Faktor Pria faktor dan keguguran berulang

2.2 Faktor Pria faktor dan keguguran berulang

Banyak aspek wanita telah diteliti untuk mencari berbagai faktor penyebab terjadinya keguguran berulang, tetapi sangat sedikit yang dilakukan terhadap faktor laki-laki. Gamet jantan memberikan kontribusi 50 dari bahan genom untuk embrio dan berkontribusi untuk perkembangan plasenta dan embrio Sutovsky et al, 2000. Perubahan genetik dan epigenetik sperma oleh karena itu mungkin memiliki konsekuensi penting pada awal kehamilan. Perubahan epigenetik dalam sperma, seperti pengepakan kromatin yang berubah, kesalahan pencetakan, ketiadaan atau perubahan pemendekan, Sentrosom telomer, dan tidak adanya RNA sperma, dapat mempengaruhi beberapa karakteristik fungsional yang menyebabkan keguguran embrio diniGill Villa dkk, 2007 . Ada standar penilaian faktor pria dengan menggunakan analisis semen standar untuk menilai jumlah, motilitas dan indeks morfologi sperma. Tidak ada asosiasi yang kuat antara keberhasilan fertilisasi dan pembelahan embrio pada program fertilisasi in vitro dengan morfologi sperma berdasarkan Kriteria Kruger, yang menunjukkan bila sperma dengan morfologi yang abnormal akan menghasilkan embrio kualitas buruk . Embrio dengan kualitas yang jelek ini kemudian mungkin akan menyebabkan keguguran berulang, tetapi korelasi keguguran berulang dengan indeks morfologi sperma yang buruk masih belum signifikan Kazerooni et al, 2009. Semua parameter dalam analisis semen gagal tampil sebagai faktor etiologi yang penting dalam keguguran Hommonai et al, 1980; Sbracia et al, 1996. Tes fungsi sperma lain seperti uji Hypoosmotik HOS , status acrosomal dan dekondensasi kromatin nukleus juga diselidiki dalam kaitan dengan keguguran, tetapi hasilnya masih kontroversial Saxena et al, 2008; Gill Villa et al, 2010. Sebuah petanda yang lebih baik dan dapat berkorelasi dengan kelainan sperma diperlukan dalam konteks ini. Salah satu tes yang tersedia adalah tes DNA sperma fragmentasi untuk melihat integritas kromatin sperma . Hasil berkorelasi baik dengan potensi sperma untuk menghasilkan embrio yang akan cukup kompeten untuk menghasilkan kelahiran hidup. Tingkat kelainan pada materi genetik sperma dinyatakan secara numerik sebagai Fragmentasi DNA Index DFI Evenson et al, 2006. Kerusakan DNA mungkin ada dalam sperma baik pada laki-laki subur maupun tidak subur. Oleh karena itu, analisis Universitas Sumatera Utara fragmentasi DNA sperma dapat mengungkapkan kelainan tersembunyi dalam DNA sperma pada pria tidak subur yang saat ini diklasifikasikan sebagai kelainan yang mana tidak dapat dijelaskan dengan parameter sperma normal standar Irvine et al, 2000. Pria infertil dengan karakteristik analisa sperma yang abnormal menunjukkan peningkatan kadar kerusakan DNA pada sperma mereka. Sperma dari pria infertil dengan sperma yang kelihatan normal dapat terlihat level kerusakan DNA sebanding dengan laki-laki infertil dengan parameter sperma yang abnormal. Data menunjukkan bahwa tes abnormal lebih mungkin terjadi dalam kasus-kasus parameter sperma abnormal. Dengan demikian, uji ini idealnya cocok untuk klinik kesuburan untuk menilai integritas DNA sperma laki-laki dalam kaitannya dengan potensi kesuburan dan perkembangan embrio serta efek dari bahan beracun reproduktif Saleh et al, 2002. Fertilisasi dan perkembangan embrio mamalia selanjutnya tergantung sebagian pada integritas yang melekat pada DNA sperma Ahmadi dan Ng, 1999. Memang, tampaknya ada batas ambang kerusakan DNA sperma fragmentasi DNA, kemasan kromatin yang abnormal, dan defisiensi protamine yang mana bila dilewati akan timbul gangguan perkembangan dan kehamilan Cho et al, 2003. Uji integritas DNA telah dikembangkan dan diterapkan dalam praktek klinis. Namun, data dari studi untuk mengevaluasi pengaruh integritas DNA sperma pada luaran reproduksi belum pernah dianalisis secara sistematis.

2.3 Fragmentasi DNA Sperma