Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI GAMBIR DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT TESIS

Oleh

A. MANAN 057024001/SP

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI GAMBIR DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan dalam Program Studi Pembangunan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

A. MANAN 057024001/SP

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

Judul Tesis

Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat

Nama Mahasiswa

A. Manan

Nomor Pokok : 057024001

Program Studi

Studi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

Ketua, Anggota,

(Prof.Dr.M.Arif Nasution,M.A) (Drs. Lister Berutu, M.A)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

Tanggal Lulus: 26 Januari 2008

Telah diuji pada Tanggal

26 Januari 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Prof.Dr. M. Arif Nasution, M.A

Anggota : 1. Drs. Lister Berutu, M.A

2. Drs. Zulkifli Lubis, MSi

3. Drs. Irfan MSi.

4. Agus Suriadi, S.Sos, MSi

PERNYATAAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI GAMBIR DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT TESIS

dengan ini saya mengatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 26 Januari 2008

A. MANAN

Abstrak

Gambir merupakan tanaman yang banyak manfaatnya diantaranya untuk bahan obar- obatan, kosmetika dan bahan industri sehingga kebutuhan akan gambir selalu meningkat tidak mungkin menurun oleh karananya tanaman ini sebenarnya mempunyai prospek yang cukup cerah tinggal bagaimana petani dan pemerintah menyikapi hal tersebut apakah ingin memajukan pertanian gambir atau hanya ingin tetap berlalu sebagimana biasanya saja bahkan mungkin ingin berpaling kepada tanaman lain yang lebih menjanjikan dan mempunyai perhatian yang lebih misalnya saja tanaman sawit. Yang sudah dimulai dan terdapat di daerah penelitian. Pengusahaan akan Gambir bagi petani tentu saja memang menghasilkan uang dan bisa menutupi untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari mereka namun mengingat Indonesia sebagai pemasok ekspor gambir terbesar di dunia memiliki kebanggaan tersendiri serta tentu saja nilai ekonomi yang tinggi dan penyerapan tenaga kerja yang banyak kiranya perlu tetap dipertahankan malah berusaha untuk ditingkatkan karena kebutuhan akan komoditi tersebut tadi tidak mungkin akan berkurang, Industri pasti akan bertambah, penduduk bertambah banyak yang pada akhirnya kebutuhan akan hasil industri yang berbahan baku dari pertanian gambir bertambah.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas penelitian ini difokuskan tentang kehidupan sosial ekonomi para petani gambir di Desa Mbinalun, Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat yang mencakup bagaimana : proses Produksi dan Pemasaran, partisipasi Pemerintah dalam pertanian gambir dan pendapatan serta peningkatan taraf kehidupan sosial ekonomi petani . Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dimana penelitian ini menggambarkan dan menganalisis tentang proses produksi dan pemasaran, partisipasi pemerintah dalam pertanian gambir dan pendapatan serta peningkatan taraf kehidupan sosial ekonomi petani.

Dari penelitian ini diperoleh hasil dan kesimpulan bahwa dari pertanian gambir, petani dapat memperoleh keuntungan walaupun rendah namun petani tetap mengusahakannya, oleh karena nya peningkatan perhatian pemerintah senantiasa diharapkan sehigga petani tidak berpaling ke tanaman lainnya mengingat gambir adalah salah satu komoditas ekspor pertanian unggulan khas Propinsi Sumatera Utara.

ABSTRACT

Betel nut is one of the useful plants. It is consumed as the ingredients of medicines, cosmetics, etc. The demand for the betel nut always inclines increase. This profit prospect has to be attended by farmers and government. They should develop this plant and not turn to the other plants. Which have much higher profit and is being cultivated by most of the farmers, such as palm oil. Really, from the betel nut, the farmers may get much money to th earn their daily life.Indonesia as the greatest explorer should mountain and develop it, because this business as high value of economy and can abserb a lot of workers. Be sure that the demand of betel nut will not decrease, together with the increase of population, economy and industry.

In connection that with that thing, this study focused about the social economics of the betel nut farmers livelihood in a Mbinalun Kecamatan Si Tellu tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat in include how : The Processing of production and marketing, government participation in a gambir agriculture and income as well as to increase a social economic farmers livelihood. This study using a descriptive methode with a qualitative in wich this study to describe and to analize the process of producing and marketing. Government participation in the betel nut agriculture and to increase the siosial economic farmers livelihood.

From this study, we get the conclusion. The farmer could achieved a profit although it just a few but the farmers still carrying a farm. Because of that the government could increase to show their interest as hope as possible in the result that farmers not turning their choice to the other plants. In the view of betel nut is the export commodity, exclusively from propinsi Sumatera Utara.

Key word: The farmers of betel nut and their economic social life

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT , Tuhan Yang Maha Esa, yang maha pengasih lagi maha penyayang atas segala rahmat dan karunianya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister Studi Pembangunan pada Program Magister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penulisan tesis ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, arahan dan masukan dari Dosen Pembimbing, karenanya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.M. Arif Nasution, M.A sebagai pembimbing utama dan Bapak Drs. Lister Berutu, M.A sebagai pembimbing kedua atas kesediaann dan kesabarannya memberikan bimbingan, arahan dan masukan sejak awal hingga selesainya tesis ini.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin. P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Subhilhar, M.A, Ph.D dan Bapak Drs. Agus Suriadi, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Magister Studi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Magister Studi Pembangunan.

4. Bapak Drs. Zulkifli, Lubis, M.A dan Bapak Drs. Irfan, MSi sebagai Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan perbaikan sampai selesainya tesis ini.

5. Ibunda Hj. Aminah Sagala, Ibunda Hj Norhah Nasution (Alm) dan Abanganda Mukmin A. Saraan, SH , Syafaruddin Saraan, SE, M.Si dan Adinda Salman Berutu, SH serta istri tercinta Rosnita Deliana Saragih beserta anak-anakku M. Arief Bukhari Saraan, M. Rasyad Ghazali Saraan dan M. Imanuddin Kandias Saraan yang telah memberikan dorongan, motivasi, semangat dan do’a selama mngikuti pendidikan sampai selesainya tesis ini.

6. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Sekretariat program Magister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Lahuddin Angkat sebagai Kepala Desa dan Informan di Desa Mbinalun Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat..

8.. Para rekan dan sahabat Angkatan VII Magister Studi Pembangunan serta

staf Perpustakaan USU dan rekan-rekan sejawat FISIP USU. Serta rekan- rekan yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis menyadari bahwa peulisan tesis ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya, namun demikiian harapan Akhirnya penulis menyadari bahwa peulisan tesis ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya, namun demikiian harapan

Medan, 26 Januari 2008

(A. Manan)

RIWAYAT HIDUP

A. MANAN

Tempat/Tanggal lahir

: Sidikalang Tahun 1963

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kemiri Raya I No. 14 A Perumnas Simalingkar Medan

: PNS FISIP USU

Pendidikan Formal : 1982-1987 Fakultas Sastra USU 1977-1981 SMA Swasta Garuda Medan 1974-1977 SMP Negeri 8 Medan 1969-1972 SD Negeri Subulussalam NAD

1972-1974 SD Swasta Zending Islam Indonesia

Medan

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1 : Luas dan Produksi Tanaman Gambir Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat …………………………….. 10

Tabel 2 : Jadwal Pelaksanaan Penel.itian ……………….………… 31

Tabel 3 : Keadaan Penduduk Berdasarkan Etnis ………………….. 36

Tabel 4 : Komposisi Penduduk Berdasrkan Agama ……………… 36

Tabel 5 : Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia ………………….. 37

Tabel 6 : Keadaan Penduduk Menurut Pekerjaan ………………… 37

Tabel 7 : Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan …………… 39

Tabel 8 : Penerimaan Rata-Rata Petani/Tahun Berdasarkan Kategori Lahan …………………………………………………… 59

Tabel 9 : Jenis Lembaga Pemasaran, Jumlah dan Daerah Operasional 62

Tabel 10 : Harga Beli Gambir Pada Saluran Pemasaran …………… 63

Tabel 11 : Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Bersih per Petan …………………………………………………. 64

Tabel 12 : Mutu Gambir …………………………………………….. 66

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1 : Bagan Pengolahan Gambir yang dilakukan Petani

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pendapatan Petani dari Produksi Gambir / Bulan ……….. 77 Lampiran 2 :

Total Biaya Produksi Gambir Per Petani//Tahun ……….. 78

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sebagian besar penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian serta hampir 50 % dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya bekerja di sektor ini (Dillon, 2004:25)

Banyak peluang yang bisa ditangkap dari bidang pertanian, inilah potensi besar yang bisa dipakai untuk membangun negeri ini. Persoalannya, sadarkah bangsa ini akan potensi yang dimilikinya ?. Maukah mengakui bahwa dari pertanian akan bisa meraih kemajuan dan kesejahteraan..

Impian untuk membangun perekonomian seperti negara-negara Barat membuat negeri ini benar-benar melupakan pembangunan pertaniannya. Kebijakan di bidang moneter yang ditandai dengan liberalisasi perbankan membuat pembangunan pertanian seperti tidak lagi dipandang. Padahal pengalaman banyak negara menunjukkan bahwa pertanian bukanlah bidang yang tidak terhormat. Dengan ditopang pembangunan pertaniannya, banyak negara bisa maju. dan bisa ikut terlibat menikmati pembangunan.

Bidang pertanian sebagai dasar perekonomian kerakyatan yang pada awalnya sangat diandalkan dalam menopang sendi-sendi pembangunan bangsa,pada akhirnya Bidang pertanian sebagai dasar perekonomian kerakyatan yang pada awalnya sangat diandalkan dalam menopang sendi-sendi pembangunan bangsa,pada akhirnya

Realitas kehidupan sosial ekonomi petani di Indonesia hendaknya perlu dipikirkan sebagai wacana dalam mewujudkan suatu pola pembangunan yang berkeadilan dan bertanggung jawab. Kenyataan objektif yang senantiasa harus diperhatikan ialah:

1. Sekitar 70 % rakyat kita hidup di pedesaan.

2. Hamper 50 % dari total angkatan kerja nasional, rakyat kita menggantungkan nasibnya bekerja di sektor pertanian (Dillon, 2004:25)..

Proses-proses pembangunan hendaknya tidak mengabaikan realitas sosial ekonomi yang telah diuraikan di atas dalam menciptakan pemerataan pembangunan di semua wilayah. Paradigma yang mengandalkan tricle down effect telah terbukti gagal dalam mewujudkan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Hendaknya pembangunan ke depan diletakkan dalam bingkai growth through equality, yakni suatu pertumbuhan yang didahului oleh pemerataan.

Usaha-usaha pemerintah dalam meningkatkan pendapatan petani, seperti menaikkan harga dasar gabah (HDG) disambut pesimistis oleh para petani padi. Hal ini disebabkan oleh masalah klasik, setiap kenaikan HDG diikuti oleh lonjakan harga kebutuhan pokok petani, seperti pupuk dan sarana produksi lainnya. Di sinilah sesungguhnya salah satu akar penyebab terus merosotnya nilai tukar (term of trade) hasil pertanian Indonesia selama ini. Sudah banyak diketahui bahwa merosotnya pendapatan petani padi adalah karena kita menganut pola kebijakan pangan murah untuk mendukung industrialisasi tanpa akar yang kukuh. Desakan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk membebaskan impor beras di Tanah Air yang semakin memperparah keadaan petani padi kita, sebenarnya mempunyai dua tujuan ganda. Pada satu sisi hal ini memungkinkan industrialis menekan upah riil. Di sisi lainnya, kebijakan ini akan membuka pasar bagi ekspor biji-bijian negara maju.

Sektor pertanian mempunyai 4 (empat) fungsi yang sangat fundamental bagi pembangunan suatu bangsa, yaitu :

1. Mencukupi pangan dalam negeri

2. Penyediaan lapangan kerja dan berusaha

3. Penyediaan bahan baku untuk industri, dan

4. Sebagai penghasil devisa bagi negara Di samping hal tersebut pembangunan pertanian mengandung aspek mikro, makro dan global. Aspek mikro pertanian diharapkan sebagai proses mewujudkan kesejahteraan masyarakat tani melalui pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha taninya. Aspek makro, pembangunan pertanian diharapkan dapat menyediakan 4. Sebagai penghasil devisa bagi negara Di samping hal tersebut pembangunan pertanian mengandung aspek mikro, makro dan global. Aspek mikro pertanian diharapkan sebagai proses mewujudkan kesejahteraan masyarakat tani melalui pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha taninya. Aspek makro, pembangunan pertanian diharapkan dapat menyediakan

Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan oleh negara kita karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang pernah terjadi. Keadaan inilah yang menampakkan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang handal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional. Hal ini terbukti bahwa di tengah prahara krisis yang memporakporandakan perekonomian nasional, sektor ini masih memperelihatkan pertumbuhan yang positif, yaitu sebsar 0,26 %. Sementara sektor-sektor lainnya, seperti industri pengolahan, perdagangan dan jasa memperlihatkan pertumbuhan yang negatife masing-masing sebesar -12%,-24%, dan- 5,7%. Angka sementara Sakernas mengungkapkan bahwa diantara Agustus 1997 hingga Agustus 1998 telah tercipta sekitar lima juta kesempatan kerja baru dalam sector pertanian. Hal ini diperkuat lagi dengan penelitian terhadap beberapa komoditas pertanian yang dilaksanakan oleh Asia Foundation pada tahun 1998 terhadap usaha tani produk perkebunan kopi di Lampung dan Lada di Bangka. Hasilnya memperlihatkan bahwa keuntungan usaha tani kedua komoditas ini mengalami kenaikan pada saat krisis dibandingkan sebelum krisis. Keuntungan total Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan oleh negara kita karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang pernah terjadi. Keadaan inilah yang menampakkan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang handal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional. Hal ini terbukti bahwa di tengah prahara krisis yang memporakporandakan perekonomian nasional, sektor ini masih memperelihatkan pertumbuhan yang positif, yaitu sebsar 0,26 %. Sementara sektor-sektor lainnya, seperti industri pengolahan, perdagangan dan jasa memperlihatkan pertumbuhan yang negatife masing-masing sebesar -12%,-24%, dan- 5,7%. Angka sementara Sakernas mengungkapkan bahwa diantara Agustus 1997 hingga Agustus 1998 telah tercipta sekitar lima juta kesempatan kerja baru dalam sector pertanian. Hal ini diperkuat lagi dengan penelitian terhadap beberapa komoditas pertanian yang dilaksanakan oleh Asia Foundation pada tahun 1998 terhadap usaha tani produk perkebunan kopi di Lampung dan Lada di Bangka. Hasilnya memperlihatkan bahwa keuntungan usaha tani kedua komoditas ini mengalami kenaikan pada saat krisis dibandingkan sebelum krisis. Keuntungan total

Kejayaan agribisnis di saat ini tidak hanya terlihat pada tingkat usaha tani. Keunggulan sektor pertanian sebagai peredam gejolak ekonomi dapat dilihat dari sumbangan sektor ini pada neraca perdagangan luar negeri. Di balik menurunnya nilai total ekspor kita, surplus perdagangan luar negeri Indonesia telah meningkat dari 6,22 miliar dollar AS pada tahun 1996 menjadi 10,64 miliar doillar AS pada tahun 1997. Meningkatnya surplus ini bersumber dari beberapa hal. Di satu pihak, defisit neraca perdagangan luar negeri sektor non agroindustri dan non-migas menurun dari 12,38 miliar dollar AS pada tahun 1996 menjadi 9,53 miliar dollar AS pada tahun 1997 (. Dillon: 2004:27). Perkembangan yang baik ini hendaknya dapat kita manfaatkan dengan baik dalam membantu petani dan peningkatan produktivitas pertaniannya. Kita tidak ingin tergelincir untuk yang kedua kalinya sebagai akibat meninggalkan sebagian besar warga bangsa kita pada tingkat produktivitas yang demikian rendah. Untuk itu upaya membangun fondasi ekonomi yang kuat seharusnya dititikberatkan pada pemberdayaan petani dan buruh tani di pedesaan.

Tahapan-tahapan pembangunan pertanian yang selama ini dilakukan belum mengalami kemajuan yang pesat. Untuk itu dibutuhkan terobosan-terobosan baru serta keberanian untuk melakukan reformasi agraria (agrarian reform) dan bukan hanya reformasi lahan (Land reform). Di masa mendatang penghampiran (approach) pembangunan sudah seyogianya mengacu pada kaidah people driven jika kita ingin

mewujudkan suatu pola pembangunan yang berkeadilan dan bertanggungjawab,artinya politik pembangunan nasional benar-benar berpijak pada realitas bangsa saat ini dengan melakukan perubahan seluruh tatanan menuju konsep people driven (menggerakkan orang) dengan cara membuat petani berminat untuk meningkatkan produktivitasnya. Hal ini terkait dengan bagaimana kita mengubah struktur insentif dan dukungan kepada petani. Apabila tahapan-tahapan pembangunan pertanian dilakukan dengan benar maka akan terjadi peningkatan dari hanya sekedar negara agraris menjadi negara yang dapat menyediakan jasa bernilai tinggi, dengan melewati tahapan manufacturing. Itu artinya semakin lama jumlah petani semakin sedikit, tetapi produktivitasnya semakin tinggi. Oleh karenanya, dengan menciptakan kesempatan kerja di luar sektor pertanian dapat menjadi mata pencaharian guna meningkatkan pendapatan petani dan upah buruh yang pada akhirnya akan terjadi peningkatan kesejahteraan petani. Dengan demikian, proses pembangunan benar-benar menjunjung tinggi dimensi keadilan, pemerataan dan kemanusiaan demi meningkatkan kemandirian , harkat, martabat dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara keseluruhan.

Krisis ekonomi yang telah melanda bangsa Indonesia berdampak pada keadaan perekonomian yang semakin sulit. Tingginya laju inflasi serta kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan itu akhirnya mendorong kenaikan tingkat bunga nominal dan mengimbus langsung terhadap kegiatan investasi di sektor pertanian. Investasi di sektor ini tentu kian sulit karena butuh waktu yang lama untuk menghasilkan produk yang bisa dijual, disamping adanya faktor ketidak pastian di

sektor ini yang senantiasa diterpa oleh iklim yang kurang bersahabat. Satu hal yang perlu dicatat, beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada saat kita dilanda krisis moneter, dan pada saat yang sama kita tidak mampu mengatasi dampak kekeringan telah memicu timbulnya dampak negatif terhadap kondisi ketahanan pangan nasional. Dalam pengadaan beras misalnya, untuk tahun 1998/1999 saja, pemerintah harus mengimpor beras sebanyak 2,85 juta ton. Itu belum termasuk kebutuhan kedelai dan bungkil kedelai yang mencapai 1,3 juta ton. Untuk pengadaan beras saja pemerintah harus mengeluarkan dana sebesar 912 juta dollar AS. Dapat dibayangkan seandainya pengadaan pangan impor ini dapat kita penuhi sendiri, setidaknya kita akan dapat menghemat devisa lebih dari 1 miliar dollar AS. Kondisi ini merupakan tantangan bagi kita untuk mencari jalan keluar yang dapat diandalkan guna memulihkan perekonomian kita (Dillon, 2004:29). Beberapa langkah kebijakan yang perlu ditempuh segera adalah sebagai berikut :

1. Kebijakan peningkatan produksi pangan melalui pemberian subsisi input produksi danjaminan harga outputnya.

2. Kebijakan stoknasional antara lain dilakukan dengan mengadakan stok pemerintah yang berasal dari pembelian dalam negeri dan impor.

3. Kebijakan stabilitas harga.

4. Kebijakan pengadaan dan penyaluran

5. Kebijakan impor dan perdagangan melalui sistem tarifikasi yang mempunyai dampak memperbaiki efisiensi produksi dalam negeri tanpa mengorbankan sektor pertanian.

6. Kebijakan yang benar-benar dapat menjamin peningkatan pendapatan manusia petani Indonesia. Jika investasi di bidang agroindustri dilakukan, yang jelas akan membawa

dampak positif ganda dalam perekonomian nasional. Pertama, peningkatan produk subtitusi impor . Pada saat pendapatan riil masyarakat menurun, mereka akan mengalihkan konsumsinya kepada barang-barang subsitusi yang harganya lebih murah dan terjangkau. Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengembangkan produk-produk subtitusi impor.

Pengembangan produk ini jelas akan meningkatkan produktivitas petani, sekaligus juga akan menghemat devisa, mendorong pertumbuhan yang merata, serta membantu pengendalian harga pangan dalam negeri. Kedua melalui peningkatan pangsa ekspor produk pertanian dan agroindustri, kita akan dapat meraih devisa dalam jumlah yang jauh lebih besar lagi. Peluang pasar yang begitu besar, baik di dalam negerfi maupun di luar negeri, hendaknya dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi terutama di pedesaan. Sementara itu, peluang pasar internasional cukup besar untuk komoditas perkebunan, perikanan dan sebagian produk hortikultura.

Produk-produk agroindustri kita sejauh ini punya peluang cukup besar untuk memasuki kawasan Eropa, Amerika Serikat, Jepang. India dan sebagainya, salah satunya adalah produk gambir. Indonesia menjadi pemasok utama kebutuhan gambir dengan memasok sedikitnya 80 % dari total kebutuhan akan gambir dunia, dengan negara tujuan India, Bangladesh, Pakistan, Singapura, Malaysia, Jepang, Jerman dan Produk-produk agroindustri kita sejauh ini punya peluang cukup besar untuk memasuki kawasan Eropa, Amerika Serikat, Jepang. India dan sebagainya, salah satunya adalah produk gambir. Indonesia menjadi pemasok utama kebutuhan gambir dengan memasok sedikitnya 80 % dari total kebutuhan akan gambir dunia, dengan negara tujuan India, Bangladesh, Pakistan, Singapura, Malaysia, Jepang, Jerman dan

Sebagai pemasok utama, Indonesia berharap gambir menjadi komoditas andalan. Gambir juga merupakan komoditas ekspor tradisional spesifik Sumatera Utara. Permintaan terhadap gambir selalu meningkat sehingga dapat diperkirakan bahwa tanaman gambir mempunyai prospek masa depan yang cerah, namun pengusahaannya menemui kendala-kendala, diantaranya terjadi kendala dalam proses pemasaran di dalam negeri sebelum menjadi komoditas ekspor. Belum ada rantai distribusi yang jelas dari petani sampai industri berbahan baku gambir. Sementara itu, hasil panenan hanya ditampung oleh pedagang perantara saja yang nantinya akan memperdagangkan gambir keluar wilayah Kabupaten Pakpak Bharat..

Selanjutnya mengenai kendala produksi penyebab utamanya adalah sempitnya lahan yang dimiliki oleh para petani. Lahan pertanian di Pakpak Bharat jika dirata- ratakan hanya seluas 1hektar dan itupun ditanami dengan berbagai jenis tanaman, kemudian hanya dikerjakan sebagai usaha sampingan.

Di Pulau Sumatera hanya terdapat tiga daerah yang produksi gambirnya besar, yaitu :Kabupaten Lima Puluh Koto, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Dairi.

seluruh perkebunan gambir merupakan perkebunan rakyat, belum ada investor yang mencoba mengelola potensi ini.

Tanaman gambir merupakan bahan baku industri obat-obatan, cat, batik dan penyamakan kulit, obat luka bakar, obat sakit kepala, obat diare, obat disentri, obat kumur-kumur, obat sariawan, obat sakit kulit, bahan pewarna tekstil, selain itu tanaman gambir pada umunya digunakan untuk menyirih.

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan pemekaran dari Kabupaten Dairi, sesuai dengan UU Nomor 9 Tahun 2003 dan diresmikan menjadi Kabupaten pada tanggal

28 Juli 2003 oleh Menteri Dalam Negeri R.I.. Luas keseluruhan Kabupaten Pakpak Bharat adalah 1.221,3 km2, ketinggian 700-1500 M diatas permukaan laut, kondisi geografis berbukit-bukit, tergolong beriklim sedang, suhu rata-rata 28 derjat celcius dengan curah hujan pertahun 337 mm

Tabel : 1

Luas dan Produksi Tanaman Gambir menurut kecamatan di Kabupaten

Pakpak Bharat Tahun 2006..

30 Tahap Penanaman

5 S. Tali Urang Julu

40 Tahap Penanaman

6 P..Getteng Sengkut 50 125

7 Tinada

8 Si Empat Rube

30 Tahap Penanaman

Jumlah/Total

Sumber : Pakpak Bharat Dalam Angka 2006

Daerah Kabupaten Pakpak Bharat tergolong daerah agraris dimana sektor pertanian lebih dominan dari sektor lainnya, oleh karenanya kabupaten Pakpak Bharat menggenjot potensi sektor pertanian terutama gambir dan kemenyan sebagai pilar perekonomiannya. Kabupaten Pakpak Bharat termasuk dalam rencana pemerintah Sumatera Utara untuk pengembangan kawasan agropolitan dataran tinggi bukit barisan bekerja sama dengan delapan kabupaten di sekitar danau toba, diantaranya kabupaten Dairi, Karo, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Samosir dan Simalungun.

Daerah-daerah ini akan dikembangkan potensinya di bidang agropolitan sesuai dengan produk pertanian dan perkebunan masing-masing daerah. Untuk itu harus ditingkatkan sarana dan prasarana seperti infrastruktur jalan untuk distribusi hasil, saluran pengairan dan untuk pengolahan hasil.

Selain menghasilkan gambir dan kemenyan Pakpak Bharat juga punya potensi kopi arabica, karet, kelapa sawit dan kayu manis. Tanaman buah seperti nenas dan jeruk, juga tumbuh subur dan bisa dioptimalkan. Dengan ketinggian 250-1400 meter diatas permukaan laut dan didukung tanah subur rasanya tanaman apapun bisa tumbuh.

Potensi gambir sangat mungkin untuk dikembangkan karena gambir terdapat hampir di seluruh wilayah Pakpak Bharat. Gambir bisa tumbuh di lahan kritis dan tak perlu perawatan khusus meski tak berarti bisa dibiarkan. Gambir hanya memerlukan pupuk kandang atau urea bagi Potensi gambir sangat mungkin untuk dikembangkan karena gambir terdapat hampir di seluruh wilayah Pakpak Bharat. Gambir bisa tumbuh di lahan kritis dan tak perlu perawatan khusus meski tak berarti bisa dibiarkan. Gambir hanya memerlukan pupuk kandang atau urea bagi

Luas lahan gambir di Kabupaten Pakpak Bharat 646,8 hektar dengan produksi 1.470 ton tahun 2005, rata-rata petani punya satu hektar. Dua kali pengolahan dalam satu hari, cukup untuk kehidupan sehari-hari petani gambir.

Gambir dijual dalam bentuk kering dari endapatan daun gambir yang dimasak dan harganya Rp. 17.000 perkilogramnya dijual ke Sidikalang (Kabupaten Dairi) dan Medan. Sayang hasilnya belum maksimal, banyak petani masih menanam,memelihara dan mengolah hasil produksinya secara tradisional.

Petani gambir hanya mendapat setengah dari seharusnya. Kurangnya Petugas Penyuluh Lapangan dan kondisi tofogragis yang terjal membuat pendampingan petani tak intens. Penulis tertarik meneliti masalah pertanian gambir karena gambir ini memiliki banyak kegunaan tentu saja mempunyai prospek yang cerah dimasa yang akan datang, kurangnya perhatian Pemerintah di sektor gambir sehingga penting untuk diteliti disamping itu masih langka yang menelitinya.

1.2. Perumusan Masalah : Penelitian ini difokuskan tentang kondisi kehidupan sosial ekonomi para petani gambir di Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat yang mencakup :

1. Bagaimana proses produksi dan pemasaran

2. Apa saja partisipasi pemerintah dalam pertanian gambir

3. Bagaimana Pendapatan dan peningkatan taraf kehidupan sosial ekonomi petani.

1.3. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan kontribusi dari usaha tani gambir

bagi pendapatan rumah tangga petani, apakah usaha tani gambir tersebut menguntungkan atau malah rugi bila ditinjau dari segi ekonomi., karena adanya faktor-faktor produksi yang luput dari perhitungan mereka, misalnya saja faktor tenaga kerja. Upaya pendiskripsian itu dilakukan dengan berusaha mengumpulkan data dan informasi yang relevan mengenai hal tersebut..

1.4. Manfaat Penelitian : Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi dunia usaha, pemerintah dan para peneliti serta para petani gambir . Bagi dunia usaha diharapkan dapat termotivasi untuk menanamkan modal di bidang pertanian gambir karena prospeknya cukup cerah, bagi pemerintah yaitu untuk memberikan informasi tambahan berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dalam hal ini petani gambir. Sedangkan bagi peneliti, sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan bagi peneliti lainnya memberikan gambaran awal terhadap penelitian yang ingin mengkaji kehidupan sosial ekonomi masyarakat petani di pedesaan, sedangkan bagi petani memberikan motivasi bahwa gambir yang mereka hasilkan sebenarnya banyak manfaatnya , oleh karenanya perlu terus ditingkatkan kualitas dan produksi.nya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pertanian. Sebagian orang mengartikan pertanian sebagai kegiatan manusia dalam membuka lahan dan menanamnya dengan berbagai jenis tanaman yang termasuk tanaman semusim maupun tanaman tahunan dan tanaman pangan maupun tanaman non pangan serta digunakan untuk memelihara ternak maupun ikan. Pengertian tersebut sangat sederhana karena tidak dilengkapi dengan berbagai tujuan dan alasan mengapa lahan dibuka dan diusahakan oleh manusia.

Apabila pertanian dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja maka sebaiknya diperjelas arti pertanian itu sendiri. Pertanian dapat mengandung dua arti : (1) dalam arti sempit atau sehari-hari, diartikan sebagai kegiatan bercocok tanam dan (2) dalam arti luas, diartikan sebagai kegiatan yang menyangkut proses produksi, menghasilkan bahan-bahan kebutuhan manusia yang dapat berasal dari tumbuhan maupun hewan yang disertai dengan usaha untuk memperbaharui, memperbanyak (reproduksi) dan mempertimbangkan faktor ekonomis.

Pertanian tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada suatu lahan tertentu, dalam hubungan tertentu antara manusia dengan lahannya yang disertai berbagai pertimbangan tertentu pula (Suratiyah : 2006: 8).

2.2. Jenis dan Sistem Pertanian. Jenis-jenis pertanian berkaitan dengan tanaman pokok apa yang menjadi sumber kehidupan dari suatu masyarakat desa/petani. Perbedaan jenis tanaman pokok akan juga menciptakan perbedaan dalam corak kehidupan masyarakatnya, misalnya antara petani berpindah dan petani menetap, antara sistem pertanian bersahaja yang akan menciptakan corak komunitas petani yang berbeda dengan sistem pertanian yang modern.

Bagaimana dengan jenis dan sistem pertanian di Indonesia ? sebagai negara yang memiliki ciri kebihinekaan dalam pelbagai aspeknya, Indonesia juga memiliki kebihinekaan dalam jenis dan sistem pertnaiannya. Disamping itu sebagai masyarakat yang sedang dalam proses modernisasi termasuk modernisasi pertanian, maka Indonesia memilki jenis dan sistem pertanian yang masih tradisional maupun yang modern. Dalam pelbagai keberagaman aspek itu keberagaman sekitaran dan kondisi alam di pelbagai daerah di Indonesia merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan jenis dan sistem pertanian tersebut.

Sekitaran dan kondisi alam besar sekali pengaruhnya terhadap jenis dan sistem pertanian di Indonesia adalah berkaitan dengan kenyataan bahwa Indonesia merupakan daerah tropis, terdiri dari kepulauan yang sangat banyak jumlahnya serta tofografinya banyak bergunung-gunung . Sebagai daerah trofis, pertanian di Indonesia adalah merupakan pertanian tropika dengan tanaman-tanaman khas seperti jagung, padi, tembakau, tebu, karet, kelapa dan lainnya. Namun tanaman-tanaman iklim sedang seperti teh, kopi, gambir, sayuran dan lainnya pun juga dapat tumbuh, Sekitaran dan kondisi alam besar sekali pengaruhnya terhadap jenis dan sistem pertanian di Indonesia adalah berkaitan dengan kenyataan bahwa Indonesia merupakan daerah tropis, terdiri dari kepulauan yang sangat banyak jumlahnya serta tofografinya banyak bergunung-gunung . Sebagai daerah trofis, pertanian di Indonesia adalah merupakan pertanian tropika dengan tanaman-tanaman khas seperti jagung, padi, tembakau, tebu, karet, kelapa dan lainnya. Namun tanaman-tanaman iklim sedang seperti teh, kopi, gambir, sayuran dan lainnya pun juga dapat tumbuh,

2.3. Dilema Petani

Kalau kita perhatian dengan cara menganalisis isi dari berbagai tulisan kepustakaan mengenai deskripsi kehidupan petani di pedesaan, pengungkapan yang telah dibuat para ahli sebagai berikut :

Pertama , Petani adalah juga pelaku ekonomi (economic agent) dan kepala rumah tangga. Tanahnya adalah salah satu unit ekonomi dan rumah tangga (Eric R. Wolf, 1983:19)..

Kedua. Ahli ekonomi Rusia A.V. Chainov ( dalam Eric R. Wolf, 1983 : 20 ) berbicara tentang ekonomi petani pedesaan, mengatakan sebagai berikut : Petani adalah merupakan suatu perekonomian keluarga (family economy), seluruh organisasinya .ditentukan oleh ukuran dan komposisi keluarga petani itu dan oleh koordinasi tuntutan-tuntutan konsumsinya dengan jumlah tangan yang bekerja. Itulah sebabnya mengapa pengertian tentang laba dalam perekonomian petani berbeda dari pengertian di dalam perekonomian kapitalis dan mengapa pengertian kapitalistik tentang laba tidak dapat diterapkan pada pengertian petani. Laba kapitalistik merupakan laba bersih yang diperoleh dengan jalan mengurangi penghasilan total dengan semua biaya produksi, cara menghitung laba seperti itu tidak dapat diterapkan pada perekonomian petani, oleh karena di dalam perekonomian petani Kedua. Ahli ekonomi Rusia A.V. Chainov ( dalam Eric R. Wolf, 1983 : 20 ) berbicara tentang ekonomi petani pedesaan, mengatakan sebagai berikut : Petani adalah merupakan suatu perekonomian keluarga (family economy), seluruh organisasinya .ditentukan oleh ukuran dan komposisi keluarga petani itu dan oleh koordinasi tuntutan-tuntutan konsumsinya dengan jumlah tangan yang bekerja. Itulah sebabnya mengapa pengertian tentang laba dalam perekonomian petani berbeda dari pengertian di dalam perekonomian kapitalis dan mengapa pengertian kapitalistik tentang laba tidak dapat diterapkan pada pengertian petani. Laba kapitalistik merupakan laba bersih yang diperoleh dengan jalan mengurangi penghasilan total dengan semua biaya produksi, cara menghitung laba seperti itu tidak dapat diterapkan pada perekonomian petani, oleh karena di dalam perekonomian petani

Di dalam perekonomian petani, seperti di dalam perekonomian kapitalis, penghasilan kotor dan pengeluaran-pengeluaran material dapat dinyatakan dalam rubel, akan tetapi tenaga kerja yang telah dikeluarkan tidak dapat dinyatakan atau diukur dengan banyaknya rubel yang dikeluarkan untuk membayar upah, melainkan hanya dengan jerih payah yang dilakukan oleh keluarga petani itu sendiri. Jerih payah itu tidak dapat dikurangkan dari atau ditambahkan kepada unit-unit uang, jerih payah itu hanya dapat dikonfrontasikan dengan rubel.

Usaha untuk memperbandingkan nilai jerih payah tertentu yang dilakukan oleh keluarga dengan nilai rubel adalah subyektif; hal itu akan tergantung kepada tingkat pemuasan kebutuhan-kebutuhan keluarga itu dan kepada pengorbanan- pengorbanan yang terlibat dalam jerih payah itu sendiri. Oleh karena tujuan utama perekonomian petani adalah untuk memenuhi anggaran konsumsi tahunan keluarga, maka fakta yang yang paling menarik perhatian bukanlah hasil yang diperoleh dari unit kerja (hari kerja), melainkan hasil yang diperolah dari seluruh tahun kerja.

2.4. Gambir. Tanaman gambir termasuk salah satu jenis tanaman yang masuk dalam suku kopi-kopian. Bentuk keseluruhan dari tanaman ini seperti pohon bogenvil, yaitu merambat dan berkayu. Ukuran lingkar batang pohon yang sudah tua bisa mencapai

45 cm. Daunnya oval sampai bulat dengan panjang 8-14 Cm. lebar 4-6,5 cm.

Menurut Satrapradja (1980) tanaman ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan di Sumatera, Kalimantan dan di semenanjung Malaysia. Disamping itu gambir juga ditanam di Jawa, Bali dan Maluku. Terdapat sekitar 34 spesies gambir

Gambir merupakan tanaman yang serba guna karena tidak hanya digunakan sebagai campuran pinang oleh sesorang penyirih tetapi digunakan juga pada industri seperti minuman, kosmetik, obat-obatan., batik dan lain-lain.

Gambir adalah ekstrak daun dari ranting tanaman gambir yang dikeringkan, tanaman ini umumnya tumbuh baik pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut.

Zat yang terkandung di dalam gambir diantaranya Katechine, tannin dan lain- lain. Zat Katechine sangat penting bagi pabrik pabrik obat-obatan. Kandungan zat tannin yang terdapat pada gambir berguna sekali sebagai bahan penyamak kulit, agar kulit tidak cepat busuk dan merubah kulit menjadi kenyal (tidak keras dan kaku). Pada industri batik, gambir digunakan sebagai bahan pembantu untuk pewarna coklat dan kemerah-merahan serta tahan terhadap pengaruh cahaya matahari. Sedangkan di Eropa digunakan sebagai bahan pewarna kain wol dan sutera (Nazir, 2000).

Tanaman gambir mulai bisa di panen pada saat tanaman berumur satu setengah tahun, maka tingkat pengembalian investasi usaha gambir ini tidak begitu lama dibandingkan dengan komoditi tanaman lain seperti cengkeh, kayu manis dan kemiri.

Disamping itu tanaman gambir memiliki sifat toleran terhadap tanah-tanah marginal dan berlereng, sehingga dengan memperhatikan teknologi pengelolaan lahan miring, maka tanaman gambir memiliki aspek konservasi yang baik

Gambir juga dapat bertahan lebih lama bila disimpan dan tidak cepat rusak dibandingkan dengan hasil-hasil tanaman hortikultura lainnya yang tidak bisa disimpan lebih lama. Faktor lainnya yang lebih penting adalah tanaman ini dapat dipanen secara berekelanjutan tergantung dari perawatan yang kita lakukan. Tanaman ini bias berumur puluhan tahun dan tetap bisa menghasilkan getah dengan baik.

Disamping itu perlu dilakukan penelitian-penelitian tentang diversifikaksi pemanfaatan gambir. Hal ini sangat prospektif mengingat sampai saat ini Indonesia, sebagai satu-satunya eksportir gambir dunia, masih mengekspor gambir dalam bentuk mentah. Kalau Indonesia mampu mengolah gambir menjadi bentuk produk-produk lain tentu nilai tambah yang akan dinikmati oleh Indonesia akan meningkat. Sementara negara pengimpor gambir sudah mendapatkan nilai tambah yang sangat besar dengan melakukan proses ulang atau pemanfaatan lainnya

Ditinjau dari aspek lingkungan tidak ada kompetisi penggunaan lahan antara gambir dengan tanaman lainnya. Tanaman gambir yang berbentuk perdu dengan sistem perakaran yang kuat dan daun yang menutup tersebut, akan dapat dipergunakan sebagai tanaman produktif di lahan marginal yang datar maupun lereng. Di samping itu, aspek lain dari kelayakan lingkungan adalah lingkungan sosial budaya. Tanaman gambir merupakan tanaman yang punya nilai sosial yang tinggi, Ditinjau dari aspek lingkungan tidak ada kompetisi penggunaan lahan antara gambir dengan tanaman lainnya. Tanaman gambir yang berbentuk perdu dengan sistem perakaran yang kuat dan daun yang menutup tersebut, akan dapat dipergunakan sebagai tanaman produktif di lahan marginal yang datar maupun lereng. Di samping itu, aspek lain dari kelayakan lingkungan adalah lingkungan sosial budaya. Tanaman gambir merupakan tanaman yang punya nilai sosial yang tinggi,

a. Sejarah Tanaman Gambir

Gambir merupakan komoditas tradisional Indonesia yang telah diusahakan sejak sebelum Perang Dunia II terutama di luar Jawa seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Ekstrak gambir telah menjadi perhatian pedagang Eropah sejak awal abad ke 17 dan dalam perdagangannya gambir dikenal dengan berbagai nama seperti Batak adalah Sontang, Minangkabau adalah Gambie, Jawa adalah Gambir..

b. Budidaya Tanaman Gambir

Gambir dapat dibudidayakan di areal yang curah hujannya tinggi selama setahun . Gambir tidak memerlukan sifat tanah yang khusus, tetapi biasanya dibudidayakan pada tanah-tanah yang kaya akan lapisan humusnya atau tanah yang mengandung lempung (Hambali, dkk 2000). Tanaman gambir memiliki sifat toleran terhadap tanah-tanah marginal dan berlereng, sehingga dengan memperhatikan teknologi pengelolaan lahan miring maka tanaman gambir memiliki aspek konservasi yang baik. Gambir juga dapat bertahan lebih lama bila disimpan dan juga tidak cepat rusak (Nazir, 2000). Menurut Hambali (2000), perbanyakan tanaman gambir dilakukan secara generatif (biji) dan vegetatif (stek, rundukan dan cangkok). Perbanyakan generatif merupakan Gambir dapat dibudidayakan di areal yang curah hujannya tinggi selama setahun . Gambir tidak memerlukan sifat tanah yang khusus, tetapi biasanya dibudidayakan pada tanah-tanah yang kaya akan lapisan humusnya atau tanah yang mengandung lempung (Hambali, dkk 2000). Tanaman gambir memiliki sifat toleran terhadap tanah-tanah marginal dan berlereng, sehingga dengan memperhatikan teknologi pengelolaan lahan miring maka tanaman gambir memiliki aspek konservasi yang baik. Gambir juga dapat bertahan lebih lama bila disimpan dan juga tidak cepat rusak (Nazir, 2000). Menurut Hambali (2000), perbanyakan tanaman gambir dilakukan secara generatif (biji) dan vegetatif (stek, rundukan dan cangkok). Perbanyakan generatif merupakan

1. Pengamatan benih.

2. Penjemuran benih dan pembersihan

3. Pembuatan tempat persemaian

4. Pelapisan dengan tanah liat

5. Pembuatan nauangan

6. Penaburan benih

7. Penyiraman dan pemeliharaan

8. Pengurangan naungan

9. Pemindahan bibit ke polybag

10. Pemindahan bibit ke lapangan Biasanya petani gambir mengambil benih dari pohon gambir yang tumbuh dipinggir jalan atau di kebun sendiri. Benih diambil dari buah yang telah masak dan berwarna kuning. Pada benih gambir, karena ukuran bijinya sangat kecil maka sulit untuk membedakan biji yang normal dan yang cacat. Secara visual sekelompok biji yang normal berwarna coklat, sedangkan kelompok biji yang cacat berwarna hitam. Oleh karena itu untuk mendapatkan benih yang mempunyai daya kecambah yang tinggi, dapat dipilih sekumpulan benih yang berwarna coklat. Biasanya untuk penanaman seluas 1 ha diperlukan benih 1 kotak korek api dengan luas persemaian 7 m2 (Hambali, dkk, 2000).

Penaburan benih dilakukan dengan cara meletakkan benih pada telapak tangan, kemudian dihembuskan ke tempat persemaian. Dapat juga dilakukan dengan membuat adonan benih dan tanah liat, kemudian adonan tersebut dimasukkan ke dalam tempat persemaian (Hambali, dkk, 2000).

Cara penanam gambir agak unik, karena tidak tahan terhadap genangan air maupun kekeringan, gambir banyak ditanam pada tebing-tebing yang agak tegak dan dilapisi tanah liat di bagian atasnya. Penyiraman tanaman dan tebing-tebing diperlukn untuk meyalurkan kelebihan air hujan (Hambali, dkk 2000).

Penanaman gambir biasanya dilakukan pada awal musim hujan , bentuk lubang tanam seperti kerucut dengan lebar dan dalam 10 cm. Bibit yang ditanam dirapatkan ke tepi lubang dengan tujuan agar tanaman muda ini terlindung dari sengatan matahari yang berlebihan. Selaian itu dapat membuat akar tunggang tumbuh lurus ke bawah (Hambali, dkk, 2000).

Panen dilakukan setelah berumur 18 bulan, kadang dapat lebih cepat, tanaman gambir yang mendapat pemeliharaan layak dapat bertahan 15-20 tahun. Jumlah panen daun sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan untuk mengolahnya agar hasil panen tidak terlantar terlalu lama. Hasil panen harus segera diolah, sebab jika terlambat

lebih dari 24 jam, kandungan getahnya akan menurun. Selain itu pemetikan daun sebaiknya tidak lebih dari ¾ jumlah daun seluruhnya (Hambali, dkk, 2000) lebih dari 24 jam, kandungan getahnya akan menurun. Selain itu pemetikan daun sebaiknya tidak lebih dari ¾ jumlah daun seluruhnya (Hambali, dkk, 2000)

Gambir sebagai bahan baku dalam industri farmasi dan makanan. Secara modern gambir dimanfaatkan oleh industri farmasi untuk penyakit hati, gambir juga dikembangkan sebagai permen pelega tenggorokan khusus untuk para perokok karena gambir mampu menetralisir nikotin.Gambir juga dikembangkan sebagai obat sakit perut (diare). Dan sakit gigi.

Gambir sebagai bahan baku industri kulit dan kosmetika. Getah gambir dapat digunakan sebagai bahan atau zat penyamak kulit, agar kualitas kulit yang dihasilkan menjadi lemas/lembut, sehingga dengan penyamakan oleh getah gambir akan menghasilkan kulit dengan mutu yang tinggi.

Dalam industri kosmetika, gambir dapat digunakan untuk astringent yang berfungsi untuk melembutkan kulit dan menambah kelenturan serta daya regang kulit (Nazir, 2000).

Gambir sebagai bahan baku industri tekstil. Dalam industri tekstil, gambir dapat digunakan sebagai zat pewarna yang tahan terhadap cahaya matahari, juga sebagai bahan pembantu untuk mendapatkan warna coklat dan kemerah-merahan pada kain batik. (Sutjipto, 2001)

d. Kondisi Tempat Tumbuh Gambir

Kesesuain tempat tumbuh tanaman gambir belum banyak diketahui, tetapi disebaran tanaman yang ada diperkirakan tanaman gambir dapat tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 200-800 meter di atas permukaan laut dengan berbagai bentuk tofografi terutama tofografi lereng dan berbukit, mempunyai pH antara 4,80 sampai 5,50, suhu 26 “ C sampai 28 “, kelembaban 70 % sampai 80 % dengan curah hujan 140 hari/tahun. Tanaman gambir merupakan tanaman yang tidak tahan pada kondisi tanah yang selalu tergenang, maka petani lebih memilih bertanam di tanah yang berlereng (Nazir, 2000)

e. Tipe Tanaman Gambir. Tanaman gambir yang dikembangkan masyarkat pada umumnya terdiri dari 3 (tiga) tipe, yaitu : tipe udang, tipe cubadak serta tipe Riau. Yang paling diminati dan dikembangkan masyarakat yaitu gambir tipe udang. Gambir tipe udang memiliki e. Tipe Tanaman Gambir. Tanaman gambir yang dikembangkan masyarkat pada umumnya terdiri dari 3 (tiga) tipe, yaitu : tipe udang, tipe cubadak serta tipe Riau. Yang paling diminati dan dikembangkan masyarakat yaitu gambir tipe udang. Gambir tipe udang memiliki

f. Prospek Tanaman Gambir. Peluang pasar internasional cukup besar untuk komoditas perkebunan, perikanan dan sebagian produk hortikultura Produk-produk agroindustri kita sejauh ini punya peluang cukup besar untuk memasuki kawasan Eropa, Amerika Serikat, Jepang. India dan sebagainya

Mengingat prospek pemasaran komoditi gambir cukup cerah yang ditandai dengan relatif stabilnya angka ekspor tahunan dan sejalan dengan berkembangnya jenis-jenis industri yang memerlukan bahan baku atau bahan penolong dari gambir dalam teknologi industri maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk memperbaiki teknik budidaya, pengolahan hasil, perbaikan mutu dan strategi pemasaran gambir. Perbaikan ini sangat penting dilakukan agar komoditi gambir memiliki keunggulan komparatif di dalam perdagangan internasional

Pengembangan tanaman gambir di Indonesia pada prinsipnya sangat prospektif, meningkatnya ekspor gambir tersebut menunjukkan adanya peningkatan pemakaian gambir. Dengan berkembangnya jenis-jenis barang industri yang memerlukan bahan baku ataupun bahan penolong dari gambir, maka kebutuhan akan gambir dalam industri akan semakin meningkat. Pada umur 1,5 tahun gambir sudah dapat dipanen sehingga pengembalian investasi usaha tani gambir tidak begitu lama Pengembangan tanaman gambir di Indonesia pada prinsipnya sangat prospektif, meningkatnya ekspor gambir tersebut menunjukkan adanya peningkatan pemakaian gambir. Dengan berkembangnya jenis-jenis barang industri yang memerlukan bahan baku ataupun bahan penolong dari gambir, maka kebutuhan akan gambir dalam industri akan semakin meningkat. Pada umur 1,5 tahun gambir sudah dapat dipanen sehingga pengembalian investasi usaha tani gambir tidak begitu lama

Faktor lain yang lebih penting adalah bahwa tanaman ini dapat dipanen secara berkelanjutan tergantung dari perawatan yang dilakukan. Tanaman ini bisa berumur puluhan tahun dan tetap bisa menghasilkan getah yang baik. Mengingat prospek pemasaran komoditi gambir cukup cerah, yang ditandai dengan relatif stabilnya angka ekspor tahunan dan sejalan dengan berkembang nya jenis-jenis industri yang memerlukan bahan baku atau bahan penolong dari gambir dalam teknologi industri, maka perlu dilakukan upaya untuk memperbaiki teknik budi daya, pengolahan hasil, perbaikan mutu dan strategi pemasaran gambir.

Tingkat kehidupan ekonomi masyarakat didasari atas kebutuhan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsi suatu barang dan jasa. Sehingga dengan kebutuhan tersebut memaksa masyarakat berusaha untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Faktor-faktor produksi juga menjadi salah satu faktor penting untuk menunjang kehidupan ekonomi masyarakat. Faktor-faktor produksi adakalanya dinyatakan dengan istilah lain yaitu sumber daya. Faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian dibedakan ke dalam 4 (empat) golongan yaitu :

- Tanah dan Sumber Alam. Ini merupakan faktor produksi yang disediakan oleh alam, faktor- faktor ini meliputi tanah, hasil hutan dan lain-lain.

- Tenaga Kerja.