Kedudukan Akta Notaris Pengawasan Terhadap Profesi Notaris

lxxxviii a. dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; b. berada di bawah pengampuan secara terus-menerus selama lebih dari 3 tiga tahun; c. melakukan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan martabat jabatan notaris; d. melakukan pelanggaran berat terhadap kewajiban dan larangan jabatan

C. Kedudukan Akta Notaris

Notaris karena undang-undang diberi kewenangan menciptakan alat pembuktian yang mutlak yaitu akta otentik, akta notaris adalah adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang, maksudnya adalah suatu akta yang isinya pada pokoknya dianggap benar. Hal tersebut sangat penting untuk mereka yang membutuhkan alat pembuktian untuk suatu keperluan, baik untuk pribadi maupun untuk kepentingan suatu usaha. 96 Kehadiran dan perlunya ada serta terciptanya akta otentik jika dilihat dari asas manfaatnya adalah karena kebutuhan masyarakat akan pentingnya alat bukti tertulis yang mempunyai kedudukan istimewa, khususnya dalam bidang hukum perdata, hal ini sangat erat kaitannya dengan kewajibanbeban 96 Ahmad Priyo Susetyo, 2005, Fungsi Notaris Dalam Pembuatan Akta, Tesis: Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro, Semarang hlm 31 lxxxix pembuktian khusus dalam sengketa dan perkara menurut hukum acara perdata. 97 Akta otentik membuktikan sendiri keabsahannya atau seperti yang lazim disebut dalam bahasa latin acta publica probant sese ipsa, apabila suatu akta dikatakan sebagai akta otentik, artinya menandakan dirinya dari luar, dari kata-katanya sebagai yang berasal dari seorang pejabat umum, maka akta itu terhadap setiap orang dianggap sebagai akta otentik, sampai dapat dibuktikan sebaliknya tidak otentik. 98 Apabila suatu akta hendak memperoleh suatu stempel otentitas, yang merupakan akta notaris, maka menurut ketentuan dalam Pasal 1868 KUH Perdata, akta yang bersangkutan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: 1. Akta itu dibuat “oleh” door atau “dihadapan” ten overstaan seorang pejabat umum. 2. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, 3. Pejabat umum oleh-atau dihadapan siapa akta itu dibuat harus mempunyai wewenang untuk membuat akta itu dalam hal misalnya notaris.

D. Pengawasan Terhadap Profesi Notaris

Dalam Pasal 67 ayat 1 Undang-Undang Jabatan Notaris, disebutkan bahwa Pengawasan dan pembinaan terhadap notaris 97 Ahmad Priyo Susety, Ibid 98 Lumban Tobing, Op.,Cit hlm 55 xc dilakukan oleh Menteri dalam hal ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Dalam ayat 2 nya disebutkan bahwa dalam melakukan pengawasan terhadap notaris tersebut, menteri menbentuk Majelis Pengawas. 99 Dasar Hukum Pembentukan Majelis Pengawas: 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris UUJN, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, 2. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.2.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, pemberhentian Anggota, susunan organisasi, Tata Kerja dan Tata cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris. sebagai tindak lanjut Pasal 81 UUJN. 3. Keanggotaan Majelis Pengawas Notaris: 4. Keanggotaan Majelis Pengawas Notaris terdiri atas unsur pemerintah, organisasi notaris dan ahliakademisi; 5. Keanggotaan Majelis Pengawas Notaris berjumlah 9 sembilan orang, terdiri atas 3 tiga orang dari unsur pemerintah, 3 tiga orang dari unsur Organisasi Notaris dan 3 tiga orang dari unsur ahliakademisi. 6. Susunan Organisasi Majelis Pengawas Notaris terdiri atas Majelis Pengawas Daerah dibentuk di Kabupaten atau Kota, 99 Undang-Undang Jabatan notaris Nomor 30 Tahun 2004 xci Majelis Pengawas Wilayah dibentuk dan berkedudukan di Ibu Kota Provinsi dan Majelis Pengawas Pusat di bentuk di Ibukota Negara Pasal 68. Kewenangan dan Kewajiban Majelis Pengawas ƒ Majelis Pengawas Daerah MPD Kewenangan MPD: 100 a. Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugan pelanggaran kode etik notaris atau pelanggran pelaksanaan jabatan notaris; b. Melakukan pemeriksaan terhadap Protokol Notaris secara berkala 1 satu kali dalam 1 satu tahun atau setiap waktu yang dianggap perlu; c. Memberikan ijin cuti untuk waktu 1 satu sampai 6 enam bulan; d. Menetapkan notaris pengganti dengan memperhatikan usul notaris yang bersangkutan; e. Menentukan tenpat penyimpanan Protokol Notaris yang pada saat serah terima Protokol Notaris yang pada saat serah terima Protokol Notaris telah berumur 25 dua puluh lima tahun atau lebih; f. Menunjuk notaris yang bertindak sebagai pemegang sementara Protokol Notaris yang diangkat sebagai pejabat negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 4; 100 Pasal 70 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris xcii g. Menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran kode etik notaris atau pelanggaran ketentuan undang-undang ini; h. Membuat dan menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai g kepada Majelis Pengawas Wilayah. Kewajiban MPD: 101 a. Mencatat pada Buku Daftar yang termasuk yang termasuk dalam Protokol Notaris dengan menyebutkan tanggal pemeriksaan, jumlah akta serta jumlah surat di bawah tangan yang disahkan dan yang dibuat sejak tanggal pemeriksaan berakhir; b. Membuat Berita Acara Pemeriksaan dan menyampaikan kepada Majelis Pengawas Wilayah setempat, dengan tembusan kepada notaris yang bersangkutan, Organisasi Notaris dan Majelis Pengawas Pusat; c. Merahasiakan isi akta dan hasil pemeriksaan; d. Menerima salinan yang telah disahkan dari Daftar Akta dan daftar lain dari notaris dan merahasiakannya; e. Memeriksa laporan masyarakat terhadap notaris dan menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut kepada Majelis Pengawas Wilayah dalam waktu 30 tiga puluh hari, dengan tembusan kepada pihak yang melaporkan, notaris 101 Pasal 71 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris xciii yang bersangkutan, Majelis Pengawas Pusat dan Organisasi Notaris; f. Menyampaikan permohonan banding terhadap keputusan penolakan cuti. ƒ Majelis Pengawas Wilayah MPW Kewenangan MPW: 102 a. Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan atas laporan masyarakat yang disampaikan melalui MPW; b. Memanggil notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan atas laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a; c. Memberikan ijin cuti lebih dari 6 enam bulan sampai 1 satu tahun; d. Memeriksa dan memutus atas keputusan MPD yang menolak cuti yang diajukan notaris; e. Memberikan sanksi berupa teguran lisan atau tertulis; f. Mengusulkan pemberian sanksi terhadap notaris kepada MPP berupa: 1. Pemberhentian sementara 3 tiga bulan sampai dengan 6 enam bulan, 2. Pemberhentian dengan tidak hormat. g. Membuat Berita Acara atas setiap keputusan penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada huruf e dan huruf f. Kewajiban MPW: 103 102 Pasal 73 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris xciv a. Menyampaikan keputusan sebagaimana dimaksud Pasal 73 ayat 1 huruf a, c, d, e dan huruf f kepada notaris yang bersangkutan dengan tembusan kepada MPP dan Organisasi Notaris, b. Menyampaikan pengajuan banding dari Notaris kepada MPP terhadap penjatuhan sanksi dan penolakan cuti. ƒ Majelis Pengawas Pusat MPP Kewenangan MPP: 104 a. Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan dalam tingkat banding terhadap penjatuhan sanksi dan penolakan cuti; b. Memanggil notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a; c. Menjatuhkan sanksi pemberhentian sementara; d. Mengusulkan pemberian sanksi berupa pemberhentian dengan tidak hormat. Kewajiban MPP: 105 MPP berkewajiban menyampaikan keputusan sebagaimana dimaksud Pasal 77 huruf a kepada Menteri dan notaris yang bersangkutan dengan tembusan kepada MPW dan MPD yang bersangkutan serta Organisasi Notaris.

E. Kode Etik Notaris