BAHAN RADIOAKTIF: BAHAYA DAN CARA PENGAMANANNYA
E. BAHAN RADIOAKTIF: BAHAYA DAN CARA PENGAMANANNYA
Pada saat ini, penggunaan bahan radioaktif di dalam laboratorium mikrobologi dan biomedis kadang-kadang tidak dapat dihindarkan. Hal ini karena uji serologi rutin umumnya tidak dapat mendeteksi antigen, antibodi ataupun protein jika terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam spesimen. Dengan menggunakan pelacak yang di label radioisotop, kepekaan uji tersebut dapat ditingkatkan secara bermakna. Beberapa uji serologi seperti Radio Immuno Assay (RIA) dan Radio Immuno Blotting Assay (RIBA) misalnya, terbukti sangat sensitif untuk mendeteksi antigen permukaan virus hepatitis B (HBsAg) dan antibodi terhadap virus hepatitis
C (anti HCV) dalam darah. Dalam laboratorium penelitian yang menerapkan teknik diagnostik molekuler seperti hibridisasi (in situ, dot blot. Southern blot) dan Polymerase chain reaction (PCR), umumnya digunakan pelacak
yang dilabel radioisotop seperti P 32 atau S 35 .
Meskipun bermanfaat, bahan radioaktif ini sangat berbahaya bagi kesehatan petugas laboratorium dan masyarakat sekitarnya. Karena itu laboratorium yang menggunakan bahan radioaktif mutlak melaksanakan penanganan zat radioaktif dengan tepat sesuai dengan peraturan yang berlaku. Mengingat risiko yang ditimbulkan oleh bahan radioaktif, sudah dikembangkan berbagai metode melabel non-radioisotop dengan kepekaan yang hampir mendekati zat radioaktif.
1. Satuan dan Dosis Radiasi Zat radioaktif merupakan atom tak stabil yang berasai dari bahan alam
maupun hasil aktivasi di dalam reaktor. Zat radioaktif akan mengaiami transformasi spontan menjadi atom yang lebih stabil. Proses ini selalu disertai dengan pemancaran radiasi dan disebut peluruhan radioaktif (radioactive decay). Radiasi yang dipancarkan dapat berbentuk partikel bermuatan (partikel alfa dan/atau beta) atau gelombang eIektromagnetik (sinar gamma). Satuan radioaktivitas yang berlaku saat ini adalah becquerel (Bq) yang didefmisikan sebagai disintegrasi inti per detik. Satu curie (Ci) = 3,7 x
10 10 disintegrasi/detik (Bq). Untuk sistem biologi seperti tubuh manusia, dosis radiasi yang diserap dinyatakan dengan dosis ekivalen (satuannya sievert, Sv). Besarnya dosis ekivalen yang diterima oleh seorang petugas laboratorium yang berdiri di dekat sumber radiasi bergantung pada: (I) radioaktivitas sumber, (2) jarak dari sumber, dan (3) lamanya berdiri dekat sumber.
2. Efek Radiasi Pada Manusia Radiasi pada manusia dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang
bersifat akut maupun kronik. Beberapa jam setelah seseorang terkena radiasi dapat timbul gejala berupa mual dan muntah-muntah. Paparan radiasi yang relatif tinggi juga dapat menimbulkan kanker. Jika radiasi merusak sel benih/mudigah dapat terjadi mutasi pada gen/kromosom sel sehingga menimbulkan cacat bawaan.
3. Keselamatan Terhadap Radiasi International Commision on Radiological Protection (ICRP) telah
menganjurkan nilai batas dosis (NBD) untuk para petugas laboratorium yang berhubungan dengan radiasi dan masyarakat umum. NBD untuk petugas laboratorium adalah 50 mSv (5000 mrem) pertahun sedangkan untuk masyarakat umum adalah 5 mSv (500 mrem). Jika seseorang telah menerima radiasi melebihi NBD, maka untuk sementara waktu ia dilarang bekerja dengan zat radioaktif sampai waktu NBD dilewati.
4. Tata Ruang Laboratorium Yang Mempergunakan Zat Radioaktif Tata ruang laboratorium mikrobiologi dan biomedis yang
mempergunakan zat radioaktif daiam pekerjaannya adalah sama dengan tata ruang dan fasilitas laboratorium sebagaimana tercantum daiam Pedoman umum dengan menambahkan hal sebagai berikut:
a. Sistem ventilasi Ada filter yang efisien untuk menahan debu radioaktif.
b. Perisai Perisai timbal untuk perlindungan terhadap sinar gama dan perisai alumunium untuk perlindungan terhadap sinar beta.
c. Tanda radiasi Pasang tanda radiasi secara jelas/mencolok di pintu masuk dan di
tempat bekerja dengan bahan radioaktif. Gambar tanda radiasi dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Simbol Radiasi
5. Perlakuan Terhadap Petugas Yang Terkontaminasi Risiko kontaminasi zat radioaktif dapat terjadi jika petugas laboratorium
tertumpah oleh larutan zat radioaktif atau debunya terhirup. Zat radioaktif sangat sulit dikeluarkan dan daiam tubuh dengan cepat, karena itu setiap petugas harus berusaha mencegah masuknya zat radioaktif ke dalam tubuhnya. Petugas harus bekerja sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, termasuk menggunakan pakaian pelindung diri yang sesuai. Jika terjadi kontaminasi radiasi, lakukanlah hal di bawah ini:
a. Periksa apakah orang tersebut terluka. Bila terluka. segera berikan pertolongan pertama.
b. Hilangkan kontaminasi. Cari lokasi kontaminasi pada permukaan tubuh dengan monitor radiasi. Cuci bagian tubuh tersebut sebaik mungkin dengan sabun. Jika rambut terkontaminasi, cucilah rambut di bak cuci agar zat radioaktif tidak masuk ke dalam mulut. Lakukan pemeriksaan ulang untuk melihat ada tidaknya residu kontaminan yang tertinggal. Jika masih ada residu, pencucian diulangi. Jika seluruh tubuh terkontaminasi lakukan tindakan berurut dibawah:
1) Buka pakaian pelindung dan cuci rambut di bak cuci;
2) Cuci seluruh tubuh dengan sabun di bawah pancuran ai;
3) Pantau residu kontaminan. Jika masih ada kontaminasi, pencucian diulang sampai bersih.