Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Pospartum

(1)

PERSPEKTIF BUDAYA MINANG TERHADAP

PERAWATAN IBU POSTPARTUM

OLEH :

RAHMI HAYATI

NIM : 105102019

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PERNYATAAN

PERSPEKTIF BUDAYA MINANG TERHADAP PERAWATAN IBU POSTPARTUM KARYA TULIS ILMIAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini tidak ada terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam karya tulis ilmiah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2011

Rahmi Hayati


(4)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Mei 2011 Rahmi Hayati

Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Pospartum viii + 41 hal + 1 tabel + 6 lampiran

Abstrak

Masa nifas adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali kekeadaan normal sebelum hamil. Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan, seperti perawatan postpartum yang dilakukan oleh suku minang. Oleh sebab itu, informasi tetntang perawatan masa nifas suku minang merupakan hal yang harus diketahui oleh tenaga kesehatan untuk memudahkan pemberian pelayanan kesehatan. Desain penelitian yang digunakan adalah kulaitatif fenomenologi, yang bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan perawatan masa nifas menurut perspektif budaya Minang di Kelurahan Kotamatsum IV, Kecamatan Medan Area, Kota Madya Medan. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang. Pengumpulan data berlangsung dari tanggal 1 Februari – 5 Mei 2011. Proses pengumpulan data melalui kuesioner data demografi sebagai data dasar dan wawancara mendalam dengan menggunakan alat perekam digital. Untuk analisa data digunakan metode Colaizzi. Penelitian ini menemukan bahwa perawatan masa nifas menurut suku Minang meliputi: (1) upaya memulihkan tingkat kebugaran tubuh, terdiri dari: betangeh, (2) upaya memperlancar pengeluaran darah nifas, terdiri dari: minum telur ayam kampung dan kopi, minum daun papaya dan asam jeruk nipis, minum asam jawa dan gula merah dan induk kunyit, (3) upaya menjaga kebersihan alat genetelia, terdiri atas: cebok menggunakan air sirih, duduk di atas batu bata yang dipanasi, (4) upaya pemulihan bentuk perut, terdiri dari: tapal perut beserta pemakain gurita. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi petugas pelayan kesehatan khususnya bidan untuk mempermudah pelayanan tanpa mengabaikan aspek sosiokultural.

Kata Kunci : Perawatan, Postpartum, Budaya Minang Daftar Pustaka : 22 (2005-2010)


(5)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul Prespektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Postpatum.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program studi DIV Bidan Pendidik Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Setiawan, SKp, MNS, PhD selaku dosen pembimbing dalam penyusunan proposal penelitian ini, yang telah membimbing hingga proposal ini selesai.

4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Uiversitas Sumatera Utara.

5. Faisal Harahap. S.STP sebagai kepala lurah Kotamatsum IV, Kecamatan Medan Area. 6. Dan semua pihak yang telah mambantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Peneliti menyadari atas kekurangan dari karya tulis ilmiah ini, peneliti memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk melakukan koreksi dan kritik untuk kesempurnaan laporan ini, semoga karya tulis ilmiah bermanfaat bagi kita semua untuk manambah wawasan dan ilmu pengetahuan.


(6)

Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat limpahan anugrah dari Allah SWT.

Medan, Mei 2011 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Masa Nifas... 6

1. Kebijakan Program Masa Nifas ... 7

B. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas ... 8

1. Perubahan Sistem Reproduksi ... 8

2. Perubahan pada Sistem Pencernaan ... 11

3. Perubahan Perkemihan………... 11

4. Peubahan Tanda-Tanda Vital pada Masa Nifas………… 12

5. Perubahan dalam Sistem Kardiovaskuler………. . 13

6. Perubahan dalam Sistem Endokrin………... . 13

7. Perubahan Berat Badan……….. 14


(8)

D. Konsep Budaya dalam Perawatan Postpartum ... 16

1. Konsep Budaya ... 16

2. Konsep Budaya Tentang Perawatan Masa Nifas ... 17

E. Fenomenologi ... 18

F. Tingkat Keabsahan Data ... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 21

B. Populasi dan Sampel ... 21

1. Populasi ... 21

2. Sampel ... 21

C. Tempat Penelitian ... 22

D. Waktu Penelitian... 22

E. Etika Penelitian ... 22

F. Alat Pengumpulan Data ... 22

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 23

H. Analisis Data ... 24

I. Tingkat Keabsahan Data ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………. 26

1. Karekteristik Partisipan……….. 26

B. Perawatan Postpartum Budaya Minang ... 27

1. Upaya Pemulihan Tingkat Kebugaran ... 28

2. Upaya Memperlancar Pengeluaran Darah Nifas ... 28

3. Upaya Menjaga Kebersihan Alat Genetelia ... 31


(9)

C. Pembahasan ... 33 1. Interprestasi dan Dikusi Hasil... 33 2. Keterbatasan Penelitian ... 37 3. Impilkasi untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Kebidanan 37 BAB V KESIMPILAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 39 B. Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Partisipan Lampiran 2 : Partisipan Data Demografi

Lampiran 3 : Panduan Wawancara

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 5 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 6 : Balasan Surat Izin Penelitian


(11)

DAFTAR TABEL


(12)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Mei 2011 Rahmi Hayati

Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Pospartum viii + 41 hal + 1 tabel + 6 lampiran

Abstrak

Masa nifas adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali kekeadaan normal sebelum hamil. Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan, seperti perawatan postpartum yang dilakukan oleh suku minang. Oleh sebab itu, informasi tetntang perawatan masa nifas suku minang merupakan hal yang harus diketahui oleh tenaga kesehatan untuk memudahkan pemberian pelayanan kesehatan. Desain penelitian yang digunakan adalah kulaitatif fenomenologi, yang bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan perawatan masa nifas menurut perspektif budaya Minang di Kelurahan Kotamatsum IV, Kecamatan Medan Area, Kota Madya Medan. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang. Pengumpulan data berlangsung dari tanggal 1 Februari – 5 Mei 2011. Proses pengumpulan data melalui kuesioner data demografi sebagai data dasar dan wawancara mendalam dengan menggunakan alat perekam digital. Untuk analisa data digunakan metode Colaizzi. Penelitian ini menemukan bahwa perawatan masa nifas menurut suku Minang meliputi: (1) upaya memulihkan tingkat kebugaran tubuh, terdiri dari: betangeh, (2) upaya memperlancar pengeluaran darah nifas, terdiri dari: minum telur ayam kampung dan kopi, minum daun papaya dan asam jeruk nipis, minum asam jawa dan gula merah dan induk kunyit, (3) upaya menjaga kebersihan alat genetelia, terdiri atas: cebok menggunakan air sirih, duduk di atas batu bata yang dipanasi, (4) upaya pemulihan bentuk perut, terdiri dari: tapal perut beserta pemakain gurita. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi petugas pelayan kesehatan khususnya bidan untuk mempermudah pelayanan tanpa mengabaikan aspek sosiokultural.

Kata Kunci : Perawatan, Postpartum, Budaya Minang Daftar Pustaka : 22 (2005-2010)


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat Indonesia mengartikan masa nifas merupakan periode waktu sejak selesai persalinan sampai 40 hari setelah itu. Menurut Bobak et.al (2005) periode pascapartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Pengertian lainnya yang diungkapkan oleh Saleha (2009) masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologi pada ibu. Perubahan fisiologi yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter , bidan maupun perawatan ikut membentuk respons ibu terhadap ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini (Bobak, et.al 2005). Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi, dan keluarganya, seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki pengetahuan tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologi dalam masa nifas ini dengan baik.

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24


(14)

jam pertama (Maryunani, 2009). Oleh karena itu pemantauan dan asuhan pada ibu postpartum sangat penting dilakukan untuk dapat mencegah kematian ini. Pengetahuan memang peranan penting dalam penentuan perilaku yang utuh. Kurangnya pengetahuan dengan perilaku ibu terhadap kesehatan dan penyakit, adanya tradisi dan kepercayaan yang negatif mempengaruhi perilaku ibu sesuai dengan nilai-nilai kesehatan

Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan. Banyak yang mempengaruhi kesehatan di Indonesia, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun menurun masih dianut sampai saat ini.

Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan menurut ilmu kedokteran ataupun ilmu kebidanan atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu dan anaknya. Faktor perilaku yang bersifat budaya sangat mempengaruhi kesehatan. Tradisi yang ada di masyarakat seperti pandangan budaya mengenai kehamilan dan kelahiran, mengenai kesakitan, kematian di tiap-tiap daerah sesuai kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku.

Menurut pendekatan biososiokultur dalam kajian antropologi, kehamilan dan kelahiran tidak hanya dilihat dari aspek biologis dan fisiologisnya saja, tetapi dilihat juga sebagai proses yang mencakup seperti pandangan budaya mengenai kehamilan dan kelahiran, wilayah tempat kelahiran berlangsung, para pelaku, atau penolongnya,


(15)

cara pencegahan bahaya dan pusat kekuatan dalam pengambilan keputusan mengenai pertolongan, serta perawatan bayi dan ibunya.

Dalam penelitian Syafrudin (2009), di daerah Maluku terdapat pantangan makanan pada masa nifas yaitu terong agar lidah bayi tidak bercak putih, nanas, mangga tidak bagus untuk rahim. Masyarakat di Bali, seorang ibu yang baru melahirkan dianggap ”sebel/lateh” dan tidak diperkenankan ke pura sampai dilaksanakannya upacara pembersihan diri. Ada beberapa perawatan set elah melahirkan di beberapa daerah di Indonesia seperti: mandi uap air rebusan ramuan (setiap hari) untuk mengembalikan panas tubuh, minum air perasaan daun turi, mengompres kepala ibu dengan ampas daun turi. Anggapan setelah melahirkan darah putih naik ke kepala dapat menyababkan kematian, pencegahannya seperti yang telah dsebutkan itu. Makan rebusan kulit pohon ketapang untuk memulihkan kesehatan, perawatan berlangsung 2 minggu sampai dengan satu bulan atau 40 hari.

Suku Minangkabau (Muarif, 2009) adalah salah satu dari ratusan suku bangsa di Indonesia. Mereka berasal dari Propinsi Sumatera Barat. Di propinsi yang terletak di bagian barat tengah Pulau Sumatera ini, suku Minangkabau merupakan etnik mayoritas setelah Batak Mandailing dan Mentawai. Setiap bangsa memiliki tradisi tersendiri yang biasanya diwarisi oleh nenek moyang mereka. Seperti suku Minangkabau. Mereka memiliki kebudayaan yang telah dianggap mapan, yang sesungguhnya memiliki hubungan etnik kultural dengan nenek moyang.

Menurut beberapa ibu-ibu yang bersuku Minang, perawatan ibu postpartum menurut budaya Minang meliputi: minum telur dan kopi, penguapan dari bahan rempah-rempah (betangeh), pemanasan batu bata (duduk di atas batu bata), meletakkan bahan-bahan alami di atas perut ibu (tapal), minum jamu dari bahan rempah-rempah, membersihkan alat kelamin dengan air rebusan daun sirih.


(16)

Dari uraian yang telah disebutkan sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti perawatan ibu postpartum khususnya budaya Minang, karena suku Minang banyak tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Selain itu, setelah penulis melakukan tinjauan literatur, belum pernah ada penelitian yang khusus mempelajari dan membahas perawatan postpartum menurut perspektif budaya mmnang. Oleh karena itu, penelitian tentang perspektif budaya minang terhadap perawatan ibu postpartum dilakukan.

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian adalah “Bagaimana perawatan ibu postpartum menurut budaya Minang?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perawatan ibu postpartum menurut budaya Minang.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi institusi pendidikan kebidanan di Sumatera Utara untuk mengetahui dan menambah pengetahuan bagaimana perawatan ibu postpartum menurut budaya Minang.

2. Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pelayanana kesehatan tentang perawatan ibu nifas dan menambah wawasan pelayan kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu postpartum tanpa meninggalkan budaya dasar yang telah ada. Perlu diperhatikan dari aspek kesehatan.


(17)

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal dan dapat menjadi sumber pengetahuan pada penelitian berikutnya tentang perawatan ibu postpartum menurut budaya, khususnya budaya Minang.

4. Ibu

Hasil penelitian ini di harapkan ibu dapat meninggalkan dan mengubah kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan ibu dan anaknya, ibu juga mendapat pengetahuan tentang bagaimana perawatan masa nifas yang benar menurut kesehatan.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Nifas

Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari. Menurut Bobak, et.al (2005) periode postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Pengertian lainnya, masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, asa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009). Masyarakat Indonesia, masa nifas merupakan periode waktu sejak selesai proses persalinan sampai 40 hari setelah itu.

Tujuan asuahan masa nifas menurut Maryunani (2009) adalah: (1) menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik, (2) melaksanakan sharing yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobata atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, (3) memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi, dan perawatan bayi sehat, (4) memberi pelayanan KB.

Menurut Suherni (2009) peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas adalah: (1) mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu, (2) mengadakan kolaborasi antara orangtua dan keluarga, (3) membuat kebijakan, perencanaan kesehatan dan administrator. Asuhan masa nifas ini sangat penting karena periode ini merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.


(19)

1. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Pemerintah melalui Departemen Kesehatan (Suherni, 2009) memberikan kebijakan sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada masa nifas, yakni paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas. Tujuan kebijakan tersebut adalah : (1) untuk menilai kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir, (2) pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya, (3) mendeteksi adanya kejadian-kejadian pada masa nifas, (4) menangani berbagai masalah yang timbul dan menganggu kesehatan ibu maupun bayinya pada masa nifas.

Adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan kunjungan tersebut adalah sebagai berikut: (a) kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah persalinan. Tujuan : mencegahan perdarahan masa nifas karena persalinan atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyabab lain perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal, memberi supervisi kepada ibu bagaimana teknik melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. Bila ada bidan atau petugas lain yang membant melahirkan, maka petugas atau bidan itu harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama. (b) kunjungan kedua, waktu: enam hari setelah persalinan. Tujuan: memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, evaluasi adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda adanya penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan dengan asuhan pada bayi. (c) kunjungan ketiga, waktu: dua minggu setelah persalinan. Tujuan : sama dengan kunjungan kedua. (d) Kunjungan keempat, waktu:


(20)

enam minggu setelah persalinan. Tujuan : menanyakan penyulit-penyulit yang ada, memberikan konseling untuk KB secara dini.

B. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan maupun perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini (Bobak, 2009). Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan keluarganya, seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki pengetahauan tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas ini dengan baik.

1. Perubahan Sistem Reproduksi

Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genetelia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan-perubahan yag terjadi antara lain sebagai berikut:

a. Perubahan uterus

Pengerutan uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil. Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasenta site) sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus, mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum


(21)

hamil (Suherni, et al. 2009). Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil di sebut involusi.

Segera setelah persalinan bekas implantasi plasenta berupa luka kasar dan menonjol ke dalam cavum uteri. Penonjolan tersebut diameternya kira-kira 7,5 cm. Sesudah 2 minggu diameternya berkurang menjadi 3,5 cm. Pada minggu keenam mengecil lagi sampai 2,4 cm, dan akhirnya akan pulih. Di samping itu, di cavum uteri keluar cairan sekret di sebut lokia. Ada berapa jenis lokia menurut Suherni, et al. (2009) yakni: lokia rubra/kruenta (merah): merupakan cairan bercampur darah dan sisa-sisa penebalan dinding rahim (desidua) dan sisa-sisa penanaman plasenta (selaput ketuban), berbau amis. Lokia rubra berwarna kemerah-merahan dan keluar sampai hari ke-3 atau ke-4, Lokia sanguinoleta: warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan, lokia serosa: berwarana kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari 7-14 pasca persalinan, lokia alba: cairan putih yang terjadi pada hari setelah 2 minggu, lokia parulenta: Ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk, lokiaotosis: lokia tidak lancar keluarnya.

b. Perubahan vagina dan perineum

Perubahan vagina dan perineum pada masa nifas ini terjadi pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul ragae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali. Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan spekulum.

Biasanya setelah melahirkan, perineum menjadi agak bengkak/edema/memar dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi, yaitu sayatan untuk


(22)

memperluas pengeluaran bayi. Proses penyembuhan luka episiotomi sama seperti luka operasi lain. Perhatikan tanda-tanda infeksi pada luka episiotomi seperti nyeri, merah, panas, bengkak atau keluar cairan tidak lazim. Penyembuhan luka biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah melahirkan (Suherni, et al. 2009). Vagina yang semula teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir.

c. Organ Otot Panggul

Otot panggul pada masa nifas juga mengalami perubahan. Struktur dan penopang otot uterus dan vagina dapat mengalami cedera selama waktu melahirkan. Hal ini dapat meyebabkan relaksasi panggul, yang berhubungan dan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul yang menopang uterus, dinding vagina, rektum, uretra dan kandung kemih (Bobak, 2009). Jaringan penopang dasar panggul yang teregang saat ibu melahirkan akan kembali ke tonus semula setelah enam bulan.

d. Serviks

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan dan 18 jam setelah melahirkan serviks akan kembali ke bentuk semula dan konsistensinya menjadi lebih padat kembali.

2. Perubahan pada Sistem Pencernaan

Ibu postpartum setelah melahirkan sering mengalami konstipasi. Hal ini umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya berserat selama persalian. Di samping itu rasa takut untuk buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada


(23)

perineum, jangan sampai lepas dan juga takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah persalian. Bilamana masih juga terjadi konstipasi dan BAB mungkin keras dapat diberikan obat laksan peroral atau per rektal.

3. Perubahan Perkemihan

Pada masa nifas, sistem perkemihan juga mengalami perubahan. Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu setelah melahirkan, tergantung pada keadaan/status sebelum melahirkan. Menurut Saleha (2009) pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan.

4. Perubahan Tanda-Tanda Vital pada Masa Nifas

Pada ibu pascapersalinan, terdapat beberapa perubahan tanda-tanda vital sebagai berikut: (a) suhu: selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkatkan menjadi 38°C, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal. Jika terjadi peningkatan suhu 38°C yang menetapkan 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama postpartum), infeksi saluran kemih, edometritis (peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan lain-lain. (b) nadi: Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Keadaan ini bisa berhubungan dengan penurunan usaha jantung, penurunan volume darah yang mengikuti pemisahan plasenta dan kontraksi uterus dan peningkatan stroke volume. Takhikardi kurang sering terjadi, bila terjadi hubungan peningkatan kehilangan darah. (c) tekanan darah: selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu


(24)

dapat mengalami hipotensi orthostik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan. Penurunan tekanan darah bisa mengindikasikan penyesuain fisiologis terhadap penurunan tekanan intrapeutik atau adanya hipovolemia sekunder yang berkaitan dengan hemorhagi uterus. (d) pernafasan: fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil pada bulan ke enam setelah melahirkan (Maryunani, 2009).

5. Perubahan dalam Sistem Kardiovaskuler

Pada kehamilan terjadi peningkatan sirkulasi volume darah yang mencapai 50%. Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilanagn daarh selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravasekuler (Bobak, et.al 2005). Mentolerasi kehilangan darah pada saat melahirkan perdarahan pervaginam normalnya 400-500 cc. Sedangkan melalui seksio caesaria kurang lebih 700-1000 cc. Bradikardia (dianggap normal), jika terjadi takikardia dapat merefleksikan adanya kesulitan atau persalinan lama dan darah yang keluar lebih dari normal atau perubahan setelah melahirkan (Saleha, 2009). Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun mencapai volume darah sebelum hamil.

6. Perubahan dalam sistem Endokrin

Sistem endrokrin mengalami perubahan secara tiba-tiba selama kala IV persalinan dan mengikuti lahirnya plasenta. Menurut Maryunani (2009) Selama periode postpartum, terjadi perubahan hormon yang besar. Selama kehamilan, payudara disiapkan untuk laktasi (hormon estrogen dan progesteron) kolostrum, cairan payudara yang keluar sebelum produksi susu terjadi pada trimester III dan minggu pertama postpartum. Pembesaran mammae/payudara terjadi dengan adanya penambahan sistem


(25)

vaskuler dan limpatik sekitar mammae. Waktu yang dibutuhkan hormon-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagai ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak. Cairan menstruasi pertama setelah melahirkan biasanya lebih banyak dari normal, dalam 3 sampai 4 sirkulasi, seperti sebelum hamil.

7. Perubahan Berat Badan

Kehilangan/penurunan berat badan pada ibu setelah melahirkan terjadi akibat lahir atau keluarnya bayi, plasenta dan cairan amnion atau ketuban. Pada minggu ke-7 sampai ke-8, kebanyakan ibu telah kembali ke berat badan sebelum hamil, sebagian lagi mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk kembali ke berat badan semula.

C. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Ada beberapa kebutuhan dasar ibu dalam masa nifas, menurut Suherni (2009) yaitu: 1. Gizi: Ibu nifas dianjurkan untuk: makan dengan diet berimbang, cukup, karbohidrat,

protein, lemak, vitamin dan mineral, mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan tahun kedua 400 kalori. Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter di dapat dari air minum dan 1 liter dari cairan yang ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang lain, mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari, mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak.

2. Kebersihan Diri: Ibu nifas dianjurkan untuk: menjaga kebersihan seluruh tubuh, mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK, paling tidak


(26)

dalam waktu 3-4 jam, menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh kelamin, anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomi dan laserasi, pada ibu post sectio caesaria (SC), luka tetap di jaga agar tetap bersih dan kering, tiap hari di ganti balutan.

3. Istirahat dan tidur: Ibu nifas dianjurkan untuk: istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan, tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur, kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam. Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat: mengurangi jumlah ASI, memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan, depresi.

4. Eliminasi: BAB dan BAK. Buang air kecil (BAK) dalam enam jam ibu nifas harus sudah BAK spontan, kebanyakan ibu nifas berkemih spontan dalam waktu 8 jam, urine dalam jumlah yang banyak akan di produksi dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan, ureter yang berdiltasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu. Selama 48 jam pertama nifas (puerperium), terjadi kenaikan dueresis sebagai berikut: pengurasan volume darah ibu, autolisis serabut otot uterus. Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edema persalinan, diet cairan, obat-obatan analgetik, dan perenium yang sangat sakit, bila lebih 3 hari belum BAB bisa diberikan obat laksantia, ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB, Asupan cairan yang adekaut dan diet tinggi serat sangat dianjurkan.

5. Pemberian ASI/Laktasi. Hal-hal yang diberitahukan kepada ibu nifas yaitu: menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah disusukan, ajarkan cara menyusui yang benar, memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI eklusif), menyusui tanpa jadwal, sesuka bayi (on demand), di luar menyusui jangan


(27)

memberikan dot/kompeng pada bayi, tapi berikan dengan sendok, penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan menurunkan frekuensi pemberian ASI.

6. Keluarga Berencana. Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2 tahun. Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui ekslusif atau penuh 6 bulan ibu belum mendapatkan haid (metode amenorhe laktasi). Meskipun setiap metode kontrasepsi beresiko, tetapi menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman. Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi yang diperbolehkan selama menyusui. Metode hormonal, khususnya oral (estrogen-progesteron) bukanlah pilihan pertama bagi ibu yang menyusui.

D. Konsep Budaya dalam Perawatan Postpartum 1. Konsep Budaya

Menurut Syafrudin (2009), Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, dan adat istiadat. Semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang berfungsi sebagai tempat berlindung, kebutuhan makan dan minum, pakaian dan perhiasan, serta mempunyai kepribadian yaitu organisasi faktor-faktor biologis, psikologis dan sosialisasi yang mendasari perilaku individu. Masyarakat di Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda Keanekaragaman budaya ini merupakan kekayaan bangsa yang tiada ternilai tingginya. Kekayaan tersebut harus dipahami terus dari generasi ke generasi.

Dalam konteks penulisan sejarah pendekatan budaya Muarif (2009) membagi 5 aspek yang masing-masing saling terkait yaitu: (1) dimensi ruang dan waktu, (2) konsep manusia sebagai animal rational dan latar belakang sejarah, (3) setiap bangsa mendiami kawasan tertentu dan memiliki pola pikir, sistem sosial serta budaya yang mereka warisi


(28)

dari para penduhulu, (4) pola hubungan antara budaya dan kekuasaan, (5) bentuk kebudayaan dan unsur-unsur yang mempengaruhinya.

Proses perubahan yang melibatkan zaman dan pola pikir manusia, secara perlahan-lahan, membentuk kebudayaan baru yang masih memiliki ikatan historis-kultular secara longgar dengan kebudayaan sebelumnya. Sampai pada kurun waktu tertentu, kebudayaan baru betul-betul terpisah dan menjadi sebuah bentuk kebudayaan independen (otentik). Proses inilah yang di sebut evolusi kebudayaan.

Suku Minangkabau (Muarif, 2009) adalah salah satu dari ratusan suku bangsa di Indonesia. Mereka berasal dari propinsi Sumatera Barat. Di propinsi yang terletak di bagian barat tengah Pulau Sumatera ini, suku Minagkabau merupakan etnik mayoritas setelah Batak Mandailing dan Mentawai. Setiap bangsa memiliki tradisi tersendiri yang biasanya diwarisi oleh nenek moyang mereka, seperti suku Minangkabau. Mereka memiliki kebudayaan yang telah dianggap mapan, yang sesungguhnya memiliki hubungan etnik kultural dengan nenek moyang. Seiring dengan proses penyebaran masyarakat Minangkabau di perantauan, tradisi urang awak menyebar mewarnai kawasan Nusantara.

2. Konsep Budaya tentang Perawatan Masa Nifas

Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun temurun masih dianut sampai saat ini. Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan


(29)

menurut ilmu kedokteran ataupun ilmu kebidanan atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu dan anaknya.

Menurut pendekatan biososiokultur dalam kajian antropologi, kehamilan dan kelahiran tidak hanya dilihat dari aspek biologis dan fisiologisnya saja, tetapi dilihat juga sebagai proses yang mencakup seperti pandangan budaya mengenai kehamilan dan kelahiran, wilayah tempat kelahiran berlangsung, para pelaku, atau penolongnya, cara pencegahan bahaya dan pusat kekuatan dalam pengambilan keputusan mengenai pertolongan serta perawatan bayi dan ibunya (Syafrudin, 2009).

Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan di samping faktor-faktor lainnya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan/adat-istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bersalin dan nifas

E. Fenomenologi

Menurut Bungin (2006) Fenomenologi berakar pada filsafat tradisional yang dikembangkan oleh Husserl dan Heidegger yang mana pemikirannya bersumber dari pengalaman hidup manusia. Fenomenologi suatu penelitian tentang gejala dalam situasi yang alami dan kompleks, yang hanya mungkin menjadi bagian dari alam kesadaran manusia-sekomprehensif apapun ketika telah direduksi ke dalam suatu parameter yang terdefinisikan sebagai fakta, dan yang demikian tewujud sebagai realitas.

Fenomenologi sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjukkan pada pengalaman subjektif dari berbagi jenis dan tipe subjektif yang ditemui. Fenomenologi juga digunakan sebagai pendekatan dalam metodologi kualitatif. Fenomenologi merupakan


(30)

pandangan berfikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia.

Teori fenomenologi terutama membagi isu-isu bahasa, sejauh mana diberikan kepada peranan dalam membentuk pengalaman. Penelitian dalam pandangan fenomenologi berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang berasal dalam situasi-situasi tertentu. Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti mereka (Moleong, 2007).

Penelitian sosial yang merupatikan pendekatan kualitatif diuraikan oleh Hutomo, merupakan penelitian sosial yang sumber datanya bersifat alamiah, artinyara peneliti harus berusaha memahami fenomena sosial secara langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Peneliti sendiri adalah merupakan instrumen penlitian yang paling penting dalam pengumpulan data dan penginterpretasian data. Penelitian kualitatif bersifat memberikan deskripsi artinya mencatat segala gejala (fenomena) yang di lihat dan di dengar. Data dan informasi harus berasal dari tangan pertama. Di samping itu kebenaran data harus di cek dengan data lain, misalnya wawancara atau observasi mendalam.

F. Tingkat Keabsahan Data

Tingkat kepercayaan hasil penelitian yang dilakukan bepegang kepada empat perinsip dan kriteria menurut Liokln dan Guba (1985, dalam Danim, 2003). Keempat prinsip dan kriteria tersebut adalah: (1) credibility, (2) dependibility, (3) cinfirmability, (4) transferbility.

Prinsip credibility merujuk kepada kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya dalam makna mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Untuk memenuhi kriteria ini, peneliti akan melakukan member check dan wawancara atau pengamatan secara terus menerus sehungga mencapai tingkat redundancy.


(31)

Prinsip dependibility merujuk apakah hasil penelitian tersebut memiliki kendala atau realibitas. Prinsip ini dapat dipenuhi dengan peneliti mempertahankan konsistensi teknik pengumpulan data, dalam menggunakan konsep, dan membuat penafsiran atas fenomena.

Prinsip confirmabilty bermakna keyakinan atas data penelitian yang diperoleh. Untuk memenuhi kriteria tersebut peneliti menginformasikan hasil penelitian kepada pembimbing, karena pembimbing merupakan seorang yang ahli dalam penelitian kualitatif fenomenologi. Prinsip transferability mengandung makna apakah hasil penelitian ini dapat di generalisasikan atau dapat diaplikasikan pada situasi lain. Hasil penelitian kualitatif tidak secara apriori dapat digeneralisasikan, kecuali situasi tersebut memiliki karekteristik yang sama dengan situasi lapangan tempat penelitian. Upaya untuk mentransfer hasil penelitian kualitatif pada situasi yang berbeda sangat mungkin memerlukan penyesuaian menurut keadaan dan asumsi yang mendasarinya.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain fenomenologi yaitu untuk mengetahui bagaimana perawatan ibu postpartum menurut budaya Minang.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah 180 orang, yaitu ibu-ibu postpartum di Kelurahan Kotamatsum IV, Kecamatan Medan Area, Kota Madya Medan.

2. Sampel

Jumlah sampel yang diteliti pada penelitian ini adalah 7 orang ibu-ibu postpartum. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sample dan sesuai dengan ktiteria sempel.

Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitia ini adalah sebagai berikut: a. Ibu-ibu pospartum suku Minang, yang kedua orang tuanya asli bersuku Minang. b. Bersedia untuk diwawancarai.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kotamatsum IV, Kecamatan Medan Area, Kota Madya Medan.


(33)

Penelitian ini berlangsung pada September 2010 sampai Mei 2011, dan pengambilan data dilakukan pada Februari sampai Mei 2011.

E. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik yaitu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada calon pertisipan serta akibat yang mungkin terjadi sebelum dan sesudah pengumpulan data. Setelah partisipan menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka partisipan menandatangani surat persetujuan partisipan dalam penelitian (informed consent). Agar dapat terjaga kerahasian identitas dan seluruh informasi partisipan yang diperoleh, dalam data demografi partisipan hanya diberi nomor untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan sehingga tetap terjaga kerahasiannya.

F. Alat Pengumpulan Data

Ada tiga instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. peneliti sendiri sebagai instrumen penelitian.

2. Kuesioner data demografi, yaitu berisi mengenai data umum partisipan berupa usia, agama, lama perkawinan, jumlah anak hidup, pekerjaan, pendidikan.

3. Panduan wawancara berisi pertanyaan yang akan diajukan meliputi:

a. Coba ibu ceritakan apa-apa saja yang ibu lakukan selama perawatan masa nifas?

b. Mengapa ibu melakukan perawatan tersebut?

c. Manfaat apa yang ibu rasakan setelah melakukan perawatan tersebut? Panduan wawancara dapat di lihat di lampiran 2.


(34)

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut yaitu: 1. Peneliti meminta izin dari Ketua Jurusan Program Studi D-IV Bidan Pendidik USU,

setelah mendapatkan izin dari Ketua Program, peneliti meminta izin dari Kepala Lurah Kotamatsum IV Kec. Medan Area Kotamadya Medan.

2. Peneliti mengadakan pilot studi dan memperlihatkannya kepada pembimbing yang bertujuan untuk mengetahui proses wawancara, panduan wawancara, probing dalam wawancara dan melanjutkan penelitian.

3. Peneliti mengadakan prologed adjustment yaitu mengadakan pendekatan kepada partisipan untuk mendapatkan persetujuan sebagai partisipan dalam penelitian. 4. Peneliti harus berusaha untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin tentang

hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, 5. Peneliti melakukan wawancara mendalam.

6. Setelah partisipan setuju menjadi sampel penelitian, partisipan mengisi data demografi dan menandatangi surat persetujan (informed consent).

7. Peneliti mulai melakukan wawancara dan merekam hasil menggunakan alat perekam digital.

8. Peneliti menulis dan membaca transkip, jika ada hal-hal yang kurang jelas akan dilakukan wawancara ulang.

9. Peneliti menganalisa data yang ditemukan dan mengelompokkan data, kemudian data akan diuraikan kedalam bentuk narasi dari semua kelompok dan kategori. 10.Peneliti membahas hasil penelitian sesuai dengan analisa data yang dilakukan.

11.Pengumpulan data dihentikan jika saturasi data tercapai. Dan akhirnya peneliti memperoleh focus penelitian, dan bila partisipan diwawancarai kembali partisipan


(35)

tersebut akan tetap memberikan jawaban yang sama. Dalam hal ini ada tujuh orang ibu yang telah diwawancarai.

H. Analisis Data

Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, analisa data segera dilakukan setelah wawancara. Kesimpulan akhir mengenai data diperoleh dengan menganalisa data secara sistematis dan menetapkan data dengan jelas. Peneliti menganalisa data dengan menggunakan metode Colaizzi (1978, dalam polit, et. al, 2001 ), yaitu:

1. Membaca semua panduan untuk mendapatkan perasaan meraka 2. Mengulangi setiap panduan dan menyaring pernyataan penting

3. Menerangkan pengertian dari setiap pernyataan penting (misalnya merumuskan pengertian)

4. Mengumpulkan data pada kelompoknya, menunjukkan kelompok ini kembali pada panduan awalnya untuk mensahkan mereka, mencatat ketidakcocokan di antara dan atau di antara variasi kelompok, menghindarkan godaan pengabaian data atau tema yang tidak cocok.

5. Menyatukan hasil ke dalam deskripsi lengkap tentang fenomena yang sedang di teliti.

6. Merumuskan deskripsi lengkap tentang fenomena yang di teliti dengan pernyataan tegas dengan identifikasi yang mungkin.

7. Menyatakan kepada partisipan tentang sejauh mana temuan sebagai akhir pengesahan langkah.

I. Tingkat Keabsahan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua prinsip dan kriteria dalam menentukan tingkat keabsahan data, yaitu


(36)

a. Prinsip creadibility karena untuk memenuhi kriteria ini, peneliti akan melakukan member check. Member checking merupakan suatu teknik untuk mempertahankan kepercayaan data dengan cara pertisipan memferifikasi dan menguraikan data yang diperoleh. Jadi dengan cara ini peneliti mengklarifikasi kembali data yang telah diperoleh kepada partisipan untuk mengetahui kesesuainnya. Member checking di lakukan peneliti dengan bertanya kembali kepada partisipan mengenai jawaban yang telah diberikan.

b. Prinsip confirmability karena untuk memenuhi kriteria tersebut peneliti menginformasikan hasil penelitian kepada pembimbing, karena pembimbing merupakan seorang yang ahli dalam penelitian kualitatif fenomenologi, dan mendiskusikan kembali hasil wawancara dan proses member checking yang telah dilakukan dengan dosen pembimbing.


(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menjelaskan tentang perawatan ibu postpartum menurut budaya Minang. Ketujuh partisipan berdomisili di Kelurahan Kotamatsum IV, Kecamatan Medan Area, Kota Madya Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam.

A. Hasil Penelitian

1. Karekteristik Partisipan

Ketujuh partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai serta mau menandatangani perjanjian sebelum interview dimulai. Para partisipan adalah ibu postpartum 0-40 hari dan bersuku Minang. Umur ketujuh partisipan berkisar antara 20-35 tahun. Rata-rata umur partisipan adalah 27,5 tahun. Ketujuh partisipan beragama islam. Ketujuh partisipan bersuku Minang. Lima partisipan bekerja sebagai ibu rumah tangga dan dua partisipan bekerja sebagai pegawai swasta. Satu orang partisipan pendidikan terakhirnya SMP, lima orang SMA dan satu orang Perguruan Tinggi. Ketujuh partisipan menceritakan bagaimana perawatan selama masa nifas menurut budaya minang. Data demografi dapat dilihat di Tabel 1.


(38)

Tabel 4.1. Karekteristik Partisipan Karekterisik Jumlah

Umur Range Mean 20-35 tahun 27,5 tahun Sek

Perempuan 7 orang Agama

Islam 7 orang Suku

Minang 7 orang Pendidikan SMP SMA Perguruan Tinggi 1 orang 5 orang 1 orang Anak Ke: Kedua Ketiga Keempat 3 orang 3 orang 1 orang Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta

5 orang 2 orang

B. Perawatan Postpartum Budaya Minang

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap ketujuh partisipan yang telah melakukan perawatan postpartum budaya minang maka peneliti menemukan tujuh upaya perawatan selama postpartum dan telah disebutkan oleh partisipan tersebut adalah: (1) minum telur ayam kampung dan kopi, (2) minum daun papaya dan asam jeruk nipis, (3) betangeh, (4) minum asam jawa, gula merah dan kunyit (5) duduk di atas batubata yang telah dipanasi, (6) cebok dengan air sirih, (7) tapal perut beserta pemakain gurita.


(39)

1. Upaya Pemulihan Tingkat Kebugaran Tubuh

Dalam perawatan postpartum budaya minang ada upaya yang dilakukan untuk pemulihan tingkat kebugaran tubuh, dengan melakukan perawatan mandi betangeh. Mandi betangeh itu adalah rebusan dari daun-daunan rempah ,seperti daun jeruk purut, daun kunyit, daun sere, daun setawa, daun sedingin, daun seringa-ringa, daun asam-asam semua direbus selama 1 jam dalam belanga besar, setelah di rebus, dibuka tutup belanganya dan ibu menggunakan kain atau sarung lalu duduk di atas bangku dan ditutupi tikar. Mandi betangeh ini dilakukan sebanyak 4-6 kali selama masa nifas. Uap yang keluar dari belanga tersebut yang digunakan untuk pemulihan kebugaran tubuh. Hal tersebut di dukung oleh dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Badan kita tuh jadi berkeringat, badan jadi segar lagi karena kena uapan air itu”

(Partisipan 3) “Badan kita jadi enak, segar, keringat kita keluar semua, jadi badan

kita enteng lagi, berkurang rasa cape abis melahirkan itu”

(Partisipan 5) “Kalo kita betangeh badan kita jadi sehat, badannya jadi ringan,

keluar semua keringat waktu kita betangeh”

(Partisipan 6)

2. Upaya Memperlancar Pengeluaran Darah Nifas

Ada tiga perawatan postpartum menurut budaya Minang yang dilakukan untuk memeperlancar pengeluaran darah nifas. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

a.Minum telur ayam kampung dan kopi

Untuk mengeluarkan darah nifas, perawatan postpartum budaya Minang ada meminum telur ayam kampung dan kopi. Cara pembuatannya yaitu kuning telurnya saja tanpa putih telur, kuning telur di kocok dengan kopi sedikit, lalu di tambahkan


(40)

air hangat. Minum telur ayam kampung dan kopi ini di minum hanya 1 kali saja, pertama setelah 10 menit setelah bayi lahir. Inilah perawatan postpartum yang petama sekali dilakukan oleh budaya minang. Hal ini di dukung oleh 3 pernyataan partisipan berikut ini:

“Supaya darah kotornya banyak keluar”

(Partisipan 2) “Itu khasiatnya untuk peredaran darah. Sehabis melahirkan supaya

darahnya lancar keluarnya”

(Partisipan 4) “Supaya darah kotor abis melahirkan itu cepat keluar semua”

(Partisipan 7)

b. Minum daun papaya dan asam jeruk nipis

Minum daun papaya dan asam jeruk nipis juga salah satu upaya untuk memperlancar pengeluaran darah nifas dan dapat membersihkan darah kotor pasca bersalin yang dilakukan oleh ibu postpartum budaya Minang. Cara pembuatan perawatan ini yaitu daun papaya di remas sampai halus di tambah akarnya sedikit. Lalu daun papayanya di saring, di tambah garam sedikit dan air jeruk nipis. Selama masa nifas di minum sebanyak 3 kali, dengan selang waktu 1 minggu sekali. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Manfaat yang kita rasakan itu badan kita terasa enak, sepertinya darah-darah kita itu bersih, badan kita enteng dirasakan, ringan”

(Partisipan 2) “Katanya buat melancakan peredaran darah. Jadi darah kotor kita

abis melahirkan itu bisa keluar semua”

(Partisipan 6) “Untuk membersihkan darah kotor yang udah keluar abis melahirkan

bisa berganti dengan yang baru terus darah kotor yang masih sisa di dalam perut bisa keluar semua”


(41)

c. Minum asam jawa, gula merah dan induk kunyit

Untuk mengeluarkan darah nifas, perawatan ibu postpartum budaya Minang juga meminum air asam jawa dan gula merah, dan induk kunyit. Cara pembuatannya yaitu 2 buah induk kunyit di parut, lalu di aduk dengan asam jawa dan gula merah, ditambahkan air sebanyak 2 gelas dan di rebus. Satu kali pembuatan bisa di minum selama 3 hari. Ini berkhasiat untuk mengeluarkan darah nifas yang masih tersisa. Hal tersebut didukung oleh 3 pernyataan partisipan berikut ini:

“Manfaatnya itu biar berganti darah kotor kita sama yang baru, jadi biar bersih darah kotor kita abis minum itu, darah kotor kita keluar”

(Partisipan 1) “Ya manfaatnya untuk peredaran darah supaya darah kotor itu bersih

keluarnya, ya istilahnya darah yang kotor tu gak ada yang tertinggal itu lah gunanya kunyit sama asam tadi”

(Partisipan 4) “Manfaatnya biar darah kotor kita bisa keluar. Abis melahirkan

banyak itu darah kotor yang tertinggal, jadi kalo minum itu bisa keluar semua darah kotor kita itu”

(Partisipan 6)

3. Upaya Menjaga Kebersihan Alat Genetelia

Dalam menjaga kebersihan alat genetelia, budaya minang melakukan beberapa perawatan postpartum, seperti cebok menggunakan air sirih dan duduk di atas batubata yang telah di panasi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut:

a. Cebok menggunakan air sirih

Air rebusan dari daun sirih baik di gunakan untuk membersihkan alat genetelia. Manfaat yang dapat dirasakan yaitu menghilangkan rasa gatal, mempercepat pengeringan perenium dan vagina. Ini merupkan salah satu upaya menjaga kebersihan


(42)

alat genetelia selama masa nifas. Hal ini didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

“Kan airnya hangat, daun sirih itu sebelumnya dipanasin, jadi biar gak gatal-gatal”

(Partisipan 1) “Supaya tempat abis kita melahirkan itu bisa cepat kering dan tidak

gatal-gatal”

(Partisipan 6) “Biar gak gatal-gatal tempat abis melahirkan kita itu dan jadi bersih

lagi”

(Partisispan 7)

b. Duduk di atas batu bata yang telah dipanasi

Selain cebok menggunakan air sirih, duduk di atas batu bata yang telah dipanasi juga salah satu upaya untuk membersihkan alat genetelia. Pertama-tama batubata tersebut di bakar, setelah sedikit dingin, batubata tersebut di balut menggunakan kain. Ibu duduk di atas batubata yang telah di bungkus dengan tetap memakai pakain dalam. Dilakukan selama 10-15 menit. Dampak dari melakukan perawat ini adalah untuk menghilangkan rasa gatal pada alat genetelia, mempercepat penutupan kembali perineum dan vagina dan mempercepat pengeringan luka perineum ataupun vagina. Hal ini di dukung oleh 2 pernyataan partisipan berikut ini:

“Kita duduk di atas batu bata jadi kena hangat itu jadi rapat kembali, jadi cepat tertutup. kalaupun kita gatal-gatal, gak gatal-gatal lagi setelah melahirkan itu”

(Partisipan 1) “Abis melahirkan kemaluan kita biar cepat kering kalau duduk di atas

batu bata itu. Batubata itu hangat, jadi cepat keringlah”

(Partisipan 3) 4. Upaya Mengambalikan Bentuk Tubuh

Perawatan postpartum menurut budaya Minang dalam upaya mengembalikan bentuk tubuh adalah menggunakan tapal perut beserta pemakain gurita. Tapal perut ini


(43)

menggunakan kapur sirih dan dan air jeruk nipis. Kapur sirih ditambahkan air jeruk nipis lalu di aduk sampai merata. Setelah tercampur semua, dioleskan keseluruh perut, setelah itu baru menggunakan gurita. Di pakai selama 40 hari setelah bersalin. Tapal perut merupakan tradisi yang sering dilakukan karena untuk mengembalikan bentuk perut seperti sebelum melahirkan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Perutnya ditapalin sama jeruk nipis itu biar kuning, biar cantik, bisa bersih balik”

(Partisipan 1) “Tapal perut itu kan perut kita masih mengembang, biar perut kita tu

mengecil lagi, biar perut kita jadi kecil ramping gitu, perut itu gak membesar”

(Partisipan 2) “Supaya perutnya jadi bersih, biar perutnya gak kendor, gak jadi

besar. Kan kalo kita hamil perut kita besar, jadi kalo pake tapal tu perut kita jadi kencang apalagi ada kapur sirihnya itu, perut kita jadi cantik lagi dia”

(Partisipan 6)

C. Pembahasan

1. Interprestasi dan Diskusi Hasil

Masa nifas atau postpartum adalah masa pemulihan pascabersalin yang disertai dengan pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti kekeadaan sebelum hamil. Masa nifas ini berlangsung hingga 40 hari atau 6 minggu sejak bayi dilahirkan.

Perawatan postpartum sangat dibutuhkan bagi ibu pascabersalin. Adapun tujuan dari perawatan selama masa nifas seperti yang diungkapkan oleh Saleha (2009) adalah (1) menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikiologis, (2) mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, (3) memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan kesehatan diri, nutrisi,


(44)

KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari, (4) memberikan pelayanan KB.

a. Upaya Pemulihan Tingkat Kebugaran Tubuh

Selama hamil biasanya terjadi penumpukan air yang berlebihan dalam tubuh. Penguapan yang menggunakan rempah-rempah berguna untuk membuka pori-pori kulit dan melancarkan aliran darah. Mandi rempah juga berguna untuk menghangatkan tubuh dan mandi membuat badan terasa lebih segar dan sehat.

Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Dalam menjaga kebersihan diri, mandi adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya infeksi.

Untuk pemulihan tingkat kebugaran tubuh, budaya Minang melakukan mandi betangeh dari bahan rempah-rempah. Yang mana rempah-rempah tersebut seperti daun jeruk purut, daun kunyit, daun serai, daun setawa, daun sedingin, daun seringa-ringa, daun asam-asam. Adapun khasiat dari daun serai adalah melancarkan sirkulasi darah, meredakan nyeri, daun asam adalah sebagai antibiotik, membersihkan darah dan membuat kulit bersih, daun kunyit sebagai antibiotik, juga dapat membersihkan darah, menghilangkan lesu dan lelah dan menjaga stamina.

Dari khasiat bahan rempah-rempah tersebut, dan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara dengan partisipan bahwa mandi betangeh membuat badan lebih sehat, segar, mandi betangeh juga dapat menghilangkan rasa capek dan dapat mengelurkan keringat. Dengan demikian peneliti dapat mengetahui dan mendukung bahwa mandi betangeh berguna untuk memulihkan tingkat kebugaran bagi ibu selama masa nifas.


(45)

b. Upaya Memperlancar Pengeluaran Darah Nifas

Setelah melahirkan, normal bagi wanita untuk mengalami perdarahan. Darah nifas dimulai sebagai suatu pelepasan cairan dalam jumlah yang banyak pada jam-jam pertama setelah melahirkan.

Menurut Bobak, et.al (2005) rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali disebut lokia, mula-mula berwarna merah, kemudian menjadi merah coklat. Selama dua jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang kelur dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar selama menstruasi. Setelah waktu tersebut, aliran lokia yang keluar harus semakin berkurang.

Dalam perawatan postpartum budaya minang untuk mempercepat pengeluaran darah nifas ada tiga macam perawatan yang dilakukan. Dan peneliti menjelaskan khasiat setiap bahan yang digunakan, seperti:

1. Minum telur ayam kampung dan kopi. Adapun khasiat dari kopi adalah bekerja sebagai perangsang sistem saraf pusat, jantung dan pernafasan.

2. Minum daun papaya dan asam jeruk nipis. Khasiat dari daun papaya adalah sebagai pemeliharaan badan setelah melahirkan, untuk memperlancar ASI, dan mengatasi ASI tidak lancar. Khasiat dari asam jeruk nipis adalah untuk menghilangkan rasa mual, keputihan dan menghilangkan rasa lelah.

3. Minum asam jawa, gula merah dan induk kunyit. Khasiat dari asam jawa sebagai antioksidan, antibiotik, mengobati radang payudara dan membersihkan darah. Khasiat dari induk kunyit adalah sebagai analgetik, melancarkan darah, diuretik, antioksidan dan antiradang.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh hasil bahwa meminum ramuan dari bahan-bahan alami dapat memperlancar dan mempercepat


(46)

pengeluaran darah nifas (lokia). Dan khasiat dari bahan–bahan ramuan yang telah disebutkan sebelumnya, peneliti dapat mengetahui dan mendukung dalam memperlancar dan mempercepat pengeluarah darah nifas ibu postpartum dapat meminum ramuan dari bahan-bahan alami.

c. Upaya Menjaga Kebersihan Alat Genetelia

Pada masa nifas terjadi perdarahan sampai 40 hari. Di sinilah pentingnya menjaga kebersihan di daerah sekitar vagina dengan seksama. Banyak darah dan kotoran yang keluar dari vagina. Vagina merupakan organ terbuka sehingga memudahkan kuman yang ada di daerah tersebut menjalar ke rahim.

Perawatan perineum dan kebersihan vagina dapat mencegah terjadinya infeksi. Infeksi salah satu faktor penyebab kematian ibu dan dengan perawatan yang baik membuat ibu merasa nyaman dan sehat. Menurut Maryunani (2009) pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rudae kembali. Vagina yang semula sangat terregang akan kembali secara bertahap seperti ukuran sebelum hamil pada minggu ketiga sampai minggu kedelapan setelah melahirkan.

Upaya menjaga kebersihan alat genetelia dalam perawatan postpartum budaya minang melakukan cebok dengan menggunakan air daun sirih dan duduk diatas batubata yang telah dipanasin. Daun sirih sangat bermanfaat dalam membersihkan alat genetelia, ini karena daun sirih berkhasiat sebagai antiseptik, antijamur, mengurangi peradangan, menghilangkan rasa gatal dan bau badan.

Peneliti menemukan kecocokan antara hasil wawancara yang diperoleh dengan khasiat dari daun sirih. Dalam upaya membersihkan alat genetelia, partisipan melakukan perawatan postpartum dengan membersihkan vagina dan pereniumnya menggunakan air rebusan daun sirih dan duduk diatas batubata yang telah dipanasin.


(47)

Dengan demikian peneliti dapat mengetahui dan mendukung bahwa cebok menggunakan air rebusan air daun sirih dan duduk diatas batubata yang telah dipanasin dapat memebersihkan daerah alat genetelia.

d. Upaya Mengambalikan Bentuk Tubuh

Setelah hamil, sangat penting untuk ibu agar memperoleh kembali bentuk tubuh idealnya. Untuk itu, perawatan tubuh setelah melahirkan sangatlah perlu untuk dilakukan. Tradisi perawatan tubuh yang dapat mengembalikan tubuh ideal, di antaranya adalah menggunakan tapal perut dan gurita atau perawatan khusus pascapersalinan. Jika perawatan ini dijalankan teratur dan disiplin, maka dengan cara ini, pada minggu ketujuh pascapersalinan tubuh akan kembali ideal.

Tapal perut yang menggunakan jeruk nipis dan kapur sirih dapat mengecilkan perut dan membuat kulit tampak lebih bersih. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara dengan partisipan bahwa menggunakan tapal perut dan gurita dapat mengembalikan bentuk tubuh seperti sebelum hamil. Dengan demikian peneliti dapat mengetahui dan mendukung bahwa menggunakan tapal perut dan gurita dapat mengembalikan bentuk tubuh. Dan yang dibutuhkan oleh ibu postpartum adalah motivasi dan disiplin diri menjalani proses perawatan segera setelah melahirkan hingga enam minggu waktu yang tepat untuk mendapatkan kembali tubuh ideal.

2. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini terdapat pada keterbatasan peneliti sebagai alat pengumpul data. Kemampuan wawancara yang dimiliki peneliti hanya kemampuan wawancara dasar, sehingga menyebabkan banyak keterbatasan dalam tekhnik


(48)

wawancara karena ini merupakan pengalaman pertama peneliti melakukan penelitian fenemonologi.

3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Kebidanan

Dari hasil penelitian ditemukan perawatan postpartum menurut budaya minang, seperti upaya upaya pemulihan tingkat kebugaran tubuh, upaya memperlancar pengeluaran darah nifas, upaya menjaga kebersihan alat genetelia dan upaya mengembalikan bentuk tubuh. Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan bagi tenaga kesehatan khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien postpartum dan bagi peneliti selanjutnya.


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian yang diperoleh peneliti dari ketujuh partisipan tentang perawatan ibu postpartum budaya Minang meliputi beberapa upaya sebagai berikut: upaya memulihkan tingkat kebugaran (mandi betangeh), upaya memperlancar pengeluaran darah nifas (minum telur ayam kampung dan kopi, minum daun papaya dan asam jeruk nipis, minum asam jawa dan gula merah dan induk kunyit), upaya membersihkan alat genetelia (cebok menggunakan air daun sirih dan duduk diatas batubata yang telah dipanasin), upaya untuk mengembalikan bentuk tubuh (tapal perut). Dari ketujuh partisipan hampir semua melakukan perawatan postpartum yang disebutkan diatas.

Dari hasil pembahasan berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti terhadap tujuh partisipan terdapat beberapa persamaan antara teoretis dengan kenyataan yang dijumpai di lapangan berdasarkan dari perawatan budaya minang terhadap ibu postpartum. Misalnya untuk mencegah infeksi ibu harus menjaga kebersihan diri sepreti yang diungkapkan oleh Saleha (2009). Berdasarkan dari hasil pembahasan juga dijumpai bahwa ada upaya menjaga kebersihan diri yang dilakukan oleh partisipan seperti mandi betangeh dan cebok menggunakan air rebusan daun sirih.

Banyak manfaat dan dampak dari tradisi perawatan postpartum budaya Minang yang dirasakan oleh partisipan. Ini disebabkan oleh semua bahan-bahan yang digunakan dalam perwatan postpartum berasal dari bahan yang alami dan sangat berkhasiat. Dari penelitian ini peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang perawatan postpartum menurut budaya Minang. Membuka pikiran kita tidak selamanya perawatan menurut adat itu salah dan merugikan. Masih ada hal yang


(50)

berdampak positif bagi ibu postpartum. Diharapkan untuk pelaksanaan pelayanan kebidanan tidak harus melarang atau mengubah kebiasaan adat tersebut, selagi tidak merugikan bagi kesehatan.

B. SARAN

Sebagai sumbangan pemikiran dari rangkaian penulisan akhir dari karya tulis ilmiah ini, saran-saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pendidikan

Melakukan praktek asuhan postpartum sesuai dengan standart asuhan postpartum.

2. Pelayanan Kebidanan

Memberikan pelayanana kesehatan tentang perawatan ibu nifas dan terus mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu postpartum tanpa meninggalkan budaya dasar yang telah ada dan sesuai kebutuhan masyarakat.

3. Penelitian Kebidanan

Dalam melakukan penelitian harusnya peneliti lebih menggali dan menemukan hal yang baru, yang mana hasil penelitian tersebut dapat berguna untuk pengetahuan baru bagi dunia pendidikan.

4. Ibu

Ibu dapat melakukan perawatan postpartum sesuai dengan budayanya tetapi harus tetap menjaga kesehatan dan tidak merugikan bagi dirinya sendiri.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, retna any. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jakarta: Penerbit Offset Bungin, B. (2007). Metode Penelitian Kualitaiatif. Jakarta: PT. Rajagrafinda. Bobak, et. al. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Dalimartha, Setiawan. (2008). 1001 Resep Herbal. Jakarta: Penebar Swadaya Kasali, Rhenald. (2008). Metode-Metode Riset Kualitatif. Jakarta: Penrbit Bentang Maryunani, Anik. (2009). Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta:

CV. Trans Info Media.

Martono, Nanang. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta. Penerbit: Rajagrafindo. Mitayana. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Penerbit Salemba Medika Moleong. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muarif. (2009). Rahasia Sukses Orang Minang Di Perantauan. Yogyakarta: Pinus Book

Publisher.

Manik, Murniati, et,al. (2010). Panduan penulisan Karya Tulis Ilmiah. Medan: Tidak dipublikasikan.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarata: Penertbit Salemba Medika

Polit, F. (2004). Canadian Essential Of Nursing Research. Phiadelphia: Lipponcot. Potter, Perry. (2009). Fundamental keperawatan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika Prastowo, Andi. (2010). Menguasai Tekni-teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Penerbit Diva Press

Saleha, Sitti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Suherni. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakart: Penerbit Fitramaya.

Sulistiawaty. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Penerbit Andi


(52)

Sujiyatini, et.al. (2010). Asuhan Ibu Nifas Askeb III. Jakarta : Penertbit Piblisher

Sugiono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif , R&B. Bandung: CV. ALfabeta.

Syafrudin. (2009). Sosial Budaya Dasar. Jakarta: CV. Trans Info Media

Wijayakusuma, Hembing. (2008). Ramuan Lengkap Herbal Taklukan Penyakit. Jakarta: Pustaka Bunda


(53)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN

Saya yang bernama Rahmi Hayati/105102019 adalah mahasiswi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Postpartum di Kelurahan Kotamatsum IV, Kecamatan Medan Area, Kota Madya Medan. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan ibu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon mengisi data demografi dan lembar ceklist dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kerelaan ibu.

Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi ibu dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini. Terima kasih atas partisipasinya.

Medan 2010

Peneliti Partisipan


(54)

Lampiran 2 PARTISIPAN DATA DEMOGRAFI

Pengkajian Data Demografi Petunjuk Pengisian

• Jawablah pertanyaan sesuai dengan petunjuk

• Untuk soal nomor 1, 2, 3 dan 4 isilah sesuai dengan identitas anda

• Untuk pertanyaan selanjutnya dijawab dengan memberikan tanda checklis (√) pada tempat yang disediakan

Nomor Partisipan :

1. Usia ibu :

2. Agama :

3. Lama usia perkawinan : 4. Jumlah anak hidup :

5. Pekerjaan : ( ) PNS

( ) Wiraswasta ( ) Peg. Swasta

( ) Ibu Rumah Tangga

6. Pendidikan : ( ) SD ( ) SMP ( ) SMA

( ) Perguruan Tinggi ( ) Lain-lain


(55)

Lampiran 3

Panduan wawancara:

1. Coba ibu ceritakan apa-apa saja yang ibu lakukan untuk perawatan selama masa nifas?

2. Mengapa ibu melakukan perawatan tersebut?


(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Rahmi Hayati

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 31 Januari 1986

Agama : Islam

Alamat : JL. Setia Luhur Gg. Tehnik No. 79-G Kapt. Muslim Medan Riwayat Pendidikan :

1991 – 1992 = Tk. Al-Hikmah Helvetia 1992 – 1998 = SD Swasta YAHDI Helvetia 1998 – 2001 = MTs Swasta YAHDI Helvetia 2001 – 2004 = MA Swasta PAB 2 Helvetia 2004 – 2006 = Diploma I STMIK Potensi Utama


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Rahmi Hayati

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 31 Januari 1986

Agama : Islam

Alamat : JL. Setia Luhur Gg. Tehnik No. 79-G Kapt. Muslim Medan Riwayat Pendidikan :

1991 – 1992 = Tk. Al-Hikmah Helvetia 1992 – 1998 = SD Swasta YAHDI Helvetia 1998 – 2001 = MTs Swasta YAHDI Helvetia 2001 – 2004 = MA Swasta PAB 2 Helvetia 2004 – 2006 = Diploma I STMIK Potensi Utama