sebagai murid kepada guru. Beberapa Caleg dari PDIP dan partai lain sempat membujuk saya. Ya saya terima baik-baik.”
113
Dari keterangan kedua pemilih di atas, dapat diketahui bahwa identifikasi kepartaian masih dijumpai dalam Pemilu 2009. Namun hal itu tidak dapat
sepenuhnya diartikan bahwa Partai melakukan mobilisasi pada Pemilu 2009. Identifikasi kepartaian, terbentuk dalam kurun waktu yang panjang, dan dengan latar
belakang yang bermacam-macam. Semisal disebabkan karena kebiasaan memilih partai tertentu, keluarga Partai tertentu, hubungan di luar kepartaian yang
menyebabkan pemilih mengidentifikasikan dirinya pada partai tertentu, dan lain sebagainya. Pemilih juga tetap mengalami pengarahan dari Caleg-Caleg, baik yang
berasal dari partai pilihannya maupun dari partai lain. Secara tidak langsung, pemilih juga mengakui bahwa mobilisasi lebih dilakukan oleh Caleg secara pribadi.
5.4.1.2. Bentuk Pengarahan Yang Dijumpai Pemilih
Caleg maupun Partai memobilisasi pemilih dengan berbagai cara. Memberikan bantuan, memberikan uang, menyampaikan visi misi, menciptakan
hubungan emosional, dan lain sebagainya. Di Negara dengan tata peraturan kampanye yang jelas dan baik, bantuan-bantuan merupakan sesuatu yang dilarang,
dan masuk kategori penyuapan. Namun, di Indonesia belum sebaik dan seketat di Negara maju. Sehingga, praktek-praktek politik uang masih sangat mungkin
dijumpai pada mobilisasi pemilih. Cara-cara apa saja yang muncul pada Pemilu 2009, akan dibahas dibawah ini.
113
Ali, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak, 19 Oktober 2009
Bentuk-bentuk pengarahan yang dijumpai pemilih, terbagi dalam 2 kategori, yakni bantuan-bantuan, dan penciptaan hubungan emosional. Pertama, bentuk
mobilisasi berupa bantuan-bantuan meliputi bantuan pembangunan, bantuan perlengkapan public, pemberian uang kepada pemilih, pemberian barang-barang
kebutuhan, dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk mobilisasi tersebut terungkap dari pernyataan pemilih sebagai berikut.
Yulidatul khoiriyah, pemilih di Dapil 4 Kabupaten Demak, beberapa kali mengikuti Pemilu, menyatakan sebagai berikut:
“Caleg mendatangi pengajian ibu-ibu. Menjanjikan akan memberi perlengkapan pengajian. Betul, beberapa saat kemudian, pengajian ibu-ibu
di sini mendapat bantuan berupa sound system dari Caleg. Caleg meminta ibu-ibu memilih dirinya. Alhamdulillah pengajian ibu-ibu sekarang sudah
memiliki sound system yang cukup buat pengajian.”
114
Ika, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak, pertama kali mengikuti Pemilu pada Pemilu 2009, menyatakan sebagai berikut:
“Kemarin ada PBB datang kemari mas. PBR juga kemari. Ya minta dipilih namanya. Mereka datang kasih stiker gambar mereka. Ada yang kasih uang
juga. Ya saya terima. Stikernya ya gambar mereka.”
115
Amin Mahmudi, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak, beberapa kali mengikuti Pemilu, menyatakan sebagai berikut:
“Lha jalan paving di depan rumah itu dibangun oleh Pak Bandi Caleg dari Partai Golkar. Tujuannya biar warga memilih dirinya. Tidak mungkin tiba-
114
Yulidatul khoiriyah, pemilih di Dapil 4 Kabupaten Demak, 17 Oktober 2009
115
Ika, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak, 10 Oktober 2009
tiba membantu membuat jalan paving kalau tidak ada maunya. Betul gak?hahaha”
116
Masrokan, pemilih di Dapil 3 Kabupaten Demak, beberapa kali mengikuti Pemilu, menyatakan sebagai berikut:
“Kemarin warga sini mendapat sembako dari Caleg. Maaf, saya tidak bisa menyebutkan siapa nama Calegnya. Warga menerima dengan senang hati.
Rejeki masak ditolak. Memilih atau tidak memilih, ya sesukanya warga masing-masing dong.”
117
Kedua, bentuk mobilisasi berupa penciptaan hubungan emosional. Bentuk ini membutuhkan waktu panjang sebelum proses pemilu. Artinya, hubungan emosional
ini tidak dapat dibentuk secara singkat saat musim Pemilu. Namun melalui interaksi- interaksi sosial dalam berbagai bentuk dan dalam tempo tertentu. Bentuk mobilisasi
ini adalah penggunaan jalur persaudaraan, penggunaan jalur religius hubungan yang terbentuk dalam kegiatan keagamaan, hubungan tetangga, hubungan pekerjaan, dan
lain sebagainya. Bentuk-bentuk mobilasi tersebut terungkap dari pernyataan pemilih sebagai berikut.
Arif Faishol, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak, sudah beberapa kali ikut serta dalam Pemilihan Umum, menyatakan sebagai berikut:
“Kali ini, ada beberapa Caleg yang membujuk saya, dengan uang dan lain- lain. Saya tetap pada cara piker yang biasa saya gunakan pada Pemilu-
pemilu sebelumnya. Tetap Caleg yang saya kenal dan saya rasakan manfaatnya. Ngapain memilih orang yang belum jelas kemanfaatannya. Jadi
116
Amin Mahmudi, Pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak, 14 Oktober 2009
117
Masrokan, Pemilih di Dapil 3 Kabupaten Demak, 20 Oktober 2009
saya tetap memilih Caleg tetangga saya. Bagaimanapun juga, tetangga gak akan melupakan tetangganya”
118
Ali, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak, sudah beberapa kali mengikuti pemilu, menyatakan:
“Saya mengikuti Mbah Munif aja Mbah munif adalah tokoh PKB. Sebagai murid, saya takzim ke beliau. Mungkin itu salah satu yang bisa saya berikan
sebagai murid kepada guru. Beberapa Caleg dari PDIP dan partai lain sempat membujuk saya. Ya saya terima baik-baik. Siapapun Caleg yang
mendapat restu Mbah Munif akan saya pilih”
119
Icuk Aditama, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak, sudah beberapa kali mengikuti pemilu, menyatakan:
“Pasti milih kamu bal bal. Lha ada temen jadi Caleg kok gak dipilih. Daripada milih Caleg yang gak jelas, mendingan milih kamu bal. Masak
kalau kamu jadi DPR akan lupa ma teman? Kalau lupa, ketemu dijalan kutarik jenggotmu.”
120
Yusuf, pemilih di Dapil 2 Kabupaten Demak, sudah beberapa kali mengikuti pemilu, menyatakan:
“Kebetulan ada saudara saya yang menjadi Caleg. Tentu saya memilih dia. Emm, sempat ada Caleg yang mendatangi saya. Tapi saya kasih tau kalau
ada saudara saya yang menjadi Caleg. Saya rasa dia paham kata-kata saya, kalau saya gak akan memilih dia.”
121
118
Arif Faishol, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak, 10 Oktober 2009
119
Ali, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak, 19 Oktober 2009
120
Icuk Aditama, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demal, 16 Oktober 2009
121
Yusuf, pemilih di Dapil 2 Kabupaten Demak, 21 Oktober 2009
Bejo, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak, sudah beberapa kali mengikuti pemilu, menyatakan:
“Pak muhlisin, saya pilih Pak Muhlisin. Dia kepala sekolah di tempat saya bekerja. Dia bisa kerja atau tidak kinerja di DPR, yo embuh tidak peduli.
Saya sudah kerja ikut dia. Dia yang menggaji saya selama ini.”
122
Dari pernyataan-pernyataan yang menunjukkan bentuk-bentuk mobilisasi sebagaimana di atas, dapat disimpulkan bahwa pemilih mengalami berbagai macam
bentuk mobilisasi. Setiap pemilih bukan hanya mengalami satu bentuk mobilisasi, namun beberapa bentuk mobilisasi sekaligus. Terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan pemilih mengalami berbagai macam bentuk mobilisasi dalam kurun waktu yang bersamaan. Pertama, kerasnya persaingan antar Caleg memaksa Caleg
untuk melakukan berbagai macam bentuk mobilisasi. Caleg dihadapkan pada perebutan suara pemilih yang kemungkinan sama. Artinya, antar Caleg tidak ada
pembagian area mobilisasi. Sehingga, Caleg berusaha mencari cara dan berganti cara agar cara yang digunakan lawannya gagal.
Kedua, keterbukaan pemilih untuk menjadi sasaran mobilisasi. Pemilih kebanyakan belum memiliki pilihan. Sehingga masih sangat mungkin untuk
diarahkan. Di samping itu, pemilih juga mempersepsikan ajang mobilisasi sebagai kesempatan untuk memperoleh materi. Hal ini bukan hanya berlaku bagi diri pribadi
pemilih. Namun juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sosial, semisal masjid. Ketiga, posisi pemilih yang memang sudah berada pada berbagai “tekanan”
122
Bejo, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak, 14 Oktober 2009
mobilisasi. Dengan banyaknya jumlah Caleg, seorang pemilih dapat mengalami dilema. Artinya, seorang pemilih pada posisi tertentu tertekan oleh ikatan
persaudaraan karena saudaranya menjadi Caleg. Di sisi lain, pemilih tersebut juga memiliki tetangga yang menjadi Caleg. Mengingat adanya Kyai yang masuk pada
ranah politik, bisa jadi pemilih tersebut memliki Guru dari partai lainnya. Peristiwa- peristiwa seperti ini sangat mungkin terjadi pada pemilih.
5.4.2. Efektivitas Pengarahan