Properti Temporal VBI

Tabel 2. Properti Temporal VBI

Pada (11), batas temporal atau titik acuan

Properti

Keadaan Proses Tindakan

melompat dan membujuk bersifat implisit. Dalam

Temporal

sebuah wacana batas temporalnya dapat bersifat Dinamis - + + eksplisit, seperti diilustrasikan oleh pemakaian

- + adverbia temporal ketika saya masuk pada (13).

Perfektif

- + (13) Ketika saya masuk, pemuda itu sedang

Pungtual

melompat dari tempat duduknya. Berdasarkan perangkat makna asali, tipe keadaan, proses, dan tindakan memiliki subtipe

Properti semantis lain yang melekat pada masing-masing. Verba keadaan memuat subtipe verba tindakan ialah kepungtualan. Properti ini verba kognisi (‘pikir’), verba pengetahuan (‘tahu’), selain terdapat pada verba ujaran dan verba verba perasaan (‘rasa’), verba persepsi (‘lihat’ dan gerakan, juga pada verba perpindahan, seperti ‘dengar’), verba volisi (‘ingin’), dan verba posesi merampas, mencubit, dan memukul. Contoh (14c) (‘punya’). Verba perasaan mempunyai dua kelas tidak berterima sebab tindakan entitas mempunyai verba bawahan: emosi dan sensasi. Perbedaan interval waktu yang terbatas. Dengan kata lain, keduanya didasari oleh fakta bahwa verba emosi mencubit tidak memiliki tahap transisi yang jelas (mis. sedih, marah, takjub, dan ngeri) dibentuk di antara batas awal dan batas akhir.

oleh sintaksis MSA ‘X merasakan sesuatu’, (14) a. Sophia mencubit hidung Indra.

sementara verba sensasi (mis. lapar, lelah, gatal,

b. Sophia mencubit hidung Indra dengan dan mengantuk) dibentuk oleh sintaksis MSA ‘X cepat.

merasa seperti Y. Jelasnya, ekspresi “merasa

c. ??Sophia mencubit hidung Indra dengan lapar”, misalnya, dapat diparafrase sebagai berikut: lambat.

‘X merasa seperti orang yang tidak makan apa pun dalam waktu lama dan ingin makan sesuatu karena

Ciri kepungtualan pada hakikatnya itu.’ menyangkut masalah tingkatan. Maksudnya, Verba proses memiliki dua subtipe: berbagai verba yang diklasifikasikan sebagai verba

peristiwa dan gerakan nonagentif. Verba peristiwa tindakan memiliki tingkat kepungtualan yang terbagi atas verba kejadian (dalam pola sintaksis

berbeda. Jadi, walaupun merampas, memukul, dan ‘sesuatu terjadi pada sesuatu’), mis. hancur, lebur, mencubit lebih pungtual daripada membakar,

retak, dan patah, dan verba proses badani (dalam membantu, dan membeli, bukan berarti verba- pola sintaksis ‘sesuatu terjadi pada seseorang’),

verba ini tidak pungtual. Oleh karenanya, semua mis. sakit, mengidam, demam, dan mabuk. Verba verba ini tetap digolongkan verba tindakan.

gerakan nonagentif yang tidak memuat gagasan kendali terdapat pada verba-verba, seperti

Halaman 62 Kategori dan Peran Semantis Verba

❏ Mulyadi Dalam Bahasa Indonesia

tumbang, longsor, menggelinding, dan runtuh

5.2 Peran Semantis VBI

(‘sesuatu bergerak di tempat ini’) di satu sisi dan Ciri utama perbedaan antara aktor dan verba-verba, seperti jatuh, terpeleset, terjungkang,

penderita ialah bahwa aktor memiliki gagasan dan terperosok (‘seseorang bergerak di tempat ini’)

kendali atas situasi yang dinyatakan oleh verba, di sisi lain.

sedangkan penderita tidak mengandung gagasan Verba tindakan mengandung tiga subtipe, kendali. Penderita justru dipengaruhi oleh aktor yakni verba gerakan agentif, verba ujaran, dan dengan berbagai cara. Bertolak dari pengertian ini verba perpindahan. Makna verba perpindahan berikut ini dijelaskan peran semantis yang terdapat sangat kompleks sebab dapat menurunkan makna argumen VBI. sejumlah verba, antara lain, ‘menampilkan’,

Dalam bahasa Indonesia verba keadaan, ‘mencipta’, 'mengambil', 'memberi', 'membawa', apa pun kelas bawahannya, memiliki relasi aktor ‘menyentuh’, ‘mengonsumsi’, 'memotong', sebagai pengalam dan relasi penderita sebagai 'merusak', dan 'memukul'. Klasifikasi VBI lokatif, stimulus, dan tema. Satu-satunya kasus diringkas pada Tabel 3.

terdapat pada verba persepsi yang disengaja (mis. menonton, mengawasi, dan memandang) yang

Tabel 3. Tipe Semantis VBI

memiliki relasi tematis agen-stimulus. Lebih

Tipe Verba Subtipe Sub-

Contoh

jelasnya, verba keadaan dengan argumen tunggal,

Subtipe

memercayai, seperti verba sensasi (mis. lapar atau mengantuk),

Kognisi

memiliki aktor yang berperan sebagai pengalam. Pengetahuan mengetahui, Jika verba keadaan menghadirkan dua partisipan

menduga, merenung

mengerti, mengenal

pada struktur logisnya, dan dalam kelompok verba

Emosi gembira,

kecewa,

itu termasuk verba kognisi, pengetahuan, emosi,

Perasaan

menyesal

persepsi (yang disengaja), volisi, serta posesi,

KEADAAN

Sensasi

puas, gatal, haus

Persepsi

memandang,

seluruh kelas verba itu mempunyai aktor yang

menonton,

berperan sebagai pengalam dan penderita yang

mendengar

berperan sebagai lokatif, stimulus, dan tema.

Volisi

berkehendak,

Kehadiran pengalam sebagai peran wajib

bermaksud, berniat

pada verba keadaan tampaknya berbasis pada fakta

bahwa kelas derivasinya merupakan predikat

Kejadian hancur,

pecah, mental. Tipe kognisi seperti memercayai, tipe

Peristiwa

patah

pengetahuan seperti mengetahui, atau tipe emosi

PROSES Proses

sakit, hamil, mabuk

seperti malu, misalnya, mensyaratkan pengalam

Badani

Gerakan

tumbang, jatuh, sebagai partisipan yang memercayai sesuatu,

Nonagentif

terpelanting

mengetahui sesuatu, atau merasakan sesuatu.

Gerakan

pergi, berjalan, Argumen kedua yang hadir pada verba ini yang

Agentif

memanjat

digolongkan sebagai partisipan yang dipercayai

Ujaran

atau yang diketahui adalah lokatif, sedangkan Tampilan bernyanyi, menari, partisipan yang menjadi sasaran perasaan

meminta, memuji, menuduh

berdansa

pengalam adalah stimulus. Dalam pada itu, dua

Ciptaan menulis,

argumen pada verba volisi mempunyai relasi

mengarang, mencetak

pengalam-tema, sedangkan dua argumen pada

Sentuhan menyentuh,

verba posesi memiliki relasi pengalam-lokatif.

memegang, meraba

Layak untuk dicatat bahwa verba persepsi

Ambilan

mencuri, menculik,

yang disengaja seperti menonton, mengawasi, dan

memungut

memandang mempunyai peran semantis yang

TINDAKAN Berian menyumbang,

berbeda. Sebagai ilustrasi, ketidakberterimaan

membeli, mengajar

Bawaan mengangkat,

(17b) di bawah ini menjelaskan bahwa aktor

Perpindahan

memikul,

adalah agen pada struktur logis verbanya.

mengusung

Misalnya,

Konsumsi makan, melahap,

(17) a. Kebetulan X mendengar berita itu.

minum

b. ??Kebetulan X menonton/mengawasi/

Potongan menebang,

membelah,

memandang Y.

menyayat

Verba proses memiliki satu partisipan.

Pukulan menghajar,

Karena partisipan tunggalnya mengalami

meninju, menerjang Rusakan merusak,

perubahan keadaan—dan bukan pengendali

membongkar,

tindakan, peran semantisnya dipetakan sebagai

menjebol

penderita. Pertanyaan pokoknya adalah apakah

Halaman 63 Kategori dan Peran Semantis Verba

❏ Mulyadi Dalam Bahasa Indonesia

penderita tersebut diderivasi sebagai pasien atau Tabel 4. Peran Semantis VBI

peran semantis yang lain? Dapat dikatakan bahwa

Peran

pada verba kejadian, seperti pecah, retak, dan Tipe verba Subtipe

Struktur Logis Semantis

hancur atau verba proses badaniah, seperti sakit, Aktor-

Penderita

pingsan, dan hamil, penderitanya ialah pasien.

pikir’ (x, y) Pengalam-

Sementara itu, pada verba gerakan yang

Kognisi

Lokatif

melibatkan entitas tidak bernyawa seperti karam,

Pengetahuan tahu’ (x, y) Pengalam-

berputar, dan menggelinding, penderitanya adalah

Lokatf marah’ (x, y)

tema, tetapi pada verba gerakan yang melibatkan Pengalam-

Perasaan

Stimulus

entitas bernyawa, seperti jatuh, tenggelam, dan KEADAAN

lapar’ (x) Pengalam

terpeleset, penderitanya adalah pasien. Dalam

Persepsi lihat’ (x, y) Pengalam-

sistem peran semantis Foley dan Van Valin

Stimulus

(1984:51—52), tema diartikan selain untuk entitas

tonton’ (x, y) Agen-Stimulus

yang ditempatkan, juga untuk entitas yang Pengalam-

Volisi

ingin’ (x, (y))

Tema

mengalami perubahan lokasi, dan perubahan lokasi

Posesi punya’ (x, y) Pengalam-

ini terjadi bukan atas kehendak entitas itu sendiri.

Tema

Pada verba tindakan, ada dua

Peristiwa

hancur’ (x) Pasien

kemungkinan peran derivasi dari aktor, yaitu Pasien

pemengaruh dan agen. Peran pemengaruh hadir Tema

PROSES

hamil’ (x)

Gerakan

tumbang’ (x)

Nonagentif

jatuh’ (x) Pasien

pada verba ujaran dan beberapa subtipe dari verba

Gerakan

pergi’ (x) Agen

tindakan, seperti subtipe tampilan (mis. bernyanyi,

Agentif

panjat’ (x, y) Agen-Tema

menari, dan berdansa) dan subtipe ciptaan (mis.

Ujaran puji’ (x, y) Pemengaruh-

menulis, mengarang, dan mencetak). Faktanya,

Lokatif

jika makna verba tindakan dalam bahasa Indonesia nyanyi’ (x, (y)) Pemengaruh-

Lokatif

tidak dibatasi, aktor pada hakikatnya dapat

tulis’ (x, y) Pemengaruh-

menjadi pemengaruh, seperti kalimat berikut:

TINDAKAN

Lokatif

sentuh’ (x, y)

Agen-Lokatif

(18) Malaria membunuh sebagian penduduk desa. Agen-Tema (19) Badai menghantam rumah penduduk yang sumbang’ (x, y) Agen-Tema

Perpindahan

curi’ (x, y)

angkat’ (x, y) Agen-Tema

terletak di tepi pantai.

makan’ (x, (y)) Agen-Pasien tebang’ (x, y)

Agen-Pasien

Relasi agen tampak pada verba gerakan

hajar’ (x, y) Agen-Pasien

agentif satu tempat, seperti datang, berangkat, dan

rusak’ (x, y) Agen-Pasien

berjalan. Pada verba gerakan agentif dua tempat, seperti memanjat dan mendaki, relasi tematis di

6. SIMPULAN

antara kedua partisipannya ialah agen-lokatif. Tipe semantis VBI, berdasarkan skala kestabilan Relasi pemengaruh-lokatif terdapat pada verba waktu, terdiri atas keadaan, proses, dan tindakan. ujaran. Pada kelas verba ini, partisipan kedua Pemetaan ciri temporal itu pada ketiga tipe VBI menjadi lokasi dari ujaran yang disampaikan oleh memperlihatkan properti temporal berikut. Verba partisipan pertama. Oleh sebab itu, partisipan keadaan dan verba proses tergolong imperfektif keduanya berperan lokatif.

dan tak pungtual, tetapi verba keadaan bersifat Peran semantis verba perpindahan lebih statis sementara verba proses bersifat dinamis.

beragam. Ada kemungkinan penderita dijabarkan Verba tindakan memenuhi semua properti menjadi lokatif, tema, atau pasien. Verba semantis itu. menyanyikan, menulis, dan menyentuh memilih

Dengan mengacu pada perangkat makna lokatif untuk penderita; verba mencuri,

asali, ketiga tipe utama tersebut mengandung menyumbang, dan mengangkat memilih tema subtipe masing-masing. Verba keadaan memuat untuk penderita; dan verba makan, menebang,

subtipe kognisi, pengetahuan, perasaan, persepsi, menghajar, dan merusak, memilih pasien untuk volisi, dan posesi. Verba perasaan yang dibentuk

penderita. Peran tema diberikan karena entitasnya oleh makna asali ’rasa’ bahkan memiliki sub- berpindah. Entitas yang menjadi tempat terjadinya subtipe verba emosi dan verba sensasi. Verba peristiwa ditafsirkan berperan sebagai lokatif. proses terdiri atas (1) verba peristiwa—yang dapat Kemudian, entitas yang dipengaruhi sepenuhnya dibagi lagi atas verba kejadian dan verba proses oleh entitas lain, dan menyebabkannya berubah badaniah—dan (2) verba gerakan nonagentif. secara fisik ditafsirkan sebagai pasien. Gambaran Verba tindakan terdiri atas subtipe gerakan agentif, tentang peran semantis VBI diringkas pada tabel ujaran, dan perpindahan. Verba perpindahan berikut ini.

memuat sejumlah subtipe sesuai dengan kemiripan

Halaman 64

Kategori dan Peran Semantis Verba

❏ Mulyadi

Dalam Bahasa Indonesia

atau kesamaan maknanya, antara lain, verba Goddard, C. 1996a. “Building a Universal tampilan, ciptaan, ambilan, berian, bawaan,

Semantic Metalanguage: the Semantic

sentuhan, konsumsi, potongan, pukulan, dan

Theory of Anna Wierzbicka”. Dalam C.

rusakan.

Goddard (ed.) 1996. Cross-Linguistic

Verba keadaan memiliki aktor sebagai

Syntax from a Semantic Point of View

pengalam dan penderita sebagai lokatif, stimulus,

(NSM Approach), 24—37. Canberra:

dan tema, kecuali verba persepsi yang disengaja

Australian National University.

(mis. menonton, mengawasi, dan memandang) yang memiliki relasi tematis agen-stimulus. Goddard, C. 1996b. “Grammatical Categories and

Partisipan tunggal pada verba proses adalah Semantic Primes”. Dalam C. Goddard

penderita, dan peran ini pada sistem derivasi

(ed.) 1996. Cross-Linguistic Syntax from a

digolongkan sebagai pasien dan tema. Verba

Semantic Point of View (NSM Approach),

tindakan dengan argumen tunggal seperti pada

38—57. Canberra: Australian National

verba gerakan agentif mempunyai relasi agen.

University.

Pada verba ujaran terdapat relasi pemengaruh- Goddard, C. 2006. “Semantic Molecules.” lokatif. Verba tindakan dengan subtipe verba

[dikutip 15 Oktober 2008] Tersedia dari:

perpindahan pada umumnya memiliki aktor

http://escape.library.uq.edu.au/eseru/UQ:12

sebagai agen dan penderita dipetakan sebagai

798/goddard_c_ALS 2006. pdf.

lokatif, tema, dan pasien.

Leech, G. 1981. Semantics. England: Penguin

DAFTAR PUSTAKA

Books.

Booij, G. 2007. The Grammar of Words: An Levin, B. 2007. ”The Lexical Semantics of Verbs Introduction to Morphology. Oxford:

III: Semantic Determinant of Argument

Oxford University Press.

Realization.” [dikutip 22 Oktober 2008] Tersedia dari:

Chafe, W.L. 1970. Meaning and the Structure of

http://www.stanford.edu/~blevin/lsa07

Language. Chicago: The University of

semdet.pdf.

Chicago Press.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta:

Djajasudarma, T. F. 2006. Metode Linguistik:

RajaGrafindo Persada.

Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama.

Moeliono, A.M. (ed). 1988. Tata Bahasa Baku

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Elson, B. dan V. Pickett. 1987. Beginning Morphology and Syntax. Texas: Summer Mourelatos, A.P.D. 1981. “Event, Processes, and Institute of Linguistics.

State”. Dalam Tedeschi dan Zaenen, ed. 1981.

Foley, W. A. dan R. Van Valin Jr. 1984. Functional Syntax and Universal Grammar.

Mulyadi. 1998. “Struktur Semantis Verba Bahasa

Cambridge: Cambridge University Press.

Indonesia”. (tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

Frawley, W. 1992. Linguistic Semantics. New Jersey: Lawrence Erlbaum.

Shirai, Y. dan R.W. Andersen. 1995. “The

Acquisition of Tense-Aspect Morphology:

Givon, T. 1984. Syntax: A Functional-Typological

A Prototype Account”. Language, 71:

Introduction. Vol. 1. Amsterdam/

Philadelphia: John Benjamins.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Goddard, C. 1994. “Semantic Theory and Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana

Semantic Universal”. Dalam C. Goddard

Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta:

(ed.) 1996. Cross-Linguistic Syntax from a

Duta Wacana University Press.

Semantic Point of View (NSM Approach), 1—5. Canberra: Australian National Tampubolon, D.P., Abubakar, dan M. Sitorus. University.

1979. Tipe-Tipe Semantik Verba Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Halaman 65 Kategori dan Peran Semantis Verba

❏ Mulyadi Dalam Bahasa Indonesia

Tampubolon, D.P. 1988. “Semantik sebagai Titik Wierzbicka, A. 1991. Cross-Cultural Pragmatics: Tolak Analisis Linguistik". Dalam

The Semantics of Social Interaction. Berlin: Dardjowidjojo, ed. 1988.

Mouton de Gruyter.

Van Valin, R. D. 2005. Exploring the Syntax- Wierzbicka, A. 1992. Semantics, Culture, and Semantics Interface. Cambridge: Cambridge

Cognition. Oxford: Oxford University University Press.

Press.

Van Valin, R. D. dan R. LaPolla. 1999. Syntax: Wierzbicka, A. 1996. Semantics: Primes and Structure, Meaning, and Function.

Universals. Oxford: Oxford University Cambridge: Cambridge University Press.

Press.

Halaman 66