cxlvii Permohonan diajukan oleh pendiri atau kuasanya kepada Menteri
Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia saat ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui
Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum. Permohonan Akta Pendirian atau persetujuan akta perubahan
Anggaran Dasar Perseroan Terbatas tersebut dilengkapi dokumen pendukung, yaitu:
a. Salinan Akta Pendirian perseroan;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP atas nama perseroan;
c. Bukti Pembayaran uang muka pengumuman Akta Pendirian
perseroan dan perubahan Anggaran Dasar perseroan dalam Berita Negara Republik Indonesia dari Kantor Percetakan Negara
Republik Indonesia; d.
Bukti pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP; e.
Bukti setor modal dari bank. Dalam hal permohonan diajukan secara manual, maka Menteri
Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia hanya mengeluarkan Surat Keputusan tentang pengesahan Akta Pendirian
Perseroan Terbatas atau persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.
4.1.3. Tanggung jawab notaris apabila terjadi kesalahan dalam pengesahan
pendirian Perseroan Terbatas dan kaitannya terhadap keabsahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas tersebut serta dokumen-dokumen
lainnya
cxlviii Notaris adalah pejabat umum yang diberi wewenang untuk membuat
akta otentik. Keberadaan notaris selaku pejabat umum ini tidak hanya sekedar untuk melayani masyarakat yang membutuhkan jasanya tetapi
juga atas perintah undang-undang. Notaris merupakan pekerjaan dengan keahlian khusus menuntut
pengetahuam luas serta tanggung jawab dalam melayani kepentingan umum dan inti tugas notaris adalah mengatur secara tertulis dan otentik
hubungan-hubungan hukum antara para pihak yang secara mufakat meminta jasa notaris.
Tanggung jawab notaris dalam hal pengesahan pendirian Perseroan Terbatas tidak lepas dari peranan notaris dalam proses pengesahan
pendirian Perseroan Terbatas tersebut. Tanggung jawab notaris sebagai pejabat pembuat akta Perseroan Terbatas, apabila terjadi kesalahan dalam
pengesahan pendirian Perseroan Terbatas, dapat dilihat dari dua segi, yaitu kesalahan dalam melakukan prosedur pengesahan pendirian
Perseroan Terbatas dan kesalahan akibat adanya kecurangan yang dilakukan oleh pendiri perseroan yang beritikad buruk.
Dalam hal ini maka tanggung jawab tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Tanggung jawab notaris dalam hal terjadinya kesalahan dalam
proses pengesahan pendirian Perseroan Terbatas, dimana dalam hal kesalahan tersebut, dibagi menjadi:
Kesalahan karena adanya ketidaksesuaian dengan peraturan perundang-undangan.
Kesalahan dalam hal kesesuaian data
cxlix 2.
Tanggung jawab notaris dalam hal adanya kecurangan yang dilakukan oleh pendiri perseroan yang beritikad buruk
Berikut ini adalah penjabaran berdasarkan hasil wawancara dengan responden terhadap poin-poin tersebut di atas:
1. Tanggung Jawab Notaris dalam hal terjadinya kesalahan dalam
proses pengesahan PT a.
kesalahan karena adanya ketidaksesuaian dengan peraturan perundang-undangan
Kesalahan yang tejadi dalam proses pengesahan pendirian Perseroan Terbatas dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan
peraturan perundangan-undangan yang berlaku maupun adanya kesalahan dalam kesesuaian data akta, apabila terjadi kesalahan dalam
proses pengesahan pendirian Perseroan Terbatas karena adanya ketidaksesuaian data dengan peraturan perundangan-undangan, maka
dalam proses manual hal tersebut akan segera diberitahukan kepada notaris yang bersangkutan, demikian halnya dalam SISMINBAKUM,
perbedaannya hanya mengenai masalah waktu dan sarana yang digunakan, sistem manual memakan waktu lebih lama sekitar 1 satu
bulan hingga diterima oleh notaris dan pemberitahuannya dengan menggunakan surat pos, sedangkan SISMINBAKUM proses waktunya
lebih cepat dan pemberitahuannya menggunakan surat elektronik Emailelektronik mail.
Dalam praktek pemberitahuan tentang tentang adanya kesalahan akibat ketidaksesuaian dengan peraturan perundangan-undangan ini
dilakukan oleh bagian pemeriksaan korektor dari Departemen
cl Hukum dan Hak Asasi Manusia, biasanya adalah 1 satu hari setelah
data perseroan diakses oleh notaris yang bersangkutan. Setelah adanya pemberitahuan maka notaris dapat segera melakukan koreksi terhadap
kesalahan yang terjadi, sehingga dapat dilanjutkan dengan proses selanjutnya.
9
b. kesalahan karena adanya ketidaksesuaian data oleh notaris
Sedangkan kesalahan yang terjadi disebabkan adanya ketidaksesuaian data oleh notaris, maka terhadap kesalahan tersebut
tidak serta merta dapat dilakukan koreksi oleh notaris yang bersangkutan, prosedur yang harus dijalani adalah notaris yang
bersangkutan harus mengajukan surat permohonan perbaikan data yang ditujukan kepada Direktur Perdata Jenderal Hukum Umum
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, misalnya mengenai pengejaan nama Perseroan Terbatas yang
didaftarkan. Kesalahan lain yang mungkin terjadi adalah adanya mengenai data
fisik, yaitu dimana notaris yang bersangkutan belum melengkapi data- data yang diperlukan untuk memasukkan dokumen data fisik ke dalam
loket data fisik tersebut yang dapat menyebabkan data fisik tersebut ditolak, namun dalam praktek pemberitahuan terhadap kesalahan ini
dilakukan para notaris melalui provider, Bukan melalui email seperti yang seharusnya. Mengenai kelengkapan data fisik ini, dalam
SISMINBAKUM ini memiliki satu kelemahan, yaitu bahwa dalam
9
wawancara dengan Bapak notaris Muhammad Hafidh, SH tanggal 11 Juli 2006