Hakikat Nilai Pendidikan

4. Hakikat Nilai Pendidikan

a. Pengertian Nilai Pendidikan Realitas dalam karya sastra yang baik sebagai hasil imajinasi dan

kreativitas pengarang terkadang dapat memberikan pengalaman total pada pembaca. Dengan kreativitas dan kepekaan rasa, seorang pengarang bukan saja mampu menyajikan keindahan rangkaian cerita, melainkan juga mampu memberikan pandangan yang berhubungan dengan renungan tentang agama, filsafat, serta beraneka ragam pengalaman tentang problema hidup dan kehidupan. Bermacam-macam wawasan itu disampaikan pengarang lewat rangkaian kejadian, tingkah laku dan perwatakan para tokoh, ataupun komentar yang diberikan pengarangnya.

Dengan adanya bermacam-macam wawasan yang terkandung dalam karya sastra, pada dasarnya suatu karya sastra yang bermutu dan berbobot akan selalu mengandung bermacam-macam nilai didik tentang kehidupan yang bermanfaat bagi pembaca.

Berkaitan dengan nilai pendidikan dalam karya sastra, Edy (1983: 121) mengatakan bahwa sastra harus bersifat mendidik. Tetapi dalam perannya sebagai alat mendidik masyarakat tidaklah harus menggurui atau menunjukkan apa yang hendak dituju oleh seorang atau masyarakat seperti halnya yang terdapat dalam sastra propaganda atau sastra slogan Lekra. Ia dapat berupa sesuatu yang menjadi alat untuk membangkitkan rasa semangat, memulihkan kepercayaan diri sendiri dan melepaskan ketegangan-ketegangan batin. Di sinilah letak edukatif karya sastra.

Nilai-nilai pendidikan sangat erak kaitannya dengan karya sastra. Setiap karya sastra yang baik (termasuk novel) selalu mengungkapkan nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi pembacanya. Nilai pendidikan yang dimaksud dapat mencakup nilai pendidikan moral, agama, sosial, maupun estetis (keindahan). Hal yang sesuai dengan pernyataan Waluyo (1990: 27) bahwa nilai sastra berarti kebaikan yang ada dalam makna karya sastra bagi kehidupan. Nilai sastra dapat Nilai-nilai pendidikan sangat erak kaitannya dengan karya sastra. Setiap karya sastra yang baik (termasuk novel) selalu mengungkapkan nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi pembacanya. Nilai pendidikan yang dimaksud dapat mencakup nilai pendidikan moral, agama, sosial, maupun estetis (keindahan). Hal yang sesuai dengan pernyataan Waluyo (1990: 27) bahwa nilai sastra berarti kebaikan yang ada dalam makna karya sastra bagi kehidupan. Nilai sastra dapat

Nilai dalam sastra menurut Waluyo (1992:28) adalah “kebaikan yang ada dalam makna karya sastra bagi kehidupan seseorang”. Hal ini berarti bahwa dengan adanya berbagai wawasan yang terkandung dalam karya sastra khususnya novel, menunjukkan bahwa pada dasarnya karya sastra akan selalu mengandung bermacam-macam nilai kehidupan yang akan sangat bermanfaat bagi pembaca.

Nilai yang terdapat dalam karya sastra sangat bergantung pada persepsi dan pengertian yang diperoleh pembaca. Pembaca perlu menyadari bahwa tidak semua karya sastra dengan mudah dapat diambil nilai pendidikannya. Niali yang terdapat dalam karya sastra dapat diperoleh pembaca jika karya yang dibacanya itu menyentuh diri dan perasaannya.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan nilai sastra, yaitu sifat-sifat (hal-hal) atau merupakan sesuatu positif yang berguna dalam kehidupan manusia dan pantas untuk dimiliki tiap manusia. Dalam pengertian ini nilai adalah sesuatu yang berhubungan dengan etika (baik dan buruk), logika (benar dan salah), estetika (indah dan jelek).

Berbagai nilai pendidikan dapat ditemukan dalam karya sastra. Nilai didik di dalamnya tidak hanya terbatas soal kabajikan dan moral saja, tetapi ada nilai lain yang lebih khas sastra. Walaupun masih banyak nilai lain, tetapi berbicara tentang nilai didik, orang langsung berasosiasi kepada moral, etika dan kebajikan. Hal ini wajar sebab sesuatu yang baik merupakan inti pendidikan. Sastra memiliki nilai didik kesusilaan, mengandung nilai estetika, dan memperjuangkan hal-hal yang baik dan benar.

Dari beberapa pendapat tentang nilai pendidikan yang terdapat dalam karya sastra di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa nilai pendidikan yang bisa diperoleh dari sebuah cerita (dalam hal ini novel). Nilai pendidikan itu diantaranya adalah yang berhubungan dengan moral, agama, budaya, sosial, dan sebagainya.

b. Macam – macam Nilai Pendidikan

1) Nilai Pendidikan Agama Agama adalah hal yang mutlak dalam kehidupan manusia sehingga dari

pendidikan ini diharapkan dapat terbentuk manusia religius. Mangunwijaya (dalam Nurgiyantoro, 2002:327) menyatakan bahwa agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan hukum-hukum resmi. Religius, di pihak lain melihat aspek yang di lubuk hati, riak gentar nurani, totalitas ke dalam pribadi manusia. Dengan demikian, religius bersifat mengatasi lebih dalam dan lebih luas dari agama yang tampak formal dan resmi.

Pernyataan diatas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1985:145) bahwa makin ia taat menjalankan syariat agama maka makin tinggi pula tingkat religiusitasnya. Di lain pihak, Dojosantoso ( dalam Suwondo, 1994:63) menyatakan bahwa “religius” adalah “ keterkaitan antara manusia dengan Tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan”. Keterkaitan manusia secara sadar terhadap Tuhan merupakan cermin sikap manusia religius.

Nilai pendidikan agama atau keagamaan dalam karya sasta sebagaian menyangkut moral, etika, dan kewajiban. Hal ini menunjukkan adanya sifat edukatif (Nurgiyantoro, 2002: 317). Dasar dari pendidikan agama adalah hakikat mahluk yang beragaman. Tujuan pendidikan keagamaan adalah membentuk manusia yang beragama atau pribadi yang religius. Di samping itu, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 dan Pancasila sebagai falsafah Negara Republik Indonesia, pendidikan merupakan segi utama yang mendasari semua segi pendidikan lainnya. Norma-norma pendidikan kesusilaan maupun pendidikan kemasyarakatan ataupun sosial, sebagian besar bersumber dari agama. Betapa pentingnya pendidikan agama itu bagi setiap warga negara, terbukti dari adanya peraturan pemerintah yang mengharuskan pendidikan agama itu diberikan kepada anak-anak sejak pendidikan di taman kanak-kanak sampai tingkat pendidikan tinggi.

2) Nilai Pendidikan Moral

Sering kita menjumpai karya sastra yang menampilkan cerita-cerita dan kisah-kisah yang penuh nilai didik. Karya sastra demikian itu sungguh potensial untuk digunakan sebagai sarana mengajarkan budi pekerti yang luhur dan teladan- teladan yang terpuji.

Moral merupakan laku perbuatan manusia dipandang dari nilai-nilai baik dan buruk, benar dan salah, dan berdasarkan adat kebiasaan di mana individu berada (Nurgiyantoro, 2002: 319). Pendidikan moral memungkinkan manusia memilih secara bijaksana yang benar dan yang salah atau tidak benar. Pesan-pesan moral memilih secara bijaksana yang benar dan yang salah atau tidak benar. Pesan-pesan moral disampaikan pengarang secara langsung dan bisa pula tidak secara langsung. Makin besar kesadaran manusia tentang baik dan buruk itu maka makin besar moralitasnya. Pendidikan besar sekali pengaruhnya atas perkembangan moralitas. Seseorang yang makin terang pengetahuannya tentang sesuatu yang baik dan yang tidak baik, akan mudah mengadakan pilihan.

Moral diartikan sebagai norma dan konsep kehidupan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Nilai-nilai pendidikan moral tersebut dapat mengubah perbuatan, perilaku, dan sikap serta kewajiban moral dalam masyarakat yang baik seperti budi pekerti, akhlak, dan etika (Widagdo, 2001:30).

Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra juga bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika dan budi pekerti. Nilai-nilai pendidikan moral menujukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku, tata krama yang menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila.

Widagdo (2001: 31-32) mengemukakan bahwa seseorang belum dikatakan bermoral apabila dia melihat atau melakukan kejahatan dan tidak berusaha memberantasnya, hanya dengan alasan amal perbuatan dan kejahatan itu tidak mengenai atau merugikan dirinya. Sebagai pengemban nilai-nilai moral setiap orang harus merasa terpanggil untuk mengadakan reaksi, kapan, dan di mana saja melihat perbuatan yang menginjak nilai-nilai moral.

Nilai moral dalam karya sastra biasanya bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai estetika dan budi pekerti. Nilai pendidikan Nilai moral dalam karya sastra biasanya bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai estetika dan budi pekerti. Nilai pendidikan

3) Nilai Pendidikan Sosial Kata “sosial” berasal dari bahasa Latin Socio yang berarti “menjadikan

teman”, kata socio juga berarti petunjuk umum kearah kehidupan bersama manusia dalam masyarakat ( Suwondo, 1994:128).

Sosial dapat diartikan hal-hal yang berkenan dengan masyarakat atau kepentingan umum. Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial adalah aspek-aspek budaya. Hasan dan Salladin (1996:83) menyatakan nilai sosial adalah aspek-aspek budaya yang diupayakan oleh kelompok untuk memperoleh makna atau penghargaan yang tinggi. Pendapat lain dikemukakan oleh Bertrand (dalam Soelaeman, 1988:9) bahwa nilai sosial adalah suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek, gagasan, atau orang.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial karena ia tidak dapat lepas dalam hubungannya dengan manusia lain. Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan kelompok dalam ikatan kekeluargaan antara individu satu dengan lainnya. Bertolak dari beberapa pengertian nilai sosial di atas dapat disimpulkan bahwa nilai sosial adalah suatu aspek-aspek budaya yang disertai kesadaran emosi terhadap objek untuk memperoleh makna atau penghargaan.

Karya sastra juga mengungkapkan nilai pendidikan sosial. Dengan membaca banyak karya sastra, diharapkan perasaan pembaca lebih peka terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan, lebih dalam pengahayatan sosialitasnya, sehingga lebih mencintau keadilan dan kebenaran.

Tata nilai sosial tertentu akan mengungkapkan sesuatu hal yang dapat direnungkan. Dalam karya sastra dengan ekspresinya, pengungkapan nilai sosial Tata nilai sosial tertentu akan mengungkapkan sesuatu hal yang dapat direnungkan. Dalam karya sastra dengan ekspresinya, pengungkapan nilai sosial

Nilai pendidikan sosial diambil dari sebuah cerita, dalam hal ini adalah novel bisa dari hal-hal yang bersifat positif ataupun negatif. Kedua hal tersebut perlu disampaikan agar kita dapat memperoleh banyak teladan yang bermanfaat. Segi positif harus ditonjolkan sebagai hal yang patut ditiru dan diteladani. Demikian pula segi negatif perlu dikatakan serta ditampilkan pada pembaca. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak tersesat, bias membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.