. Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan uterus selama hamil. Pertumbuhan uterus


(33)

selama prenatal, tergantung pada hyperplasia, peningkatan sel-sel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa nifas penurunan kadar hormon-hormon menyebabkan terjadinya Autolisys.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut: a. Autolisys

Autolisys merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat

mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga yang tertinggal hanya jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.

b. Atrofi Jaringan

Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah yang besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi tehadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru.


(34)

c. Efek Oksitosin (Kontraksi)

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterus akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi placenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan placenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. Selama 1 sampai 2 jam pertama nifas intensitas utama kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur. Karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan Oksitosin biasanya diberikan secarara intravena atau intramusculer segera setelah kepala bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah bayi akan merangsang pelepasan oksitosin karena isapan pada payudara.

3. Bagian Bekas Implantasi Placenta

a. Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12x5 cm, permukaan kasar dimana pembuluh darah bermuara 2.


(35)

b. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosis disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.

c. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke 2 sebesar 6-8cm pada akhir masa nifas sebesar 2 cm.

d. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan lochea.

e. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium. f. Luka sembuh sempurna pada 6-8 minggu nifas.

4. Perubahan-perubahan Normal pada Uterus Selama Nifas

a. Involusi uterus dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uterus dengan cara: segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm di atas pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm setiap hari.

b. Pada hari ke 2 setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm di bawah pusat. Pada hari 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat. Pada hari ke 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba. Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi tertinggalnya sisa plasenta/perdarahan lanjut (nifas haemorrhage).


(36)

5. Lochea

Lochea adalah darah yang dibuang dari rahim yang kini telah mengerut kembali ke ukuran semula. Selama kehamilan, rahim merupakan kapsul tempat janin hidup dan tumbuh. Rahim melindungi janin dari lingkungan luar, menyediakan gizi melalui uri.

a. Lochea Rubra/Merah (Kruenta)

Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa nifas. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.

b. Lochea Sanguinolenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklat-coklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 nifas.

c. Lochea Serosa

Lochea ini berwarna kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 nifas.

d. Lochea Alba/ Putih

Mengandung leukosit dan sel desidua, sel epitel, selaput lendir servik dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba keluar pada hari ke 15 sampai 40 hari atau berlangsung selama 2 sampai 6 minggu nifas.


(37)

6. Serviks

Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korvus dan servik berbentuk semacam cincin. Muara servik yang berdilatasi 10cm pada waktu persalinan, menutupi secara bertahap-bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih dapat masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 nifas servik menutup.

1. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu nifas. Penurunan estrogen pada masa nifas berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar minggu ke 4.

2. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu akan mengalami obstipasi setelah melahirkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemorroid, laserasi jalan lahir.


(38)

Supaya buang air besar kembali lancar dapat diberikan diit yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam 2-3 hari dapat ditolong dengan hugna atau diberikan obat pencahar.

3. Perubahan Sistem Perkemihan

Kadang-kadang masa nifas sulit untuk BAK (Buang Air Kecil) karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingterani selama persalinan, juga oleh karena adanya oedema kandung kemih yang terjadi selama proses persalinan. Sisa urine dan trauma pada kandung kemih waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.

7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen, fasia, dan difragma pelvis yang meregang pada saat persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur, untuk pemulihan dibantu dengan latihan.


(39)

8. Perubahan Endokrin

a. Hormon Plasenta

Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang besar. Pengeluaran placenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Penurunan hormon hpl (human placental lactogen, estrogen dan progesteron serta placental enzime insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada nifas.

b. Hormon Pituitary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke- 3 dan LH tetap rendah sehingga ovulasi terjadi.

c. Hormon Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ke-3 persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi atas tempat plasenta dan


(40)

mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus kembali ke bentuk normal dan pengeluaran air susu.

d. Hipotalamik Pituitari Ovarium

Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyususi akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progestron. Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.

9. Perubahan tanda-tanda vital a. Suhu badan

24 jam post partum suhu badan akan naik sedikitnya (37,5ºC- 38°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal maka suhu tubuh akan normal lagi.


(41)

b. Nadi

Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Tapi jika lebih dari 100 x permenit adalah abnormal, hal itu disebabkan oleh adanya infeksi atau perdarahan nifas yang tertunda.

c. Tekanan darah

Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi nifas akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak turun, berarti adanya tanda pre-eklamsia.

d. Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan.

10. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Bila kelahiran melalui section caesaria kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung dan dapat menimbulkan dekompensasi kodis pada


(42)

penderita vitium cordia. Untuk keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala.

11. Perubahan Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama nifas, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah (Ambarwati, 2008).

2.5. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas

Pada masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan, masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah mendeteksi dan menangani masalah–masalah yang terjadi. Kunjungan pertama, dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan. Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan, dan merujuk bila pendarahan berlanjut, memberikan konseling kepada ibu dan salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, juga menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia dan jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.


(43)

Kunjungan kedua, dilakukan pada 6 hari setelah persalinan. Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau cairan, dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenali asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

Kunjungan ke 3 dilakukan pada 2 minggu setelah persalinan, kunjungan ini tujuannya sama dengan kunjungan yang ke 2. Setelah kunjungan ke 3 maka dilakukanlah kunjungan ke 4 dilakukan 6 minggu setelah persalinan yang merupakan kunjungan terakhir selama masa nifas kunjungan ini bertujuan untuk menanyakan pada ibu tentang penyulit–penyulit yang ia atau bayi alami, juga memberikan konseling untuk mendapatkan pelayanan KB secara dini. (Prawirohardjo, 2002).

Bila wanita itu sangat mengeluh tentang adanya afterpains atau mules, dapat diberi analgetik atau sedatif supaya ia dapat beristirahat atau tidur. Delapan jam nifas wanita tersebut disuruh mencoba menyusui bayinya untuk merangsang timbulnya laktasi. Kecuali bila ada kontra indikasi untuk menyusui bayinya, seperti wanita yang menderita tifus adominalis, tubercolosis aktif, diabetes mellitus berat, psikosis, puting susunya tertarik ke dalam dan lain-lain. Bayi dengan labio palato skiziz (sumbing)


(44)

tidak dapat menyusui oleh karena tidak dapat mengisap. Hendaknya hal ini diketahui oleh bidan atau dokter yang menolongnya. Minumannya harus diberikan melalui sonde. Begitu pula dengan bayi yang dilahirkan dengan alat seperti ekstrasi vakum atau cunam dianjurkan untuk tidak menyusui sebelum benar-benar diketahui tidak ada trauma kapitis. Pada hari ke 3 atau ke 4 bayi tersebut baru diperbolehkan untuk menyusui bila tidak ada kontra indikasi.

Perawatan mammae harus sudah dilakukan sejak kehamilan, areola mammae dan puting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream, agar tetap lemas, jangan sampai kelak mudah lecet dan pecah-pecah, sebelum menyusui mammae harus dibuat lemas dengan melakukan massage secara menyeluruh. Setelah areola mammae dan putting susu dibersihkan, barulah bayi disusui (Prawirohardjo, 2002).

Secara tradisional, bagian pertama dari periode ini adalah masa istirahat. Ketika ibu dipisahkan oleh orang lain (khususnya pria) karena kehilangan zat darahnya dari vagina sehingga tidak bersih. Pada saat itu, tanpa disadari zat darah tersebut (lochea) yang merupakan campuran dari darah dan produk jaringan dari dinding rahim secara perlahan-lahan luruh, ketika rahim mengalami pengecilan kembali atau pengerutan, kembali ke ukuran rahim semula. Tradisi pemisahan selama periode istirahat sudah lama ditinggalkan, tetapi banyak pengaruh terhadap


(45)

sekelilingnya, seperti keyakinan bahwa wanita tersebut tidak bersih, sampai kini. (Jones, 2005).

2.6. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas

Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan adanya perubahan psikisnya. Ia mengalami kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya, berada dibawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar biasa sekarang untuk menjadi seorang ibu. Reva Rubin membagi periode menjadi 3 bagian:

Periode ”Taking In”

a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya. b. Ia mungkin akan mengulang-ngulang menceritakan pengalamannya waktu

melahirkan.

c. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat kurang istirahat.

d. Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat penyembuhan dan pemulihan luka, serta persiapan laktasi aktif.


(46)

2. Periode”Taking Hold”

a. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 nifas.

b. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.

c. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya.

d. Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya menggendong, memandikan, memasang popok, dan sebagainya.

e. Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut.

f. Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan bimbingan cara perawatan bayi, namun harus diperhatikan tehnik bimbingannya, jangan sampai menyinggung perasaan atau membuat perasaan ibu tidak nyaman karena ia sangat sensitif. Hindari kata ”jangan begitu” atau ”kayak gitu salah” pada ibu karena hal itu akan sangat menyakiti perasaannya dan akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti bimbingan yang diberikan bidan.


(47)

3. Periode ”Letting Go”

a. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Periode ini pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diperlukan oleh keluarga.

b. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung terhadapnya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan, dan hubungan sosial.

c. Depresi nifas umumnya terjadi pada periode ini.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orangtua, pada masa nifas antara lain:

1) Respon dan dukungan keluarga dan teman

Bagi nifas, apa lagi pada ibu yang baru pertama kali melahirkan akan sangat membutuhkan dukungan orang-orang terdekatnya karena ia belum sepenuhnya berada pada kondisi stabil, baik fisik maupun psikologisnya. 2) Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi.

Hal yang dialami oleh ibu ketika melahirkan akan sangat mewarnai alam perasaannya terhadap perannya sebagai ibu. Ia akhirnya menjadi


(48)

tahu bahwa begitu beratnya ia harus berjuang untuk melahirkan bayinya dan hal tersebut akan memperkaya pengalaman hidupnya untuk lebih dewasa.

3) Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak

Walaupun kali ini bukan pengalaman pertama melahirkan bayinya, namun kebutuhan mendapatkan dukungan positif dari lingkungannya tidak jauh berbeda dengan ibu yang melahirkan anak pertama.

4) Pengaruh budaya

Lalu adanya adat-istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga sedikit banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati saat transisi ini (Sulistyawati, 2009).

2.7. Post Partum Blues

Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Keadaan ini disebut dengan baby blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan alami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Gejala-gejala baby

blues antara lain: menangis, mengalami perubahan perasaan, cemas, kesepian,

khawatir mengenai sang bayi, penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang ibu.


(49)

Gejala-gejala depresi pasca persalinan 1. Sulit tidur bahkan ketika bayi sudah tidur 2. Nafsu makan hilang

3. Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol

4. Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi 5. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi

6. Pikiran yang menakutkan mengenai bayi

7. Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi

8. Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan bedebar-debar. Jika ibu mengalami gejala-gejala tersebut sebaiknya ibu memberitahu suami, bidan, atau dokter. Depresi masa nifas adalah keadaan yang sangat serius, seorang wanita memerlukan banyak dukungan dari suami, keluarga dan lingkungannya (Ambarwati, 2008).

2.8. Kebutuhan Ibu Nifas

1. Gizi

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Beberapa anjuran untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu:

a. Mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kalori b. Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan vitamin


(50)

c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari

d. Mengkonsumsi tablet zat besi selama nifas

e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI (Sulistyawati, 2009).

2. Ambulansi dini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing untuk berjalan dalam 24-48 jam post partum. Keuntungannya adalah:

a. Ibu merasa lebih baik, lebih sehat, dan lebih kuat b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik

c. Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk merawat atau memelihara anaknya, memandikan dan lain-lain selama ibu masih perawatan. 3. Eliminasi (buang air kecil dan besar)

Dalam 6 jam pertama post partum, pasien harus sudah dapat buang air kecil. Semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan. Dalam 24 jam pertama, pasien juga harus sudah dapat air besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit baginya untuk buang air besar secara lancar.


(51)

4. Kebersihan diri 5. Perawatan payudara

a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu terutama dengan menggunakan BH yang menyokong payudara.

b. Jika puting lecet masa oleskan ASI pada sekitar puting susu setiap selesai menyusui. Menyusui dimulai dari puting yang tidak lecet.

c. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.

d. Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup. Kurang istirahat dapat menyebabkan:

a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan. c. Menyebabkan depresi dan ketidak nyamanan untuk merawat bayi dan

dirinya. 6. Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan


(52)

seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan. 7. Latihan atau senam nifas

Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal sebaiknya latihan masa nifas seawal mungkin dengan catatan menjalani persalinan dengan normal dan tidak ada penyulit post partum.

2.9. Konsep Budaya dalam Perawatan Masa Nifas

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta (buddhayah) yaitu bentuk jamak dari

buddhi yang berarti “budi”atau “akal” semua hal-hal yang berkaitan dengan akal.

Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Syafrudin, 2008).

Kebudayaan adalah komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat. Kebudayaan semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat yang berfungsi sebagai:

1. Tempat berlindung

2. Kebutuhan makan dan minum 3. Pakaian dan perhiasan.


(53)

Serta mempunyai kepribadian yaitu organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosialisasi yang mendasari perilaku individu (Syafrudin, 2008).

Faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan disamping faktor-faktor lainnya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan/adat-istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu bersalin dan nifas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu: 1. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan sosial yaitu interaksi masyarakat adat-istiadat, pendidikan dan tingkat ekonomi. contoh: ibu yang baru melahirkan dan sedang menyusui mengurangi makan ikan, karena meyakini ASI akan berbau amis.

2. Faktor Prilaku

Faktor budaya setempat dan pengetahuan sendiri serat sistem nilai sangat berpengaruh terhadap keputusan yang diakses oleh pasien dan keluarga.

3. Faktor Pelayanan Kesehatan

Faktor tingkat pelayanan kesehatan merupakan faktor ke 3 yang mempengaruhi kesehatan masyarakat.


(54)

Contoh: seorang ibu hamil akan bersalin, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan harus melintasi jarak berkilo-kilo meter dengan jalan kaki. Artinya pusat pelayanan kesehatan sangat berpengaruh dari segi jarak pemukiman, kelengkapan alat-alat dan obat yang tersedia serta tenaga ahli yang terampil dan menguasai teknologi kesehatan.

4. Faktor Keturunan

Faktor keturunan merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir (Asma, Diabetes melitus, hipertensi, dll) (Syafrudin, 2008).

2.10. Budaya dalam Perawatan Masa Nifas

Kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat Indonesia ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu nifas (Syafrudin, 2008).

Pada masa nifas, ibu memerlukan tambahan nutrisi 3 kali lipat dari kondisi biasanya untuk pemulihan tenaga atau aktivitas ibu, metabolisme, cadangan dalam tubuh, penyembuhan luka jalan lahir, serta untuk memenuhi kebutuhan bayi berupa produksi ASI. Diet yang diberikan harus bermutu tinggi dengan cukup kalori, cukup protein, cairan, serta banyak buah-buahan karena ibu nifas mengalami hemokonsentrasi (Jones, 2005).

Tarak atau pantangan makanan adalah kebiasaan, budaya atau anjuran yang tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu misalnya sayuran,


(55)

buah, ikan dan biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya yang dapat mempengaruhi produksi ASI, ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Pantangan makanan dalam masa nifas jenis pantang makanannya yaitu: jenis buah yang bulat, jenis buah yang asam /kecut macam-macam ikan, jenis makanan yang licin, dianggap menyebabkan perut sakit. Ikan basah, ikan lele, ikan mujair, dan udang dianggap dapat mengakibatkan kemaluan menjadi licin juga daun genjer, daun kangkung, daun talas daun, seraung dan daun kacang. Buah mangga, jeruk, pepaya, jambu air, crème, dianggap dapat menyebabkan perut menjadi bengkak dan cepat mudah hamil (buah yang asam /kecut), nangka, durian, kluih, dan waluh. Ibu hanya boleh makan makanan tertentu, lalapan tertentu, sambel oncom, kunyit bakar, dianggap mengembalikan alat reproduksi agar cepat kembali pulih (Damayanti, 2010).

Pola makan yang sehat adalah makanan yang dikonsumsi memiliki jumlah kalori dan zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan seperti air, lemak, karbohidrat, protein, dan mineral. Ibu nifas hendaknya mengusahakan mengkonsumsi daging khususnya daging sapi agar penurunan berat badan berjalan lebih cepat dan produksi ASI tetap lancar, karena daging sapi memiliki banyak serat yang dapat memperlancar buang air besar. Sehingga tanpa diet ibu tetap memiliki badan yang ideal. Selain itu sayur dan buah pun juga mengandung banyak serat yang dapat memperlancar buang air besar (Damayanti, 2010).


(56)

Alasan budaya tarak di masyarakat adanya pantangan makanan merupakan gejala yang hampir universal berkaitan dengan konsepsi "panas-dingin" yang dapat mempengaruhi keseimbangan unsur-unsur dalam tubuh manusia -tanah, udara, api dan air. Apabila unsur-unsur di dalam tubuh terlalu panas atau terlau dingin maka akan menimbulkan penyakit. Memang tidak semua praktek/perilaku masyarakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan medis/kesehatan (Damayanti 2010).

Kebutuhan gizi pada masa nifas atau menyusui kurang sesuai dengan aturan pemenuhan gizi yang baik dan seimbang. Hal ini disebabkan karena adanya aturan atau budaya yang berlaku dalam keluarga. Pantang makanan yang sering terjadi misalnya dilarang makan daging, telur dan ayam, sayur sawi dan bayam, pantang dengan makanan yang panas dan pantangan terhadap ikan laut. Dampak dari perilaku pantang makanan pada masa nifas adalah kekurangan zat gizi sehingga penyembuhan luka akan lebih lama sembuh bahkan bisa timbul infeksi. Apalagi pada ibu nifas tentu sangat membutuhkan makanan bergizi untuk memulihkan kondisi, mempercepat kesembuhan luka dan proses laktasi. Jika nutrisi ibu nifas dapat terpenuhi dengan baik maka luka jahitan perineum dapat sembuh dengan cepat dan ibu dapat dengan segera mengerjakan aktivitas sehari-hari (Qomariah, 2013).

Di Meksiko-Amerika seorang wanita hamil dan setelah melahirkan dilarang makan makanan yang bersifat “dingin” seperti cabe, acar (makanan yang disajikan dengan cuka), tomat, bayam, produk-produk dari daging babi dan sebagian besar buah-buahan. Buah-buahan seperti pisang dan anggur serta buah-buahan yang asam


(57)

lainnya harus dihindari karena keasamannya dan karena buah-buahan tersebut dipercayai menyebabkan pembuluh mekar pada ibu-ibu (Sri, 2006).

Di Vietnam buah-buahan dan sayur-sayuran juga dilarang dimakan oleh wanita yang sedang hamil dan melahirkan. Kaki dan tulang kaki babi diijinkan untuk dimakan karena kaki babi dipercaya dapat memperbaiki pengeluaran air susu (Sri, 2006).

India, di pedesaannya menganggap sapi merupakan binatang yang suci, sehingga tidak diperkenankan dagingnya untuk dimakan. Di beberapa negara berkembang umumnya ditemukan larangan, pantangan atau tabu tertentu bagi makanan ibu hamil. Latar belakang pantangan atau tabu tersebut didasarkan pada kepercayaan agar tidak mengalami kesulitan pada waktu melahirkan dan bayinya tidak terlalu besar. Untuk jenis makanan panas diantaranya kacang polong yang sudah dikupas, gula kasar, susu kerbau, telur dan ikan. Jenis makanan dingin diantaranya daun wortel dan dadih. Berbeda di pantai timur Malaysia, jenis makanan ”dingin” yang dilarang dikonsumsi ibu nifas yaitu hampir semua sayuran, semua buah-buahan mentah kecuali durian, semua makanan asam, semua makanan mentah, gorengan, berbagai jenis ikan, kare, bumbu dan kopi. Sedangkan yang dianggap sebagai makanan ”panas” yaitu durian, telur, madu, gandum, tapioka, pisang yang dimasak, ikan panggang, lada hitam serta kopi (Hartiningtiyaswati, 2010).

Di Malaysia Ibu pada nifas dilarang memakan ikan asin atau ikan kering karena makanan tersebut hanya akan menyebabkan darah nifas berbau busuk, cepat kering serta melemahkan daya tahan fisik dan mental. Ibu juga tidak boleh makan


(58)

ikan yang berbisa seperti bawal hitam, terubuk, duri, pari, sembilang serta parang karena takut menyebabkan bisa pada pintu rahim. Selain ikan berbisa, jenis ikan yang dilarang yang menyebabkan kegatalan kulit serta menimbulkan reaksi lainnya ialah ikan kembung, tamban, cencaru, atau tongkol dan makanan laut seperti udang, sotong, kerang dan lain-lain. Ibu bersalin dilarang memakan sayur-sayuran menjalar. Diantaranya ialah kangkung, timun, sayur keladi, pucuk ubi, pucuk paku, bayam, sayur atau daun keti (bunga putih), kacang panjang, petola, labu, rebung, kacang botor, jeruk maman, petai, jering serta terung. Ibu bersalin juga tidak boleh minum-minuman bergas, dingin, seperti air tebu, cincau, kelapa muda serta buah-buahan seperti nenas, jambu, belimbing, sirsak, mangga, pepaya, duku, langsat, tembikai cina, nangka, cempedak, pisang masak hijau, pisang nangka, pisang embun, pisang udang, ubi kayu, ubi keladi, bengkuang, manggis, bacang, dan kuini. Makanan tersebut dilarang karena dapat mengakibatkan sakit tulang serta lemah sendi, yang dikenal nama lainnya adalah artritis dan rheumatisme (Iefa, 2014).

Berbeda dengan etnis Tionghoa, yang merupakan salah satu etnis pendatang di Indonesia yang jumlahnya cukup besar dibandingkan masyarakat pendatang lainnya, yang memiliki aturan bagi perempuan selama masa nifas meliputi pantangan bagi wanita nifas untuk keluar rumah selama 1 bulan, tidak boleh mandi dan keramas selama 1 bulan dengan alasan kondisi ibu yang dianggap dingin setelah melahirkan sehingga bila terpapar sesuatu yang dingin lagi akan menyebabkan masuk angin. Pantangan makan makanan yang bersifat dingin, kekhususan dalam mengolah


(59)

makanan, juga penyajian makanan yang juga dilakukan secara khusus (A Yung, 2013).

Di suku Timor pantang terhadap makanan terutama sumber protein hewani seperti daging dan ikan selama 40 hari dengan alas an luka akan lama sembuhnya. Alasan lain yaitu bahwa ada pihak-pihak yang akan menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh ibu nifas, pihak tersebut adalah orang tua dan suami maupun orang yang memiliki kemampuan seperti dukun. (Hartiningtiyaswati, 2010).

Pada suku-suku di Indonesia juga mempunyai kepercayaan atau mitos-mitos yang berhubungan dengan hamil, melahirkan, dan nifas. Kepercayaan masyarakat suku Dayak tentang pantangan makanan pada ibu nifas yaitu ibu yang baru melahirkan pantang makan daging, telur, ikan, sayuran yang bersifat dingin seperti labu air, timun, perenggi (waluh), dan sayuran berbumbu. Lamanya pantangan tergantung dari jenis makanannya. Makanan yang dianjurkan yaitu nasi putih dengan garam dan daun bungkal selama 3 hari (Hartiningtiyaswati, 2010).

Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Selain telur masih ada beberapa bahan makanan yang dipantangkan bagi ibu menyusui, yaitu 14 jenis sayuran, 14 jenis buah, 10 jenis ikan, 5 jenis daging, 3 jenis makanan fermentasi dan berbagai jenis gula. Beberapa alasannya yaitu karena makanan tersebut dianggap berdampak negatif bagi kesehatan ibu dan janin, karena nasehat orang tua atau mertua, serta menghormati


(60)

orang-orang sekitarnya yang dianggap peduli pada mereka (Hartiningtiyaswati, 2010).

Puskesmas Turak Kabupaten Hulu sungai utara Propinsi Kalimantan Selatan, masyarakat setempat memiliki keyakinan berkaitan dengan pantang pada masa nifas yaitu ibu nifas pantang makan ikan (ikan bersisik, ikan tauman) karena diyakini ikan membuat daerah genetalia gatal dan berbau, pantang makanan pedas dan asam karena bisa menyebabkan bayi diare, pantang makan buah tertentu karena bisa menyebabkan air susu terasa asam dan bayi tidak mau menyusu. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin (Hartiningtiyaswati, 2010).

Di Pemalang wanita hamil dan setelah melahirkan dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong, daun lembayung, buah pare, nanas, gula merah, dan makanan yang digoreng dengan minyak. Sebagian besar (83%) masyarakat Kota Pekalongan masih mempercayai tabu makanan pada ibu hamil, meskipun tidak semua melaksanakan praktek tabu tersebut. Adapun makanan yang dilarang untuk dikonsumsi adalah: udang, lele, cumi, semua ikan yang memiliki patel (83%), melarang semua jenis ikan (50%), telur (44%), dan daging (17%) (Sari, 2012). Pada masyarakat Bandanaera, Kabupaten Maluku Tengah, perawatan nifas dilakukan dengan memberikan minuman yang salah satu bahannya dari jeruk nipis, pemberian makanan berupa rujak dalam beberapa jam setelah persalinan selesai, penyembuhan luka jalan lahir dengan menggunakan pasir panas, perawatan dengan


(61)

pengurutan, penguapan badan, konsumsi jamu-jamuan dan aneka perlakuan lainnya yang bertujuan untuk kesejahteraan ibu dan bayinya (Swasono, 1998).

Pada masyarakat Bajo di Saloso, Kabupaten Kendari, untuk keselamatan ibu dan bayinya dilakukan upacara adat dengan berbagai syarat dan aturan yang harus dipenuhi selama proses maupun sebelum proses upacara tersebut terlaksana. Begitu juga pada masyarakat Aceh yang memiliki aturan berupa pantangan meninggalkan rumah selama 44 hari bagi wanita yang baru melahirkan. Anjuran untuk berbaring selama masa nifas, perawatan nifas dengan pengurutan, penghangatan badan, konsumsi minuman berupa jamu-jamuan dan pantangan makan-makanan tertentu (Swasono, 1998).

Suku Minangkabau adalah salah satu dari ratusan suku bangsa di Indonesia yang berasal dari Propinsi Sumatera Barat. Propinsi ini terletak di bagian barat tengah Pulau Sumatera. Suku Minangkabau merupakan etnik mayoritas setelah Batak Mandailing dan Mentawai. Setiap bangsa memiliki tradisi tersendiri yang biasanya diwarisi oleh nenek moyang mereka, seperti suku Minangkabau memiliki kebudayaan yang telah dianggap mapan, yang sesungguhnya memiliki hubungan etnik kultural dengan nenek moyang. Menurut beberapa ibu-ibu Suku Minang, perawatan ibu nifas menurut budaya Minang meliputi: minum telur dan kopi, penguapan dari bahan rempah-rempah (betangeh), pemanasan batu bata (duduk di atas batu bata), meletakkan bahan-bahan alami di atas perut ibu (tapal), minum jamu dari bahan rempah-rempah, membersihkan alat kelamin dengan air rebusan daun sirih. (Swasono, 1998).


(62)

Di daerah Maluku terdapat pantangan makanan pada masa nifas yaitu terong agar lidah bayi tidak bercak putih, nanas, mangga tidak bagus untuk rahim. Masyarakat di Bali, seorang ibu yang baru melahirkan dianggap ”sebel/lateh” dan tidak diperkenankan ke pura sampai dilaksanakannya upacara pembersihan diri. Ada beberapa perawatan setelah melahirkan di beberapa daerah di Indonesia seperti: mandi uap air rebusan ramuan (setiap hari) untuk mengembalikan panas tubuh, minum air perasan daun turi, mengompres kepala ibu dengan ampas daun turi. Anggapan setelah melahirkan darah putih naik ke kepala dapat menyebabkan kematian, pencegahannya seperti yang telah disebutkan tersebut. Makan rebusan kulit pohon ketapang untuk memulihkan kesehatan, perawatan berlangsung 2 minggu sampai dengan 1 bulan atau 40 hari (Swasono, 1998).

Kepulauan Sangihe (Sulawesi) misalnya, perawatan pasca persalinan dilakukan dengan mandi uap air rebusan ramuan (setiap hari) untuk mengembalikan panas tubuh, memberikan minuman air perasan daun turi, mengompres kepala sang ibu dengan ampas daun turi, makan rebusan kulit pohon ketapang gunanya memulihkan kesehatan, perawatan berlangsung 2 minggu sampai dengan 1 bulan atau 40 hari (Swasono, 1998).

Suku Leukhon Kabupaten Simeulue Kecamatan Alafan adalah salah satu suku bangsa di Indonesia. Masyarakatnya mayoritas beragama Islam dan mempunyai kebiasaan untuk melakukan pengasapan terhadap ibu post partum hingga dapur dapat dipenuhi oleh asap. Ibu yang telah melahirkan dan bayinya ditempatkan di dapur. Bayi diletakkan di samping ibunya, agar ibu tidak repot untuk menggendong bayinya,


(1)

Informan 4 Ibu nifas dilarang makan ikan kerapu, cumi-cumi, gurita, kepiting, udang, lobster. Ikan yang bisa dimakan ikan gabuiatau tamban dan biasanya dibakar dan direbus tapi lebih sering dibakar. Kalau digulai santan belum boleh, juga cabe tidak boleh.

Informan 5 Ibu nifas bisa makan ikan gabui atau tamban dan biasanya dibakar dan direbus.Tidak bisa makan ikan gurita, kepiting, cumi-cumi, udang, dan lobster selama 44 hari. Juga tidak bisa makan daging, karena daging lama hancurnya apalagi setelah melahirkan perut ibu masih luka.

Informan 6 Ibu nifas bisa makan ikan tamban dan ikan gabuibiasanya dibakar dan direbus. Tapi ibu tidak boleh makan ikan marang, cumi-cumi, udang, kerapu, lobster, pari, dan gurita. Daging dan santan juga tidak boleh.

Informan 7 Ibu nifas tidak boleh makan daging, cumi-cumi, kepiting, gurita, udang, lobster, ikan karang seperti kerapu, marang, dan pari.Ikan tongkol bisa dimakan, tapi tidak boleh pakai cabe. Ibu boleh makan santan,tapi hanya sedikit saja untuk syarat.

Informan 8 Ibu nifas boleh makan ikan gembung, gabus, dan tambandibakar, direbus, dan digoreng. Tapi tidakboleh pakai cabe. Daging ayam, sapi atau semua jenis daging dan ikan karang seperti kepiting, udang, lobster, gurita, dan cumi-cumitidak boleh dimakan ibu selama 1 minggu. Setelah melahirkan ibu hanya makan nasi lunak dan bubur dicampur garam dan ikan sedikit ditambah air. Kalau tidak ada ikan, maka ibu makan nasi bubur air dan garam saja.

Informan 9 Ibu nifas tidak bisa makan ikan karang seperti kerapu, gurita, cumi-cumi, marang, udang dan ikan berbisa. Tapi bisa makan ikan gabui, tongkol, tamban, dan ikan sungai. Kalau ibu makan ikan yang berbisa, bisa menyebabkan sakit pada tulang. Selama 3-4 hari ibu tidak boleh makan gulai santan dan cabe.

Informan 10 Ibu nifas boleh makan ikan gabui, tamban, dan ikan gembung yang dibakar atau direbus. Tapi tidak boleh makan gurita, cumi-cumi, udang, lobster, kepiting dan daging. Karena termasuk makanan yang berbisa. Setelah 44 hari baru ibu boleh makan yang dipantangkan. Tujuannya untuk kesehatan si ibu.


(2)

Tabel 8: Matriks Pernyataan tentang Sayur Nomor

Informan Jawaban

Informan 1 Ibu nifas boleh makan sayur daun ubi dan daun katuk. Tapi tidak

boleh makan sayur kangkung karena menjalar dan ada getahya.

Informan 2 Ibu nifas boleh makan daun ubi, daun katuk yang direbus dan

tidak boleh digulai santan. Ibu tidak boleh makan sayur kangkung, dan sayur yang menjalar karena sama dengan ikan diduga berbisa.

Informan 3 Ibu nifas tidak boleh makan sayur kangkung, daun genjer, dan

sayur pakis, karena bergetah dan menjalar. Tapi bisa makan sayur daun ubi, sayur bayam, dan sayur daun katuk.

Informan 4 Ibu nifas boleh makan sayur daun ubi, kalau sayur kangkug tidak

boleh dimakan, karena batangnya bergetah.

Informan 5 Ibu nifas boleh makan sayur daun ubi saja yang direbus saja.Tidak

boleh makan sayur kangkung, karena bisa membuat ibu mudah mengantuk dan sering tidur.

Informan 6 Ibu nifas boleh makan sayur daun ubi dan daun katuk. Tidak boleh

makan sayur kangkung karena menjalar dan berbisa.

Informan 7 Ibu nifas boleh makan sayur daun ubi, daun pepaya, daun melinjo,

dan kacang panjang. Kalau kacang panjang boleh dimakan, karena yang menjalar itu hanya batangnya, kalau buahnya hanya bergantung-gantung saja. Kalau sayur kangkung tidak boleh dimakan karena itu berbisa. Dapat menyebabkan ibu bengkak-bengkak. Timun juga tidak boleh dimakan karena bersifat dingin.

Informan 8 Setelah melahirkan ibu tidak boleh makan sayur kangkung dan

terong, kecuali setelah 1minggu baru bisa dimakan. Kalau daun ubi dan daun pepaya bisa dimakan, sekalian obat perut. Tidak boleh makan cabe nanti bayi bisa diare dan sayur santan karena ibu masih dalam pengobatan.

Informan 9 Ibu nifas tidak boleh makan sayur kangkung karena ada bisanya

dan bikin ibu mengantuk.Sayur yang boleh dimakan sayur daun ubi, sayur daun katuk. Ibu juga boleh makan sayur kacang panjang, karena batangnya saja yang menjalar, kalau buahnya bergantung.

Informan 10 Sayur yang boleh dimakan ibu nifas adalah sayur daun ubi.

Kangkung tidak boleh karena tumbuhnya menjalar dan bisa bikin ngantuk nanti sehingga ibu banyak tidur dan wajah dan tubuh menjadi bengkak-bengkak. Santan juga tidak boleh, karena mengakibatkan darah kotor tidak lancar keluarnya.


(3)

Tabel 9: Matriks Pernyataan tentang Buah-buahan Nomor

Informan Jawaban

Informan 1 Ibu nifas tidak boleh makan buah durian, buah yang dingin seperti

timun dan pepaya.Buah yang boleh dimakan ibu hanya buah pisang saja.

Informan 2 Ibu nifas boleh makan buah pisang, tapi tidak boleh makan buah

durian karena berduri, timun dan pepaya karena dingin.

Informan 3 Ibu nifas hanya boleh makan buah pisang saja karena selalu ada di

kampung. Kalau buah timun dan pepaya tidak boleh dimakan karena dingin dan bisa mengakibatkan tekanan darah turun.

Informan 4 Ibu nifas hanya bisa makan buah pisang saja. Kalau buah yang lain

belum bisa, kecuali setelah 44 hari itupun tidak boleh banyak-banyak.

Informan 5 Ibu nifas tidak boleh makan buah durian, karena berduri, timun

karena menurunkan tekanan darah, juga pepaya karena bisa dingin, kedondong dan jeruk nipis. Ibu boleh makan buah kuini, tapi sedikit saja juga rambutan.

Informan 6 Ibu nifas tidak boleh makan buah timun, pepaya, karena dingin

dan menurunkan tekanan darah. Ibu nifas boleh makan durian tapi hanya sedikit saja. Kalau buah pisang bisa dimakan seperti biasa.

Informan 7 Ibu nifas boleh makan buah pisang dan tidak boleh makan buah

jambu karena mengandung banyak air, buah timun dan pepaya karena dingin dan timun bisa mengakibatkan ibu kurang darah.

Informan 8 Ibu nifas boleh makan buah pisangsaja. Kalau yang lain itu belum

bisa kecuali setelah 10 hari, itu pun hanya sedikit saja. Kalau tidak nanti anaknya bisa diare.

Informan 9 Ibu nifas boleh makan buah pisang, kuni, dan jambu dan tidak

boleh makan buah durian, karena berbisa dan berduri. Kedondong tidak bisa dimakan karena sangat asam, jeruk manis juga belum boleh dimakan. Jika ibu nifas makan buah pantangan, sama seperti ikan karang bisa mengakibatkan demam dan sakit-sakit.

Informan 10 Ibu nifas selama 1 bulan tidak boleh makan buah yang dingin

seperti timun, pepaya, nenas, kelapa muda, durian, kecuali kalau sudah dimasak. Kalau dimakan, si ibubisa diare. Istri saya makannya suka yang panas-panas, supaya keluar keringat, kalau minum air yang hangat. Setelah melahirkan istri saya suka demam, makanya minum air hangat-hangat kuku.


(4)

Tabel 10: Matriks Pernyataan tentang Obat Kampung (Jamu) Nomor

Informan Jawaban

Informan 1 Setelah melahirkan ibu diberikan minum air daun pepaya, daun

bahong-bahong bae, jeruk nipis, kunyit, pala lada, bawang putih, lagundi. Semuanya direbus dalam kuali, dan pada saat sudah hangat diminumkan pada ibu. Ibu minum obat kampung 1 kali dalam 2 hari selama seminggu (3 x minum).

Informan 2 Ibu nifas minum jamun yang terbuat dari campuran kunyit, daun

pepaya, daun lagundi, daun bahong-bahong bae. Diminum 1 kali dalam 2 hari selama seminggu (3 x minum).

Informan 3 Selama masa nifas ibu minum obat kampung campuran kunyit,

jeruk nipis daun pepaya, daun langgiong, daun bahong-bahong bae, daun lagundi, pala, merica, bawang putih,dan ditambahkan garam. Diminum 1 kali dalam 2 hari selama seminggu-10 hari (3 x minum).Bermanfaat untuk obat luka dalam supaya darah kotoran keluar lancar dan untuk menjarangkan anak.

Informan 4 Ibu nifas minum air perasan daun pepaya sama kunyit, sama jeruk

nipis, merica, lada, daun bahong-bahong bae, dan daun lagundi. Ramuan diminum setiap 2 hari sekali selama 1minggu.

Informan 5 Ibu nifas minum air kunyit yang ditumbuk dengan daun pepaya,

daun lagundi, daun bahong-bahong bae. Diminum selama 3 hari berturut-turut. Kalau tidak diminum bisa sakit, demam, nyeri badan, sakit perutnya dan pusing.

Informan 6 Ibu nifas minum air daun pepaya, kunyit, daun lagundi, daun

bahong-bahong bae. Diminum sebanyak 3 kali. Setiap 2 hari sekali selama 1minggu. Manfaatnya supaya segar, sehat, badannya pun nyaman kalau tidak diminum kita jadi tidak sehat, dan demam.

Informan 7 Ibu nifas minum air rebusan campuran air jeruk nipis, kunyit,daun

lagundi, daun bahong-bahong bae daun langgiong, bawang putih, lada, dan merica. Tujuannya supaya keluar darah kotor ibu.

Informan 8 Ibu nifas minum air rebusan campuran air jeruk nipis, daun

pepaya, daun bahog-bahong bae, bawang putih, daun lagundi, kunyit, lada dan garam.

Informan 9 Ibu nifas minum obat kampung berupa air rebusan campuran daun

lagundi, daun bahong-bahong bae, daun pepaya,jeruk nipis lada hitam, bawang putih ditambahkan garam. Manfaatnya supaya ibu tidak demam.Bentuk, bau dan rasa obat kampung ini seperti jamu yang dijualdipasar. Diminum selama 3-7 hari tergantung keadaan kesehatan si ibu.


(5)

Informan 10 Ibu nifas minum obat kampung berupa air rebusan campuran kunyit, daun bahong-bahong bae, daun nanangsu, daun pepaya, dan air jeruk nipis. Daun bahong-bahong bae bisa menaikkan darah.Kapur sirih dan jeruk nipis diminumkan untuk mengobati luka dalam perut dan diikuti dengan doa-doanya.

Tabel 11: Matriks Pernyataan tentang Kusuk Nomor

Informan Jawaban

Informan 1 Ibu nifas setelah melahirkan 2 atau 3 hari dikusuk seluruh

tubuhnya termasuk perut untuk melihat rahimnya sudah layu atau belum.

Informan 2 Ibu nifas dikusuk untuk menaikkan perut, meraba rahim apa masih

bengkak atau sudah layu, untuk mencegah ibu cepat beranak. Kusuk dilakukan setiap 2 hari selama 1 minggu (3 kali kusuk).

Informan 3 Setelah melahirkan ibu harus dikusuk, supaya ibu cepat sehat dan

untuk memulihkan tenaga ibu.Ibu dikusuk setiap 2 hari sekali selama 10 hari, setelahnya ibu makan sirih atau malangak. Malangak dimakan sebanyak 3 kali, pertama dimakan sampai habis, terus kedua sampai habis, terus ke tiga sampai habis. Yang pertama dimakan didekat bekas menghidupkan api abu tadi diawaskan dan diletakkan goni dan kita duduk disitu sambil makan sirih.

Informan 4 Ibu nifas dikusuk setelah 2 hari setelah melahirkan dilakukan 3

kali seminggu setiap 2 hari sekali. Tujuannya untuk mengeluarkan darah kotor dan menyehatkan ibu. Setelahnya ibu makan sirih pada saat anak akan turun tanah. Manfaatnya tidak tahu untuk apa, tapi sudah merupakan kebiasaan dikampung. Selesai acara malangak, dukun yang menolong, dicuci tangannya dengan air jeruk nipis karena dianggap sudah memegang kotoran ibu.

Informan 5 Setelah melahirkan ibu dikusuk 1 kali, setelah selang 1 hari

dikusuk lagi. Selama 1 minggu sebanyak 3 kali. Biar lega perutnya. Supaya cepat turun darah putihnya. Setiap melahirkan kami tidak pernah tidak dikusuk.

Informan 6 Ibu nifas dikusuk setelah 3 hari melahirkan oleh tukang kusuk. Ibu

dikusuk selama 1 minggu setiap 2 hari (3 kali kusuk). Tujuannya agar badan ibu segar, sehat, dan merasa nyaman terutama bila badan ibu demam.


(6)

Informan 7 Ibu nifas setelah 3 hari baru dikusuk. Dikusuk setiap 2 hari sekali selama 7 hari (3 kali kusuk).

Informan 8 Ibu nifas dikusuk sebanyak 3 kali setelah melahirkan, 1 dalam dua

hari selama 1minggu. Jika ibu melahirkannya malam, maka ibu dimandikan dan dikusuk malam itu juga. Ibu dikusuk dibagian jari-jari tangan dan kaki, pada perut dan seluruh tubuhnya.

Informan 9 Ibu nifas dikusuk sebanyak 3 kali setiap 2 hari sekali selama 1

minggu. Dikusuk di perut dan seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Informan 10 Ibu nifas dikusuk seluruh badannya, sekali dua hari selama 1

minggu (3 kali kusuk). Saat dikusuk, rahim ibu juga diraba untuk mengetahui bengkaknya rahim. Jika ibumerasa sakit kusuk terus dilakukan hingga 10 hari sekali setiap 2 atau 3 hari. Tergantung keadaan ibu. Manfaatnya untuk mengobati keseleo waktu melahirkan, melancarkan keluarnya darah kotor. Menghilangkan sakit pinggang ibu, di masa tua nanti tangan ibu tetap bisa diangkat, jari-jari kaki dan jari-jari tangannya tidak bengkok.