Tinjauan tentang Hak Kekayaan Intelektual
2. Tinjauan tentang Hak Kekayaan Intelektual
a. Perlindungan Hukum Internasional terhadap Hak Kekayaan Intelektual Berkembangnya perdagangan internasional dan adanya gerakan perdagangan bebas mengakibatkan makin terasa kebutuhan terhadap HKI yang sifatnya tidak lagi timbal balik tetapi sudah bersifat antar negara secara global. Pada akhir abad ke-19, perkembangan pengaturan HKI mulai melewati batas-batas negara. Tonggak sejarahnya diawali dengan dibentuknya Paris Convention for The Protection of Industrial Property (Konvensi Paris) yang merupakan suatu perjanjian internasional mengenai perlindungan terhadap hak kekayaan perindustrian yang diadakan pada tanggal 20 Maret 1883 di Paris. Tidak lama kemudian pada tahun 1886, dibentuk pula sebuah konvensi untuk perlindungan di bidang hak cipta yang dikenal dengan International Convention for the Protection of Literary and Artistic Works (Berne Convention) yang ditandatangani di Berne (Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, 1993: 12). Untuk mengelola kedua konvensi itu, maka melalui Konferensi Stockholm pada tahun 1967 telah diterima suatu konvensi khusus pembentukan organisasi dunia untuk hak kekayaan intelektual (Convention Establishing the World Intellectual Property Organization/ WIPO) dan Indonesia menjadi anggotanya bersamaan dengan ratifikasi Konvensi Paris. Sementara itu, General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dibentuk pada tahun 1947. Pada awalnya GATT diciptakan sebagai bagian dari upaya penataan kembali struktur perekonomian dunia a. Perlindungan Hukum Internasional terhadap Hak Kekayaan Intelektual Berkembangnya perdagangan internasional dan adanya gerakan perdagangan bebas mengakibatkan makin terasa kebutuhan terhadap HKI yang sifatnya tidak lagi timbal balik tetapi sudah bersifat antar negara secara global. Pada akhir abad ke-19, perkembangan pengaturan HKI mulai melewati batas-batas negara. Tonggak sejarahnya diawali dengan dibentuknya Paris Convention for The Protection of Industrial Property (Konvensi Paris) yang merupakan suatu perjanjian internasional mengenai perlindungan terhadap hak kekayaan perindustrian yang diadakan pada tanggal 20 Maret 1883 di Paris. Tidak lama kemudian pada tahun 1886, dibentuk pula sebuah konvensi untuk perlindungan di bidang hak cipta yang dikenal dengan International Convention for the Protection of Literary and Artistic Works (Berne Convention) yang ditandatangani di Berne (Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, 1993: 12). Untuk mengelola kedua konvensi itu, maka melalui Konferensi Stockholm pada tahun 1967 telah diterima suatu konvensi khusus pembentukan organisasi dunia untuk hak kekayaan intelektual (Convention Establishing the World Intellectual Property Organization/ WIPO) dan Indonesia menjadi anggotanya bersamaan dengan ratifikasi Konvensi Paris. Sementara itu, General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dibentuk pada tahun 1947. Pada awalnya GATT diciptakan sebagai bagian dari upaya penataan kembali struktur perekonomian dunia
Atas desakan Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya, topik perlindungan HKI di negara-negara berkembang muncul sebagai suatu isu baru dalam sistem perdagangan internasional. HKI sebagai isu baru muncul di bawah Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Right (TRIPs) atau Aspek Perdagangan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Perjanjian tersebut merupakan sesuatu yang komplek, komprehensif, dan ekstensif. TRIPs bertujuan untuk melindungi dan menegakkan hukum HKI guna mendorong timbulnya inovasi, pengalihan serta penyebaran teknologi, diperolehnya manfaat bersama pembuat dan pemakaian pengetahuan teknologi, dengan cara yang menciptakan kesejahteraan sosial ekonomi serta keseimbangan antara hak dan kewajiban. Untuk itu perlu dikurangi gangguan dan hambatan dalam perdagangan internasional dengan mengingat kebutuhan untuk meningkatkan perlindungan yang efektif dan memadai terhadap HKI, serta untuk menjamin agar tindakan dan prosedur untuk menegakkan HKI tidak kemudian menjadi penghalang hal perdagangan yang sah.
Kesepakatan TRIPs merupakan dampak dari kondisi perdagangan dan ekonomi internasional yang dirasa semakin mengglobal sehingga perkembangan teknologi sebagai pendukungnya tidak lagi mengenal Kesepakatan TRIPs merupakan dampak dari kondisi perdagangan dan ekonomi internasional yang dirasa semakin mengglobal sehingga perkembangan teknologi sebagai pendukungnya tidak lagi mengenal
1) Menetapkan standar minimum perlindungan HKI dalam sistem
hukum nasional negara-negara anggota WTO.
2) Menetapkan standar bagi administrasi dan penegakan HKI.
3) Menciptakan suatu mekanisme yang transparan.
4) Menciptakan sistem penyelesaian sengketa yang efektif dan dapat diprediksi untuk menyelesaikan sengketa HKI di antara para anggota WTO.
5) Memungkinkan adanya mekanisme yang memastikan bahwa sistem HKI nasional mendukung tujuan-tujuan kebijakan publik yang telah diterima luas.
6) Menyediakan mekanisme untuk menghadapi penyalahgunaan sistem