Tinjauan tentang Akta Warisan Kebangsaan 2005 Malaysia

6. Tinjauan tentang Akta Warisan Kebangsaan 2005 Malaysia

a. Sejarah Pengaturan Akta Warisan Kebangsaan 2005

Pada bulan Desember 2005 Parlemen Malaysia mengundangkan Akta Warisan Kebangsaan 2005 (National Heritage Act 2005) (Akta 645). Suatu tindakan yang mencakup dimensi yang luas dari pelestarian, konservasi dan pengelolaan warisan negara alam dan budaya. Undang- Undang ini menyediakan untuk pelestarian dan konservasi warisan nasional, warisan alam, warisan budaya berwujud dan tidak berwujud, warisan budaya bawah air, harta karun dan hal-hal terkait. Undang- Undang ini juga menjadikan semua ketentuan Antiquities Act 1976 dan Treasure Trove Act 1957 menjadi tidak berlaku lagi. Jaman dahulu hal- hal yang dulunya di bawah naungan Departemen Museum dan Purbakala kini di bawah perlindungan Departemen Warisan Nasional (Badan Warisan Malaysia).

Departemen Warisan Nasional didirikan pada tanggal 1 Maret 2006 dengan Akta Warisan Kebangsaan 2005 dibawah Kementerian Penerangan, Komunikasi dan Kebudayaan bertanggung jawab atas semua kebijakan warisan; dipimpin oleh Komisaris Warisan yang diangkat berdasarkan Undang-Undang oleh Menteri, Departemen Warisan Nasional adalah penjaga warisan Malaysia kaya dan beragam.

“Inspired by the 1989 Recommendation on the Safeguarding of Traditional Culture and Folklore and the 1972 Convention concerning the Protection of the World Cultural and Natural Heritage, the Proclamation programme is considered an essential link in the series of legal instruments and pro-grammes that culminated in the adoption of the 2003 Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage. From the outset, the Proclamation programme employed a definition of “oral and intangible heritage” that was consistent with the 1989 Recommendation. However, a series of expert meetings and worldwide discussions and the experienceacquired through the Programme led to a revised definitionof ICH, laying the

Programme furthermore played an important role in the elaboration of fresh approaches to safeguarding and a new list of domains, as incorporated in the 2003 Convention (Terinspirasi oleh Rekomendasi 1989 tentang Perlindungan Kebudayaan Tradisional dan Cerita Rakyat dan Konvensi 1972 tentang Perlindungan Warisan Budaya Dunia dan Alam, program Proklamasi dianggap sebagai link penting dalam rangkaian instrumen hukum dan pro-gram yang memuncak dalam adopsi dari Konvensi 2003 untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda. Sejak awal, program Proklamasi menerapkan definisi "warisan oral dan tak berwujud" yang konsisten dengan Rekomendasi 1989. Namun, serangkaian pertemuan dan diskusi ahli di seluruh dunia dan penelitian melalui program menyebabkan direvisinya definisi ICH, meletakkan dasar untuk Konvensi 2003. Program Proklamasi selanjutnya memainkan peran penting dalam pengembangan pendekatan segar untuk menjaga dan daftar baru domain, seperti yang tergabung dalam Konvensi 2003) (Safinaz Mohd Hussein, Mahmud Zuhdi Mohd Nor, dan Nazura Abdul Manap. 2010: 164).

Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage 2003 mengakui daftar non-restriktif berikut domain:

1) tradisi dan ekspresi lisan, termasuk bahasa sebagai avehicle dari

warisan budaya tak benda;

2) seni pertunjukan;

3) praktek-praktek sosial, ritual dan acara pesta;

4) pengetahuan dan praktek tentang alam dan semesta;

5) tradisional keahlian.

Warisan budaya lebih dari monumen dan objek yang telah diawetkan dari waktu ke waktu. Warisan budaya umat manusia juga termasuk ekspresi hidup dan tradisi yang tak terhitung jumlahnya dan kelompok masyarakat di setiap bagian dunia diterima dari nenek moyang mereka dan menyampaikan kepada keturunan mereka. Warisan budaya tak benda menyediakan masyarakat, kelompok dan individu dengan rasa identitas dan kontinuitas, membantu mereka untuk memahami dunia mereka dan memberi arti bagi kehidupan mereka dan cara mereka hidup bersama. Sebuah dorongan utama dari keragaman budaya dan kesaksian Warisan budaya lebih dari monumen dan objek yang telah diawetkan dari waktu ke waktu. Warisan budaya umat manusia juga termasuk ekspresi hidup dan tradisi yang tak terhitung jumlahnya dan kelompok masyarakat di setiap bagian dunia diterima dari nenek moyang mereka dan menyampaikan kepada keturunan mereka. Warisan budaya tak benda menyediakan masyarakat, kelompok dan individu dengan rasa identitas dan kontinuitas, membantu mereka untuk memahami dunia mereka dan memberi arti bagi kehidupan mereka dan cara mereka hidup bersama. Sebuah dorongan utama dari keragaman budaya dan kesaksian

Dokumen International yang terkait dengan Akta Warisan Kebangsaan 2005:

1) Convention concerning the Protection of the World Cultural and Natural Heritage . adopted by UNESCO in 1972 (Malaysia deposited ratification on 12 Juli 1988)

2) Recommendation for the protection of moveable (UNESCO 28

November 1978)

3) Coovention on the protection 01 the underwater cultural heritage

(UNESCO Paris 2 November 2001)

4) Convention for the safeguarding of the intangible cultural heritage.

(UNESCO 17 Oktober 2003).

b. Lingkup Perlindungan Akta Warisan Kebangsaan 2005

Akta Warisan Kebangsaan 2005 adalah suatu Akta untuk mengadakan ketentuan untuk konservasi dan pemeliharaan Warisan Nasional, Warisan Alami, Warisan Kebudayaan Ketara dan Tidak Ketara, warisan budaya di bawah air, harta karun dan untuk hal-hal yang terkait. Penggolongan jenis-jenis warisan:

1) Warisan Ketara (tangible Heritage)

Sesuatu yang tetap dilihat dan dipegang apakah statis atau bisa alih.

a) Warisan Ketara Tak Alih (Inmovable Heritage)

(1) Situs tanah bersejarah (contoh: Lembah Bujang, Kawasan

Pertambangan Bijih Besi Sg.Lembing). (2) Monumen/ Bangunan (contoh: Istana, Kubu, Makam,

Menara).

geologi).

b) Warisan Ketara Alih (movable Heritage) Merupakan artefak-artefak bahan budaya yang bisa dipindahkan seperti Artefak (contoh: batu nisan, tekstil, ukiran kayu, manik, manuskrip).

2) Warisan Tak Ketara (Intangible Heritage)

Warisan tidak nyata adalah ilmu dan keahlian yang ditafsirkan melalui tradisi lisan, nilai-nilai adat dan budaya, bahasa & persuratan. Acara perayaan, ritual dan kepercayaan, seni pertunjukan, seni tampak, seni pengobatan tradisional, olahraga dan permainan tradisional

Seksyen 2 Akta Warisan Kebangsaan 2005 menjelaskan tentang pengertian objek warisan. "objek" termasuk benda purba dapat beralih, warisan kebudayaan ketara, warisan kebudayaan tidak ketara dan objek bersejarah tetapi tidak termasuk harta karun”. Seksyen 2 juga menjelaskan pengertian yang lain terkait objek warisan, diantaranya:

a) Warisan Kebangsaan" ertinya mana-mana tapak warisan, objek warisan, warisan kebudayaan di bawah air atau mana-mana orang hidup yang diisytiharkan sebagai Warisan Kebangsaan di bawah seksyen 67 ("Warisan Kebangsaan" berarti setiap situs warisan, warisan objek,warisan budaya bawah air atau orang yang hidup dinyatakan sebagai Warisan Nasional menurut pasal 67).

b) "Warisan Kebudayaan" termasuklah bentuk ketara atau tidak ketara harta, struktur atau artifak kebudayaan dan boleh termasuk perkara, objek, butiran, artifak, struktur pembentukan, persembahan, tarian, nyanyian, muzik warisan yang penting kepada cara hidup rakyat Malaysia, dari segi sejarah atau semasa, di atas atau di dalam tanah atau warisan kebudayaan di bawah air bagi bentuk ketara tetapi tidak termasuk warisan semula jadi; ("Warisan budaya" termasuk bentuk berwujud atau tidak berwujud dari budaya properti, struktur atau artefak dan mungkin termasuk masalah warisan, objek item, artefak, struktur formasi, kinerja, tari, lagu, musik yang adalah berkaitan dengan cara historis atau kontemporer kehidupan orang Malaysia, pada atau di tanah atau warisan budaya bawah air dari bentuk nyata tetapi tidak termasuk warisan alam).

c) "warisan kebudayaan di bawah air" ertinya segala kesan kewujudan manusia yang mempunyai sifat kebudayaan, sejarah atau arkeologi c) "warisan kebudayaan di bawah air" ertinya segala kesan kewujudan manusia yang mempunyai sifat kebudayaan, sejarah atau arkeologi

d) "warisan kebudayaan ketara" termasuklah kawasan, monumen dan

bangunan;

e) "Warisan alam" termasuk fitur alami dari setiap daerah di Malaysia yang dapat terdiri dari formasi fisik atau biologis duniawi atau kelompok formasi seperti itu, fitur geologi atau fisiografi, pegunungan, sungai, sungai, formasi batuan, pantai atau situs alam yang luar biasa nilai dari sudut pandang alam, konservasi ilmu pengetahuan, sejarah atau keindahan alam termasuk flora dan fauna dari Malaysia.

f) “Warisan Kebudayaan tidak Ketara" termasuklah mana-mana bentuk ungkapan, bahasa, sebutan lidah, pepatah, lagu yang dihasilkan melalui muzik, not, lirik boleh didengar, nyanyian, lagu rakyat, tradisi lisan, puisi, muzik, tarian sebagaimana yang dihasilkan melalui seni pentas, persembahan teater, penggubahan bunyi dan muzik, seni mempertahankan diri, yang telah wujud atau wujud berhubung dengan warisan Malaysia atau mana-mana bahagian Malaysia atau berhubung dengan warisan masyarakat Malaysia ("Warisan budaya tak benda" meliputi segala bentuk ekspresi, bahasa, ucapan-ucapan bahasa, ucapan, lagu musik diproduksi, catatan, terdengar lirik, lagu, folksongs, tradisi lisan, puisi, musik, tarian sebagai yang dihasilkan oleh seni pertunjukan, drama teater, komposisi terdengar suara dan musik, seni bela diri, yang mungkin ada atau ada dalam kaitannya dengan warisan Malaysia atau setiap bagian dari Malaysia atau sehubungan pada warisan dari masyarakat Malaysia).

a. Definisi Pengetahuan Tradisional Pengetahuan tradisional menjadi masalah hukum baru yang disebabkan karena belum adanya instrumen hukum domestik yang mampu memberikan perlindungan hukum secara optimal terhadap pengetahuan tradisional yang saat ini banyak dimanfaatkan oleh pihak- pihak yang tidak bertanggung jawab. Di samping itu, di tingkat internasional pengetahuan tradisional ini belum menjadi suatu kesepakatan

perlindungan hukum, pengaturan Hak kekayaan Intelektual yang terdapat dalam Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) saat ini juga masih belum bisa optimal mengakomodasi kekayaaan masyarakat tradisional atau masyarakat asli. Pemberian Perlindungan bagi pengetehauan tradisional menjadi penting ketika dihadapkan pada karakteristik dan keunikan yang dimilikinya.

Isu terminologi dan konseptual (isu pertama) muncul karena adanya kebutuhan untuk mengidentifikasi syarat-syarat yang akan memudahkan pembahasan mengenai lingkup pokok masalah yang akan diberikan perlindungan. Dalam hal isu Terminologi, penggunaan serangkaian istilah yang lazim diterapkan pada pokok masalah traditional knowledge bergantung pada sub-bidang, area kebijakan dan instrumen internasional yaitu:

“Traditonal knowledge, indigenous communities, peoples and nations; traditional medicine knowledge innovations and practices of indigenous and local communities embodying traditional lifestyles relevant for the conservation and sustainable use of biological diversity; local local and traditional knowledge; and traditional and local technology; knowledge; know how and practices; traditional knowledge; innovations and creativity. Juga istilah folklor; expressions of folklore; verbal expressions of folklore, musical verbal expressions of folklore; expressions by action, tangible expressons of folklore; artisanal product” (Cita Citrawinda, 2003: 134).

knowledge terhadap berbagai bidang kebijakan dan luasnya lingkup traditional knowledge pengetahuan tradisional, termasuk semua karya dalam bidang industri, sastra, artistik dan ilmiah. Istilah traditional knowledge sebenarnya dapat diterjemahkan sebagai pengetahuan tradisional. Menurut George Hobson, peraih the Northern Science Award, traditional knowledge merupakan bagian dari ilmu pengetahuan (science).

Istilah pengetahuan

tradisional

digunakan untuk menerjemahkan istilah traditional knowledge, yang dalam perspektif WIPO digambarkan mengandung pengertian yang lebih luas mencakup indigenous knowledge dan folklore. Berikut ungkapannya: “Indegenous knowledge would be therefore part of the traditional knowledge category, but traditional knowledge is not necessarrily indigenous. That is to say, indigenous knowledge is traditional knowledge, but not all traditional knowledge is indigenous” .

Istilah “tradisional” seringkali dilawankan dengan istilah “modern”. Gordon Christie dalam Osgoode Halla Law Journal, tidak menyetujui mempertentangkan istilah tradisional dengan modern karena, lebih dipengaruhi oleh pandangan Eurocentrism (Agus Sarjono, 2006: 1).

Traditional knowledge adalah istilah umum yang mencakup ekspresi kreatif, informasi, know how yang secara khusus mempunyai ciri-ciri sendiri dan dapat mengidentifikasi unit sosial. Traditional knowledge mulai berkembang dari tahun ke tahun seiring dengan pembaruan hukum dan kebijakan, seperti kebijakan pengembangan pertanian, keanekaragaman hayati (biological diversity), dan kekayaan intelektual (intellectual property) (Budi Agus Riswandi dan M. Syamsuddin, 2005: 27).

Dalam perdebatan internasional tentang pengertian traditional knowledge , beberapa terminologi/ istilah yang sering dinyatakan termasuk: traditional knowledge, innovations and practices (dalam konteks perlindungan dan pemanfaatan sumber daya biologis); heritage

medicinal knowledge (dalam konteks kesehatan); expressions of folklore (dalam konteks perlindungan kekayaan intelektual); folklore atau traditional and popular culture (dalam konteks pelestarian budaya tradisional); intangible culture heritage; indigenous intellectual property dan indigenous cultural and intellectual property; traditional ecological knowledge dan “traditional and local technology, knowledge, know-how and practices ” (Ign. Subagjo, 2005: 1). Satu hal yang membedakan antara pengetahuan tradisional dengan hasil karya intelektual lain adalah bahwa satu pengetahuan tradisional merupakan satu bentuk karya intelektual yang tumbuh dan berkembang dari dan dalam masyarakat komunal. Selanjutnya, menurut WIPO pengetahuan tradisional adalah: “The categories of traditional knowledge include expressions of folklore in the form of music, dance, song, handcraft, design, stories and artwork...”

Ilmu pengetahuan “barat” selama ini didefinisikan sebagai ilmu yang menggunakan pendekatan yang sistematis dan metodologis dalam menjawab suatu permasalahan, serta mengandung prinsip dapat diulang (repeatability) dan dapat diprediksi (predictability). Berdasarkan pengertian tersebut, traditional knowledge sebenarnya juga adalah ilmu pengetahuan, meskipun banyak pihak (ilmuwan barat) yang menolaknya dengan alasan traditional knowledge tidak bersistem dan bermetode. Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai traditional knowledge mana kala pengetahuan tersebut (M Zulfa Aulia, 2006: 20):

1) Diajarkan dan dilaksanakan dari generasi ke generasi;

2) Merupakan pengetahuan tentang lingkungannya dan hubungannya

dengan segala sesuatu;

3) Bersifat holistik, sehingga tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat

yang membangunnya;

4) Merupakan jalan hidup (way of life), yang digunakan secara bersama sama oleh komunitas masyarakat, dan karenanya disana terdapat nilai-nilai masyarakat).

menjadi perdebatan, bahkan dalam lingkup internasional, dan sangat bergantung pada karakteristik dan keadaan-keadaan khusus di suatu negara. Salah satu definisi yang banyak diacu orang adalah yang ditetapkan World Intellectual Property Organization (WIPO), yaitu:

“Traditional based literary, artistic or scientific works, performances, inventions, scientific discoveries, designs, marks, names and symbols, undisclosed information and all other tradition-based innovations and creations resulting form intellectual activity in the industrial, scientific, literary or artistic fields”. Berbasis tradisi yaitu berkenaan dengan sistem-sistem

pengetahuan, ciptaan-ciptaan, inovasi-inovasi dan ekspresi kebudayaan yang biasanya telah diteruskan dari generasi ke generasi dan biasanya dipandang berkenaan dengan suatu masyarakat khusus atau wilayahnya yang biasanya telah dikembangkan dengan cara non sistematis dan secara terus-menerus berkembang sebagai reaksi terhadap perubahan lingkungan.

Dari pengertian dan penjelasan traditional knowledge yang diberikan oleh WIPO tersebut maka dapat diketahui yang dimaksud dengan traditional knowledge adalah pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat lokal atau daerah yang sifatnya turun temurun.

Pengertian traditional knowledge dapat dilihat secara lengkap lagi dalam Article 8 J Traditional Knowledge, Innovations, and Practices Introduction , yang menyatakan:

“Traditional knowledge refers to the knowledge, innovations and practices of indigenous and local communities around the world. Developed from experience gained over the centuries and adapted to the local culture and environment, traditional knowledge is transmitted orally from generation to generation. It tends to be collectively owned and takes the from of stories, songs, folklore, proverbs, cultural values, beliefs, ritual, community laws, local language and animal breeds. Traditional knowledge is mainly of a practicalnature, particularly in such fields as agriculture, fisheries, health, holticulture and forestry”.

and Cultural Organization mendefinisikan traditional knowledge: “The indigenous people of the world posess an immense

knowledge of their environments, based on centuries of living close to nature. Living in and from the richness and variety of compelx ecosystems, they have an understanding of the properties of plants and animals, the functioning of ecosytems and the techniques for using and managing them that is particular and often detailed. In rural comunities in devloping countries, locally occurring species are relied on for many-sometimes all-foods, medicines, fuel, building materials and other products. Equally, people is knowledge and perceptions of the environment, and their relatonships with it, are often important elements of cultural identity”.

Sementara itu, masyarakat asli sendiri memiliki pemahaman sendiri yang dimaksud traditional knowledge. Menurut mereka traditional knowledge adalah (Budi Agus Riswandi dan M. Syamsuddin, 2005: 29):

1) Traditional knowledge merupakan hasil pemikiran praktis yang didasarkan atas pengajaran dan pengalaman dari generasi ke generasi.

2) Traditional knowledge merupakan pengetahuan di daerah

perkampungan.

3) Traditional knowledge tidak dapat dipisahkan dari masyarakat pemegangnya, meliputi kesehatan, spiritual, budaya dan bahasa dari masyarakat pemegang. Hal ini merupakan way of life. Traditional knowledge memberikan kredibilitas pada masyarakat pemegangnya.

Menurut Arif Syamsuddin, Pengetahuan Tradisional mencakup mengenai: Pengetahuan Tradisonal dalam bentuk folklor mencakup musik tradisional, narasi dan literatur tradisional, seni tradisional, kerajinan tradisional, simbol/ nama/ istilah tradisional, pertunjukkan tradisional, seni arsitektur tradisional, danlain-lain. Contoh ekspresi budaya tradisional dikelompokkan menjadi ekspresi verbal: berpantun, berpuisi, kata/ tanda/ simbol; ekspresi musik: instrumen musik, pelantunan lagu; ekspresi gerakan: tari-tarian, bentuk permainan, upacara ritual, sesaji; ekspresi bentuk nyata: produksi seni tradisional (menggambar, memahat patung, kerajinan kayu, kerajinan logam, Menurut Arif Syamsuddin, Pengetahuan Tradisional mencakup mengenai: Pengetahuan Tradisonal dalam bentuk folklor mencakup musik tradisional, narasi dan literatur tradisional, seni tradisional, kerajinan tradisional, simbol/ nama/ istilah tradisional, pertunjukkan tradisional, seni arsitektur tradisional, danlain-lain. Contoh ekspresi budaya tradisional dikelompokkan menjadi ekspresi verbal: berpantun, berpuisi, kata/ tanda/ simbol; ekspresi musik: instrumen musik, pelantunan lagu; ekspresi gerakan: tari-tarian, bentuk permainan, upacara ritual, sesaji; ekspresi bentuk nyata: produksi seni tradisional (menggambar, memahat patung, kerajinan kayu, kerajinan logam,

b. Ruang Lingkup Pengetahuan Tradisional Dari pemahaman pengertiannya, traditional knowledge mempunyai ruang lingkup sangat luas, dapat meliputi bidang seni, tumbuhan, arsitektur dan lain sebagainya. Menurut Cita Citrawinda (2005: 21) kategori traditional knowledge mencakup:

“Pengetahuan pertanian, pengetahuan di bidang ilmu pengetahuan, pegetahuan teknis, pengetahuan ekologis, pengetahuan yang berhubungan dengan obat, termasuk obat- obatan yang berhubungan dengan obat penyembuhannya, pengetahuan yang berhubungan dengan keanekaragaman hayati, pernyataan/ ekspresi folklor berupa musik, tari, lagu, kerajinan, desain, dongeng dan seni pentas, unsur bahasa seperti: nama, indikasi geografi dan simbol-simbol, dan kekayaan-budaya yang dapat dipindah-pindahkan”.

Traditional knowledge yang berupa budaya mengacu kepada sistem pengetahuan; ciptaan-ciptaan; inovasi-inovasi; dan ekspresi budaya yang secara umum telah disampaikan dari generasi ke generasi dan secara umum dianggap berhubungan dengan orang-orang tertentu atau wilayahnya dan terus berkembang sebagai akibat dari perubahan lingkungan. Kelompok traditional knowledge dapat mencakup: pengetahuan pertanian; ilmu pengetahuan; pengetahuan ekologi (lingkungan); pengetahuan pengobatan, termasuk obat-obatan yang berkaitan dan pengobatan; ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati, ekspresi budaya tradisional (ekspresi folklore) dalam bentuk musik, tarian, nyanyian/ lagu, kerajinan tangan, desain, cerita dan karya seni; elemen-elemen bahasa seperti nama, indikasi geografis dan simbol; dan barang-barang yang bernilai budaya.

Pengertian berdasarkan Convention on Biological Diversity, traditional knowledge merupakan pengetahuan, penemuan, dan praktek masyarakat asli dan lokal terwujud baik dalam gaya hidup tradisional maupun teknologi yang asli dan lokal. Intinya traditional knowledge Pengertian berdasarkan Convention on Biological Diversity, traditional knowledge merupakan pengetahuan, penemuan, dan praktek masyarakat asli dan lokal terwujud baik dalam gaya hidup tradisional maupun teknologi yang asli dan lokal. Intinya traditional knowledge

Berikut ini penjelasan ruang lingkup traditional knowledge dilihat dari subyek dan obyeknya (Prasetyo Hadi Purwandoko dan Ayub Tory Satriyo Kusumo, 2010: 11):

1) Subyek Traditional Knowledge

Berdasarkan hukum positif Indonesia dikenal dua subyek hukum yaitu Manusia (natuurlijke person ) dan Badan Hukum (rechtpersoon). Secara umum, terdapat beberapa pihak yang dimungkinkan menjadi subyek pemegang hak milik atas traditional knowledge , yaitu:

a) Masyarakat Adat Masyarakat adat merupakan pemilik utama atas traditional

knowledge,

b) Pemerintah (Pusat dan Daerah)

Pemerintah (Pusat dan daerah) bukan pemilik hak traditional knowledge , tetapi mempunya kewajiban untuk mengelola dan melindunginya,

c) Pihak Ketiga Perlindungan traditional knowledge dengan sistem positif menghendaki keterbukaan dalam pemanfaatannya, dengan syarat pemanfaatan oleh pihak ketiga, tetapi tetap memperhatikan kepentingan pemilik hak.

2) Obyek Traditional Knowledge

Dalam hal objek, pengertian yang banyak dipakai berasal dari WIPO yakni terdiri dari: agriculture knowledge, environtment knowledge dan medical knowledge, tetapi belum sempurna karena tidak merncakup hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang manufaktur tradisional. Mengingat banyaknya know-how masyarakat adat di bidang industri. Misalnya, perbuatan makanan tradisional, Dalam hal objek, pengertian yang banyak dipakai berasal dari WIPO yakni terdiri dari: agriculture knowledge, environtment knowledge dan medical knowledge, tetapi belum sempurna karena tidak merncakup hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang manufaktur tradisional. Mengingat banyaknya know-how masyarakat adat di bidang industri. Misalnya, perbuatan makanan tradisional,

a) Pengetahuan Agrikultural (Biodiversity);

b) Pengetahuan Pengelolaan Lingkungan (Environtment);

c) Pengetahuan Obat-obatan;

d) Pengetahuan Manufaktur;

e) Pengetahuan Ekspresi Budaya Tradisional (Ekspresi Folklore). Tidak termasuk dalam deskripsi traditional knowledge adalah hal-hal yang bukan merupakan hasil dari kegiatan intelektual dalam bidang industri, ilmu pengetahuan, bidang sastra dan seni seperti jasad renik, bahasa secara umum, dan elemen-elemen warisan yang serupa dalam arti luas (Cita Citrawinda, 2005: 21).