DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN PKN

BAB III DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN PKN

A. Desain Pembelajaran PKn

Menurut Eraut (1991:315) istilah disain pembelajaran atau „instructional design‟ biasanya merujuk pada disain

materi pembelajaran yang disusun oleh sebuah tim yang dapat melibatkan guru atau tidak perlu melibatkan guru yang akan melaksanakan pembelajaran tersebut. Memang, sejumlah ahli mengatakan bahwa disain pembelajaran dibuat oleh guru yang akan melaksanakan pembelajaran namun bukanlah suatu keharusan disain pembelajaran dibuat hanya oleh guru yang bersangkutan. Artinya, bahwa pengembangan disain pembelajaran dapat menjadi tugas para pakar pembelajaran

diharapkan akan membantu/mempermudah para guru dalam mengembangkan dan melaksanakan proses pembelajaran.

yang

Hal yang terpenting dalam mendesain materi pembelajaran, dengan melakukan analisis situasi. Analisis situasi biasanya dilakukan sebelum proses pengembangan kurikulum, artinya, selama proses mengembangkan kurikulum, guru

menyadari dan mempertimbangkan tentang situasi yang sedang terjadi atau berubah di sekitarnya. Laurie Brady (1990) menegaskan bahwa analisis situasi diperlukan untuk menentukan efektifitas penerapan kurikulum yang baru. Guru seyogianya dapat menangkap berbagai isu yang berkembang di masyarakat untuk dijadikan sebagai pengalaman belajar siswa. Guru haruslah dapat mengkaji situasi belajar, meliputi faktor-faktor seperti: latar belakang pengalaman siswa, sikap dan kemampuan guru, iklim sekolah, sumber belajar dan hambatan-hambatan eksternal.

dituntut

agar

Pengembangan kurikulum diawali dengan melakukan kajian situasi sekolah. Karena setiap sekolah memiliki Pengembangan kurikulum diawali dengan melakukan kajian situasi sekolah. Karena setiap sekolah memiliki

Sockett (1976) memberikan saran-saran dengan menekankan

situasi dalam pengembangan kurikulum, sebagai berikut:

pentingnya

analisis

1. Guru seyogianya melakukan suatu transaksi dengan siswa tentang apa yang akan dilakukan dalam proses belajar mengajar.

2. Guru hendaknya secara terus-menerus mengevaluasi dan mempertahankan suasana belajar di kelas.

3. Guru hendaknya mendekatkan proses belajar kearah situasi nyata dan kemungkinan perubahan situasi tersebut. Guru dituntut untuk selalu menyesuaikan program pembelajarannya dengan situasi yang sedang terjadi (berlangsung) di sekitar siswa atau kehidupan sekolah. Skillbeck

yang dapat menggambarkan situasi sebagai bahan analisis guru atas dua bagian, ialah faktor eksternal (external factors) dan faktor internal (internal factors). Perhatikanlah faktor-faktor eksternal dan internal menurut Skillbeck berikut ini: Faktor-faktor eksternal meliputi:

o Perubahan sosial-budaya dan harapan masyarakat o Tuntutan dan tantangan sistem pendidikan o Perubahan mata pelajaran yang akan diajarkan o Perubahan sosial-budaya dan harapan masyarakat o Tuntutan dan tantangan sistem pendidikan o Perubahan mata pelajaran yang akan diajarkan

Faktor-faktor internal, meliputi: o Siswa meliputi aspek bakat, kecakapan dan kebutuhannya

o Guru meliputi aspek nilai, sikap, keterampilan mengajar, pengetahuan, pengalaman, kekuatan dan kelemahan

khusus serta perannya o Etos kerja sekolah dan struktur politik

o Sumber-sumber bahan pembelajaran o Masalah-masalah dan kekurangan-kekurangan yang

dirasakan dalam kurikulum yang berlaku.

B. Model Pembelajaran PKn

Pembelajaran PKn di SD hendaknya mampu memberikan perubahan pada diri siswa baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Untuk mengubah kemampuan itu, banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru, seperti melalui pembiasaan, transformasi pengalaman, keteladanan, percontohan. Model-model pembelajaran ini sangat cocok untuk siswa di SD karena mengandung unsur-unsur proses pembelajaran yang baik. Menurut Suparman (1997), proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses baik secara mental maupun secara fisik. Lebih lanjut dikemukakan bahwa model proses pembelajaran ini disebut pembelajaran interaktif yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) adanya variasi kegiatan klasikal, kelompok, dan perorangan; 2) keterlibatan mental baik pikiran maupun perasaan; 3) guru lebih berperan sebagai fasilitator, narasumber, manajer kelas yang demokratis; 4) menerapkan pola komunikasi banyak arah suasana kelas yang fleksibel, demokratis, menantang dan tetap terkendali oleh tujuan; 5) potensial dapat menghasilkan dampak instruksional dan dampak pengiring lebih efektif dapat digunakan di dalam dan/atau di luar kelas/ruangan.

Ada tiga klasifikasi model pembelajaran interaktif, meliputi: (1) model berbagi informasi; (2) model belajar melalui pengalaman; dan (3) model pemecahan masalah. Dalam rangka sosialisasi KTSP, Departemen Pendidikan Nasional (2006) membagi tiga jenis model pembelajaran, yakni: (1) Model Pembelajaran Langsung atau Direct Instruction (DI), (2) Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning (CL), dan (3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem-Based Instruction (PBI). Secara rinci masing-masing model pembelajaran tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat kepada guru sehingga lebih mengutamakan pada penyampaian pengetahuan dengan target hasil belajar pengetahuan deklaratif sederhana. Meskipun demikian, untuk mencapai tujuan yang maksimal, model pembelajaran ini perlu perencanaan yang matang dengan penguasaan bahan materi pembelajaran oleh guru yang mendalam. Model pembelajaran langsung dapat dilaksanakan melalui beberapa fase sebagai berikut: Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Fase 2: Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan Fase 3: Membimbing pelatihan Fase 4: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Fase 5: Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Tugas guru:

o Menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan

siswa untuk belajar. o Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau

menyajikan informasi tahap demi tahap.

o Merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.

o Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan.

o Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan

kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.

2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran

adalah model pembelajaran yang dilandasi oleh teori konstruktivisme dengan pendekatan masyarakat belajar (learning community ), berpusat kepada siswa dengan target hasil belajar akademik dan keterampilan sosial. Model ini menuntut adanya pengelolaan suasana kelas yang demokratis dan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru melalui model pembelajaran ini hendaknya berupaya lebih banyak melibatkan siswa dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan melalui beberapa fase sebagai berikut: Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase 2: Menyajikan informasi Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok – kelompok belajar Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase 5: Evaluasi Fase 6: Memberikan penghargaan Tugas guru:

kooperatif

o Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi siswa belajar.

o Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

o Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

o Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

o Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/ meminta kelompok mempresentasikan

hasil kerja. o Menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu

dan kelompok.

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Instruction ) Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang dilandasi oleh teori konstruktivisme dengan pendekatan inkuiri, berpusat kepada siswa dengan target hasil belajar pemecahan masalah (authentic) dan menjadi pebelajar yang mandiri. Model ini menuntut adanya pengelolaan suasana kelas yang demokratis dan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru melalui model pembelajaran ini hendaknya

berupaya lebih banyak melibatkan siswa dalam pembelajaran secara terbuka, demokratis, dan memiliki kebebasan berpendapat. Model pembelajaran berbasis masalah dapat dilaksanakan melalui beberapa fase sebagai berikut: Fase 1: Orientasi siswa pada masalah. Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar. Fase 3: Membimbing penyelidikan secara individual dan kelompok. Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Tugas guru:

o Menjelaskan tujuan, logistik yg dibutuhkan. o Memotivasi siswa terlibat aktif dalam pemecahan

masalah yg dipilih. o Membantu

mendefinisikan dan mengorganisasikan

siswa

belajar yang berhubungandengan masalah tersbeut.

tugas tugas

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. o Membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yg sesuai seperti laporan, model, dan berbagi tugas dengan teman.

o Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/meminta kelompok presentasi hasil kerja.

Pada hakikatnya, tiga model pembelajaran di atas dapat diterapkan dalam pembelajaran PKn untuk siswa jenjang SD dengan terlebih dahulu melakukan modifikasi atau penyesuaian dengan kondisi dan karakteristik siswa. Namun, apabila memperhatikan tujuan pembelajaran sebagaimana ditentukan dalam standar isi mata pelajaran PKn, maka model kedua dan ketiga perlu mendapat perhatian yang lebih besar. Sesuai dengan tuntutan standar isi mata pelajaran PKn, model pembelajaran berbasis masalah sangat dianjurkan untuk dikuasai dan diterapkan dalam pembelajaran PKn. Model ini menggunakan pendekatan inkuiri yang sangat penting bagi PKn. Model pembelajaran dengan pendekatan inkuiri pada hakekatnya sejalan dengan gagasan dari John Dewey tentang prinsip-prinsip pembelajaran interaktif. Keberhasilan pembelajaran demokrasi dalam PKn sebagai suatu seni akan ditentukan oleh prinsip-prinsip pembelajaran interaktif model John Dewey, yakni: menghormati dan penuh perhatian kepada orang lain; berpikir kreatif; menghasilkan sejumlah solusi tentang masalah- masalah bersama; berusaha menerapkan solusi-solusi tersebut Untuk mengadakan suatu proses pembelajaran, terlebih dahulu guru perlu mempertimbangkan sejumlah kemampuan dasar (core competencies) untuk setiap dimensi atau aspek-aspek di atas. Kemampuan dasar yang dimaksud adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagaimana yang ditetapkan dalam Standar Isi. Untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri tentang konsep demokrasi misalnya, seorang guru dapat membuka dahulu Pada hakikatnya, tiga model pembelajaran di atas dapat diterapkan dalam pembelajaran PKn untuk siswa jenjang SD dengan terlebih dahulu melakukan modifikasi atau penyesuaian dengan kondisi dan karakteristik siswa. Namun, apabila memperhatikan tujuan pembelajaran sebagaimana ditentukan dalam standar isi mata pelajaran PKn, maka model kedua dan ketiga perlu mendapat perhatian yang lebih besar. Sesuai dengan tuntutan standar isi mata pelajaran PKn, model pembelajaran berbasis masalah sangat dianjurkan untuk dikuasai dan diterapkan dalam pembelajaran PKn. Model ini menggunakan pendekatan inkuiri yang sangat penting bagi PKn. Model pembelajaran dengan pendekatan inkuiri pada hakekatnya sejalan dengan gagasan dari John Dewey tentang prinsip-prinsip pembelajaran interaktif. Keberhasilan pembelajaran demokrasi dalam PKn sebagai suatu seni akan ditentukan oleh prinsip-prinsip pembelajaran interaktif model John Dewey, yakni: menghormati dan penuh perhatian kepada orang lain; berpikir kreatif; menghasilkan sejumlah solusi tentang masalah- masalah bersama; berusaha menerapkan solusi-solusi tersebut Untuk mengadakan suatu proses pembelajaran, terlebih dahulu guru perlu mempertimbangkan sejumlah kemampuan dasar (core competencies) untuk setiap dimensi atau aspek-aspek di atas. Kemampuan dasar yang dimaksud adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagaimana yang ditetapkan dalam Standar Isi. Untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri tentang konsep demokrasi misalnya, seorang guru dapat membuka dahulu

package ” ditentukan oleh: (1) kebutuhan individu untuk memecahkan isu-isu dan masalah-masalah sosial dan politik yang mereka sedang dan akan hadapi; dan (2) isu-isu dan masalah-masalah yang telah menjadi topik dan agenda public yang penting. Kemampuan dasar untuk Pendidikan Kewarganegaraan yang demokratis dirinci menurut empat aspek sbb.:

I. Pengetahuan (Knowledge) meliputi: o Konsep demokrasi

o Konsep kewarganegaraan demokratis o Memfungsikan demokrasi (termasuk masyarakat sipil) o Pengaruh masyarakat pada individu o Pengambilan keputusan politik dan pembuatan undang-

undang o Hak-hak dan kewajiban warga negara

o Peran partai politik dan kelompok kepentingan o Pilihan untuk partisipasi dalam pengambilan keputusan o Bagaimana mempengaruhi pembuatan kebijakan o Masalah-masalah politik saat ini

II. Sikap/Pendapat (Attitudes/Opinions) o Perhatian terhadap persoalan sosial dan politik

o Identitas nasional o Menghormati demokrasi o Menuju warga negara yang demokratis o Kepercayaan politik (political confidence) o Kemanjuran politik (political efficacy) o Disiplin pribadi o Loyalitas o Toleransi dan mengenali prasangka sendiri o Menghormati orang lain o Menghagai peradaban bangsa o Nilai-nilai perjuangan bangsa

III. Keterampilan Intelektual (Intellectual Skills) III. Keterampilan Intelektual (Intellectual Skills)

o Pendekatan kritis terhadap informasi, kebijakan, dan berita

o Keterampilan berkomunikasi (dapat mengemukakan alasan, berargumen, dan mentakan pandangan

o Menjelaskan proses, institusi, fungsi, tujuan, dll. o Mengambil jalan penyelesaian konflik tanpa kekerasan o Mengambil tanggung jawab o Kecakapan menilai, dan Membuat pilihan, mengambil

posisi

IV. Keterampilan berpartisipasi (Participatory Skills) o Mempengaruhi kebijakan dan keputusan (membuat

petisi dan lobi) o Membangun koalisi dan bekerja sama dengan

organisasi o Ambil bagian dalam diskusi politik

o Partisipasi dalam proses sosial dan politik (anggota partai politik, kelompok kepentingan, voting, menulis

surat kepada pejabat, demonstrasi, dan lain-lainnya. Oleh karena itu, untuk mencapai target standar kompetensi sebagaimana dituntut oleh standar isi, guru perlu mengemasnya sesuai dengan kondisi, karakteristik, dan lingkungan siswa setempat. Penyelenggaraan program pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan memerlukan pertimbangan yang seksama mengingat variabel yang terkait sangat luas dan kompleks. Ada dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan pembelajaran demokrasi, yakni:

demokrasi

melalui

I. Situasi lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung yang meliputi:

o Jenis sekolah o Jenis pendidikan o Masyarakat tetangga o Kelompok kepentingan o Partai politik o Jenis sekolah o Jenis pendidikan o Masyarakat tetangga o Kelompok kepentingan o Partai politik

II. Karakteristik sosial, ekonomi dan budaya peserta didik yang meliputi:

o Karakteristik individu, seperti usia dan jenis kelamin o Karakteristik sosial individu, status sosial ekonomi

(pendapatan, pekerjaan), o tempat tinggal (perkotaan/ perdesaan)

o Karakteristik budaya: tingkat pendidikan, nasionalitas, sejarah, agama, etnis.

Dengan memperhatikan dimensi isi atau materi dan faktor pengaruh lain dalam pembelajaran, seperti lingkungan dan karakteristik siswa, maka proses pembelajaran demokrasi dapat disusun menurut model yang layak. Langkah-langkah yang dapat dikembangkan oleh guru untuk mengadakan proses pembelajaran demokrasi, sebagai berikut:

o Pertama, Merumuskan tujuan o Kedua, Menyajikan kata-kata (istilah) yang perlu diketahui o Ketiga, Menyajikan ide-ide yang perlu dipelajari o Keempat, Memecahkan masalah o Kelima, Menerapkan kemampuan yang telah dikuasai.