1. Mengenai harta bersama, suami istri dapat bertindak atas persetujuan
kedua belah pihak; 2.
Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta
bendanya. Pasal 37 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
mengatakan, bahwa bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing. Yang dimaksud
dengan hukumnya masing-masing, adalah Hukum Agama, Hukum Adat, dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Bagi mereka yang kawin menurut agama Islam dan agama- agama lainnya namun tunduk kepada Hukum Adat, Hukum Adat
mengenal harta bersamaharta gono-gini. Jika terjadi perceraian, maka masing-masing suami atau istri mendapat separuh dari harta bersama.
Bagi mereka yang kawin menurut agama Kristen namun tunduk pada Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang mengenal harta
bersama, maka jika terjadi perceraian harta bersama dibagi menjadi dua, yaitu separuh untuk pihak suami dan separuh untuk pihak istri.
C. Perjanjian Kawin
Perjanjian kawin, adalah perjanjian yang dibuat oleh dua orang calon suami istri sebelum dilangsungkannya perkawinan mereka untuk mengatur
akibat-akibat perkawinan yang menyangkut harta kekayaan.
25
25
Ibid, Hal. 219
Berkenaan dengan perjanjian perkawinan dalam Pasal 29 Undang- undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ditegaskan, bahwa :
a. Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua pihak atas
persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan, setelah sama isinya berlaku juga
terhadap pihak ketiga tersangkut; b.
Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan apabila melanggar batas-batas hukum, agama dan kesusilaan;
c. Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan;
d. Selama perkawinan berlangsung perjanjian tersebut tidak dapat diubah,
kecuali jika dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk merubah dan perubahan tidak merugikan pihak ketiga.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada asasnya perjanjian kawin bersifat tetap sepanjang perkawinan. Namun tidak dipungkiri adanya
penyimpangan-penyimpangan dan dibatasi dengan syarat-syarat, yaitu :
26
a. Atas persetujuan dari kedua belah pihak
b. Tidak merugikan pihak ketiga
Bentuk perjanjian kawin dalam Pasal 29 ayat 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan hanya disebutkan, bahwa satu-satunya
syarat perjanjian kawin adalah bahwa perjanjian tersebut harus tertulis. Atas
26
Ibid, Hal. 225
dasar itu, maka para pihak dapat membuat perjanjian kawin dalam bentuk 2 dua macam, yaitu :
27
a. Akta di bawah tangan
b. Akta otentik
Perjanjian kawin tersebut mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan, yaitu berlaku bagi pihak suami istri tersebut maupun pihak
ketiga Pasal 29 ayat 23 Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
27
Ibid, Hal. 224
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
Dalam mencari jalan keluar atas permasalahan yang telah dirumuskan terdahulu, maka diperlukan penelitian ilmiah dengan
carametode penelitian, sebagai berikut : Penelitian yuridis, dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka yang merupakan data sekunder disebut juga penelitian kepustakaan. Penelitian empiris, dilakukan dengan cara meneliti di
lapangan yang merupakan data primer.
28
Dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis, digunakan untuk menganalisis berbagai
peraturan tentang penerapan ketentuan dan pelaksanaan pembagian harta benda perkawinan, karena perceraian menurut Undang-undang
No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pendekatan empiris, dilakukan sebagai usaha untuk mendekati
masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai dengan kenyataan hidup dalam masyarakat. Melalui penelitian ini,
peneliti bermaksud melihat perkembangan-perkembangan hukum dalam praktek di Pengadilan Negeri Semarang, terutama yang
berkaitan dengan penerapan ketentuan dan pelaksanaan pembagian
28
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, Hal. 13
harta benda perkawinan, karena perceraian menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
B. Spesifikasi Penelitian