Perangkat Makna Asali dalam Bahasa Indonesia
Tabel 1. Perangkat Makna Asali dalam Bahasa Indonesia
(Diadaptasi dari Goddard 2006:12)
KOMPONEN ELEMEN MAKNA ASALI
Substantif AKU,
KAMU,
SESEORANG/ORANG, SESUATU/ HAL, TUBUH
Substantif relasional
JENIS, BAGIAN Pewatas
INI, SAMA, LAIN Penjumlah
SATU, DUA, SEMUA, BANYAK, BEBERAPA
Evaluator BAIK, BURUK Deskriptor BESAR, KECIL Predikat mental PIKIR, TAHU, INGIN, RASA,
LIHAT, DENGAR Ujaran
UJAR, KATA, BENAR Tindakan, peristiwa, gerakan, perkenaan
LAKU, TERJADI, GERAK, SENTUH
Keberadaan dan milik
ADA, PUNYA Hidup dan mati
HIDUP, MATI Waktu BILA/WAKTU, SEKARANG, SEBELUM, SETELAH, LAMA, SEKEJAP, SEBENTAR, SEKARANG, SAAT
Ruang (DI) MANA/TEMPAT, (DI) SINI, (DI) ATAS, (DI) BAWAH, JAUH, DEKAT, SEBELAH, DALAM
Konsep logis TIDAK, MUNGKIN, DAPAT, KARENA, JIKA
Augmentor, intensifier
SANGAT, LEBIH Kesamaan SEPERTI
Dalam penentuan tipe semantis VBI, teori MSA menawarkan polisemi sebagai alat deskripsi. Polisemi adalah sebuah makna bentuk leksikon tunggal yang bersumber dari dua makna asali yang berbeda. Menurut Goddard (1996a:31), ada dua hubungan nonkomposisi yang paling kuat, yakni hubungan pengartian dan hubungan implikasi. Hubungan pengartian diterangkan melalui kombinasi MELAKUKAN/TERJADI dan MELAKUKAN PADA/TERJADI. Seseorang yang melakukan sesuatu pada seseorang atau melakukan sesuatu pada sesuatu dapat dilihat dari sudut pandang ”pasien”; contohnya, jika X
MELAKUKAN SESUATU PADA Y, SESUATU TERJADI PADA Y. Hubungan implikasi terdapat
pada eksponen TERJADI dan MERASAKAN; misalnya, jika X MERASAKAN SESUATU, SESUATU TERJADI PADA X.
Selain makna asali dan polisemi terdapat pula konsep sintaksis makna universal, atau disingkat sintaksis MSA, untuk mengacu pada komponen-komponen berstruktur, seperti ‘aku ingin melakukan sesuatu’, ‘sesuatu yang buruk terjadi padamu’, atau ’orang ini merasakan sesuatu yang baik’. Unit dasar dari sintaksis MSA dibentuk oleh substantif dan predikat serta beberapa elemen tambahan yang ditentukan oleh predikatnya. Dalam teori MSA, makna asali yang tergolong sebagai verba dan berfungsi sebagai predikat dalam sintaksis MSA ialah (1) predikat mental [PIKIR, TAHU, INGIN, RASA, LIHAT, DENGAR], (2) ujaran [UJAR, KATA], (3) tindakan, peristiwa, pergerakan, dan perkenaan [LAKU, TERJADI, GERAK, dan SENTUH], (4) keberadaan dan milik [ADA dan PUNYA], dan (5) hidup dan mati [HIDUP dan MATI].
Lebih lanjut, teori PSR merupakan generalisasi dari sejumlah ancangan teoretis tentang peran semantis dan secara khusus dikembangkan dari teori Peran Umum yang diusulkan pertama kali oleh Foley dan Van Valin (1984) dalam Tata Bahasa Peran dan Acuan. Dalam teori ini diproyeksikan gagasan aktor dan penderita pada struktur klausa, baik pada klausa intransitif maupun pada klausa transitif. Kedua peran ini dipahami sebagai relasi semantis universal. Istilah aktor merujuk kepada generalisasi lintas agen, pengalam, instrumen, dan peran-peran lain, sedangkan penderita adalah generalisasi lintas pasien, tema, resipien, dan peran-peran lain. Wujud kedua peran itu pada setiap bahasa berbeda-beda, tergantung dari karakter morfologis dan sintaktis masing-masing. Bagi Van Valin dan LaPolla (1999:143), relasi tematis prototip ialah agen dan pasien; artinya, agen adalah prototip untuk aktor dan pasien adalah prototip untuk penderita.
Aktor dan penderita tidak mempunyai isi semantis yang konstan. Aktor dapat berperan sebagai agen, pengalam, instrumen, dan peran lain, sedangkan penderita berperan sebagai tema, pasien, resipien, dan peran-peran lain. Tidak ada perubahan peran aktor dan penderita pada struktur klausa meskipun konfigurasi sintaktisnya berbeda. Keduanya dapat dipetakan pada argumen predikat transitif dan argumen predikat intransitif. Aktor dan penderita berbeda dengan relasi sintaktis, seperti subjek dan objek, ataupun peran kasus, seperti agen dan pasien. Pada sebuah argumen
Halaman 59 Kategori dan Peran Semantis Verba
❏ Mulyadi Dalam Bahasa Indonesia
verba berbagai peran yang berbeda direalisasikan Data lisan diperoleh melalui penerapan metode sesuai dengan ciri semantis predikatnya.
simak dan metode cakap. Data tulis BI Dalam teori PSR penentuan peran umum dikumpulkan dari surat kabar, majalah, novel, dan pada sebuah verba didasarkan pada struktur kamus. Data intuisi dibangkitkan secara logisnya (Van Valin dan LaPolla, 1999:151; Van introspektif untuk melengkapi kekurangan yang Valin, 2005:62). Ada tiga kemungkinan dalam ada. pemberian peran umum, yaitu 0, 1, 2. Jika sebuah
Dalam analisis data digunakan metode verba memiliki dua argumen atau lebih pada padan dan metode agih (lihat Sudaryanto, 1993; struktur logisnya, verba itu memerlukan dua peran Mahsun, 2005; Djajasudarma, 2006). Metode umum. Apabila sebuah verba mempunyai argumen
padan berguna dalam penentuan tipe-tipe semantis tunggal pada struktur logisnya, pada situasi ini verba BI. Contohnya, verba sedih, hancur, dan diperlukan satu peran umum. Pada verba tanpa mengambil digolongkan kelas yang berbeda sebab argumen (mis., verba rain dan snow dalam bahasa ekspresinya mengacu pada peristiwa yang Inggris) tidak terdapat peran umum. Sifat peran berbeda. Sedih mengacu pada keadaan mental; umum merupakan fungsi dari struktur logis verba. hancur mengacu pada perubahan keadaan; dan Jika sebuah verba membutuhkan dua argumen, mengambil mengacu pada tindakan. Dengan keduanya boleh jadi berupa aktor dan penderita.
demikian, ekspresi ketiga verba ini, secara Pada verba dengan peran umum tunggal, pilihan berurutan, mengacu pada keadaan, proses, dan utamanya diikuti langsung dari struktur logis tindakan. verbanya. Verba dengan predikat kegiatan pada
Metode agih diterapkan untuk struktur logisnya diberi peran aktor; jika tidak, mengidentifikasi peran semantis VBI. Beberapa perannya adalah penderita.
teknik analisis yang digunakan ialah teknik ganti, Pilihan terhadap argumen sebagai aktor teknik ubah wujud, teknik parafrase, teknik sisip, dan penderita tidak bersifat acak, tetapi dan teknik perluas. Melalui penerapan teknik berdasarkan dalil tertentu. Van Valin dan LaPolla perluas dan teknik ubah wujud, misalnya, (1999) mengusulkan sebuah hierarki pemarkahan dimungkinkan untuk menunjukkan perbedaan untuk lingkungan aktor dan penderita, seperti peran semantis sebuah argumen verba. Tidak diringkas pada Gambar 1.
semua teknik itu diterapkan sekaligus, tetapi penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan.
AKTOR
PENDERITA
Hasil analisis data disajikan dengan metode informal dan metode formal. Metode
arg pred’
MELAKUKAN melakukan’ (x ... pred’ (x, y) pred’ (x, y) keadaan (x)
informal tampak dalam penggunaan kata-kata atau
kalimat yang dikembangkan secara deduktif dan
Gambar 1. Hierarki Aktor dan Penderita
induktif. Metode formal direalisasikan melalui pemakaian tanda, gambar, dan diagram untuk
Pada hierarki di atas, ‘argumen menerangkan contoh-contoh data. Kaidah analisis MELAKUKAN’ berperingkat tertinggi, dan disajikan melalui teknik konflasi, yaitu penyajian argumen ini adalah pilihan yang tak bermarkah beberapa kaidah tunggal secara berjalin untuk aktor. Sementara itu, ’argumen pred’ (x)’ sedemikian rupa sehingga membentuk satu berperingkat terendah dan argumen ini adalah gabungan kaidah ganda. pilihan yang tak bermarkah untuk penderita. Tanda
panah menunjukkan peningkatan pemarkahan pada
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
peristiwa tipe argumen tertentu untuk aktor atau
5.1 Tipe Semantis VBI
penderita. Terkait dengan aktor, pilihan yang Verba keadaan—dibandingkan dengan bermarkah dimungkinkan jika argumen yang verba proses dan verba tindakan—tergolong paling
berperingkat lebih tinggi tidak hadir pada klausa. dasar sebab ekspresi temporalnya sangat terbatas. Pada penderita, pilihan itu dimungkinkan apabila Semua peristiwa lain dapat dihasilkan dari tidak hadir pasien pada klausa.
keadaan. Umpamanya, peristiwa inkoatif dapat dihasilkan dari keadaan melalui operator ‘menjadi’
dan peristiwa kausatif dibentuk oleh peranti Tiga tahapan dalam penelitian ini ialah konektif ‘menyebabkan’. Karena verba ini bersifat
4. METODE PENELITIAN
pengumpulan data, analisis data, dan penyajian statis, properti temporalnya tidak memungkinkan hasil analisis data. Data penelitian ini berupa pola- untuk diperluas. Dalam pandangan Mourelatos pola tuturan dan kalimat, utamanya yang (1981:192), verba keadaan bertahan selama mengekspresikan berbagai perilaku verba BI. Data rentang waktu. Salah satu parameternya, tetapi juga bersumber dari intuisi kebahasaan peneliti. parameter ini bukanlah satu-satunya alternatif,
Halaman 60 Kategori dan Peran Semantis Verba
❏ Mulyadi Dalam Bahasa Indonesia
ialah bahwa verba keadaan umumnya tidak dan verba tindakan. Secara umum istilah ini menerima bentuk progresif, seperti (3b) dan (4b).
hampir sama dengan kelas achievement Vendler (3) a. Kartareja percaya akan cerita Sukarya.
(Foley dan Van Valin, 1984:37—38; Mourelatos,
b. *Kartareja sedang percaya akan cerita 1981:191—192, 201; Shirai dan Andersen, Sukarya.
1995:744), atau kelas performansi Kenny (4) a. Mereka mengetahui ceritanya.
(Mourelatos, 1981:192—193), atau kelas inseptif
b. *Mereka sedang mengetahui ceritanya. Leech (1981:210—211). Verba proses mendeskripsikan perubahan suatu entitas dari
Kegagalan verba kognisi seperti percaya suatu keadaan menjadi keadaan yang lain. Ini dan verba pengetahuan seperti mengetahui
terjadi karena batas keadaan yang lama telah menerima progresif dikarenakan peristiwa yang dilampaui. Di sini ciri atau arah perubahan diekspresikannya menggambarkan keadaan yang keadaan yang baru itu tidak dipersoalkan, kecuali sudah ada. Adanya pemarkah progresif justru batas yang dilintasinya. mengimplikasikan suatu usaha atau kekuatan dan Misalnya, kedua verba ini tidak memerlukan usaha atau (9) Bunga itu sedang layu. kekuatan apa pun untuk menghadirkan keadaan. (10) Kakak sedang hamil. Itu sebabnya, pada latar struktural kalimatnya menjadi tidak gramatikal.
Ciri dinamis juga terdapat pada mekar Verba keadaan mungkin saja terbentuk dan terbit (mis. sedang mekar, sedang terbit), sebagai hasil dari suatu perubahan dan menyimpan
tetapi ciri ini gagal dipenuhi oleh hangus dan putus potensi perubahan, tetapi keadaan itu sendiri (mis. *sedang hangus, *sedang putus) meskipun bukanlah suatu perubahan. Fakta semantis ini keduanya mengekspresikan perubahan keadaan tampak pada verba emosi seperti mencintai.
entitasnya. Namun, Chafe (1970:99) Walaupun menerima progresif, mencintai tetap mengingatkan bahwa penggunaan kaidah progresif digolongkan sebagai verba keadaan. Ini terjadi dalam menentukan kelas semantis verba bersifat karena mencintai merupakan hasil dari suatu garis besar, bukan ”prosedur penemuan”. Jadi, perubahan sehingga di dalam struktur internalnya tidak perlu berpendapat bahwa fakta semantis terdapat suatu proses yang memungkinkannya tertentu akan konsisten seratus persen dengan menerima bentuk progresif. Dalam perspektif lain, beberapa fakta lain. Frawley (1992:153) , kendati- verba mencintai menerima progresif karena verba pun menggunakan lima tes diagnostis, juga itu menyatakan keadaan sementara. Jika (5) diberi menemukan kasus-kasus yang meragukan ketika keterangan, maknanya adalah ‘Dia sedang menguji fenomena semantis bahasa Inggris. berusaha, dengan mengerahkan tenaga, untuk
Hangus dan putus cenderung ditafsirkan merasakan sesuatu’.
statif dalam bahasa Indonesia. Itu sebabnya, (5) a. Dia mencintai tetangganya.
keduanya menolak pemarkah progresif. Namun,
b. Dia sedang mencintai tetangganya. kedua verba itu tidak bisa dikelaskan sebagai verba keadaan sebab ekspresi temporalnya memiliki
Hal yang sama juga berlaku untuk verba batas akhir sehingga dapat menerima perfektif persepsi, verba volisi, dan verba posesi, yang (mis. sudah hangus, sudah putus). Keduanya juga secara berurutan diilustrasikan pada (6)—(8). kurang tepat ditempatkan di bawah verba tindakan Dalam struktur internal kelompok verba ini sebab makna dasarnya tidak menyatakan suatu termuat suatu proses; akibatnya, perilaku tindakan. Karena itu, keduanya dimasukkan ke semantisnya menerima progresif. Pada ketiga tipe dalam verba proses. verba ini, sekalipun terbuka slot untuk dua
Karena ciri perfektif, dan juga pungtual, partisipan, tidak terdapat peralihan tindakan di dalam kajian ini sudah dielaborasi, dalam arti antara partisipannya. Implikasinya ialah tidak ada kedua cirinya berfokus pada pengaruh yang partisipan yang dipengaruhi oleh partisipan lain.
diterima penderita—jadi, bukan hanya tindakan Contohnya,
yang sudah selesai dan terjadi dalam waktu (6) Dia sedang melihat perempuan mandi di singkat, verba proses menolak kedua ciri ini. Ciri pancuran.
perfektif dan pungtual lebih cocok dikaitkan (7) Kami sedang ingin makan rujak.
dengan predikat dua tempat daripada predikat satu (8) Dia sedang mempunyai sebuah mobil baru tempat. Pada predikat dua tempat, relasi sekarang.
semantisnya menjadi aktor-penderita, sedangkan pada predikat satu tempat, hanya ada satu pilihan
Tipe verba kedua, yaitu verba proses, peran semantisnya: aktor atau penderita. secara sederhana merujuk pada anggota verba yang
Verba proses bahasa Indonesia umumnya menempati ranah di luar dari ranah verba keadaan tidak bermarkah, kecuali verba yang terbentuk
Halaman 61 Kategori dan Peran Semantis Verba
❏ Mulyadi Dalam Bahasa Indonesia
sebagai hasil derivasi dari adjektiva prototip. Verba tindakan juga mensyaratkan Selain itu, proses derivasi dengan prefiks me-
keperfektifan. Banyak verba memenuhi ciri ini. hanya dimungkinkan pada dasar yang mengandung
Selain beberapa contoh di atas, ciri ini ditemukan ciri semantis keadaan untuk membentuk verba pada verba membantai, menghantam, menikam, proses. Namun, pada verba yang sudah dan memancung. Verba-verba ini mengungkapkan mengandung ciri proses, pelekatan prefiks me-
bahwa tindakan aktor sudah selesai dan penderita menjadi tidak gramatikal; misalnya, *menghancur,
dipengaruhi sepenuhnya. Kalimat seperti *menyakit, *memandul, *menjatuh, dan *menimbul.
(15) Munadi menghantam kepala Ngatemi. Lebih lanjut, salah satu ciri semantis (16) Mereka memancung lehernya.
verba tindakan, dan ciri ini sama dengan verba proses, ialah sifatnya yang dinamis. Ini berarti dengan jelas menggambarkan bahwa aktor bahwa ekspresi temporal verba tindakan dapat bertindak pada penderita dan penderita menerima diperluas. Ciri ini terdapat pada verba gerakan pengaruh tindakan tersebut sepenuhnya. seperti pergi, berlari, dan melompat, atau verba
Pemetaan ciri temporal itu pada ketiga ujaran seperti membujuk, melarang, dan klasifikasi VBI, yakni keadaan, proses, dan menghina.
tindakan, memperlihatkan properti berikut. Verba (11) a. Pemuda itu melompat dari tempat keadaan dan verba proses tergolong imperfektif duduknya.
dan tak pungtual, tetapi verba proses bersifat
b. Ibu membujuk Maria. dinamis. Verba tindakan memenuhi semua properti (12) a. Pemuda itu sedang melompat dari tempat semantis itu. Pemetaan ketiga ciri temporal duduknya.
tersebut pada VBI diilustrasikan pada Tabel 2.
b. Ibu sedang membujuk Maria.