HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Desa Mbinalun. Desa Mbinalun sebelumnya masuk ke dalam Desa Tanjung Mulia Kecamatan
Si Tellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat namun setelah pemekaran maka desa ini berdiri sendiri sejak pengesahan oleh DPRD Kabupaten Pakpak Bharat pada tanggal 06 September 2006 dan acara peresmian desa pada tanggal 25 Januari -2007 dan pelantikan Kepala Desa Perdana pada tanggal 12 Pebruari 2007. Adapun dusun yang tergabung ke dalam desa Mbinalun, sebanyak 5 (lima) dusun, sebagai berikut :
1. Dusun Lae Ntomol
2. :Dusun Lae Rumbia
3. Dusun Gunung Angkat
4. Dusun Pernapa
5. Dusun Pelangki Raya
4.1.2. Luas dan Letak Geografis . Penelitian ini dilakukan di Desa Mbinalun Kecamatan si Tellu Tali Urang
Jehe Kabupaten Pakpak Bharat, Propinsi Sumatera Utara. Daerah ini berada pada ketinggian rata-rata 600 meter diatas permukaan laut, bentuk tofografi bervariasi seperti datar, berombak, bergelombang, curam dan terjal. Adapun luas Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe 473,62 Km.
Desa Mbinalun berjarak 12 km dari ibukota kecamatan dan 30. km dari ibukota kabupaten. Dari jarak tersebut dapat diasumsikan bahwa desa ini sudah cukup cepat dalam menerima arus informas dbari luardaerah yang akan berpengaruh terhadap kemajuan dan perkembangan desa.
Adapun batas-batas desa penelitian adalah sebagai berikut : Sebelah Timur berbatasan dengan desa Perolihen Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Kaban Tengah Sebelah Barat berbatasan dengan desa Tanjung Mulia Sebelah Utara berbatasan dengan desa Parongil Kec. Lae Parira, Kab. Dairi.
4.1.3. Gambaran Penduduk Secara umum desa Mbinalun terdiri dari suku Pakpak dan sebagian kecil suku Tapanuli yang hidup rukun dan damai diikat oleh rasa kekeluargaan dan persaudaraan yang kokoh., tidak pernah terjadi gesekan antara etnis dari dulu hingga sekarang. Pada umumnya masyarakat desa Mbinalun menganut agama Islam 85 % dan Kristen Protestan 15 %. Jumlah penduduk desa Mbinalun terdiri dari 996 jiwa (166 KK) dengan jumlah penduduk pria sebanyak 540 jiwa atau 54 % dan wanita 456 jiwa atau 46 %
4.1.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis
Dari keseluruhan penduduk Desa Mbinalun yang berjumlah 996 jiwa tersebut jika dilihat berdasarkan etnis akan diperoleh gambaran sebagai berikut :
Tabel : 3 Keadaan Penduduk berdasarkan etnis . No Suku Jumlah Persentasi
100 % Sumber : Kepala Desa Mbinalun 2007
Jumlah
4.1.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
Masyarakat Desa Mbinalun pada umumnya beragama Islam dan sebagian kecil menganut agama Kristen Protestan., Adapun jumlah penduduk yang beragama Islam sebanyak 846 jiwa, beragama Kristen Protestan sebanyak 140. Jiwa. Komposisi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat dalam tabel di bawah ini .
Tabel : 4
: Komposisi Penduduk berdasarkan Agama No Agama Jumlah Persentasi
2 Kristen Protestan
100 Sumber : Kepala Desa Mbinalun 2007
4.1.3.4. Komposisi Penduduk berdasarkan kelompok Usia
Tabel : 5 :
Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
No Kelompok Usia Jumlah Persentasi
1 0-16 tahun
64.28 Jumlah
2 17 tahun ke atas
100 Sumber : Kepala Desa Mbinalun 2007 Pnmduduk usia dewasa lebih banyak yaitu 640. jiwa atau 64.28 % sedangkan usia balita sampai remaja sebesar 356 Jiwa atau 35.72 %.
4.1.3.5.Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Tabel : 6 Distribusi penduduk menurut pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
org
1 Pelajar dan belum 368 37 sekolah
2 Pegawai Negeri Sipil
3 TNI/Polri
6 Buruh Tani
100 Sumber : Kepala Desa Mbinalun 2007
4.2. Sarana dan Prasarana
4.2.1. Pendidikan
Proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan membutuhlkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan terampil, oleh karena itu pendidikan mempunyai pranan penting dalam mendukung proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat. Kualitas Sumber Daya Manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia merupakan kebutuhan mendesak untuk menghadapi tantangan era komputerisasi dan informasi yang canggih.
Dalam upaya meningkatkan kecerdasan dan keterampilan penduduk melalui proses pendidikan akan sangat tergantung pula kepada fasilitas atau sarana dan prasaran yang tersedia. Disamping itu juga dipengaruhi oleh kualitas tenaga pendidkik atau guru..
Secara umum pendidikan di desa Mbinalun masih lemah, Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) terdapat 1 (satu) buah untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (SLTA) 1 (satu) buah yang baru dibangun pada dua tahun terakhir ini, sehingga untuk melanjutkn jenjang sekolah yang lebih tinggi masyarakat tidak perlu lagi menyekolahkan anaknya keluar dari desa Mbinalun, seperti sebelumnya. Adapun sarana pendidikan yang ada di desa Mbinalun yaitu :
1 unit SD Negeri di dusun Lae Ntomol
1 unit Madrasah Ibtidaiyah Swasta
1 unit SMP Negeri di dusun Lae Ntomol
1 unit SMA Negeri di dusun Lae Ntomol Sebagian besar pendidikan masyarakat desa Mbinalun masih rendah yakni tamatan Sekolah Dasar (SD), ada juga yang sampai tamatan Sekolah Lanjutan tingkat Atas (SLTA) tetapi sebagian kecil saja. Sekarang ini sudah banyak anak mereka melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, seperti perguruan tinggi maupun akademi. Masyarakat sudah menyadari bahwa pendidikan itu penting untuk masa depan anak mereka.
Tabel : 7 Komposisi Penduduk berdasarkan Pendidikan No
1 Belum Sekolah dan
97 10 Tidak Tamat Sekolah
100 Sumber : Kepala Desa Mbinalun 2007 Pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 597 orang atau 60 % SLTP sebanyak 299 Orang atau 30 % dan SLTA 100 orang atau 10 %.
4.2.2. Sarana Kesehatan : Sebagaimana sebuah kabupaten baru, Kabupaten Pakpak Bharat tidak terlepas
dari sejumlah kekurangan yang harus diperhatikan secara serius untuk diperbaiki.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat maka pemerintah hendaknya mampu membangun fasilitass atau sarana dan prasarana yang mendukung.
Kesehatan Masyarakat tidak terlepas dari bagaimana pelayanan pemerintah terhadap bidang kesehatan baik dalam sarana dan prasarana maupun tenaga ahli dalam kesehatan : Dokter, Bidan, Perawat dan tenaga ahli lain yang dapat menangani kesehatan masyarakat. Keadaan masyarakat di Pakpak Bharat masih sangat rendah Hal ini dapat terlihat dari fasilitas yang disediakan oleh pemerintah daerah masih terbatas dan sangat jauh dari harapan masyarakat Pakpak Bharat secara keseluruhan. Adapun sarana kesehatan yang tersedia di desa Mbinalun segai berikut :
1 unit Pustu di dusun Lae Ntomol
4.2.3. Kantor Pemerintahan
Pemrintahan daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Daerah (DPRD). Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan ekonomi dan efektifitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antar susunan pemerintah daerah baik potensi dan keanekaragaman. Administrasi Pemerintahan Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2005 terdiri dari delapan Kecamatan dengan 47 desa .
Adapun Kantor Pemerintahan yang terdapat di desa Mbinalun, sampai dengan penelitian ini dilakukan adalah baru kantor kepala Desa
4.2.4. Sarana Ibadah
Di Desa Mbinalun terdapat dua buah Masjid sedangkan Gereja tidak ada, penduduk desa sebagian besar penganut agama Islam dan sebagian lagi penganut Kristen Protestan mereka hidup secara berdampingan satu sama lain dan saling hormat menghormati serta menghargai dalam menjalankan ibadah masing-masing.
4.2.5. Prasarana Jalan : Jalan Protokol sepanjang 9 km
Jalan Desa sepanjang 4,5 km menuju dusun Pernapa Jalan desa yang diaspal belum ada
4.3. Sistem Mata Pencaharian
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa sebagian besar penduduk desa Mbinalun adalah orang-orang yang bermata pencaharian sebagai petani. Dalam mengelola dan memanfaatkan lahannya para peptani di Desa Mbinalun menggunakan pola dan model yang disesuaikan dengan karakteristik tanah yang mereka miliki. Beberapa penduduk ada yang memiliki tanah yang kemudian dimanfaatkan untuk persawahan. Hal ini terjadi karena lahan yang mereka miliki berdekatan dengan sumber mata air. Akan tetapi secara garis besar hampir semua penduduk desa ini mempraktekkan peerladangan di tanah kering.
Perladangan yang dilakukan penduduk didasarkan pada kemampuan tenaga manusia yang apa adanya mau tak mau akan menuntut mereka pada suatu kenyataan Perladangan yang dilakukan penduduk didasarkan pada kemampuan tenaga manusia yang apa adanya mau tak mau akan menuntut mereka pada suatu kenyataan
Sebagai sebuah desa yang penduduknya menggantungkan perekonomian pada sektor pertanian, mau tidak mau pertanian di desa Mbinalun harus selalu mempertimbangkan perkembangan teknologi pertanian. Hal ini tampaknya telah terjadi ditandai dengan telah dikenalnya dan dipraktekkannya pertanian yang menggunakan obat-obatan pestisida buatan pabrik.
Secara garis besar, pertanian lahan kering yang dipraktekkan masyarakat juga dapat dibedakan atas beberapa pola : - Lahan kering dengan tanaman umur panjang - Lahan kering dengan tanaman umur pendek - Lahan kering campuran Beberapa pola tanam seperti itu mau tidak mau memeiliki keunggulan dan
kerugian tersendiri. Resiko yang muncul dengan mempraktekkan salah satu model pertanian ini adalah .konsekwensi harus diambil oleh petani.
Pertanian pada lahan kering. dengan tanaman umur panjang adalah pola pertanian yang hanya menempatkan satu atau beberapa tanaman keras seperti kopi, kemiri, jeruk atau lainnya sebagai tanaman utama di sebuah lahan tertentu. Pola tanaman seperti ini kebanyakan dipraktekkan oleh mereka yang memiliki mata pencaharian lain di luar pertanian Selain dari pada itu, pola pertanian seperti ini Pertanian pada lahan kering. dengan tanaman umur panjang adalah pola pertanian yang hanya menempatkan satu atau beberapa tanaman keras seperti kopi, kemiri, jeruk atau lainnya sebagai tanaman utama di sebuah lahan tertentu. Pola tanaman seperti ini kebanyakan dipraktekkan oleh mereka yang memiliki mata pencaharian lain di luar pertanian Selain dari pada itu, pola pertanian seperti ini
Pertanian di lahan kering dengan menanam tanaman umur pendek adalah pola pertanian yang memanfaatkan lahannya secara lebih intensif dengan menempatkan tanaman umur pendek seperti sayur-sayuran, palawija dan padi sebagai tanaman utama. Umur yang pendek dari tanaman yang ditanam menjadikan seorang petani yang mempraktekkan pola ini bisa memanen dalam jangka waktu yang tidak lama. Kelemahan sistem ini adalah bahwa perhatian dan kerja keras yang lebih, harus diberikan dalam perawatan tanaman umur pendek yang biasanya rentan terhadap penyakit.
Sementara petani yang mengelola lahannya dengan tanaman campuran adalah petani yang menggunakan sistem tumpang sari . Sistem ini pada beberapa saat tertentu terutama pada tahun-tahun pertama penanaman tanaman keras menempatkan tanaman pendamping yang biasanya tanaman umur pendek sebagai tujuan utama. Setelah beberapa waktu dimana tanaman keras atau tanaman umur panjang mulai menghasilkan, maka tanaman umur pendek tidak lagi menjadi priritas utama. Pola pertanian seperti ini jauh lebih bersifat intensif dengan melakukan diversifikasi tanaman pada lahan terbatas yang dimiliki petani.
Sementara itu tahapan pengelolaan pembukaan lahan pada masing-masing model pertanian lahan kering diatas tidak jauh beda. Pengelolaan lahan biasanya dimulai Sementara itu tahapan pengelolaan pembukaan lahan pada masing-masing model pertanian lahan kering diatas tidak jauh beda. Pengelolaan lahan biasanya dimulai
Memperhatikan bahwa kajian ini menempatkan gambir sebagai sentral utama pembahasan, mau tidak mau pola pertanian lahan kering dengan tanaman umur panjang merupakan fokus perhatian.
Selain gambir, tanaman pada lahan kering dengan tanaman umur panjang biasanya adalah jeruk, cengkeh ataupun kemiri, akan tetapi hal ini sangat jarang ditemukan di desa ini. Hasil-hasil pertanian dari desa Mbinalun secara garis besar adalah berupa padi (sawah/darat), sayur mayur, holtikultura dan kopi. Akan tetapi dari hasil produk-produk pertanian itu yang orientasinya pasar kebanyakan adalah gambir selebihnya adalah produk subsisten dan sambilan saja.
4.3.1 Berbagai Tanaman Pilihan
Dalam mengelola pertaniannya masyarakat desa Mbinalun mengenal berbagai komoditas tanaman pertanian yang kemudian menjadi tanaman-tanaman yang mereka budidayakan. Beberapa jenis tanaman yang ditanam oleh sebagian penduduk desa Mbinalun :
a. Padi sawah dan ladang
Sebagaimana diketahui bersama bahwa kondisi tofografi desa yang berbukit- bukit dan berada di dataran tinggi menjadikan pertanian desa ini tidak bisa atau Sebagaimana diketahui bersama bahwa kondisi tofografi desa yang berbukit- bukit dan berada di dataran tinggi menjadikan pertanian desa ini tidak bisa atau
Pola pengerjaan sawah di daerah ini masih sederhana yakni masih mengerjakan bajak kerbau dan tenaga manusia.. Padi yang ditanam di sawah biasanya jenis padi lokal dan jenis padi IR yang biasanya berumur 90-110 hari. Produksi padi biasanya hanya untuk konsumsi sendiri.
Penanaman padi yang dilakukan penduduk di desa ini umunya dilaksanakan dilahan kering, jenis padi yang ditanam di lahan kering dikenal dengan istilah padi ladang biasanya berupa padi gogo atau jenis padi darat lainnya. Tidak diketahui secara pasti berapa sesungguhnya luas lahan kering yang ada di desa ini yang ditanami dengan jenis padi darat. Kendala utama dalam hal pengeloaan hasil dari kedua tanaman padi ini adalah pada angkutan hasil dan penggilingan padi menjadi beras karena kilang penggilingan padi berada di luar wilayah desa Mbinalun.
Produksi padi setiap hektarnya dari kedua pola penanaman padi yang dilakukan masyarakat sangat bervariatif. Padi sawah , hasil perhektarnya bisa sekitar 1,7-3 ton gabah/ha. Kalau sudah digiling maka jumlah beras yang diperoleh sekitar 1,2-2,5 ton/ha. Hasil ini sedikit berbeda dengan padi ladang yakni satu hekter padi darat akan bisa diperoleh 1,4-2 ton gabah/ha..
b. Sayur Mayur
Sebagai sebuah desa yang terletakdi dataran tinggi dengan suhu yang dapat diglolongkan dingin, maka hal itu sangat mendukung kegiatan penanaman berbagai jenis sayur mayur yang dilakukan oleh masyarakat desa ini. Beberapa jenis sayur mayur yang menjadi pilihan oleh hampir sebagian petani untuk ditanam diantaranya adalah : Kol, berbagai jenis sawi, wortel, cabe, tomat dan lainnya. Mengingat bahwa umur tanaman jenis ini adalah pendek, maka dalam setahun seorang petani biasa melakukan dua kali masa tanam. Untuk jenis kol dan sawi-sawian, seorang petani hanya akan memanen untuk sekali musim tanam. Walaupun demikian, sering kali tunas-tunas kol yang tumbuh setelah sayur kol dipanen juga menjadi komoditas yang laku untuk dijual. Akan tetapi hal itu tidak menjadi tujuan utama petani.
Pertanian sayur mayur memang telah dikenal cukup lama oleh masyarakat desa ini secara turun temurun untuk beberapa generasi akan tetapi sampai saat ini hanya sedikit sekali petani di desa ini yang mengandalkan perolehan hasil dari ladang yang hanya ditanami dengan sayur mayur saja. Kenyataan ini muncul dikarenakan berbagai sebab yang diantaranya adalah ketersediaan benih yang yang tidak memadai, Pertanian sayur mayur memang telah dikenal cukup lama oleh masyarakat desa ini secara turun temurun untuk beberapa generasi akan tetapi sampai saat ini hanya sedikit sekali petani di desa ini yang mengandalkan perolehan hasil dari ladang yang hanya ditanami dengan sayur mayur saja. Kenyataan ini muncul dikarenakan berbagai sebab yang diantaranya adalah ketersediaan benih yang yang tidak memadai,
Resiko yang harus diambil seorang petani yang mengandalkan hasil ladangnya pada pertanian sayur-mayur mengharuskan petani tersebut memiliki mata pencaharian lain yang bisa menjamin terpenuhi kebutuhan si petani itu sendiri bila seandainya hasil pertaniannya tidak begitu berhasil. Hal inilah yang mungkin menjadi sebab kebanyakan petani sayur mayur yang ada di desa ini biasanya memiliki ladang lain lagi seperti tanaman tua seperti gambir maupun kopi. Bisa juga sipetani menjadikan tanaman sayuran sebagai tanaman yang ditumpang-sarikan dengan tanaman lain. Tindakan ini sebagai sebuah upaya untuk meminimalisasikan resiko kerugian yang besar. Bila pertanian sayur-mayur tidak menghasilkan hasil yang optimal, maka biaya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari akan bisa ditutupi dengan penjualan hasil tanaman lain yang juga ditanam. Demikian juga sebaliknya bila pertanian tanaman kopi dan gambir belum menghasilkan maka pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dapat digantungkan dari hasil penjualan sayur-mayur yang ditanam di sela-sela tanaman kopi dan gambir tersebut. Walaupun demikian, kesiapan untuk secara maksimal mengantisipasi agar tingkat kegagalan panen dapat diminimalisir harus selalu diupayakan.
Tanaman komoditas lain yang ditemui di daerah ini seperti Kacang Ijo, Kacang Merah, Kacang Tanah dan Terong. Petani yang menanam palawija Tanaman komoditas lain yang ditemui di daerah ini seperti Kacang Ijo, Kacang Merah, Kacang Tanah dan Terong. Petani yang menanam palawija
c. Sawit serta tanaman keras lainnya.
Disamping jenis-jenis tanaman di atas sesungguhnya tanaman utama petani di desa ini adalah gambir, oleh beberapa penduduk akhir-akhir ini sawit juga telah ditanami sebagai usaha pertanian.. Namaun secara garis besar, persentasi petani gambir memang masih lebih besar daripada petani sawit Dari sekitar 200 Ha lahan kering yang terdapat di desa ini sekitar 100 Ha dimanfaatkan untuk tanaman gambir, baik dengan pola penanaman gambir secara tunggal maupun secara tumpang sari.
4.4. Sistem Produksi
4.4.1. Pembukaan Lahan
Para petani di Desa Mbinalun ini mulai melakukan pertanian gambir dengan sistem pembudidayaan. Lahan yang ditanami gambir oleh para petani adalah lahan milik petani sendiri yang letaknya berada diatas lereng bukit, tanahnya kurang subur dan sedikit berbatu. Tetapi kondisi lahan seperti ini sangat sesuai dengan syarat tumbuh gambir menurut Zamarel dan Hadad EA (1991) yang menyatakan tanaman gambir dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur. Umumnya petani memilih tanah-tanah, hutan perawan yang letaknya miring dan mudah meresapkan air, karena tanaman ini tidak tahan terhadap air tergenang.
Proses pembukaan lahan baru di desa Mbinalun disebut dengan nama Mertembak. Peralatan yang digunakan untuk membuka lahan baru adalah parang dan kampak. Caranya yaitu dengan membabat semak dan pohon-pohon kecil di sekitar areal. Selanjutnya pohon-pohon yang besar ditebang dan ditumbangkan dengan menggunakan kampak. Setelah areal tersebut bersih, lahan dibiarkan selama satu bulan sampai semak-semaknya kering. Kemudian pada saat hari panas dilakukan kegiatan pembakaran. Setelah itu sisa-sisa pembakaran yang belum habis terbakar dikumpulkan pada satu tempat dengan maksud untuk dibakar kembali agar habis seluruhnya. Selanjutnya setelah proses pembakaran selesai lahan tersebut sudah dapat ditanami tanaman gambir. Proses pembukaan lahan gambir memerlukan waktu lebih kurang tiga bulan tergantung dari luas lahan yang dibuka oleh petani gambir. Adapun luas lahan gambir di desa Mbinalun bervariasi sekitar 0,5 sampai 2,5 hektar. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk pembukaan lahan adalah dua bulan untuk luas lahan 0,5-1,0 hektar. Sementara untuk luas lahan 2 sampai 2,5 hektar sekitar tiga bulan.
Pembukaan lahan biasanya dilakukan pada bulan Januari sampai Juli. Untuk pembukaan lahan tersebut petani tidak menggunakan tenaga kerja luar keluarga, jadi umumnya petani melakukan pekerjaan pembukaan lahan menggunakan tenaga kerja keluarga inti, dan ini pun terbatas pada Bapak dan anak laki-laki yang telah berusia minimal 14 tahun., sedangkan ibu bertugas untuk menyediakan makan siang dan membuat minuman maupun makanan ringan. .
Kalaupun ada para petani yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga dalam hal pembukaan lahan inipun hanya menggunakan tenaga kerja laki –laki dan sistem pembayaran upah harian maupun borongan. Sedangkan bekerja dengan sistem gotong royong dalam pembukaan lahan sudah hampir punah kalaupun ada hanya sebatas pada keluarga dekat saja.
Banyak sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam suatu usaha pertanian tergantung dari jenis tanaman dan luasnya lahan yang diusahakan serta . dana yang tersedia untuk membiayai tenaga luar tersebut.
Ada beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga dan tenaga luar antara lain adalah komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas dan kegiatan kerja (prestasi kerja).
Kegiatan kerja tenaga luar sangat dipengaruhi sistem upah, lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari, kecakapan dan umur tenaga kerja. Umumnya tenaga kerja yang digunakan dalam pertanian gambir di Kabupaten Pakpak Bharat adalah tenaga kerja keluarga. Kalaupun ada tenaga kerja luar adalah pada waktu pembukaan lahan dan pada waktu pemanenan dan khusus mengenai pemanenan upah yang diberikan adalah dengan sistem bagi hasil.
4.4.2. Pembibitan
Untuk proses pembibitan gambir menggunakan bibit yang dapat diperoleh dengan cara generatif (biji) dan vegetatif (batang) . Adapun bibit gambir yang digunakan dengan cara vegetatif (batang) adalah dengan mengambil bibit tanaman Untuk proses pembibitan gambir menggunakan bibit yang dapat diperoleh dengan cara generatif (biji) dan vegetatif (batang) . Adapun bibit gambir yang digunakan dengan cara vegetatif (batang) adalah dengan mengambil bibit tanaman
Bibit gambir yang lainnya dapat diperoleh secara vegetatif yaitu dengan mengambil bagian tanaman gambir yang telah tua, yaitu berusia sekitar empat tahun. Tanaman gambir tersebut kemudian ditanam kembali pada lahan yang telah disediakan. Adapun bibit yang paling baik dan sering digunakan oleh petani gambir desa Mbinalun adalah bibit yang diperoleh dengan cara generatif. Hal ini disebabkan bibit tersebut kualitasnya lebih bagus karena umur bibit yang lebih muda dan lebih produktif.
Untuk melakukan penanaman masyarakat tidak pernah melakukannya dengan menanam bibit yang dibeli, tetapi masyarakat melakukannya dengan cara stek (mengambil dari tanaman yang bagus, dipotong dahan yang cukup tua, kemudian dilakukan penanaman langsung) pada musim hujan. Hal ini sudah turun temurun dilakukan masyarakat dan hasilnya cukup memuaskan, sehingga cara tersebut sudah menjadi darah daging bagi petani. Pada lokasi penelitian (desa Mbinalun) tidak ada yang membuat pembibitan untuk perbanyakan tanaman gambir, karena menurut mereka pembibitan memerlukan biaya besar dan waktu yang lama untuk membuatnya serta memerlukan keterampilan yang khusus agar hasil yang didapat cukup baik.
Adapun alasan masyarakat tidak memakai bibit karena mereka tidak pernah menggunakan bibit untuk perbanyakan tanaman gambir mereka, sehingga mereka kurang menguasai dalam teknik mengelola tanaman gambir yang berasal dari bibit . Hal ini sesuai dengan pendapat Wudianto, 2000 yang menyatakan bahwa perbanyakan tanaman dengan cara stek lebih baik dari pada perbanyakan dengan biji, selain itu perbanyakan dengan cara stek lebih mudah tumbuh dan sifat yang dihasilkan dari perbanyakan stek umumnya menyerupai dengan induknya.
4.4..3. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman
Pada proses penanam gambir tidak memiliki perbedaan yang banyak dengan tanaman lainnya. Lahan yang telah dibersihkan ditanami bibit gambir yang telah disediakan. Tanah ditugal dengan kedalam sekitar 20 cm. Jarak tanam yang digunakan adalah 2m x 2 m. bibit yang ditanaman dalam keadaan basah. Apabila bibit yang ditanam kering maka tanamam tersebut akan mati.
Jumlah bibit yang digunakan petani sample pada luas lahan 0,5 hektar adalah sebanyak 500 batang, luas lahan 0,6 hentar adalah 600 batang dan 1000 batang untuk luas lahan 1hektar.
Selama masa pertumbuhan tanaman, petani hanya melakukan beberapa kali penyiangan gulma untuk menjaga kebersihan areal tanaman gambir. Tanaman gambir merupakan tanaman yang tidak mudah terkena hama penyakit serta tidak membutuhkan perawatan seperti pada tanaman lain. Untuk tanaman gambir yang menjadi permasalahan utama hanyalah gulma. Pengairan dan pemeliharaan rutin Selama masa pertumbuhan tanaman, petani hanya melakukan beberapa kali penyiangan gulma untuk menjaga kebersihan areal tanaman gambir. Tanaman gambir merupakan tanaman yang tidak mudah terkena hama penyakit serta tidak membutuhkan perawatan seperti pada tanaman lain. Untuk tanaman gambir yang menjadi permasalahan utama hanyalah gulma. Pengairan dan pemeliharaan rutin
Sistem pertanian gambir yang berada di desa Mbinalun Kabupaten Pakpak Bharat menggunakan sistem multi kultur yakni petani tidak hanya mengusahakan tanaman gambir sebagai usahatani utamanya tetapi ada selingan tanaman lainnya di dalam satu lahan pertaniannya..
Masalah utama dalam pemeliharaan tanaman gambir adalah pemberantasan gulma yang selalu .hidup berdampingan dengan tanaman gambir. Gulma tersebut dapat merusak kualitas pucuk-pucuk daun gambir yang akan dipanen. Oleh sebab itu petani gambir melakukan penyemprotan herbisida yaitu jenis roundup, ploralis dan spark setiap enam bulan sekali. Disamping itu secara tradisional juga dilakukan yaitu dengan cara pembersihan langsung rerumputan ataupun tumbuhan penggangu (gulma) istilah lokal pembersihan tersebut disebut menggogo Tujuannya adalah untuk mematikan pertumbuhan gulma.
Dosis pemakaian herbisida dalam rangka pemberantasan gulma oleh petani responden ditemukan sebagai berikut : Yang menggunakan herbisida jenis round up dan polaris secara bersamaan ada sebanyak 5 orang atau sebesar 40 % dari total petani sampel. Menggunakan herbisida jenis round up dan spark secara bersamaan ada 1(satu) orang atau sebesar 10 %. Mnggunakan herbisida jenis polaris dan spark secara bersamaan ada 2 (dua) orang atau sebesar 15 %.
Menggunakan 3 (tiga) jenis herbisida (round up, polaris dan spark) secara bersamaan sebanyak 3 (tiga) orang atau 25 % dari total petani sampel. Menggunakan herbisida jenis roun up berjumlah 1(satu) orang atau sebesar 10 % dari total petani sampel. Selanjutnya pemberantasan hama tanaman seperti hama penggerek tanaman
dilakukan dengan cara tradisional yaitu membunuh ataupun meracun hama tersebut. Adapun anggota keluarga yang terlibat dalam pengelolaan lahan pertanian gambir yang mereka miliki yaitu terdiri dari suami, isteri, biasanya anak-anak mereka sekolah pada pagi hari sampai siang sehingga jarang ada anak-anak mereka yang ikut ke kebun bersama orang tuanya. Biasanya anak-anak mereka ikut ke ladang pada saat libur sekolah. Pada setiap harinya biasanya isteri petani tidak ikut ke ladang, karena mereka memasak di rumah serta membersihkan rumah mereka, adapun tugas dari para isteri petani yaitu pada saat pengolahan hasil gambir, seperti memetik/memotong daun/ranting gambir yang akan direbus, memasak/merebus daun gambir, mencetak, menjemur, serta menjualnya pada saat pekan, selebihnya dilakukan oleh suami mereka, seperti membersihkan ladang/kebun, mengganti tanaman yang mati. Jadi pada dasarnya isteri petani jarang sekali ikut ke ladang. Petani di desa Mbinalun biasanya bekerja dari pagi sampai menjelang zuhur, kemudian pada siang hari sekitar pukul dua mereka pergi lagi ke ladang mereka. Di desa Mbinalun lahan yang dimiliki petani jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah mereka, sehingga untuk makan siang petani tidak perlu membawa nasi ke ladang karena mereka bisa pulang untuk makan siang.
4.4.4. Pemanenan Gambir.
Tanaman gambir di lokasi penelitian sudah bisa dipanen sejak umur 2 (dua) tahun dan bisa terus dipanen sampai umur puluhan tahun. Panen dilakukan secara rotasi setiap harinya tergantung dari luas lahan yang dimiliki petani. Panen dilakukan pada pagi hari sebaiknya dimulai dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 10.00 WIB, karena apabila lewat dari jam tersebut maka getah yang dihasilkan akan berkurang, hal ini akan merugikan petani, daun/ranting yang telah dipetik sebaiknya langsung diolah, apabila tidak langsung diolah maka hasil yang akan didapat kurang baik, hal ini sesuai dengan Annonimous 1996 yang mengatakan apabila pemetikan daun gambir dilakukan di atas pukul 12.00 WIB akan mengakibatkan jumlah produksi gambir yang diperoleh sedikit dan mutu yang dihasilkan rendah serta apabila daun/ranting yang dipetik tidak langsung diolah akan menyebabkan kadar daun gambir tersebut menurun.. Daun-daun gambir yang telah dipanen dimasukkan ke dalam goni besar dan kemudian di bawa ke tempat pengolahan. Hasil yang akan didapat akan sama apabila perawatan dan pemeliharaannya baik. Pada tanaman gambir tidak ada istilah tidak produktif lagi, apabila tanaman mati barulah dikatakan tidak produktif . Dengan demikian pendapat Annonymous 1996 yang mengatakan bahwa tanaman gambir hanya dapat produktif sampai umur 20 tahun tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan, tepatnya di desa Mbinalun, karena tanaman gambir yang ada di desa Mbinalun ada yang berumur di atas 20 tahun.
Beberapa peralatan yang digunakan masyarakat Desa Mbinalun dalam proses pemanenan gambir, yaitu :
1. Parang : golok
2. Keranjang : kirang
3. Goni : goni
4. Beko
: biku
Untuk pengelolaan baik itu tanaman gambir, kopi, jagung dan lain sebagainya masih dilakukan masyarakat dengan cara tradisional, begitu juga untuk pengolahan hasil yang didapat mereka. Karena masyarakat umumnya hanya mengetahui cara yang rtradisional baik untuk pengelolaan, budidaya maupun untuk pengolahan hasilnya maka yang digunakan masyarakat yaitu hanya cara tradisional saja. Disamping itu hal ini sesuai dengan Anonimous, 1999 yang mengatakan bahwa dengan cara tradisional masyarakat lebih menguasai cara tersebut dan lebih mudah serta alat-alat yang dibutuhkan untuk pengolahan umumnya mudah didapat di sekitar ladang atau tempat tinggal mereka.
4.5. Pengolahan
Pengolahan gambir dilakukan di dalam satu gubuk yang berukuran lebih kurang 7x 7 meter . Gubuk ini berada pada lahan gambir dan biasanya juga dijadikan sebagai tempat penginapan para petani apabila pekerjaan mereka tidak selesai pada hari itu. Kegiatan pengolahan menggunakan satu buah dandang besar sebagai tempat merebus daun/ranting gambir, daun gambir direbus selama satu jam dandang dalam keadaan tertutup, daun gambir yang telah selesai direbus, airnya dipindahkan ke Pengolahan gambir dilakukan di dalam satu gubuk yang berukuran lebih kurang 7x 7 meter . Gubuk ini berada pada lahan gambir dan biasanya juga dijadikan sebagai tempat penginapan para petani apabila pekerjaan mereka tidak selesai pada hari itu. Kegiatan pengolahan menggunakan satu buah dandang besar sebagai tempat merebus daun/ranting gambir, daun gambir direbus selama satu jam dandang dalam keadaan tertutup, daun gambir yang telah selesai direbus, airnya dipindahkan ke
Selanjutnya daun gambir dipindahkan lagi kedalam goni besar untuk di pres dan diambil getahnya. Selama dipres diletakkan satu buah ember besar untuk menampung ekstrak gambir tersebut, setelah selesai dipres ampasnya tidak langsung dibuang tetapi selanjutnya ditumbuk untuk mendapatkan ekstraknya lagi dengan didiamkan selama satu malam.
Keesokan harinya ekstrak tersebut ditiriskan dengan menggunakan goni tepung. Ditiriskan selama lebih kurang 1 jam sehingga didapatlah ekstrak gambir yang benar-benar murni. Setelah itu ekstrak tersebut dapat dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
Bentuk gambir yang dicetak di Desa Mbinalun adalah bentuk parabola atau jambu. Gambir yang telah dicetak tidak dapat langsung dijual, tetapi gambir tersebut harus dijemur terlebih dahulu selama satu minggu. Setelah itu gambir-gambir yang telah siap dicetak dan telah kering karena penjemuran selanjutnya dapat dijual..
Adapun peralatan yang diperlukan dalam pengolahan gambir sebagai berikut :
a. dandang
: dandang
b. baskom
: sambung
c. jepitan
: kapiten
d. gayung
: gayung
e. saringan
: saringen
f. gunting
: gonting : gonting
: golok
h. goni : karung
Mengenai pencetakan gambir petani hanya menggunakan kedua tangan dengan bantuan sendok. Cara ini mengakibatkan ukuran hasil produksi tidak sama dan penampilan kurang menarik. Cara yang paling baik terdiri dari tuangan sejenis dengan sistem pres, sehingga ukuran gambir satu dengan yang lainnya seragam dan juga penampilan cukup baik sebagai daya tarik pembeli.
Kegiatan usaha pertanian gambir dilakukan setiap harinya dimulai pada hari Senin sampai Jumat sedangkan pada hari Sabtu menjual gambir ke pekan ataupun kepada pedagang pengumpul desa..
Gambar 1 : Bagan pengolahan gambir yang dilakukan petani.
Daun Gambir dimasak Daun Gambir
Dimasukkan Ke Dalam
selama 60 menit
Goni Ukuran 15 KG
Daun Gambir
Dipindahkan ke dalam Diperas
Didiamkan selama
90 Menit
ember
Didiamkan selama 1
Gambir dicetak Malam
Penirisan ekstrak gambir
selama 1 jam
Siap dijual
Gambir dijemur selama 1
Minggu
4.6. Pendapatan Dari Pertanian Gambir.
Di Desa Mbinalun umumnya masyarakat bekerja sebagai petani, dimana sumber utama pendapatan rumah tangga mereka berasal dari usaha tani seperti pertanian gambir, sawit, kopi, padi dan lain sebagainya. Sedangkan sumber pendapatan diluar dari bertani hanya sebahagian kecil saja terdiri dari, tukang, jualan, pegawai pemerintahan, dan sebagai penampung hasil panen petani.
Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data yang dilakukan melalui daftar pertanyaan, wawancara serta pengamatan langsung di lapangan, maka diketahui pendapatan masyarakat desa Mbinalun dari hasil gambir dan hasil selain tanaman gambir ( sawit, padi) dengan luas lahan yang berbeda dapat diuraikan sebagai berikut..
Tabel 8
Penerimaan rata-rata petani/tahun berdasarkan kategori lahan. No Kategori lahan (Ha)
Penerimaan Petani/Tahun Gambir Sawit Padi -
1 Kecil (K) 0-0,5 10.000.000 6.000..000 1000.000 -
2 Sedang(S) 0,5-1,00 20.000.000 12.000.000 2.000.000 -
3 Besar (B) > 1,00
Dari data di atas maka dapat dilihat penerimaan rumah tangga/Kepala Keluarga berdasarkan luas lahan dan jenis tanaman yang dikelola, pada lahan seluas 0-0,5 Ha pendapatan yang diperoleh masyarakat yang mengusahakan tanaman gambir Dari data di atas maka dapat dilihat penerimaan rumah tangga/Kepala Keluarga berdasarkan luas lahan dan jenis tanaman yang dikelola, pada lahan seluas 0-0,5 Ha pendapatan yang diperoleh masyarakat yang mengusahakan tanaman gambir
Masyarakat Desa Mbinalun umumnya memanen dan mengolah hasil secara sendiri, tanpa memakai tenaga kerja upahan, sehingga masyarakat yang memiliki lahan di atas 1,00 Ha umumnya kesulitan baik dalam mengelola maupun memanen hasilnya, tetapi kadang-kadang ada juga masyarakat yang memakai tenaga kerja upahan untuk memanen hasil gambir mereka. Dengan luas lahan diatas 1,00 Ha maka masyarakat akan mendapatkan hasil yang cukup berpengaruh bagi kehidupan ekonomi mereka. Ada hal lain yang dihadapi masyarakat Desa Mbinalun khususnya dalam hal pengolahan gambir yaitu masalah bahan baku (kayu bakar) yang sulit didapatkan saat sekarang ini, kalaupun ada tetapi harganya sangat mahal, sehingga banyak masyarakat yang tidak memanen hasil gambir mereka tepat pada waktunya, apabila hal ini terjadi akan menyebabkan kualitas dari ekstrak.gambir menurun. Hal lain yang menyebabkan hasil dari gambir tidak maksimal karena daun gambir yang Masyarakat Desa Mbinalun umumnya memanen dan mengolah hasil secara sendiri, tanpa memakai tenaga kerja upahan, sehingga masyarakat yang memiliki lahan di atas 1,00 Ha umumnya kesulitan baik dalam mengelola maupun memanen hasilnya, tetapi kadang-kadang ada juga masyarakat yang memakai tenaga kerja upahan untuk memanen hasil gambir mereka. Dengan luas lahan diatas 1,00 Ha maka masyarakat akan mendapatkan hasil yang cukup berpengaruh bagi kehidupan ekonomi mereka. Ada hal lain yang dihadapi masyarakat Desa Mbinalun khususnya dalam hal pengolahan gambir yaitu masalah bahan baku (kayu bakar) yang sulit didapatkan saat sekarang ini, kalaupun ada tetapi harganya sangat mahal, sehingga banyak masyarakat yang tidak memanen hasil gambir mereka tepat pada waktunya, apabila hal ini terjadi akan menyebabkan kualitas dari ekstrak.gambir menurun. Hal lain yang menyebabkan hasil dari gambir tidak maksimal karena daun gambir yang
4.7. Sistem Pemasaran.
Biasanya hasil dari gambir dijual ke pada pedagang pengumpul, mereka ini disebut Toke yang langsung menjemput ke masing-masing rumah petani. Bisa juga petani yang langsung menjual kepada pedagang pengumpul dengan mengantarkan ke pedagang pengumpul dimaksud. Hal kedua ini dilakukan petani karena butuh segera uang Biasanya juga petani ada yang menjual hasil gambirnya ke pekan di Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe, karena harganya lebih mahal jika petani menjualnya sendiri saat pekan berlangsung. jika dijual di desa/ di rumah harganya Rp. 15.000.- per kilogram, sementara kalau dijual di Pekan laku Rp. 16.000,- per kilogramnya Apabila tidak habis maka para petani menjualnya kepada para pedagang pengumpul yang datang ke rumah petani..
Gambir yang telah dicetak masyarakat secara tradisional biasanya jika dijual perbiji dengan harga Rp. 500. Seluruh petani yang ada di desa Mbinalun merupakan petani gambir, mempunyai penghasilan/pendapatan dari pengusahaan gambir di ladang mereka. Pekerjaan lain di luar bertani gambir yang juga sebagai sumber pendapatan bagi Gambir yang telah dicetak masyarakat secara tradisional biasanya jika dijual perbiji dengan harga Rp. 500. Seluruh petani yang ada di desa Mbinalun merupakan petani gambir, mempunyai penghasilan/pendapatan dari pengusahaan gambir di ladang mereka. Pekerjaan lain di luar bertani gambir yang juga sebagai sumber pendapatan bagi
Untuk mengetahui sistem pemasaran gambir dilakukan dengan metode penelusuran yaitu dengan menanyakan langsung kepada petani responden kemana gambir tersebut dipasarkan. Dengan cara ini diperoleh beberapa sample pedagang. Adapun jumlah unit pemasaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel : 9 Jenis lembaga pemasaran, jumlah dan daerah operasional
No Jenis lembaga Pemasaran
Jumlah
Domisili Daerah
(orang)
Operasional
1 Pedagang Pengumpul
2 Desa
1 Propinsi-Luar Negeri Sumber : Data Primer
2 Eksportir
Dari tabel dapat dilihat jumlah pedagang pengumpul desa adalah sebanyak dua orang. Pedagang pengumpul bekerja juga sebagai petani gambir. Pedagang pengumpul ini disebut Toke, membeli gambir dari para petani yang ada di desa dengan cara memesannya terlebih dahulu. Tidak jarang pedagang pengumpul memberikan uang muka sebagai jaminan yang digunakan petani untuk modal usaha taninya.
Untuk penelitian ini yang menjadi informan adalah pedagang pengumpul yang berada di desa Mbinalun di sebabkan penelitian dilakukan di desa Mbinalun.
Setelah pedagang pengumpul membeli gambir dari para petani , disimpan gambir tersebut selama satu malam. Kemudian gambir tersebut di masukkan ke dalam goni-goni yang berukuran 50 kg dan diikat dengan tali. Para pedagang langsung menjual gambir tersebut ke Medan dengan kenderaaan 1 unit mobil Cary Pic up.
Adapun bentuk gambir yang dipasarkan terdiri dari 3 jenis, yaitu: Gambir kering berbentuk parabola dengan harga Rp. 500, - perbuah Gambir kering berbentuk jambu dengan harga Rp. 200,- perbuah Gambir kering berbentuk lonjong dengan harga Rp. 400, -perbuah
Gambir yang sering diminta oleh eksportir adalah berbentuk parabola. Para eksportir juga tidak menginginkan gambir tersebut terlalu padat karena akan mempersulit dalam proses pengolahannya kembali. Sementara gambir lonjong merupakan gambir yang paling mahal dan biasanya dikonsumsi masyarakat untuk menyiring. Gambir ini biasanya dijual untuk dipasarkan ke pasar-pasar tradisional.
Eksportir akan menjual kembali gambir-gambir tersebut. Sebelum di kirim ke luar negeri gambir akan diolah kembali oleh eksportir yaitu gambir dimasak, dicetak dan kemudian dijemur. Setelah dijemur gambir dapat di jual ke luar negeri.
Tabel : 10 Harga Beli gambir pada saluran pemasaran
Saluran Pemasaran Harga Beli 1 Kg gambir
(Rupiah)
1. Pedagang Pengumpul
Sumber : Wawancara langsung dengan Pedagang
Dari uraian di atas dapat dilihat saluran pemasaran gambir adalah sebagai berikut : Petani Æ Pedagang Pengumpul Desa -Æ Eksportir Petani Æ Pekan (Pasar tradisional -Æ Konsumen Lokal
4.8. Penerimaaan dari Pertanian Gambir
Dalam setiap kegiatan usaha pertanian dan pengolahan gambir tentu saja mengeluarkan biaya untuk dapat menjalankan usaha pertaniannya dengan baik. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan petani gambir dimulai dari proses penanaman, panen sampai proses pengolahan.
Adapun biaya produksi terdiri dari biaya tetap ( fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Total biaya pertanian yang dikeluarkan petani adalah jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap. Yang termasuk biaya tetap adalah upah tenaga kerja dan akumulasi penyusutan peralatan. Sementara biaya tidak tetap adalah pupuk, herbisida (round up, polaris, dan spark) dan bibit. Dalam hal ini petani di desa Mbinalun tidak ada menggunakan pupuk herbisida.
Penerimaan petani adalah jumlah pendapatan petani yang diperoleh dari penjualan gambir. Penerimaan ini dihitung dari jumlah produksi petani dikali harga. Setelah itu baru dapat diketahui berapa jumlah pendapatan bersih petani. Pendapatan bersih adalah penerimaan petani dikurangi dengan biaya produksi. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini.
Tabel : 11 Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Bersih per Petani
periode Oktober 2006-Oktober 2007
Pendapatan Bersih Rata-Rata (Ha)
Luas Lahan
Penerimaan
Biaya Produksi
6.400.000 Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 2) Dari Tabel 11 diatas dapat dilihat bahwa untuk skala luas lahan < 1 hektar, penerimaan rata-rata yang diterima petani Rp. 10.000.000. Adapun jumlah biaya produksi rata-rata Rp. 6.800.000 sehingga pendapatan bersih Rp. 3.200.000. (menguntungkan).
Untuk skala luas lahan > 1 Ha, penerimaan rata-rata yang diterima petani sebesar Rp. 20.000.000.- adapun jumlah biaya produksi rata-rata adaah sebesar Rp. 13.600.000. Pendapatan bersih rata-rata Rp. 6.400.000.- (menguntungkan)
4.9. Mutu Produksi Gambir
Mutu tanaman gambir sangat dipengaruhi oleh jenis bibit gambir dan proses pengolahannya. Tanaman gambir Pakpak Bharat menggunakan jenis bibit yang diperoleh secara generatif yaitu dengan menanam kembali tanaman gambir yang telah tumbuh dan berusia sekitar enam bulan serta panjang tanaman sekitar 0,5 meter. Bibit tersebut diperoleh dari hutan sekitar desa Mbinalun. Sementara untuk proses Mutu tanaman gambir sangat dipengaruhi oleh jenis bibit gambir dan proses pengolahannya. Tanaman gambir Pakpak Bharat menggunakan jenis bibit yang diperoleh secara generatif yaitu dengan menanam kembali tanaman gambir yang telah tumbuh dan berusia sekitar enam bulan serta panjang tanaman sekitar 0,5 meter. Bibit tersebut diperoleh dari hutan sekitar desa Mbinalun. Sementara untuk proses
Untuk saat ini petani gambir hanya menjual gambir dalam bentuk kering. Biasanya gambir tersebut dapat dijual dalam dua bentuk yaitu gambir kering atau gambir bubur. Untuk 100 kg daun gambir segar biasanya bisa menghasilkan 20 kg gambir kering dan 95 kg gambir bubur. Adapun alasan petani gambir Desa Mbinalun hanya menjual gambir kering karena harga gambir bubur sangat murah dan proses pengolahannya juga sangat rumit.
Menurut standard, mutu gambir umumnya dapat digolongkan dalam beberapa kelas atau kategori. Seperti yang terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel : 12 Mutu Gambir:
No Jenis Warna Bentuk Cetakan Berat (buah/Kg)
Mutu
1 Super Kuning
Merata
25-30
2 Spesial Kekuning-kungingan Tidak Rata 20-25
3 Kualitas Kuning Kehitaman
Kurang Sempurna
18-20
5A
4 Kualitas Hitam
Lebih tidak Rata
4A
5 Kualitas Hitam hangus
Cetakan Banyak
3A yang rusak
6 Kualitas -
Gambir Pecahan
2A Sumber : Data Primer
Jika dibandingkan dengan standard mutu diatas, maka mutu gambir desa Mbinalun dapat diglongkan kepada kualitas 4 A (mutu sedang) karena cirri-ciri gambirnya berwarna hitam, bentuk cetakan tidak rata dan beratnya kurang dari 30 buah per kg.
Walaupun mutu gambir Desa Mbinalun berada pada kualitas 4 A, tetapi gambir ini tetap dapat dijual kepada eksportir di Medan. Eksportir tersebut akan mengolah gambir ini kembali, sehingga hasil akhir dari gambir ini adalah gambir yang telah diolah eksportir dengan kualitas yang lebih baik. Gambir olahan inilah yang akan dijual ke l.uar negeri. Dengan demikian beratri bahwa hasil produksi petani gambir tergolong mutu baik tetapi belum dapat memenuhi standard ekspor.
4.10. Intervensi Pemerintah Daerah
Intervensi di sini diartikan sebagai peranan pemerintah dalam pembangunan pertanian. Maksudnya bukanlah banyak atau sedikitnya campur tangan dan peranan pemerintah tetapi bagaimana dan dalam bidang apa pemerintah dapat membantu, mendorong warga masyarakatnya untuk mencapai efisiensi tertinggi dalam usaha meningkatkan kesejahteraaanya. Inilah persoalan yang dipelajari oleh kebijaksanaan pertanian yaitu bagian daripada kebijaksanaan ekonomi yang menyangkut kepentingan sektor pertanian. Kebijakan pertanian adalah merupakan serangkaian tindakan-tindakan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan oleh pemerintah untuk mecapai tujuan tertentu.
Adapun kebijakan Dinas Pertanian Kabupaten Pakpak Bharat adalah : Perluasan areal tanaman perkebunan komoditi unggulan yakni : nilam, kopi, gambir, karet dan kelapa sawit, jadi masih dalam tahapan perluasan areal perkebunan belum pada tahap intensifikasi. Dari kebijakan diaplikasikan kedalam program dan kegiatan. Adapun program Dinas Pertanian Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebagai berikut :
1. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan, kegiatannya :.
1.1. Peningkatan sarana dan prasarana pembenihan
1.2. Pengadaan bibit unggul tanaman karet dan sosialisasi budidaya tanaman karet
2. Program Peningkatan Penggunaan Teknologi Pertanian/Perkebunan, kegiatannya :
2.1. Memberiksan magang kepada 22 (dua puluh dua ) orang petani gambir Kabupaten Pakpak Bharat berangkat ke petani gambir di Propinsi Sumatera Barat.
2.2. Penyusunan Buku Panduan Produksi , Cara Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan
3. Program Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan
tepat guna, kegiatannya :.
3.1. Pengadaan mesin babat.
3.2. Pengadaan traktor tangan. . 3.3. Pngaddan Unit Pengelohan Hasil (UPH) 25 (dua puluh lima) unit
Adapun Penemuan Peneliti mengenai kebijakan-kebijakan Pemerintah Daerah yang telah dilaksanakan di lokasi penelitian adalah
1. Penyaluran bibit
2. Pengadaan alat Pres
Masalah pengadaan bibit. Oleh warga kurang direspons adapun alasan warga karena bibit bisa mereka usahakan sendiri., sebenarnya yang dibutuhkan oleh warga adalah perbaikan harga serta peralatan-peralatan proses dan rumah/pemondokan untuk proses pengolahan daun gambir
Untuk mencapai tujuan-tujuan ini maka Pemerintah Daerah Kabupaten Pakpak Bharat sebaiknya merespons keinginan dan keperluan dari para petani gambir yang ada di daerahnya.
4.11. Kebijakan Memajukan Industri Pengolahan
Pada daerah penelitian yang ditemukan oleh penedliti ada suatu hal yang sangat penting dan mendesak untuk dilaksanakan oleh pemerintah untuk memajukan usaha pertanian gambir dan untuk meningkatkan kesejahteraan petani yakni menghadirkan Industri/pabrik pengolahan daun gambir sedhingga dengan demikian para petani tidak perlu lagi merebus sendiri daun gambir yang dipetiknya dari ladang, karena pekerjaan tersebut tidak efisien, jadi para petani cukup hanya memetik daun gambir dan menjualnya kepada pabrik pengolahan hal in bisa memberikan penghasilan yang lebih bagi petani serta mendapatkan uang setiap harinya tanpa Pada daerah penelitian yang ditemukan oleh penedliti ada suatu hal yang sangat penting dan mendesak untuk dilaksanakan oleh pemerintah untuk memajukan usaha pertanian gambir dan untuk meningkatkan kesejahteraan petani yakni menghadirkan Industri/pabrik pengolahan daun gambir sedhingga dengan demikian para petani tidak perlu lagi merebus sendiri daun gambir yang dipetiknya dari ladang, karena pekerjaan tersebut tidak efisien, jadi para petani cukup hanya memetik daun gambir dan menjualnya kepada pabrik pengolahan hal in bisa memberikan penghasilan yang lebih bagi petani serta mendapatkan uang setiap harinya tanpa
Agar pengusaha bersedia terjun ke bidang ini maka harus ada sekedar jaminan bahwa mereka itu tidak akan rugi. Di sinilah muncul peranan pemerintah. Pemasaran barang-barang pertanian hanya dimungkinkan bila ada jalan-jalan yang dibangun oleh negara, hubungan-hubungan telekomunikasi yang lancar, penyediaan fasilitas-fasilitas perkreditan dan perangsang-perangsang khusus dalam pnegimporan mesin-mesin untuk industri pengolahan itu. Pendek kata pemerintah memang memegang peranan yang penting sekali dalam mendorong berkembangnya industri pengolahan dan pemasaran.
4.12. Kehidupan Sehari-hari
Kehidupan sehari-hari petani dapat dilihat pada keadaan makanan/menu dan gizi, perumahan, kesehatan serta keadaan lingkungan. Jika keadaanya jelek dan tidak memenuhi syarat maka akan berpengaruh negatif terhadap kinerja.
Pada daerah penelitian yang ditemui oleh peneliti kehidupan sehari-hari penduduknya adalah jelek, karena memenuhi unsure-unsur yang dikemukakan di atas