PEMBAHASAN 87,4% dan Eja 12,6%. Tidak ada etnis lain yang
4. PEMBAHASAN 87,4% dan Eja 12,6%. Tidak ada etnis lain yang
3.1 Lingkungan Etnis Dominan dominan karena jumlah individu masing-masing
Sebaran data yang diperoleh dari 230 etnis tidak ada yang mencapai 10 orang. Jumlah ini remaja sebagai sampel penelitian menggambarkan sangat kontras bila dibanding dengan jumlah Emel komposisi penduduk berdasarkan etnisitas. dan Eja. Sebaran ini diperoleh dari pengakuan responden
Secara keseluruhan, etnis dominan pada tentang etnis yang berada di sekitar tempat tinggal lingkungan tempat tinggal berdasarkan pengakuan
mereka. Konsep etnis dominan mengimplikasikan 230 orang responden dapat dilihat pada gambar di adanya etnis lain yang tidak dominan dalam bawah ini. sebuah ekosistem masyarakat yang heterogen.
Halaman 48 Potensi Kepunahan Bahasa pada Komunitas Melayu
❏ Abdurahman Adisaputera Langkat di Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
lingkungan tempat tinggal responden kedua kelurahan ini.
Untuk Kelurahan STBB, bahasa yang paling dominan digunakan adalah BI. Kelurahan STBB juga merupakan kawasan yang penduduknya sangat beragam. Bahkan, jika dilihat dari komposisi penduduk, jumlah EMel tidak begitu jauh selisihnya dengan etnis-etnis lain. Berdasarkan data, 46,9% resonden menyatakan bahwa bahasa yang paling dominan digunakan di lingkungan tempat tinggal mereka adalah BI, 40,6% BM, dan 12,5% BJ.
Dua desa di Kecamatan Stabat yang penduduknya mayoritas Mel adalah Desa Arco dan
Gambar 1. Etnis Paling Dominan
Desa Pami. Pada kedua desa ini, BML masih sering terdengar digunakan oleh masyarakat. Di
3.2 Lingkungan Bahasa Dominan
Desa Arco, 65,5% responden menyatakan berada Ada beberapa bahasa yang digunakan dalam lingkungan dominan BML, 29,1% berada
oleh masyarakat dalam interaksi komunikasi dalam lingkungan dominan BI, dan 5,5% berada sehari-hari, namun dari sekian banyak bahasa, ada dalam lingkungan dominan BJ. Di Desa Pami, tiga bahasa yang dominan digunakan. Bahasa 66,3% responden menyatakan berada dalam tersebut adalah BML, BI, dan BJ. Ketiga bahasa lingkungan dominan BML, 29,5% berada dalam ini direkomendasi pula oleh responden. Konsep lingkungan dominan BI, dan 4,2% berada dalam bahasa dalam lingkungan di sini mengacu kepada lingkungan dominan BJ. penggunaan bahasa oleh masyarakat sekitar
Secara keseluruhan, bahasa dominan pada tempat tinggal responden dalam interaksi lingkungan tempat tinggal berdasarkan pengakuan
komunikasi sehari-hari. Bagaimana ketiga bahasa 230 orang responden dapat dilihat pada gambar di ini mendominasi dapat dilihat pada masing-masing
bawah ini.
desa/kelurahan. Di kelurahan Per dan Kabi yang dominan Eja, pada umumnya masyarakat di lingkungan tempat tinggal responden menggunakan BI dan BJ. Berdasarkan pengakuan diri (self report), 87,5% responden menyatakan bahwa bahasa yang paling dominan di lingkungan tempat tinggal mereka adalah BI, dan 12,5% adalah BJ. Dominannya penggunaan BI mengindikasikan bahwa ada
sebagian kawasan yang masyarakatnya sangat
Gambar 2. Bahasa Paling Dominan
heterogen. Dikatakan herterogen karena sebelumnya, kedua kelurahan ini berada dalam
3.3 Periode Pemerolehan Bahasa
areal perusahaan perkebunan negara (sekarang Kedwibahasaan ditandai oleh penguasaan PTPN). Pada saat pemerintahan kolonial, hanya dua bahasa atau lebih. Penguasaan dua bahasa atau EJa saja yang berada dalam kawasan perkebunan. lebih ditandai pula oleh tata urut dan jangka waktu Mereka semua adalah para pekerja yang sangat pemerolehan. Komunitas remaja di Stabat bisa saja terikat dengan perusahaan perkebunan. Sesuai diasumsikan sebagai penutur yang dwibahasawan. dengan perkembangan masyarakat, sebagian Alasannya karena mereka berasal dari sebuah wilayah perkebunan ini dijadikan areal perkotaan komunitas etnik yang memiliki bahasa daerah dan permukiman penduduk. Di kawasan baru yakni BML, dan sekaligus sebagai warga negara inilah pada umumnya masyarakat dari berbagai Indonesia, mereka memiliki bahasa nasional dan etnis berbaur. Pilihan bahasa dalam interaksi bahasa negara, yakni BI. Dalam kenyataannya, komunikasi sehari-hari adalah bahasa yang banyak dari antara remaja yang tidak menguasai dikuasai oleh semua penutur, yaitu BI. Itulah bahasa daerahnya. Ini menandakan bahwa sebabnya mengapa BI lebih dominan di sebagian dari mereka adalah monobahasawan BI,
atau dwibahasawan dengan bahasa pertama BI dan
Halaman 49 Potensi Kepunahan Bahasa pada Komunitas Melayu
❏ Abdurahman Adisaputera Langkat di Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
bahasa kedua adalah bahasa daerah lain atau teman-teman ber-EMel di sekolah. Bagi mereka, bahasa asing. Untuk jelasnya dapat diungkap BML bukanlah sebagai bahasa pertama. melalui respon jawaban tentang periode Dampaknya dalam komunikasi adalah tidak pemerolehan bahasa mereka untuk BML dan BI. produktifnya BML digunakan dalam interaksi Ada 3 opsi periode pemerolehan, yakni (1) sejak komunikasi interetnik. Hasil survei membuktikan pandai berbahasa (sebagai bahasa pertama), (2) bahwa 52,6% responden yang berada di wilayah setelah anak-anak, (3) setelah sekolah. Di samping
Kecamatan Stabat menyatakan BML sebagai itu disediakan pula opsi ke-4, yakni tidak bahasa pertama, 16,1% responden menguasai menguasai bahasa.
BML setalah usia anak-anak, 19,1% menguasai BML setelah usia sekolah, dan 12,2% menyatakan
tidak menguasai BML. Sebagai gambaran dapat Fenomena komunitas etnik yang tidak dilihat gambar di bawah ini. menguasai bahasa etnisnya sering terjadi pada lingkungan yang sangat heterogen atau lingkungan komunitas yang berada di bawah dominasi mayoritas. Hal ini terjadi pada responden yang berada di lokasi Kelurahan Per dan Kabi. Dari 16 orang responden, 10 orang (62,5%) di antaranya tidak menguasai BML. Walau demikian, masih ada 2 orang (12,5%) yang menyatakan bahwa bahasa pertama mereka adalah BML.
3.3.1 Periode Pemerolehan BML
Untuk Kel STBB, periode pemerolehan BML responden bervariasi. Perbedaan persentasenya juga tidak begitu mencolok. Dari 64
responden, yang menguasai BML sejak pandai berbahasa atau BML sebagai bahasa pertama ada
Gambar 3 . Periode Pemerolehan BML
40,6%, yang menguasai BML setelah anak-anak
ada 15,6%, dan yang menguasai BML setelah usia 3.3.2 Periode Pemerolehan BI
sekolah ada 25%. Banyak juga komunitas remaja Sebagai pelajar yang dikenai program di STBB yang sama sekali tidak mengauasai wajib belajar 9 tahun, maka setiap remaja bahasa daerahnya. Artinya, mereka sama sekali dipastikan dapat ber-BI. Hal ini terbukti secara tidak mampu menggunakan BML dalam empiris. Berdasarkan pengakuan responden, tak komunikasi sehari-hari. Untuk ini, persentasenya satu pun dari antara mereka yang tidak mampu mencapai 18,8%.
ber-BI. Di Kelurahan Per dan Kabi, seluruh Di Desa Arco dan Pami, persentase responden (100%) menyatakan bahwa BI adalah responden yang menyatakan BML sebagai bahasa bahasa pertama mereka. Untuk Kelurahan STBB, pertama mereka cukup tinggi. Sangat sedikit dari yang menyatakan BI sebagai bahasa pertama ada mereka yang menyatakan tidak menguasai BML. 78,1%, menguasai BI setelah anak-anak hanya Secara lengkap, responden di Arco yang 1,6%, dan menguasai BI setelah sekolah ada menyatakan BML dikuasai sejak pandai berbahasa 20,3%. Di Arco, yang menyatakan BI sebagai ada 65,5%, setelah anak-anak ada 12,7%, setelah bahasa pertama ada 54,5%, menguasai BI setelah sekolah ada 16,4%, dan tidak menguasai ada 5,5%.
anak-anak ada 5,5%, dan menguasai BI setelah Untuk Desa Pami, responden yang menyatakan sekolah ada 40%. BML dikuasai sejak pandai berbahasa ada 60%,
Untuk Desa Pami, walaupun EMel sangat setelah anak-anak ada 17,9%, setelah sekolah ada dominan, tetapi karena berbatasan dengan Kel Per, 18,9%, dan tidak menguasai ada 3,2%
jumlah EJa juga cukup besar. Kemudian, desa ini Pada umumnya, komunitas remaja pada juga berbatasan dengan STBB yang cukup masing-masing desa/kelurahan banyak yang tidak heterogen. Oleh karena itu, dibanding dengan Desa menguasai BML. Ini berarti bahwa mereka sama Arco, persentase responden yang menyatakan BI sekali tidak pernah menggunakan BML secara sebagai bahasa pertama lebih tinggi. Ada 60% utuh dalam interaksi komunikasi sehari-hari. yang menyatakan BI dikuasai sejak pandai Selain itu, ada juga sebagian remaja yang berbahasa, 9,5% dikuasai setelah anak-anak, dan menguasai BML setelah mereka berinteraksi 30,5% dikuasai setelah sekolah. dengan komunitas Mel di lingkungan tempat
Periode pemerolehan BI secara tinggal atau setelah mereka bertemu dengan keseluruhan dapat dilihat persentasenya berikut ini.
Halaman 50 Potensi Kepunahan Bahasa pada Komunitas Melayu
❏ Abdurahman Adisaputera Langkat di Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
dalam daerah ini. Fenomena ini terjadi pada responden yang berasal dari orang tua yang berbeda etnis. Salah satu orang tua dengan disertai lingkungan bahasa sangat berpengaruh pada penguasaan bahasa pertama.
3.4 Kemampuan Menggunakan BML dalam Komunikasi
Aspek penting dalam pemertahanan bahasa adalah digunakan atau tidak bahasa tersebut oleh penuturnya dalam komunikasi sehari-hari.
Bahasa tidak akan digunakan jika penuturnya tidak
Gambar 4. Periode Pemerolehan BI
memiliki kemampuan untuk menggunakannya. Fenomena ketidakmampuan menggunakan BML
3.3.3 Dwibahasawan BML dan BI
sebagai bahasa etnis muncul dalam komunitas Periode pemerolehan BML dan BI dalam remaja Melayu di Stabat. Indikator yang
rentang waktu dini, setelah anak-anak dan setelah digunakan untuk melihat kemampuan sekolah menggambarkan prototipe kedwibahasaan menggunakan BML adalah (1) memahami dan komunitas remaja Mel di Stabat. Prototipe lancar menggunakannya, (2) memahami tetapi kediwibahasaan antara BML dan BI pada tidak lancar menggunakannya, (3) paham sedikit- komunitas remaja teridentifikasi berdasarkan sedikit, dan (4) tidak paham sama sekali. jawaban responden yang diproyeksikan melalui
Di wilayah Kelurahan Per dan Kabi tidak matriks pada Tabel 1. ada responden yang memahami dan lancar Warna merah pada matriks menggunakan BML (0%). Data ini
menggambarkan daerah kedwibahasaan dini. mengindikasikan tidak adanya penggunaan BML Artinya, BML dan BI adalah B1 responden. Ada secara aktif pada daerah kawasan. Peringkat
46 orang (20%) responden yang berada dalam selanjutnya adalah memahami tetapi tidak lancar daerah ini. Daerah yang berwarna kuning menggunakannya (37,5%), paham sedikit-sedikit menggambarkan BML sebagai B1 dan BI sebagai (43,8%), dan tidak paham sama sekali (18,8%). B2, sedangkan daerah yang berwarna hijau Persentase kemampuan menggunakan BML yang menggambarkan BI sebagai B1 dan BML sebagai diperoleh memberikan ”aba-aba” akan kepunahan B2. Ada 75 orang (32,7%) responden yang berada bahasa dalam sebuah kawasan. pada daerah kuning dan 80 orang (34,8%)
Penyusutan kompetensi BML juga terlihat reaponden yang berada pada daerah hijau. Daerah pada responden yang berada di Kelurahan STBB.
yang berwarna merah jambu adalah daerah BI Di STBB, responden yang memahami dan lancar sebagai B1, tetapi BML bukan sebagai B2. Berarti menggunakan BML hanya 18,8%, memahami ada 27 orang (11,7%) responden yang sama sekali tetapi tidak lancar menggunakannya ada 31,2%, tidak menguasai bahasa daerahnya, yakni BML. paham sedikit-sedikit sekitar 43,8% dan tidak Daerah abu-abu adalah daerah BML dan BI bukan paham sama sekali tercatat 6,2%. sebagai B1. Seharusnya daerah ini 0 persentase, tetapi ada 2 orang (0,8%) reaponden yang berada
Tabel 1. Prototipe Kediwibahasaan antara BML dan BI
Periode Pemerolehan BI Sejak pandai Setelah anak-
f% f %f%f% Periode
13 5.7% 62 27.0% 121 52.6% Pemerolehan
Sejak pandai
berbahasa BML
37 16.1% Setelah sekolah
Setelah anak-anak
44 19.1% Tidak menguasai
28 12.2% Total 153 66.5%
Halaman 51 Potensi Kepunahan Bahasa pada Komunitas Melayu
❏ Abdurahman Adisaputera
Langkat di Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
Untuk desa Arco dan Pami, persentase
3.5 Gejala Pergeseran Bahasa
responden yang memahami dan lancar
Etnis yang dominan dalam lingkungan
menggunakan BML juga cukup rendah, tidak sosial tidak menjamin bahwa bahasa yang mencapai 50%. Selengkapnya, untuk daerah Arco, digunakan juga dominan berdasarkan bahasa etnis responden yang paham dan lancar menggunakan tersebut dalam interaksi komunikasi sehari-hari. BML tercatat 47,3%, memahami tetapi tidak lancar
Ini terjadi dalam lingkungan sosial yang multietnik
menggunakannya ada 34,5%, paham sedikit- dan heterogen seperti Kecamatan Stabat. Ada sedikit ada 16,4%, dan tidak paham sama sekali beberapa etnis dominan di Stabat berdasarkan hanya 1,8%. Untuk daerah Pami, responden yang lingkungan tempat tinggal responden. paham dan lancar menggunakan BML tercatat
Persilangan antara etnis dominan dengan
45,3%, memahami tetapi tidak lancar bahasa dominan melahirkan tiga dikotomi
menggunakannya ada 30,5%, paham sedikit- lingkungan bahasa responden (lihat Tabel 2 . ),
sedikit ada 24,2%, dan tidak ada responden yang
yakni (1) bukan dominan Mel (warna abu-abu), (2)
tidak paham sama sekali.
EMel dengan BI (warna hijau), dan (3) EMel
Gambaran persentase kemampuan dengan BML (warna merah). Pada matriks dapat menggunakan BML dalam komunikasi untuk dilihat ada 170 (73,9%) responden yang berada seluruh responden disajikan dalam gambar seperti dalam lingkungan dominan Mel. Dari 73,9% berikut ini.
responden tersebut, 124 orang (53,9%) di antaranya menyatakan BML sebagai bahasa dominan dan 46 orang (20%) menyatakan BI sebagai bahasa dominan. Tingginya persentase penggunaan BI pada kawasan dominan EMel mengindikasikan adanya pergeseran bahasa secara kolektif. Pergeseran bahasa yang bersifat kolektif seperti ini memunculkan gejala penyusutan fungsi sosial BML sebagai bahasa etnis bagi komunitas Mel. Matra sosial yang sebelumnya direpresentasekan dengan BML telah tergantikan oleh BI.
Gambar 5. Kemampuan Menggunakan BML
dalam Komunikasi
Tabel 2. Etnis Dominan dengan Bahasa Dominan
Bahasa yang Paling Dominan Bahasa
Bahasa Jawa
Total
f%f%f%f%
Etnis yang Melayu 46 20.0% 124 53.9%
Paling Dominan Jawa 35 15.2%
Banjar/Kalimantan 4 1.7%
Tionghoa 1
Halaman 52 Potensi Kepunahan Bahasa pada Komunitas Melayu
❏ Abdurahman Adisaputera Langkat di Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
Pergeseran bahasa dapat juga dilihat dari 124 orang (53,9%) responden yang berada di persilangan antara variabel lingkungan dominan dalamnya, yang menyatakan BML sebagai B1. dengan periode pemerolehan bahasa sebagaimana
Jika bahasa pertama responden bukan yang diproyeksikan pada Tabel 3. Pada lingkungan
BML, maka bahasa yang digunakan dalam ranah bukan dominan Mel ditemukan 10 orang (4,3%) keluarga pun bukanlah BML. Kondisi ini responden yang sudah menguasai BML sejak mengindikasikan tidak adanya proses regenerasi pandai berbahasa, tetapi ada juga 23 orang (10%) penutur dari orang tua ke anak. Dalam jangka yang tidak menguasai BML. Selain itu, ada 27 waktu yang cukup panjang, kondisi ini dapat orang yang menguasai BML setelah usia anak menyebabkan penyusutan bahasa yang sangat akut. anak dan setelah sekolah. Pada lingkungan seperti Tanpa adanya revitalisasi bahasa, BML hanya ini tentu sangat rentan terhadap terjadinya menunggu waktu kepunahannya. Penyusutan pergeseran bahasa. Ini terlihat dari fenomena bahasa itu dapat dilihat dari kemampuan remaja yang tidak lagi menguasai bahasa etnisnya menggunakan bahasa tersebut dalam interaksi (10% dari 26,1%).
komunikasi sehar-hari. Penyusutan kemampuan Pada lingkungan dominan Mel dengan BI,
responden terhadap penggunaan BML terjadi pada fenomena komunitas yang tidak menguasai bahasa semua lingkungan (lihat Tabel 4.). Dari 26,1% etnis juga sering ditemukan. Pada Tabel 3. dapat responden yang berada dalam lingkungan bukan dilihat bahwa dari 26,1% jumlah responden, ada 3 dominan Mel, hanya 1,3% saja responden yang orang (1,3%) respoden yang sama sekali tidak memahami dan lancar menggunakan BML, menguasai BML. Karena pada lingkungan ini sedangkan dalam lingkungan dominan Mel dengan BML pada umumnya diperoleh setelah anak-anak BI hanya 4,3% dari total 20% responden. Dalam atau setelah usia sekolah (9,6% dari 20% lingkungan dominan Mel dengan BML pun hanya responden), maka wajar saja jika bahasa yang ada 68 orang (29,6%), dari 124 orang (53,9%) dominan digunakan dalam kawasan adalah BI. responden, yang memahami dan lancar Pada lingkungan dominan Mel dengan BML juga menggunakan BML. Hampir separuh responden tampak adanya pergeseran ke arah penggunaan BI.
dalam lingkungan ini yang tidak lancar Dalam lingkungan etnis yang dominan dengan menggunakan BML: 15,7% hanya memahami bahasa dominan, hanya 90 orang saja (39,1%) dari
tetapi tidak lancar menggunakan BML dan (8,7%) hanya paham sedikit-sedikit.
Tabel 3. Etnis Dominan, Bahasa Dominan, dan Periode Pemerolehan Bahasa
Periode Pemerolehan BML Sejak pandai Setelah Setelah
Tidak me-
nguasai Total
f %f% f%f%f% Etnis
Bukan Dominan
10 4.3% 9 3.9% 18 7.8% 23 10.0% 60 26.1% Dominan dan Melayu
Bahasa yang Dominan Melayu Digunakan
dengan BI
21 9.1% 11 4.8% 11 4.8% 3 1.3% 46 20.0% Dominan Melayu
90 39.1% 17 7.4% 15 6.5% 2 .9% 124 53.9% dengan BML
Total
Halaman 53 Potensi Kepunahan Bahasa pada Komunitas Melayu
❏ Abdurahman Adisaputera Langkat di Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
Tabel 4. Etnis Dominan, Bahasa Dominan, dan Kemampuan Menggunakan BML
Kemampuan Menggunakan BML dalam Komunikasi
tetapi tidak
Paham
paham
dan lancar
menggunakan menggunakan
f % f %f%f%f % Etnis
Bukan Dominan
Melayu dan Bahasa Etnis Dominan yang
19 8.3% 17 7.4% 0 .0% 46 20.0% Melayu dengan BI
Digunakan Etnis Dominan
Melayu dengan
Tabel 5. Periode Pemerolehan dan Kemampuan Menggunakan BML
Kemampuan Menggunakan BML dalam Komunikasi Memahaminya
Memahami
tetapi tidak
Paham
Tidak
dan lancar
lancar
sedikit- paham sama
menggunakan menggunakan
Total f%f%f%f%f%
sedikit
sekali
Periode Sejak pandai
30 13.0% 13 5.7% 0 .0% 121 52.6% Pemerole berbahasa
han BML Setelah anak-anak
37 16.1% Setelah sekolah
44 19.1% Tidak menguasai
Pergeseran bahasa akan semakin sejak pandai berbahasa, 30 orang (13%) di meningkat jika jumlah penutur yang kehilangan antaranya menyatakan diri sebagai penutur yang kemampuan bahasa semakin besar. Pergeseran hanya memahami tetapi tidak lancar yang terus-menerus dan semakin besar dalam satu menggunakannya dan 13 orang (5,7%) generasi dapat pula menyebabkan penyusutan menyatakan hanya paham sedkit-sedikit. Idealnya, kemampuan bahasa secara individu maupun secara
jika BML merupakan B1, maka sebagai penutur kolektif pada generasi berikutnya. Gejala ini asli yang berada dalam komunitasnya, penguasaan muncul pada komunitas remaja Mel di Stabat. terhadap BML adalah memahami dan lancar Pergeseran dari BML ke BI yang terjadi pada menggunakannya. Jika sebagai bahasa pertama komunitas remaja, disebabkan oleh saja sudah terjadi penyusutan yang cukup besar, ketidakmampuan mereka menggunakan BML apa lagi sebagai bahasa yang dipahami setelah usia secara aktif di masyarakat. Penyusutan anak-anak atau usia sekolah dengan penguasaan kemampuan responden terhadap BML itu dapat yang hanya memahami atau paham sedikit-sedikit. dilihat dari pengakuan responden akan Fenomena yang terungkap di sini sesungguhnya kemampuan mereka dalam menggunakan BML. adalah fenomena-fenomena yang menggambarkan Pada Tabel 5. dapat dilihat bahwa dari 121 orang keberadaan BML yang berpotensi terancam punah. (52,6%) responden yang telah menguasai BML
Halaman 54 Potensi Kepunahan Bahasa pada Komunitas Melayu
❏ Abdurahman Adisaputera Langkat di Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
5 . SIMPULAN Chambers, J K. 2003. Sociolinguistic Theory
Ada sejumlah fakta dan data yang ditemukan (Second Edition). Oxford: Blackwell. terkait dengan lingkungan bahasa dan dominasi Collins, James T. 2005. Bahasa Melayu Bahasa
penggunaan bahasa antara BML dengan BI pada Dunia: Sejarah Singkat (Terjemahan). komunitas remaja. Fakta dan data yang ditemukan Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. mengarah kepada munculnya pergeseran bahasa
dari BML ke BI. Hal ini ditandai oleh beberapa Crowley, Terry. 2007. Field Linguistics: A hal berikut ini.
Beginner’s Guide. Oxford dan Newyork:
1. Tingginya penggunaan BI dalam interaksi Oxford University Press. komunikasi sehari-hari (20%) walaupun pada
wilayah yang dominan Mel, Crystal, David. 2000. Language Death.
2. Hampir 50% responden (47,4%) menyatakan Cambridge: Cambridge University Press. bahwa B1 mereka bukanlah BML,
3. Persentase responden yang tidak paham dan De Hollander, J.J. 1984. Pedoman Bahasa dan tidak lancar menggunaan BML (64,8%)
Sastra Melayu (Terjemahan). Jakarta: hampir dua kali persentase responden yang
Balai Pustaka.
paham dan lancar menggunakan BML Dressler. 1992. Language Death. Oxford: (35,2%),
Blackwell.
4. Tingginya persentase responden yang tidak paham dan tidak lancar menggunakan BML
Fasold, Ralph W. 1984. The Sociolinguistics of pada kawasan yang etnisnya dominan Mel
Society. Oxford: Blackwell. dengan BML(24,3%),
5. Dari 52,6% yang menguasai BML sejak Fasold, Ralph W. 1993. The Sociolinguistics of pandai berbahasa, hanya 33,9% yang
Language. Oxford: Blackwell. memahami dan lancar menggunakannya.
Fishman, Joshua A (Ed). 1971. Advances in the Pergeseran bahasa yang terjadi pada
Sociology of Language. Paris: Mouton. komunitas remaja di Stabat mengarah kepada arah
kepunahan bahasa. Pada kriteria bahasa yang Fishman, Joshua A. 1972. The Sociology of terancam punah, maka BML dalam kondisi yang
Language. Rowley. Massachussetts: potensial terancam punah. Ada 2 indikator
Newbury House.
sebagaimana fakta dan data pergeseran bahasa yang terungkap untuk ini, yakni tekanan berat dari Grosjean, Praancois. 1982. Life with Two bahasa yang lebih besar yaitu BI, dan awal
Languages: An Introduction to hilangnya penutur anak-anak.
Bilingualism. New York President an Fellows of Harvard College.
DAFTAR PUSTAKA
Haugen, E. 1972. Bilingualism in Americas: A Bibliography and Research Guide.
Ali, M dan Asrori, M. 2006. Psikologi Remaja: American Dialect Society. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Bumi Aksara. Holmes, Janet. 2001. An Introduction to
(Second Edition). Arifin, Zainal. 2008. Langkat dalam Sejarah dan
Sociolinguistics
Edinburgh: Pearson Education Limited. Perjuangan Kemerdekaan. Medan: Mitra
Medan. Hymes, Dell. 1976. Language in Culture and Society. New York: Harper and Row
Arikunto, Suharsimi. 1986. Prosedur Penelitian:
Publishers.
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Aksara.
Johnson, Keith. 2008. Quantitaive Methods in Linguistics. Oxford: Blackwell.
Bonvillain, Nancy. 2003. Language, Culture, and Communication: The Meaning of Jones, Mari C. dan Singh, Ishtla. 2005. Exploring Messages (Fourth Edition). New Jersey:
Language Change. New York: Routledge. Prentice Hall.
Labov, William. 1994. Principles of Linguistic Brannen, Julia. 1997. Memadu Metode Penelitian
Change: Internal Factors. Oxford: Kualitaitf dan Kuantitiatif (Terjemahan
Blackwell.
oleh Kurde, N.A.). Yogyakarta: IAIN Antasari dan Pustaka Pelajar.
Halaman 55 Potensi Kepunahan Bahasa pada Komunitas Melayu
❏ Abdurahman Adisaputera Langkat di Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
Labov, William. 2001. Principles of Linguistic Sudaryanto. 1982. Metode Linguistik: Change: Sosial Factors. Oxford:
Kedudukannya, Aneka Jenisnya, dan Blackwell.
Faktor Penentunya. Yogyakarta, Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas
Noor, Yusmaniar dkk. 1985. Struktur Bahasa
Gajah Mada.
Melayu Langkat. Jakarta: Depdikbud. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung:
Romaine, Suzanne. 1995. Bilingualism (Second
Tarsito.
Edition). Oxford: Blackwell. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian.
Scollon, R dan Scollon, S.W. 2001. Intercultural
Bandung: Alfabeta.
Communication (Second Edition). Oxford: Blackwell.
Sumarsono. 1993. Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan di Bali. Jakarta: Pusat Pembinaan
Sinar, T. Luckman. 1994. Jatidiri Melayu. Medan: dan Pengembangan Bahasa. MABMI Medan.
Winford, Donald. 2003. An Introduction to Siregar, Bahren Umar. 1998. Pemertahanan
Contact Linguistics. Oxford: Balckwell Bahasa dan Sikap Bahasa Indonesia.
Publishing.
Jakarta: Depdikbud.
Halaman 56 Kategori dan Peran Semantis Verba
❏ Mulyadi Dalam Bahasa Indonesia