Analisis Statistik Deskriptif
C. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari jawaban responden terhadap hasil angket (kuesioner) yang disebarkan. Hasil kuesioner untuk variabel bebas meliputi variabel komitmen afektif, continuance dan normatif sedangkan untuk variabel terikat meliputi prestasi kerja.
Komitmen Afektif Berdasarkan data yang terkumpul dari kuesioner yang disebarkan pada 71 orang responden tentang kemauan bekerja keras, ikatan emosional aparatur dengan organisasi, merasa sebagai bagian dari organisasi dan adanya usaha untuk memajukan organisasi, maka terlihat distribusi frekuensi untuk item-item variabel tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Komitmen Afektif
No Item Mean Freq
Indikator: Kemauan Bekerja Keras
Indikator: Ikatan Emosional dengan Organisasi
X1.7 -
2 2.8 19 26.8 38 53.5 12 16.9 3.85 X1.8 -
3 4.2 32 45.1 36 50.7 4.46 Mean
Indikator: Merasa Bagian dari Organisasi
Indikator: Adanya Usaha Memajukan Organisasi
4.41 Mean Variabel 4.20
Data pada tabel 4.7 dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan indikator dari variabel komitmen afektif sebagai berikut: 1). Indikator kemauan bekerja keras nilai mean yang diperoleh adalah sebesar
3.86 hal ini menunjukkan bahwa aparatur Dinas Pendapatan Daerah rata- rata melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yang telah diberikan oleh pimpinan dinas secara sungguh-sungguh.
2). Indikator ikatan emosional dengan organisasi nilai mean yang diperoleh adalah sebesar 4.15 hal ini menunjukkan bahwa adanya rasa memiliki yang mendalam dengan organisasi.
3). Indikator merasa bagian daripada organisasi nilai mean yang diperoleh adalah sebesar 4.37 hal ini menunjukkan bahwa aparatur Dinas Pendapatan Daerah memiliki rasa solidaritas yang tinggi terhadap organisasi.
4). Indikator adanya usaha memajukan organisasi nilai mean yang diperoleh adalah sebesar 4.41 hal ini menunjukkan bahwa aparatur Dinas Pendapatan Daerah memiliki sikap mental yang ingin memberikan nilai tambah bagi organisasi. Dari keseluruhan indikator yang ada, membentuk variabel komitmen afektif.
Nilai mean variabel komitmen afektif adalah sebesar 4.20. hal ini menunjukkan bahwa aparatur Dinas Pendapatan Daerah merasa sebagai bagian dari organisasi tempatnya bekerja karena adanya ikatan emosional dengan organisasi.
Komitmen Continuance Berdasarkan data yang terkumpul dari kuesioner yang disebarkan pada 71 orang responden tentang keinginan mengabdi kepada organisasi, bertanggungjawab menyelesaikan pekerjaan dan melibatkan diri secara penuh dalam pekerjaan, maka terlihat distribusi frekuensi untuk item-item variabel tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Komitmen Continuance
No Item Mean Freq
Indikator: keinginan mengabdi kepada Organisasi
Indikator: Bertanggung jawab menyelesaikan pekerjaan
Indikator: Melibatkan diri secara penuh dalam pekerjaan
Mean Variabel 4.21
Data pada tabel 4.8 dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan indikator dari variabel komitmen Continuance sebagai berikut: 1). Indikator keinginan mengabdi kepada organisasi nilai mean yang diperoleh adalah sebesar 4.26 hal ini menunjukkan bahwa aparatur Dinas Pendapatan Daerah ingin mengabdi/membaktikan dirinya kepada organisasi pemerintahan.
2). Indikator bertanggung jawab menyelesaikan pekerjaan nilai mean yang diperoleh adalah sebesar 4.17 hal ini menunjukkan bahwa aparatur Dinas Pendapatan Daerah selalu bertanggung jawab menyelesaikan setiap pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
3). Indikator melibatkan diri secara penuh dalam pekerjaan nilai mean yang diperoleh adalah sebesar 4.20 hal ini menunjukkan bahwa aparatur Dinas Pendapatan Daerah selalu melibatkan diri secara penuh dan iklas dalam pekerjaan.
Dari keseluruhan indikator yang ada, membentuk variabel komitmen continuance. Nilai mean variabel komitmen afektif adalah sebesar 4.21. hal ini menunjukkan bahwa aparatur Dinas Pendapatan Daerah merasa adanya manfaat yang diterima bila dirinya bekerja sebagai pegawai negeri sipil.
Komitmen Normatif Berdasarkan data yang terkumpul dari kuesioner yang disebarkan pada 71 orang responden tentang mendukung semua keputusan organisasi, mematuhi semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dan memandang nilai dan tujuan organisasi sama dengan nilai dan tujuan pribadi, maka terlihat distribusi frekuensi untuk item-item variabel tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Komitmen Normatif
No Item Mean Freq
Indikator: Mendukung Semua Keputusan Organisasi
Indikator: Mematuhi Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
X3.5 -
1 1.4 6 8.5 45 63.4 19 26.8 4.15 X3.6 -
Indikator: Memandang nilai dan tujua org sama dengan nilai dan Tujuan pribadi
Mean Variabel 3.93
Data pada tabel 4.9 dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan indikator dari variabel komitmen Normatif sebagai berikut:
1). Indikator mendukung semua keputusan organisasi nilai mean yang diperoleh adalah sebesar 3.90 hal ini menunjukkan bahwa aparatur Dinas Pendapatan Daerah rata-rata mentaati perintah dinas yang diberikan kepadanya guna mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
2). Indikator mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku nilai mean yang diperoleh adalah sebesar 3.97 hal ini menunjukkan bahwa aparatur Dinas Pendapatan Daerah selalu mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3). Indikator memandang nilai dan tujuan organisasi sama dengan nilai dan tujuan pribadi nilai mean yang diperoleh adalah sebesar 3.91 hal ini menunjukkan bahwa aparatur Dinas Pendapatan Daerah sebagai pelayan masyarakat yang wajib memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat sesuai dengan bidang tugasnya. Dari keseluruhan indikator yang ada, membentuk variabel komitmen normatif.
Nilai mean variabel komitmen normatif adalah sebesar 3.93. hal ini menunjukkan bahwa aparatur Dinas Pendapatan Daerah mendukung keputusan dinas, memenuhi peraturan yang berlaku dalam pekerjaan, dan berupaya mencapai tujuan yang telah Nilai mean variabel komitmen normatif adalah sebesar 3.93. hal ini menunjukkan bahwa aparatur Dinas Pendapatan Daerah mendukung keputusan dinas, memenuhi peraturan yang berlaku dalam pekerjaan, dan berupaya mencapai tujuan yang telah
Prestasi Kerja Berdasarkan data yang terkumpul dari kuesioner yang disebarkan pada 71 orang responden tentang kemuaan bekerja dalam tim, menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya, menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan standar kuantitas, dan menyelesaikan pekerjaan dengan hasil berkualitas, maka terlihat distribusi frekuensi untuk item-item variabel tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Prestasi Kerja
No Item Mean Freq
Indikator: Kemauan bekerja dalam TIM
Y.1 1 1.4 1 1.4 4 5.6 46 64.8 19 26.8 4.14 Y.2
Indikator: Menyelesaikan Pekerjaan Tepat pada Waktunya
4.07 Indikator: Menyelesaikan pekerjaan sesuai standar kuantitas Y.7
6 8.5 50 70.4 15 21.1 4.13 Y.8
46 64.8 25 35.2 4.35 Mean
4.24 Indikator: Menyelesaikan pekerjaan dengan hasil berkualitas Y.9
4.25 Mean Variabel 4.20
Data pada tabel 4.10 dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan indikator dari variabel prestasi kerja sebagai berikut:
1). Indikator kemauan bekerja dalam tim nilai mean yang diperoleh adalah sebesar
4.23 hal ini menunjukkan bahwa aparatur Dinas Pendapatan Daerah rata-rata bersedia untuk bekerjasama dengan rekan sekerja untuk mancapai tujuan organisasi.
2). Indikator menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya nilai mean yang diperoleh adalah sebesar 4.07 hal ini menunjukkan bahwa aparatur Dinas Pendapatan Daerah bekerja secara konsisten atau tidak menunda suatu pekerjaan yang telah diberikan kepadanya dalam waktu yang diperkenankan.
3). Indikator menyelesaikan pekerjaan sesuai standar kuantitas nilai mean yang diperoleh adalah sebesar 4.24 hal ini menunjukkan bahwa aparatur Dinas Pendapatan Daerah berusaha menyelesaikan suatu pekerjaan yang mengacu pada jumlah atau hasil.
4). Indikator menyelesaikan pekerjaan dengan hasil berkualitas nilai mean yang diperoleh adalah sebesar 4.25 hal ini menunjukkan bahwa aparatur Dinas Pendapatan Daerah berusaha menghasilkan suatu pekerjaan yang mengacu kepada akurasi. Dari keseluruhan indikator yang ada, membentuk variabel Prestasi Kerja. Nilai
mean variabel Prestasi Kerja adalah sebesar 4.20. hal ini menunjukkan bahwa aparatur Dinas Pendapatan Daerah secara bersama ataupun secara individu menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
5. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan syarat menggunakan model regresi. Uji asumsi klasik meliputi uji multikolinearitas, uji heterokedastis, uji autokorelasi dan uji normalitas.
a. Pengujian Gejala Multikolinearitas Pegujian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing
variabel bebas yang diteliti dengan menggunakan indikasi nilai Variance Inflaction Factor (VIF). Nilai VIF Toleransi untuk terhindari dari gejala multikolinearitas antara 1 –10 ( Ghozali, 2001 ).
Tabel 4.11. Uji Gejala Multikolinearitas Variabel Komitmen
Collinearity Statistics
Variabel Keterangan
Tolerance
VIF
Komitmen Afektif
Bebas Multikolinearitas Komitmen
Bebas Continuance
Multikolinearitas Komitmen Normatif
Bebas Multikolinearitas Sumber: (Data diolah, 2005)
Dari tabel 4.11 menunjukan tidak adanya gejala multikolinearitas pada semua variabel bebas tersebut.
b. Pengujian Gejala Heterokedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Jika variance dari residual dari satu pengamatan ke pangamatan lain tetap, maka disebut sebagai homoskedasitas dan jika berbeda disebut sebagai heterokedastisitas.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala heterokedastisitas maka berikut disajikan grafik plot prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan model residualnya (SRESID).
Gambar 4.1. Grafik Plot Heterokedastis
Scatter plot
Dependent Variable: PRESTASI
Regressio n Standardized Pre dicted Value
Sumber: (Data diolah, 2005) Tampak pada gambar 4.1 grafik plot heterokedastis menunjukkan bahwa
tidak adanya pola yang jelas, serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastis. Model regresi yang baik adalah yang bersifat homokedastis atau yang tidak terjadi heterokedastis.
c. Pengujian Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear adanya korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Pengujian mengunakan uji Durbin - Watson untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak adanya variabel lag diantara variabel bebas.
Hipotesis yang diuji adalah
Ho = tidak adanya autokorelasi (r = 0) Ha = adanya auto korelasi (r ≠ 0)
Setelah diadakan pengujian dengan menggunakan SPSS maka diperoleh nilai Durbin Watson sebagaimana disajikan dalam Tabel dibawah ini
Model
Std Error of the Estimate Tabel 4.12. Uji Autokorelasi
Durbin- Watson
1,529 Sumber: (Data diolah, 2005)
Nilai Durbin Watson sebesar 1.529, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai t tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5%, jumlah sampel 71 orang dan jumlah variabel bebas 3, maka di Tabel Durbin-Watson akan didapatkan batas nilai bawah adalah 1.49 dan batas nilai atas adalah 1.74 Oleh karena nilai DW sebesar 1.529 berada di antara batas bawah dan batas atas atas (d u ) maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi pada model regresi.
d. Pengujian Normalitas Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel bebas atau variabel terikat, keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak maka dilakukan dengan melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang digunakan adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Gambar 4.2. Histogram Normalitas
Histog ram Depe ndent Varia ble: PRES TASI
Sumber: (Data diolah, 2005)
Gambar 4.3. Grafik Normalitas
Normal P-P Plot of Regression Standa Dependent Variable: PRESTASI
Observed Cum Prob
Sumber: Data primer diolah, 2005
Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati normal. Sedangkan pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.
6. Uji Hipotesis
Pembuktian Hipotesis 1 sampai dengan Hipotesis 4 dilakukan dengan regresi linear berganda dengan menggunakan program SPSS, maka diperoleh hasil olahan sebagai berikut:
Tabel 4.13
Uji Regresi Linear Berganda
H2 diterima
Afektif
H5 diterima
(X1) Komitmen
H3 ditolak
Continuance (X2) Komitmen
H4 diterima
Normatif (X3)
F hitung
H1 diterima
Sig.
0,737 R Square 0,544 Adjusted R 2 0.523
Berdasarkan Tabel 4.13, maka model persamaan regresi linear berganda adalah:
Y = 9,36 + 0.330X 1 + 0.115X 2 + 0,413 X 3
Dari fungsi regresi tersebut, maka diketahui bahwa:
a. Semakin bertambah komitmen afektif maka akan semakin meningkat prestasi kerja aparatur.
b. Semakin bertambah komitmen continuance maka akan semakin baik pula prestasi kerja aparatur.
c. Semakin bertambah komitmen normatif maka akan semakin meningkat prestasi kerja aparatur.
1. Pembuktian Hipotesis pengaruh Komitmen Afektif, Continuance, dan Normatif terhadap Prestasi Kerja secara Simultan ( Uji-F )
Hipotesis dari penelitian ini menduga bahwa komitmen afektif, continuance dan normatif secara bersama sama mempunyai pengaruh yang Hipotesis dari penelitian ini menduga bahwa komitmen afektif, continuance dan normatif secara bersama sama mempunyai pengaruh yang
Hasil anova atau F-test menunjukkan bahwa nilai F sebesar 26.617 dengan tingkat signifikansi 0,000 jauh dibawah 0.05. Hal ini berarti bahwa komitmen afektif, komitmen continuance dan komitmen normatif secara simultan mempengaruhi prestasi kerja. Keputusan yang diambil adalah menerima hipotesis 1.
2. Pembuktian Hipotesis pengaruh Komitmen Afektif, Continuance, dan Normatif secara parsial terhadap Prestasi Kerja dapat dilakukan dengan (Uji-t)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel komitmen afektif, komitmen continuance dan komitmen normatif terhadap prestasi kerja aparatur Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan Tabel 4.13 maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
a). Nilai t-hitung variabel Komitmen Afektif sebesar 4,749 dengan tingkat signifikansi 0,000 (p < 0.005 ). berarti ada pengaruh yang positif dan signifikan Komitmen Afektif terhadap Prestasi Kerja.
b). Nilai t-hitung variabel Komitmen Continuance sebesar 1.198 dengan tingkat signifikansi 0 ,235 (p > 0.005). berarti ada pengaruh yang positif namun tidak signifikan Komitmen Continuance terhadap Prestasi Kerja.
c). Nilai t-hitung variabel Komitmen Normatif sebesar 4.286 dengan tingkat signifikansi 0.000 (p < 0.005). berarti ada pengaruh yang positif dan signifikan Komitmen Normatif terhadap Prestasi Kerja.
3. Pembuktian variabel dominan
Berdasarkan pada Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa nilai beta pada standardized coeffiecient adalah sebesar 0,455 yang merupakan petunjuk untuk melihat variabel yang dominan, nilai tertinggi dimiliki oleh variabel komitmen afektif. Dengan demikian maka hipotesis ke-5 (H5) yang menyatakan bahwa Komitmen afektif paling dominan berpengaruh terhadap prestasi kerja diterima
4. 2 Koefisien Determinasi (R ) Tampilan output SPSS menunjukkan nilai 2 Adjusted R cukup tinggi 52.3 %
yang berarti variabilitas prestasi kerja yang dapat dijelaskan oleh variabel komitmen afektif, komitmen continuance dan komitmen normatif sekitar 52,3% sedangkan sisanya sebesar 47,7% dijelaskan oleh variabel lainnya di luar model ini.
Gambar 4.4.
Koefisien Determinan Komitmen dan Variabel lainnya terhadap Prestasi Kerja
Determinan Variabel Komitmen Terhadap Prestasi Kerja
1 2 Sumber: Lampiran 14