Prosedur Penilaian

E.Prosedur Penilaian

Pada umumnya, kesulitan yang dihadapi adalah ketika akan menilai hasil belajar PKn dalam aspek (domain) afektif. Memang hal ini telah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh para guru. Tidak dapat disangkal bahwa aspek afektif merupakan bidang tertutup (close area) atau tersembunyi (hidden) yang ada dalam diri manusia. Tidak seperti aspek kognitif yang dapat diketahui dengan cara penilaian tes. Menilai aspek afektif merupakan tugas yang tidak mudah dilaksanakan secara sederhana. Oleh karena itu, panduan penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian sebagai salah satu panduan dalam standar penilaian (Permendiknas Nomor 20 tahun 2007) telah menguraikan hal ini. Salah satu prinsip dalam pengembangan instrumen penilaian adalah diperolehnya instrument yang mampu menggali informasi yang akurat, namun harus cukup praktis dan proses penyusunannya tidak terlalu kompleks sehingga memiliki nilai aplikatif yang tinggi bagi pihak pendidik dan satuan pendidikan. Dengan memperhatikan prinsip tersebut maka aspek penilaian untuk kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dibuat klasifikasi Pada umumnya, kesulitan yang dihadapi adalah ketika akan menilai hasil belajar PKn dalam aspek (domain) afektif. Memang hal ini telah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh para guru. Tidak dapat disangkal bahwa aspek afektif merupakan bidang tertutup (close area) atau tersembunyi (hidden) yang ada dalam diri manusia. Tidak seperti aspek kognitif yang dapat diketahui dengan cara penilaian tes. Menilai aspek afektif merupakan tugas yang tidak mudah dilaksanakan secara sederhana. Oleh karena itu, panduan penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian sebagai salah satu panduan dalam standar penilaian (Permendiknas Nomor 20 tahun 2007) telah menguraikan hal ini. Salah satu prinsip dalam pengembangan instrumen penilaian adalah diperolehnya instrument yang mampu menggali informasi yang akurat, namun harus cukup praktis dan proses penyusunannya tidak terlalu kompleks sehingga memiliki nilai aplikatif yang tinggi bagi pihak pendidik dan satuan pendidikan. Dengan memperhatikan prinsip tersebut maka aspek penilaian untuk kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dibuat klasifikasi

Panduan Penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian menguraikan model instrumen dan prosedur penilaian yang dapat dijadikan acuan oleh guru PKn di SD dalam menyusun instrumen penilaian sebagai berikut.

1. Pemahaman akan Hak dan Kewajiban Diri sebagai Warga Negara

Instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur aspek pemahaman akan hak dan kewajiban diri sebagai warga negara berupa tes-tulis kognitif (paper and pencil test ) guna mengungkap tingkat penguasaan peserta didik sebagai hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Untuk mencapai tujuan dan kompetensi maka pengembangan tes ini harus didasarkan pada kisi-kisi tes yang memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Sebagai acuan dalam penulisan soal, rumusan KD dijabarkan lebih lanjut oleh guru kelas di SD menjadi indikator-indikator pencapaian kompetensi. Sebagai contoh model kisi-kisi yang memuat SK, KD, dan indikator-indikator pencapaiannya yang dapat dijadikan dasar penyusunan tes ulangan akhir semester.

2. Aspek-aspek Kepribadian

Dalam Panduan Penilaian kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian dikemukakan bahwa penilaian terhadap perkembangan aspek atau ciri kepribadian peserta didik dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai beberapa ciri kepribadian yang telah tertanam dalam diri peserta didik sebagai bagian dari hasil

proses pembelajaran di sekolah. Meskipun demikian, pengembangan kepribadian tidak merupakan mata pelajaran tersendiri, melainkan merupakan tanggung jawab kolektif dari guru mata pelajaran yang tercakup dan dilaksanakan dalam kegiatan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani. Oleh karena itu, penilaian terhadap perkembangan aspek kepribadian bukan merupakan kegiatan semester atau triwulan yang terjadwal melainkan berfungsi sebagai asesmen yang dilakukan oleh guru kelas/guru mata pelajaran, konselor dan/atau satuan pendidikan secara berkesinambungan (longitudinal) sesuai dengan kebutuhan. Aspek kepribadian peserta didik dapat diungkap melalui pengamatan dan pengukuran dalam bentuk skala kepribadian. Karena pengembangan skala kepribadian tidak mudah, maka satuan pendidikan secara bertahap dapat membentuk tim khusus yang bertugas mengembangkan skala seperti ini dan meminta bantuan ahli dari perguruan tinggi dan tidak menjadikannya sebagai tugas individual guru kelas di SD. Sumber acuan untuk pengembangan skala kepribadian adalah rumusan dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan SD, khususnya Bab II tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang meliputi aspek-aspek sikap dan kepribadian seperti: (a) menyadari akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, (b) meningkatkan kualitas diri, (c) menyadari dan memiliki wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, (d) menghargai hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, (e) mengembangkan demokrasi, (f) memiliki tanggung jawab sosial, (g) menaati hukum, (h) membayar pajak, dan (i) anti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pendidik memilih dan merumuskan kembali kesembilan aspek ini menjadi beberapa aspek afektif kepribadian yang sesuai dengan proses pembelajaran di sekolah. Meskipun demikian, pengembangan kepribadian tidak merupakan mata pelajaran tersendiri, melainkan merupakan tanggung jawab kolektif dari guru mata pelajaran yang tercakup dan dilaksanakan dalam kegiatan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani. Oleh karena itu, penilaian terhadap perkembangan aspek kepribadian bukan merupakan kegiatan semester atau triwulan yang terjadwal melainkan berfungsi sebagai asesmen yang dilakukan oleh guru kelas/guru mata pelajaran, konselor dan/atau satuan pendidikan secara berkesinambungan (longitudinal) sesuai dengan kebutuhan. Aspek kepribadian peserta didik dapat diungkap melalui pengamatan dan pengukuran dalam bentuk skala kepribadian. Karena pengembangan skala kepribadian tidak mudah, maka satuan pendidikan secara bertahap dapat membentuk tim khusus yang bertugas mengembangkan skala seperti ini dan meminta bantuan ahli dari perguruan tinggi dan tidak menjadikannya sebagai tugas individual guru kelas di SD. Sumber acuan untuk pengembangan skala kepribadian adalah rumusan dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan SD, khususnya Bab II tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang meliputi aspek-aspek sikap dan kepribadian seperti: (a) menyadari akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, (b) meningkatkan kualitas diri, (c) menyadari dan memiliki wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, (d) menghargai hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, (e) mengembangkan demokrasi, (f) memiliki tanggung jawab sosial, (g) menaati hukum, (h) membayar pajak, dan (i) anti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pendidik memilih dan merumuskan kembali kesembilan aspek ini menjadi beberapa aspek afektif kepribadian yang sesuai dengan

“saling menghargai” dan aspek “bersikap santun”, dari butir a (menyadari akan hak dan kewajiban sebagai warga

negara) dan dari butir f (memiliki tanggungjawab warga negara) dapat dirumuskan aspek “rasa tanggung jawab”,

dari butir b (meningkatkan kualitas diri) dapat dirumuskan aspek “percaya diri” dan aspek “kompetitif”, dan lain-lain.

3. Perilaku Berkepribadian

Dalam Panduan Penilaian kelompok mata PKn dan Kepribadian dikemukakan bahwa seperti penilaian terhadap perkembangan aspek-aspek kepribadian peserta didik, penilaian terhadap perilaku berkepribadian juga bukan merupakan kegiatan semester yang terjadwal melainkan berfungsi sebagai asesmen yang dilakukan sesuai kebutuhan baik oleh pendidik maupun oleh satuan pendidikan. Penilaian terhadap perilaku berkepribadian menghendaki adanya rumusan standar perilaku sebagaimana yang dimaksudkan oleh Permendiknas Nomor

23 Tahun 2006 tentang SKL untuk Satuan Pendidikan SD/MI. Rumusan standar perilaku bagi masing-masing jenjang pendidikan ini dijadikan indikator perilaku yang dapat dinilai menggunakan rubrik (tabel yang memuat gambaran perilaku dan skor pencapaiannya berdasarkan pengamatan jangka panjang).