Motivasi kerja juga merupakan faktor selain profesionalisme guru yang dapat mempengaruhi kinerja guru.
Motivasi kerja sangat diperlukan bagi guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga dapat meningkatkan keberhasilan proses
pembelajaran. Apabila guru mempunyai motivasi kerja yang tinggi, mereka akan
terdorong dan berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran di sekolah sehingga diperoleh hasil kerja
yang maksimal. Guru tidak akan memiliki kinerja yang baik tanpa adanya motivasi
yang tinggi. Menurut Sardiman 2011: 85 motivasi memiliki fungsi untuk mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Jadi
motivasi adalah sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan dilakukan. Motivasi juga menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak tercapai. Motivasi
memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Motivasi kerja yang dimiliki guru dapat juga digunakan untuk menyeleksi perbuatan,
yaitu dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan- tujuan tersebut. Motivasi yang tinggi pada guru akan menjadi faktor pendorong dalam
mencapai prestasikinerja yang baik.
Berdasarkan hasil observasi awal tentang kinerja guru di SMK PGRI Wonoasri Kabupaten Madiun yang dilakukan pada bulan Maret 2016, ditemukan beberapa
masalah terkait kinerja guru. Selama pengamatan, peneliti menemukan masih adanya guru yang datang terlambat ke sekolah sehingga menyebabkan kegiatan pembelajaran
menjadi terganggu. Guru banyak yang belum melaksanakan penelitian tindakan kelas, sehingga menyebabkan guru kurang mengetahui kekurangan yang terjadi dalam proses
pembelajaran untuk selanjutnya diadakan perbaikan. Keterbatasan media pembelajaran dan penggunaan metode ceramah yang dominan membuat proses pembelajaran menjadi
kurang variatif, masih ada guru kurang mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga siswa sulit menerima dan memahami materi.
Berdasarkan permasalahan di atas, mendorong dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai profesionalisme dan motivasi kerja sebagai beberapa faktor yang
diduga berpengaruh terhadap kinerja guru di SMK PGRI Wonoasri Kabupaten Madiun
. Untuk itu, penulis mengajukan judul penelitian sebagai berikut: “Pengaruh
Profesionalisme Guru dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMK PGRI Wonoasri Tahun Pelajaran 20162017.” Adapun
perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1 Apakah
profesionalisme guru berpengaruh terhadap
kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 20162017
? 2Apakah motivasi kerja
berpengaruh terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 20162017
? 3 Apakah
profesionalisme guru dan
motivasi kerja berpengaruh secara simultan
terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 20162017
? Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1 Pengaruh
profesionalisme guru terhadap
kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 20162017 . 2 Pengaruh
motivasi kerja
terhadap kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 20162017
. 3 Pengaruh
profesionalisme guru dan
motivasi kerja terhadap
kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 20162017.
B. Kajian Teori Kinerja Guru
Kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang. Kinerja prestasi kerja adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
2
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya Mangkunegara, 2013: 67. Suatu organisasi tentu membutuhkan karyawan yang
berkualitas. Untuk mencapai hal tersebut, maka perlu memperhatikan banyak hal yang berkaitan dengan kinerjanya. Hikman dalam Usman 2011: 487 menyatakan kinerja
selalu merupakan tanda keberhasilan suatu organisasi yang ada dalam organisasi tersebut. Sementara itu, Stoner dan Freeman dalam Usman 2011: 487 mengemukakan
kinerja adalah kunci yang harus berfungsi secara efektif agar organisasi secara keseluruhan dapat berhasil.
Menurut Mulyasa 2013b: 88, “Kinerja adalah unjuk kerja seseorang yang ditunjukkan dalam penampilan, perbuatan, dan prestasi kerjanya sebagai akumulasi dari
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang telah dimilikinya.” Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi peserta didik, dan
lingkungannya. Guru juga harus mampu mengambil keputusan secara mandiri independent, terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan
pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik, dan lingkungan Mulyasa, 2013a: 37. Berkaitan dengan kinerja guru, maka tugas guru
sebagai profesi mencakup kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh seorang guru berdasarkan kemampuan
mengelola kegiatan belajar mengajar, yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan membina hubungan antar pribadi
interpersonal dengan siswanya.
Kinerja seseorang didasarkan pada pemahaman ilmu pengetahuan, keterampilan,
keahlian dan perilaku yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Mulyasa dalam Koswara, 2016: 69 mengemukakan guru yang memiliki kinerja tinggi
akan bernafsu dan berusaha meningkatkan kompetensinya, baik dalam kaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembelajaran, sehingga diperoleh
hasil kerja yang optimal.
Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak lepas dari pengaruh faktor internal maupun faktor eksternal yang membawa dampak pada
perubahan kinerja guru. Menurut Saondi dan Suherman 2010: 24-45, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru, yaitu: kepribadian dan dedikasi,
pengembangan profesi, kemampuan mengajar, komunikasi, hubungan dengan masyarakat, kedisiplinan, kesejahteraan, dan iklim kerja. Berdasarkan uraian di atas,
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru, dapat dilihat bahwa profesionalisme guru dan motivasi kerja mempengaruhi kinerja guru melalui beberapa faktor. Faktor-
faktor tersebut pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi f
aktor kepemimpinan, faktor tim, faktor sistem, dan faktor situasional.
Manurut Sikula dalam Mangkunegara 2013: 69 “Employee appraising is the systematic evaluation of a worker’s job performance and potential for development.
Appraising is the process of estimating or judging the value, excellence, qualities, or status of some object, person, or thing” Penilaian pegawai merupakan evaluasi yang
sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian adalah proses penaksiran atau penentuan nilai, kualitas, atau status dari beberapa objek,
orang ataupun sesuatu. Dapat diambil kesimpulan bahwa penilaian kinerja guru adalah adalah suatu proses penilaian kinerja guru yang dilakukan pemimpin dalam hal ini
3
kepala sekolah secara sistematik berdasarkan tugasnya untuk mengetahui kualitas kerjanya sebagai bahan tindak lanjut untuk guru tersebut.
Penilaian atas kinerja guru didasarkan atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Permendiknas No.16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi
Guru yaitu meliputi empat kompetensi, yaitu: 1 Kompetensi pedagogik, meliputi penguasaan karakteristik peserta didik; teori belajar
dan prinsip-prinsip pembelajaran; pengembangan kurikulum; kegiatan pembelajaran yang mendidik; pengembangan potensi peserta didik; komunikasi dengan peserta
didik; penilaian dan evaluasi.
2 Kompetensi profesional, yaitu menguasai struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran; mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan
reflektif. 3 Kompetensi kepribadian, meliputi bertindak sesuai dengan norma agama, hukum,
sosial, dan kebudayaan nasional; menunujukkan pribadi yang dewasa dan teladan; memiliki tanggungjawab yang tinggi dan bangga menjadi guru.
4 Kompetensi sosial, yaitu bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif; komunikasi dengan sosial pendidik, tenaga kependidikan, orang tua
dan masyarakat; beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Indonesia. Menurut Mulyasa 2013b: 93 penilaian kinerja guru yang terkait dengan
pelaksanaan proses pembelajaran di kelas, meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, menilai, menganalisis hasil penilaian, dan melaksanakan
tindak lanjut hasil penilaian.
Berdasarkan uraian di atas maka diambil kesimpulan bahwa penilaian prestasi adalah penilaian kinerja guru adalah suatu proses penilaian kinerja guru yang dilakukan
pemimpin dalam hal ini kepala sekolah secara sistematik berdasarkan tugasnya untuk mengetahui kualitas kerjanya sebagai bahan tindak lanjut untuk guru tersebut.
Berdasarkan Permendiknas nomor 16 tahun 2007 penilaian kinerja guru didasarkan empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, professional, kepribadian, sosial.
Mengacu pada teori tentang penilaian kinerja guru menurut Permendiknas No.16 Tahun 2007 dan pendapat Mulyasa 2013b di atas, indikator dari kinerja guru pada
penelitian ini meliputi: 1 penyusunan rencana pembelajaran, 2 pelaksanaan interaksi belajar mengajar, dan 3 penilaian prestasi belajar peserta didik, dan 4 pelaksanaan
tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik.
Profesionalisme Guru
Oxford Dictionary dalam Sagala, 2011: 3 menyatakan bahwa profesional adalah orang yang melakukan sesuatu dengan memperoleh pembayaran, sedangkan yang lain
tanpa pembayaran. Sedangkan Tilaar 2009: 86 mengemukakan bahwa seorang
profesional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan profesinya. Seorang
profesional menjalankan kegiatannya berdasakan profesionalisme, dan bukan secara amatiran. Profesionalisme bertentangan dengan amatirisme. Seorang professional akan
terus menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan pelatihan.
Menurut UU No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, kompetensi profesional
adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Yang dimaksud dengan penguasaan materi secara luas dan mendalam dalam hal ini termasuk
kemampuan untuk membimbing peserta didik agar memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Dalam penjelasan pasal 28 ayat 3 butir
4
c Standar Nasional Pendidikan Mulyasa, 2007: 135 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Mulyasa 2013b: 42 kompetensi profesional adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
membimbing oeserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan. Menurut Sagala
2011: 41 “kompetensi profesional mengacu pada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan.
Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007 dijelaskan tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru guna menunjang kompetensi profesional
guru. Kompetensi profesional meliputi: 1 Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu. 2 Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
3 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 4 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif. 5 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan profesi.
Kompetensi profesional mempunyai pengertian sebagai kewenangan yang
berhubungan dengan tugas mengajar yang mencakup: a penguasaan pada bidang studi yang diajarkan, b memahami keadaan diri siswa, c memahami prinsip-prinsip dan
teknik mengajar, d menguasai cabang-cabang ilmu pengetahuan yang relevan dengan bidang studinya, dan e menghargai profesinya Marno dan Idris, 2008: 42.
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 menjelaskan ada 5 indikator inti dari Kompetensi profesional guru, yaitu sebagai
berikut: 1 Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu. 2 Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaranbidang
pengembangan yang diampu. 3 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
4 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
5 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Sardiman 2011: 164, menjelaskan secara rinci ada sepuluh kompetensi guru sebagai profesional yaitu meliputi:
menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan mediasumber, menguasai landasan kependidikan, mengelola
interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal
dan menyelenggarakan administrasi sekolah serta memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilakukan pengambilan indikator
pengukuran profesionalisme guru. Adapun i ndikator yang dapat digunakan untuk
mengukur variabel profesionalisme guru adalah:
5
1 Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2 Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 3 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif
4 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif. 5 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
Motivasi Kerja
Sebelum menguraikan tentang motivasi kerja, berikut ini disampaikan beberapa kajian tentang motivasi.
Motivasi berasal dari kata latin “Movere” yang berarti
“dorongan atau daya penggerak”. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut Hasibuan, 2014: 92.
Menurut Mc. Clelland dalam Uno, 2010: 9 motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang
telah dipelajari dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif. Motivasi memiliki dua aspek, yaitu adanya dorongan dari dalam dan dari luar untuk mengadakan
perubahan dari suatu keadaan pada keadaan yang diharapkan, dan usaha untuk mencapai tujuan.
Motivasi kerja terdiri dari dua kata yaitu motivasi dan kerja. Menurut Hasibuan 2014: 95, motivasi pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang agar mampu bekerjasama dengan efektif dan terintegrasi dengan segala daya dan upayanya untuk mencapai kepuasan. Kerja adalah sejumlah aktivitas fisik dan
mental untuk mengerjakan suatu pekerjaan. “Motivasi kerja adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan
dengan lingkungan kerja” Mangkunegara, 2013: 94.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat diuraikan bahwa motivasi kerja pada guru adalah sebagai dorongan mental yang dimiliki oleh seorang guru dalam
melakukan pekerjaan sebagai seorang guru. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru adalah sesuatu yang membuat diri pribadi guru menjadi semangat
untuk melaksanakan pekerjaan dalam kegiatan belajar mengajar agar tercapai tujuan sesuai rencana.
Tingkat motivasi kerja yang dimiliki orang tersebut dapat diketahui dari ciri-ciri tertentu terkait dengan motivasi kerja. Ciri-ciri motivasi kerja pada guru penting karena
kegiatan mengajar akan berhasil baik, jika guru tekun melaksanakan pekerjaannya, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan secara mandiri.
Sardiman 2011: 83 menyatakan bahwa ciri-ciri motivasi pada diri setiap orang yaitu:
1 Tekun menghadapi tugas suka bekerja keras, terus menerus dalam waktu yang lama,
tidak pernah berhenti sebelum selesai; 2
Ulet menghadapi kesulitan tidak lekas putus asa; 3
Menunjukkan minat untuk sukses; 4
Lebih senang bekerja sendiri; 5
Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin hal-hal yang bersifat mekanis, berulang- ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif;
6 Dapat mempertahankan pendapatnya;
7 Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini; dan
8 Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Motivasi jelas diperlukan untuk memelihara semangat dan bahkan meningkatkan semangat kerja karyawan sehingga organisasi dapat mencapai tujuan secara produktif.
Motivasi kerja dari seorang guru dapat diindikasikan dari beberapa hal, seperti yang
6
diuraikan menurut beberapa ahli sebagai berikut. Menurut Uno 2010: 73 dimensi dan
indikator dari motivasi kerja adalah sebagai berikut: Tabel 1.
Dimensi dan Indikator Motivasi Kerja Dimensi
Indikator
Motivasi Internal
Tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas
Melaksanakan tugas dengan target yang jelas
Memiliki tujuan yang jelas dan menantang
Ada umpan balik atas hasil pekerjaannya
Memiliki perasaan senang dalam bekerja
Selalu berusaha untuk mengungguli orag lain
Diutamakan prestasi dari apa yang dikerjakannya
Motivasi Eksternal
Selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan kerjanya
Senang memperoleh pujian dari apa yang dikerjakannya
Bekerja dengan harapan ingin memperoleh insentif
Bekerja dengan harapan ingin memperoleh perhatian dari
teman dan atasan Sumber: Uno 2010: 73
Pengukuran motivasi kerja guru dalam penelitian ini digunakan indikator pengukuran dari Uno 2010: 73 seperti yang diuraikan di atas karena motivasi kerja
secara operasional dapat didefinisikan sebagai dorongan dari dalam diri dan luar diri seseorang, untuk melakukan sesuatu yang terlihat dari dimensi internal dan dimensi
eksternal.
Kerangka Berpikir
Pada organisasi sekolah, penilaian kinerja guru menjadi salah satu komponen yang sangat penting untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi, untuk
mengembangkan karir dan kemampuan guru ke arah yang lebih baik lagi sehingga dapat meningkatkan prestasi sekolah. Keberadaan guru yang profesional dan memiliki kinerja
yang baik sangat diperlukan untuk dapat menciptakan pembelajaran yang efektif.
Profesionalisme yang dimiliki oleh seorang guru menjelaskan bahwa keprofesionalan dari seorang guru tidak hanya ditunjukkan pada saat guru berada dalam proses
pembelajaran atau pada saat proses belajar mengajar berlangsung, namun keprofesionalan guru ditunjukkan lebih dari itu, dalam arti mampu dan senantiasa
melaksanakan tugas-tugas keguruannya sesuai dengan bidangnya. Kompetensi profesional guru diduga dapat mempengaruhi kinerja guru itu sendiri.
Motivasi merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang, baik secara sadar atau tidak untuk melakukan sesuatu tindakan dengan suatu tujuan tertentu. Jadi
seseorang dapat terdorong untuk melakukan kerja secara lebih baik, karena ada dorongan dari dalam dirinya intrinsik maupun karena dorongan dari luar ekstrinsik.
Dorongan inilah yang menjadi sinergi sehingga seseorang mau bekerja keras untuk melakukan tugas yang diberikan kepadanya. Guru yang mempunyai motivasi kerja yang
tinggi akan senantiasa bekerja keras untuk mengatasi segala jenis permasalahan yang dihadapi dengan harapan mencapai hasil yang lebih baik lagi. Pencapaian suatu tujuan
tidak terlepas dari motivasi guru dalam bekerja, karena motivasi merupakan pendorong semangat dan kemauan untuk bekerja dalam mencapai keberhasilan kerja guru. Adanya
7
motivasi kerja yang dimiliki guru diduga akan meningkatkan kinerjanya. Seorang guru akan melakukan semua pekerjaannya dengan baik apabila ada faktor pendorong
motivasi.
Mengacu pada teori dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, berikut ini digambarkan suatu kerangka berpikir yang mencerminkan alur berpikir yang
merupakan dasar bagi perumusan hipotesis.
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan hasil beberapa penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.
Ha
1
: Profesionalisme guru berpengaruh terhadap
kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 20162017.
Ha
2
: Motivasi kerja berpengaruh terhadap
kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 20162017.
Ha
3
: Profesionalisme guru dan
motivasi kerja berpengaruh secara simultan terhadap
kinerja guru SMK PGRI Wonoasri tahun pelajaran 20162017.
C. Metode Penelitian