Pengertian Kebijakan Dividen Jenis-jenis Kebijakan Dividen Teori Kebijakan Dividen

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Kebijakan Dividen

Kebijakan dividenadalah kebijakan mengenai apakah labayang diperoleh perusahaan pada akhirtahun akan dibagi kepada pemegangsaham dalam bentuk dividen atau akanditahan untuk menambah modal gunapembayaran investasi Martono dan Harjito, 2005 : 253.Brealey, et.al,2008 : 43,mengungkapkan bahwa kebijakan dividenmenjelaskan bagaimana perusahaanmenetapkan kebijakan pembayaranmereka.

2.1.2 Jenis-jenis Kebijakan Dividen

Menurut Hendy 2008 : 195 dividendapat dibedakan menjadi beberapa jenis,yaitu: 1. Dividen tunai cash dividend Merupakan dividenyang dibagi kepada pemegang sahamdalam bentuk kas tunai. 2. Dividen saham stock dividend Merupakan dividen yang dibagi bukan dalambentuk tunai melainkan dalam bentuksaham perusahaan tersebut 3. Property dividend Merupakan dividen yangdibagikan dalam bentuk aktiva lainselain kas atau saham, misalnya aktivatetap dan surat-surat berharga. 10 4. Liquidating dividend Merupakandividen yangdiberikan kepada pemegang sahamsebagai akibat dilikuidasinyaperusahaan.

2.1.3 Teori Kebijakan Dividen

Ada beberapa teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan sehingga dapat dijadikan pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu. Ada 3 tiga teori tentang kebijakan dividen Brigham dan Houston, 2001: 66: 1. Dividend Irrelevance Theory Dividen Tidak Relevan Beberapa kalangan berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan maupun terhadap biaya modalnya.Jika kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan maka hal tersebut tidak relevan. Pendukung dari tidak relevannya kebijakan dividen adalah Modigliani-Miller MM. Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan tergantung semata - mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi di antara deviden dan laba ditahan. Kebijakan dividen tidak relevan karena setiap pemegang saham dapat menyusun kebijakan dividennya sendiri. Jika para investor dapat membeli dan menjual saham sehingga menciptakan kebijakan devidennya sendiri tanpa mengeluarkan biaya, kebijakan dividen perusahaan benar – benar tidak relevan. 2. Teori Bird in The Hand Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon 1963 dan John Lintner 1962 dalam Brigham dan Houston, 2001: 67 yang berpendapat bahwa ekuitas 11 atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal capital gains yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya para investor menerima dividen. Gordon dan Litner berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal. MM dalam hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai perusahaan tidak tergantung pada kebijakan dividen yang menyiratkan bahwa investor tidak peduli antara dividen dengan keuntungan modal. MM menamakan pendapat Gordon-Lintner sebagai kekeliruan bird-in-the-hand, karena menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividen. 3. Teori Preferensi Pajak Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah dari pada yang tinggi, yaitu: 1. Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pada pendapatan dividen. Untuk itu investor yang kaya yang memiliki sebagian besar saham mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan 12 kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi. 2. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada efek nilai waktu. 3. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang karena adanya keuntungan- keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen