PROPOSAL MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH SUAT

Proposal Skripsi
PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN
MUSRENBANG di KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014

DISUSUN
O
L
E
H

SUFRAYANTI AMIR
(1201103010009)

UNIVERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
2014-2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini

dengan judul “ Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Musrenbang di
Kota Banda Aceh Tahun 2014.”
Terwujudnya proposal skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga,ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena
itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan proposal skripsi ini.
Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan di sisi
Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
krtik saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikanperbaikan kedepan. Amin yaa Rabbal ‘Alamiin

Banda Aceh, 1 Januari 2015
Penulis

SUFRAYANTI AMIR

i

DAFTAR ISI


Kata Pengantar

......................................................

i

Daftar Isi

......................................................

ii

BAB I
1.1

Latar Belakang Masalah

.......................................................

1


1.2

Perumusan Masalah

.......................................................

3

1.3

Tujuan Penelitian

......................................................

3

1.4

Manfaat Penelitian


......................................................

3

2.1

Musrebang

......................................................

5

2.2

Partisipasi Masyarakat

......................................................

3


2.3

Rencana Kerja Pembangunan Daerah

.....................................................

8

2.4

Kebijakan Umum Anggaran

....................................................

8

2.5

Prioritas Plafon Anggaran Sementara


...................................................

8

2.6

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

...................................................

9

2.7

Kerangka Pemikiran

...................................................

9


2.8

Hasil Penelitian Sebelumnya

...................................................

11

2.9

Hipotesis Penelitian

...................................................

11

BAB II

BAB III

3.1

Populasi Penelitian

.................................................

13

3.2

Definisi Dan Operasional Variabel

.................................................

13

3.3

Metode Analisis Data


.................................................

13

.................................................
.................................................

14
iii

3.4
Pengujian Hipotesis
Daftar Pustaka

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan sosial dimana adanya partisipasi

masyarakat secara luas yang dimaksudkan untuk mencapai kemajuan sosial. Selama ini,
paradigma dalam pembangunan biasanya identik dengan kewenangan pemerintah yang besar
dan rendahnya peran masyakarat. Dalam hal seperti ini, banyak menimbulkan kekecewaan
masyarakat ketika pemerintah tidak mampu memberikan yang terbaik dan tidak dapat
mewujudkan tujuan pembangunan secara maksimal. Ketika paradigma pembangunan
alternatif muncul, pembangunan tidak hanya menjadi kewenangan dan tanggung jawab
pemerintah semata, namun juga harus menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam
proses pelaksanaan pembangunan. Artinya, pemerintah tidak lagi sebagai

pelaksana,

melainkan lebih berperan sebagai fasilitator dari dinamika pembangunan. Dengan paradigma
ini, seluruh proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi pembangunan
diharapkan melibatkan masyarakat.
Proses pembangunan yang melibatkan peran serta warga masyarakat ini sering juga
disebut dengan proses pembangunan partisipatif. Disamping proses partisipatif ini, proses
perencanaan pembangunan juga melibatkan proses politis dan teknokratis. Pada majalah
membangun kota berbasis gampong Tanggal 12 Mei 2012, Nurcholis menyatakan bahwa :
“Suatu model pembangunan yang mengikutsertakan masyarakat, dimana masyarakat
secara aktif melibatkan diri; baik dimulai dari perencanaan, perumusan, pemecahan masalah

dalam pembangunan, dan evaluasi serta melakukan monitoring dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan”.
1

Untuk itu, maka proses perencanaan memerlukan keterlibatan masyarakat,
diantaranya melalui konsultasi publik atau musyawarah perencanaan pembangunan
(musrenbang). Musrenbang merupakan forum konsultasi para pemangku kepentingan untuk
menghasilkan kesepakatan perencanaan pembangunan didaerah yang bersangkutan sesuai
tingkatan wilayahnya.
Proses dan mekanisme Musrenbang sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,Undang-Undang
Nomor 17 tahun 2008 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh LGSPUSAID

menemukan

beberapa

faktor

yang

menyebabkan

kegiatan

Musrenbang kurang efektif, antara lain: Pertama, lemahnya pemahaman
kerangka peraturan (regulatory framework) dari perencanaan dan
penganggaran. Kedua, kurangya kerangka peraturan pada tingkat
daerah (provinsi dan kabupaten/kota), apalagi pada tingkat kecamatan,
dan gampong. Ketiga, lemahnya kapasitas staf pemerintah dalam
penyiapan dokumen perencanaan pembangunan. Keempat, lemahnya
kapasitas

staf

dalam

mengelola

perencanaan

partisipatif.

Kelima,

lemahnya keterlibatan masyarakat dan organisasi masyarakat sipil dalam
proses perencanaan
Pada penelitian ini pelaksanaan musrenbang dijadikan variabel dependent dan tingkat
masyarakat merupakan variabel independent. Subjek penelitian ini adalah ( RKPD, KUA dan
PPAS, APBD). Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dilihat

pentingnya musrenbang dalam pembangunan. Maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian atas masalah tersebut dan membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul :
2

“Pengaruh Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Musrenbang di Kota Aceh
Tahun 2014”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka masalah yang akan
diteliti adalah sebagai berikut :
1. Apakah partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap pelaksanaan musrenbang di
Kota Banda Aceh.
2. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan kurang efektifnya musrenbang di Kota
Banda Aceh.
3. Bagaimana pengaruh murenbang terhadap pembagunan di Kota Banda Aceh.

1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh signifikan partisipasi
masyarakat terhadap pelaksanaan musrenbang di Kota Banda Aceh
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kurang efektifnya musrenbang di
Kota Banda Aceh
3. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh musrenbang terhadap
pembangunan di Kota Banda Aceh.
1.4 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yanga dapat kita peroleh dari penelitian berdasarkan tujuan
penelitian ini antara lain :
1. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh signifikan analisis partisipasi
masyarkat terhadap pelaksanaan musrenbang di Kota Banda Aceh.
3

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian
selanjutnya untuk pengembangan ilmu penegtahuan, khususnya pada bidang
akuntansi pemerintahan.
3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
penulis tentang analisi partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan musrenbang di
Kota Banda Aceh.
4. Bagi pemerintah diharapkan agar mampu mewujudkan pembangunan dengan adanya
keterlibatan masyarakat didalamnya.

4

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Musrenbang
2.1.1 Pengertian Musrenbang
Musrenbang adalah forum multi-pihak secara terbuka dan bersama dalam
menentukan kebutuhan dan kebijakan pembangunan masyarakat. Hal ini sebagaimana
dinyatakan oleh Wrihatnolo & Nugroho bahwa Musrenbang adalah “forum musyawarah
tahunan

para

pemangku

kepentingan,

baik

ditingkat

gampong/desa,

kecamatan,

kabupaten/kota, propinsi dan tingkat nasional mengenai prioritas pembangunan di wilayah
tertentu, yang didasarkan pada masukan dari bawah, serta disepakati dalam sebuah dokumen
perencanaan pembangunan”.
Konsep Musrenbang juga bermakna sebagai ruang dan kesempatan berinteraksi antar
warga untuk mendiskusikan sesuatu yang berkaitan dengan proses perencanaan
pembangunan secara partisipatif. Proses ini biasanya berakhir dengan pengambilan keputusan
bersama tentang program atau kegiatan prioritas untuk wilayah yang bersangkutan.
Pada tingkat masyarakat gampong, Musrenbang bertujuan untuk mencapai
kesepakatan tentang prioritas kebutuhan gampong, yang kemudian menjadi kerangka acuan
bagi SKPK (Satuan Kerja Perangkat Kota/Kabupaten) dalam pembahasan daftar anggaran
kegiatan, yang akan dibiayai dari APBK (Anggaran Pendapatan dan Belanja kota/kabupaten)
dan Alokasi Dana Gampong (ADG), serta memilih wakil-wakil dari pemerintah dan
masyarakat yang akan mengikuti musrenbang tingkat kecamatan. Pada tingkat kecamatan,
peran dan fungsi Musrenbang ialah untuk mencapai kesepakatan mengenai (a) prioritas
5

program dan kegiatan SKPK untuk dibahas dalam Forum SKPK; (b) penentuan perwakilan
dari kecamatan yang akan menghadiri Musrenbang kota.Pada tingkat kabupaten/kota,
Musrenbang bertujuan untuk mencapai konsensus dan kesepakatan tentang draft final RKPK
(Rencana Kerja Pemerintah Kota/Kabupaten). Dokumen ini berisikan (a) arah kebijakan
pembangunan daerah; (b) arah program dan kegiatan prioritas SKPK berikut perkiraan
anggarannya atau Renja (Rencana Kerja) SKPK; (c) kerangka ekonomi makro dan keuangan;
(d) prioritas program dan kegiatan yang akan dibiayai oleh APBK, APBD Provinsi (APBA
untuk Aceh), dan sumber-sumber biaya lainnya; (e) rekomendasi dukungan peraturan dari
Pemerintah Provinsi dan Pusat; (f) alokasi anggaran untuk ADG.
2.1.2 Landasan Hukum Pelaksanaan Musrenbang
Keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pengangaran daerah dijamin
oleh UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang ini meletakkan
partisipasi masyarakat sebagai elemen penting untuk mencapai kesejahteraan masyarakat,
menciptakan rasa memiliki masyarakat dalam pengelolaan pemerintahan daerah, menjamin
adanya tranparansi, akuntabilitas, dan kepentingan umum, perumusan program dan pelayanan
umum yang memenuhi aspirasi masyarakat.
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
melembagakan kegiatan Musrenbang di semua tingkatan pemerintahan dan perencanaan
jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan. Di dalamnya juga terkandung pentingnya
sinkronisasi lima pendekatan perencanaan yaitu, pendekatan politik, partisipatif, teknokratis,
bottom-up, dan top-down dalam perencanaan pembangunan daerah.
Selain kedua undang-undang tersebut, juga ada Peraturan Menteri Dalam Negeri
No.66 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa dan Surat Edaran Bersama (SEB)
6

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Dalam Negeri tentang
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang, yang mengatur titik masuk partisipasi
masyarakat dalam proses perencanaan dan penganggaran daerah. Surat edaran bersama ini
juga berisi pedoman tata cara, capaian, prosedur, proses, dan mekanisme penyelenggaraan
Musrenbang dan forum pemangku kepentingan SKPD (SKPA, SKPK).Selanjutnya, terdapat
juga undang-undang lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan Musrenbang, antara lain: (1)
UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti dari Undang-undang
No. 22 tahun 1999; (2) UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; (3) UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembuatan
Peraturan Perundang-undangan; dan, (4) UU No. 11 tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh.
Di tingkat provinsi, terdapat Qanun Aceh No.4 tahun 2003 tentang Pemerintahan
Mukim. Selain itu, partisipasi masyarakat di Aceh diatur dalam Qanun Aceh No.8 tahun 2008
tentang Pelayanan Publik. Dalam Qanun ini, Pasal 2 ayat (2) menyatakan bahwa asas
“partisipatif” merupakan salah satu dari “asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan
yang baik”. Kemudian pada penjelasan qanun ini dijelaskan “Yang dimaksud dengan asas
partisipatif adalah untuk mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat”.

2.2 Partisipasi Masyarakat
Partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu “participation” adalah pengambilan
bagian atau pengikut sertaan. Menurut Keiht Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan
mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di
dalamnya. Jadi, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik peserta
dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses belajar
7

mengajar serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya.
Kata “masyarakat” berasal dari kata bahasa Arab yaitu musyarak. Masyarakat adalah
sebuah komunitas yang saling tergantung satu sama lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa
partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengindentifikasian
masalah dan potensi yang ada dimasyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang
alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah,
keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.
2.3 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan daerah
untuk periode1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah.
RKPD memuat :
a) Rancangan kerangka ekonomi daerah
b) Program prioritas pembangunan daerah
c) Rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju
2.4 Kebijakan Umum Anggaran (KUA)
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) merupakan dokumen yang memuat kebijakan
bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode
1 (satu) tahun.
KUA selaku dokumen perencanaan seharusnya mampu memberi informasi yang jelas bagi
semua stakeholder daerah terkait arah kebijakan dan prioritas pembangunan, terkait :
1) Sumber daya (potensi) yang dimiliki dan kendala yang akan dihadapi pemerintah
kabupaten untuk melaksanakan kebijakan dan prioritas pembangunan.
8

2) Informasi yang jelas semua stakeholder daerah terkait strategi yang ditempuhi di dalam
mendayagunakan sumber daya dan memecahkan kendala yang ada
3) Informasi yang jelas bagi semua stakeholder daerah tentang program-program prioritas,
serta hasil yang akan diperoleh diwaktu-waktu yang akan datang.
2.5 Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) adalah rancangan program prioritas
dan patokan batas maksimak anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program
sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD sebelum disepakati oleh DPRD.
Rancangan PPAS memuat :
1. Penentuan skala prioritas pembangunan daerah
2.

Penentuan skala prioritas program masing-masing urusan

3. Penyusunan plafon anggaran sementara untuk masing-masing program/kegiatan
2.6 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) adalah daftar rincian penerimaan
negara dan pengeluaran / belanja daerah selama satu tahun yang diteteapkan dengan undangundang untuk masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari samapai dengan 31 Desember
(Mahsun,2006 :82).
APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan.
Pendapatan adalah berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain
pendapatan yang sah APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan
dan kemampuan pendapatan daerah. Dalam menyusun APBD dimaksud diupayakan agar
9

belanja operasional tidak melampui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
2.5 Kerangka Pemikiran
2.5.1 Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Musrenbang
Penerapan Musrenbang yang dimaksud oleh pemerintah pusat adalah dalam rangka
mewujudkan pembangunan nasional yang melibatkan peran masyarakat didalamnya. Hal ini
dimaksudkan agar masyarakat tidak lagi kecewa ketika apa yang mereka inginkan tidak
diwujudkan, dengan adanya musrenbang ini masyarakat bisa secara langsung menyampaikan
aspirasinya kepada pemerintah yang lebih tinggi. Peran masyarakat sangat berpengaruh
terhadap pelaksanaan musrenbang ini.
2.5.2 Faktor –faktor yang menyebabkan kurang efektifnya musrenbang
Awalnya pemerintah berharap adanya pelaksanaan musrenbang yang efektif ,namun
dalam pelaksanaannya musrenbang terdapat beberapa kendala yang menyebabkan
musrenbang kurang efektif, baik itu dari masyarakat sendiri maupun dari pemerintah. Berikut
ini beberapa persoalan yang menyebabkan musrenbang tidak efektif :

Partisipasi masyarakat dalam musrenbang sangat minim

Musrebang kurang di topang oleh pembangunan organisasi
masyarakat
Musrenbang
Proposal musrenbang dering disabotase oleh birokrasi
korup peninggalan kolonialisme

Proposal musrebang tidak dipengaruhi
kebijakan pembangunan nasional secara
umum

10

2.5.3 Pengaruh musrenbang terhadap pembangunan
Musrenbang sebagai bentuk paradigma baru dalam sistem perencanaan pembangunan
di Indonesia telah memberikan tempat bagi penghargaan terhadap hak-hak masyarakat dalam
menentukan sendiri apa yang menjadi kebutuhan dan permasalahan yang akan diusulkan
kepada pemerintah untuk dapat ditanggulangi. Dalam implementasinya, apa yang menjadi
tujuan musrenbang sebagai sistem perencanaan partisipatif ternyata tidak seluruhnya
memberikan dampak yang maksimal bagi upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.6 Hasil Penelitian Sebelumnya
Saiful Mahdi dan Eva Susanna meneliti Tinjauan terhadap Partisipasi Masyarakat
dalam Perencanaan Pembangunan di Kota Banda Aceh. Hasil Penelitiannya adalah bаhwа
ѕеbаgiаn tеrbеѕаr (98 %) nаrаѕumbеr mеngаku hаdir ѕеkurаng-kurаngnyа ѕаtu kаli dаlаm
pеnyеlеnggаrааn Muѕrеnbаng di gаmpоng mаѕing-mаѕing. Rеѕpоndеn yаng ѕаmа itu pulа
mеnyаtаkаn mеmаhаmi mаknа Muѕrеnbаng ѕеbаgаi fоrum muѕyаwаrаh dеѕа untuk
mеrеncаnаkаn pеmbаngunаn, untuk mеmbicаrаkаn uѕulаn prоgrаm-prоgrаm yаng bеrkаitаn
dеngаn pеmbаngunаn demi kеѕеjаhtеrааn wаrgа gаmpоng (95%). Muѕrеnbаng jugа
dipаndаng ѕеbаgаi wаdаh pеnyаmpаiаn infоrmаѕi-infоrmаѕi pеmbаngunаn yаng pеnting,
tеmpаt wаrgа mеncurаhkаn idе dаn pikirаn untuk pеmbаngunаn gаmpоng mаѕing-mаѕing.
2.7 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dibentuk
adalah sebagai berikut :
H1 :

Tingkat Partisipasi Masyarakat Berpengaruh Terhadap Pelaksanaan

Musrebang di Kota Banda aceh.
11

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian
Menurut

Sakaran

(2006

:

121),

Populasi

adalah

keseluruhan

kelompok

orang,kejadian,atau hal minat yang ingin peneliti investigasi. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh Kecamatan yang melakukan musrenbangyang berjumlah 9 kecamatan di kota
Banda Aceh. Pemilihan Populasi dilakukan dengan menggunakan metode sensus, yaitu suatu
metode pemilihan populasi yang digunakan untuk meneliti semua elemen yang ada dalam
wilayah atau sasaran penelitian (sugiyono, 2005:77). Jumlah populasi yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1
Kecamatan yang Menjadi Populasi
Nama Kecamatan yang Menjadi Populasi
Kec. Meraxa
Kec. Jaya Baru
Kec. Banda Raya
Kec.Baiturrahman
Kec. Lueng Bata
Kec. Kuta Alam
Kec. Kuta Raja
Kec. Syiah Kuala
Kec. Ulee Kareng
Sumber : BPS Kota Banda Aceh

12

3.2 Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, data-data yang dibutuhkan adalah
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Prioritas
dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

3.2 Definisi dan Operasional Variabel
3.3.1 Variabel Dependen (Y)
Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi sebab akibat karena adanya variabel bebas. (Sugiyono, 2005:33). Dalam penelitian
ini variabel dependennya adalah musrenbang.
3.3.2 Variabel Independen (X)
Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang mempengaruhi variabel
dependent atau yang menjadi sebab (Sugiyono,2005:34). Pada penelitian ini variabel
independennya adalah partisipasi masyarakat.
3.3 Metode Analisis Data
Analisa dilakukan dengan menggunakan metode Multiple Regretion. Analisa ini
digunakam untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel penyebab
(variabel eksogen ) terhadap variabel akibat ( Variabel Endogen). Persamaan Regresi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y= a + b1. X1
Dimana :
Y

= Musrenbang

ɑ

= Konstanta
13

b1

= Koefisien Regresi

X1

= Partisipasi Masyarakat

3.4.1 Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengukuran variabel dalam penelitian ini, maka dilakukan
pengujian hipotesis. Untuk melakukan keputusan menerima atau menolak hipotesis yang
diajukan, maka perlu dilakukan pengujian statistik. Analisis dilakukan dengan menggunakan
Multiple Regretion. Analisa ini digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat
variabel penyebab (variabel eksogen) terhadap variabel akibat (variabel endogen).
Selanjutnya diolah dengan program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS).
Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu disusun rancangan pengujian hipotesis.

14

DAFTAR PUSTAKA

Tjokoroamidjojo, Bintoro. 1990. Perencanaan Pembangunan. Jakarta: Gungung
Agung
Abidin, Said Zainal. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta: Pancur Siwah
Ali, Mufizh. 2005. Pengantar Kebijakan Publik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mahsun, Moh dkk.2006. Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta: BPFE

Dokumen-Dokumen :
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh
Qanun Aceh Nomor 4 tahun 2003 tentang Pemerintahan Mukim
Qanun Aceh Nomor 8 tahun 2008 tentang Pelayanan Publik
Permendagri Nomor 23 tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2014

iii

Dokumen yang terkait

ANALISIS ELASTISITAS TRANSMISI HARGA IKAN LEMURU DI DAERAH PENANGKAPAN IKAN KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI

23 357 18

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KINERJA LAYANAN PUBLIK SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

19 247 18

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

RECONSTRUCTION PROCESS PLANNING REGULATORY FRAMEWORK IN THE REGIONAL AUTONOMY (STUDY IN THE FORMATION OF REGULATION IN THE REGENCY LAMPUNG MIDDLE ) REKONSTRUKSI PERENCANAAN PERATURAN DAERAH DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH (STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

0 34 50