Cara Pengolahan Produk

g. Cara Pengolahan Produk

Ada dua cara pengolahan gambir yaitu cara pribumi dan cara yang biasa dilakukan oleh masyarakat keturunan Tionghoa. Pengolahan cara pribumi dilakukan oleh petani-petani pribumi, sedangkan pengolahan cara yang biasa dilakukan oleh masyarakat keturunan Tionghoa dilakukan oleh orang-orang keturunan Tionghoa yang ada di Indonesia pada waktu dulu. Namun demikian pengolahan yang berkembang saat ini adalah pengolahan cara pribumi.

Adapun perbedaan antara ke dua cara pengolahan adalah : - Pengolahan cara Tradisional atau Pribumi.

Setelah daun dan ranting.direbus dilakukan pengempaan dengan menggunakan alat kempa. Getah yang diperoleh dari pengempaan selanjutnya Setelah daun dan ranting.direbus dilakukan pengempaan dengan menggunakan alat kempa. Getah yang diperoleh dari pengempaan selanjutnya

- Pengolahan cara yang biasa dilakukan oleh masyarakat keturunan Tionghoa

Daun gambir dipisahkan dari rantingnya lalu dicuci terlebih dahuilu sebelum direbus. Lalu daun direbus selama setengah jam, selama perebusan daun diaduk dengan kayu. Ekstrak yang ada dipisahkan dan duan direbus kembali. Ekstrak yang diperoleh tersebut dipanaskan untuk menguapkan airnya, sehingga lebih kental. Ekstak kental tersebut disaring dengan kain halus, kemudian ditaruh ditempat teduh sampai suhunya turun menjadi sekitar

35 ‘ C

Peralatan yang dibutuhkan untuk pengolahan gambir yaitu (Nazir, 2000)

a) Pisau pemotong, yang digunakan untuk memotong ranting serta daun gambir.

b) Keranjang, yang berguna sebagai alat pembawa daun dan ranting yang telah dipetik.

c) Rajut (jala) berguna untuk mengumpulkan daun gambir yang akan direbus..

d) Kancah (kuali besar) sebagai tempat perebusan.

e) Keranjang bambu yang berguna untuk perebusan daun gambir.

f) Ember, untuk membawa air serta cairan hasil pengolahan.

g) Tali, untuk mengikat daun gambir setelah perebusan.

h) Martil dari kayu, untuk penumbukan/pengempaan.

i) Paraku, sebagai tempat penampung dan pengendap cairan hasil olahan.

j) Kain penapis, untuk menapis getah gambir. k) Cetakan

l) Alat kempa

m) Samia, tempat penjemuran gambir.

Berdasarkan hasil penelitian Direktorat Jenderal Kebudayaan, Museum Sumatera Barat Tahun 2000, untuk luas 1 Ha lahan gambir akan menghasilkan 1 ton gambir kering, panen dilakukan 1 kali dalam enam bulan dan lamanya memanen dua bulan, jadi dalam satu tahun dapat dilakukan 2 kali panen.. Untuk pengolahannya dilakukan di lingkungan keluarga tanpa melibatkan orang lain. Hal ini memungkinkan karena para petani tidak terikat pinjaman modal dari pedagang pengumpul.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar, Fakultas Pertanian USU 2004, tentang Pola Budidaya dan Pengusahaan Gambir, Studi Kasus Kabupaten Dairi menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan pendapatan masyarakat dengan mengembangkan sistem pola tanam tumpang sari.

Pada umumnya bentuk keluarga para petani adalah keluarga inti. Keluarga inti merupakan suatu unit sosial terkecil yang beranggotakan ayah, ibu dan anak-anaknya yang belum menikah (Koentjaraningrat, 1981 : 104). Setiap anggota keluarga disadari atau tidak, akan menempatkan dirinya secara pribadi pada suatu posisi atau status tertentu. Adanya kedudukan atau statusnya dalam keluarga membuat setiap anggota memiliki serangkaian hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan diwujudkan dalam Pada umumnya bentuk keluarga para petani adalah keluarga inti. Keluarga inti merupakan suatu unit sosial terkecil yang beranggotakan ayah, ibu dan anak-anaknya yang belum menikah (Koentjaraningrat, 1981 : 104). Setiap anggota keluarga disadari atau tidak, akan menempatkan dirinya secara pribadi pada suatu posisi atau status tertentu. Adanya kedudukan atau statusnya dalam keluarga membuat setiap anggota memiliki serangkaian hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan diwujudkan dalam