5.4. Respon Pemilih 5.4.1. Partai Dan Caleg
Mobilisasi merupakan sebuah aktifitas politik dengan obyek masyarakat pemilih. Pemilih diarahkan dengan berbagai cara untuk memberikan suaranya
kepada pihak yang melakukan mobilisasi. Mobilisasi oleh masyarakat umum biasa dikenal sebagai kegiatan kampanye. Dalam kegiatan tersebut, pemilih diberikan
penjelasan maupun “reward” agar bersedia menjatuhkan pilihannya. Sisi rasionalitas pemilih seringkali terabaikan. Sehingga dalam pembahasan ini, rasionalitas pemilih
tidak dijadikan fokus pembahasan. Kualitas sebuah mobilisasi sering kali berbeda di masyarakat. Masyarakat
dengan budaya tertentu bisa saja sangat terpengaruh dengan model mabilisasi tertentu. Namun, pada masyarakat dengan budaya lain, bisa jadi model tersebut tidak
memberi pengaruh apapun. Selain hal tersebut, ikatan-ikatan sosial, antara pihak yang melakukan mobilisasi dengan pemilih, juga menentukan apakah pemilih akan
terpengaruh atau tidak. Pada tingkat yang lebih kecil, budaya keluarga pemilih juga mempengaruhi pemilih dalam menerima mobilisasi. Berikut ini akan dibahas
mengenai respon pemilih terhadap mobilisasi yang dialaminya..
5.4.1.1. Intensitas Pengarahan
Terkait dengan mobilisasi oleh Partai ataupun mobilisasi oleh Calon Anggota Legislatif, pemilih pada Pemilu 2009 kemarin dihadapkan pada dua kemungkinan
mobilisasi, yakni mobilisasi yang dilakukan oleh lembaga Partai, dan mobilisasi yang dilakukan oleh Caleg dari partai. Kedua mobilisasi tersebut ditandai dengan
tingkat agresifitas Partai dan Caleg, serta tingkat identifikasi kepartaian yang melekat pada diri pemilih.
Terdapat dua indikator yang bisa membedakan apakah sebuah mobilisasi tergolong mobilisasi oleh Partai, ataukah mobilisasi oleh Caleg. Siapa yang
melakukan pengarahan, yakni pihak mana atau atas nama apa melakukan mobilisasi. Kemudian, tujuan mobilisasi, yakni apa tujuan yang hendak dicapai, semisal
mengarahkan memilih Partai ataukah mengarahkan memilih Caleg. Kedua hal tersebut dapat diketahui dari wawancara kepada pemilih, disamping hasil-hasil pada
pembahasan terdahulu. Pada Pemilu 2009, Caleg sebagai pribadi melakukan mobilisasi bagi dirinya.
Partai sebagai lembaga, tidak dijumpai oleh pemilih. Alasan kenapa hal tersebut dikatakan sebagai mobilisasi oleh Caleg adalah sebagai berikut. Pertama, Caleg
mendatangi pemilih secara langsung dan meminta untuk memilih dirinya. Pengarahan yang mereka lakukan juga sudah jelas, yakni agar pemilih memilih
namanya, bukan mengarah pada pilihan terhadap Partai pengusungnya. Meskipun hal tersebut juga mengandung pengarahan pada Partai, namun pengarahan pada Caleg
lebih ditekankan. Sebagaimana diungkapkan oleh Arif Faishol, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak, sudah beberapa kali ikut serta dalam Pemilihan Umum,
menyatakan sebagai berikut: “Pemilu kali ini beda dengan Pemilu sebelumnya. Kenapa? Caleg lebih
semangat kampanye. Caleg berusaha mengajak saya mencoblos namanya. Dari dulu, saya melihat Caleg ketika akan memilih. Saya biasanya memilih
Caleg yang saya kenal dan saya rasakan manfaatnya. Kali ini, ada beberapa
Caleg yang membujuk saya, dengan uang dan lain-lain. Saya tetap pada cara piker yang biasa saya gunakan pada Pemilu-pemilu sebelumnya. Tetap Caleg
yang saya kenal dan saya rasakan manfaatnya. Ngapain memilih orang yang belum jelas kemanfaatannya.”
109
Kedua, atribut kampanye yang disajikan merupakan atribut yang cenderung mengarah pada pemilihan Caleg. Semisal stiker atau pamflet, gambar yang terdapat
pada stiker atau pamflet lebih didominasi foto dan nama Caleg dari pada logo Partai maupun visi misi partai pengusungnya. Hal ini menggambarkan agresifitas Caleg di
atas Partainya dalam memobilisasi pemilih. Sebagaimana diungkapkan oleh Ika, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak, pertama kali mengikuti Pemilu pada Pemilu
2009, menyatakan sebagai berikut: “Kemarin ada PBB datang kemari mas. PBR juga kemari. Ya minta dipilih
namanya. Mereka datang kasih stiker gambar mereka. Ada yang kasih uang juga. Ya saya terima. Stikernya ya gambar mereka.”
110
Ketiga, uang ataupun bantuan yang diberikan oleh Caleg dalam rangka membujuk pemilih, disadari oleh pemilih sebagai uang dari Caleg, bukan dari Partai
pengusungnya. Kesadaran pemilih akan hal itu dapat disebabkan karena Caleg menyatakan secara tegas bahwa uang tersebut dari dirinya, ataupun pemilih
menyadari dengan sendirinya berdasar situasi Pemilu 2009 yang mengharuskan Caleg berjuang keras secara pribadi bersaing dengan Caleg dari partai lain dan Caleg
109
Arif Faishol, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak, 10 Oktober 2009
110
Ika, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak, 10 Oktober 2009
dari partainya sendiri. Sebagaimana diungkapkan oleh Yulidatul khoiriyah, pemilih di Dapil 4 Kabupaten Demak, beberapa kali mengikuti Pemilu, menyatakan sebagai
berikut: “Partai gak penting sekarang. Yang penting siapa yang mendekati dan
memberi hasil, ya itu yang saya pilih. Buktinya memang Caleg yang datang, dan kasih uang. Bukan partai. Uang itu uang dari Caleg bukan dari partai.
Saya tahu itu. Saya gak peduli dari partai apa.”
111
Meskipun begitu, terdapat beberapa pemilih yang merasa partai menjadi alasan utama untuk menjatuhkan pilihannya. Sebagaimana hasil wawancara berikut.
Ahmad habib, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak, sudah beberapa kali mengikuti Pemilu, menyatakan:
“Ya tetep milih PPP. Dari dulu saya milih PPP. Kami keluarga PPP. Abah saya dulu adalah tokoh PPP. Tergantung siapa yang mendekati saya. Tapi
yang jelas Caleg PPP. Kebetulan tidak ada Caleg dari Partai lain yang mendatangi saya. Mungkin karena sudah tahu kalau saya keluarga PPP,
hehe”
112
Ali, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak, sudah beberapa kali mengikuti pemilu, menyatakan:
“Saya mengikuti Mbah Munif aja Mbah munif adalah tokoh PKB. Sebagai murid, saya takzim ke beliau. Mungkin itu salah satu yang bisa saya berikan
111
Yulidatul khoiriyah, pemilih di Dapil 4 Kabupaten Demak, 17 Oktober 2009
112
Ahmad habib, pemilih di Dapil 5 Kabupaten Demak,15 Oktober 2009
sebagai murid kepada guru. Beberapa Caleg dari PDIP dan partai lain sempat membujuk saya. Ya saya terima baik-baik.”
113
Dari keterangan kedua pemilih di atas, dapat diketahui bahwa identifikasi kepartaian masih dijumpai dalam Pemilu 2009. Namun hal itu tidak dapat
sepenuhnya diartikan bahwa Partai melakukan mobilisasi pada Pemilu 2009. Identifikasi kepartaian, terbentuk dalam kurun waktu yang panjang, dan dengan latar
belakang yang bermacam-macam. Semisal disebabkan karena kebiasaan memilih partai tertentu, keluarga Partai tertentu, hubungan di luar kepartaian yang
menyebabkan pemilih mengidentifikasikan dirinya pada partai tertentu, dan lain sebagainya. Pemilih juga tetap mengalami pengarahan dari Caleg-Caleg, baik yang
berasal dari partai pilihannya maupun dari partai lain. Secara tidak langsung, pemilih juga mengakui bahwa mobilisasi lebih dilakukan oleh Caleg secara pribadi.
5.4.1.2. Bentuk Pengarahan Yang Dijumpai Pemilih