Peran Pengacara Dalam Memilih Klien

BAB III KEDUDUKAN PENGACARA DALAM PERKARA PERDATA

A. Peran Pengacara Dalam Memilih Klien

Pengacara atau Advokat sebagai profesi terhormat officium nobile dalam menjalankan profesinya berada dibawah perlindungan hukum, undang-undang dan kode etik, memiliki kebebasan yang didasarkan kepada kehormatan dan kepribadian Advokat yang berpegang teguh kepada kemandirian, kejujuran, kerahasiaan dan keterbukaan. Dengan demikian, setiap Advokat harus menjaga citra dan martabat kehormatan profesi, serta setia dan menjunjung tinggi kode etik advokat. 24 Dalam menjalankan tugasnya para Advokat tidak hanya menjalankan pekerjaan yang diamanatkan oleh undang-undang selain itu juga menjalankan suatu fungsi sosial yang sangat penting yaitu bertanggung jawab untuk melaksanakan kepercayaan yang diberikan masyarakat umum yang dilayaninya, seorang Advokat harus berpegang teguh kepada kode etik advokat, namun dalam kenyataannya, pelaksanaan hukum dilapangan masih ada Advokat yang melakukan pelanggaran kode etik advokat tersebut Penerapan kode etik dalam profesi hukum sangat penting karena dipakai sebagai salah satu bentuk ketahanan moral profesi advokat dengan menjelaskan tentang fungsi kode etik tersebut di dalam masyarakat tentang penegakan dan penerapan kode etik tersebut. 25 24 Ria Partners, Peran Kode Etik Bagi Advokat Dalam Menjalankan Profesi, Melalui http:riaadvocate.com?p=476, Diakses tanggal 6 Juni 2014. 25 Ibid. 30 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Pada prinsipnya, dalam menjalankan tugas profesinya advokat terikat pada kode etik profesi advokat dan peraturan perundang-undangan. Advokat dapat dikenai tindakan apabila melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang- undangan, sumpahjanji advokat atau kode etik profesi advokat Pasal 6 huruf e dan huruf f Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Perbuatan menolak klien sendiri merupakan pelanggaran terhadap sumpahjanji advokat yang diatur dalam Pasal 4 ayat 2 UU Advokat. Salah satu sumpahjanji yang diucapkan advokat berbunyi: “Bahwa saya tidak akan menolak untuk melakukan pembelaan atau memberi jasa hukum di dalam suatu perkara yang menurut hemat saya merupakan bagian daripada tanggung jawab profesi saya sebagai seorang advokat.” Namun, di dalam Kode Etik Profesi Advokat Indonesia KEAI advokat dibolehkan atau bahkan diwajibkan dalam kondisi-kondisi tertentu untuk menolak perkara atau memberikan bantuan hukum kepada calon klien, atau mengundurkan diri dari pengurusan perkara kliennya. Dalam kaitan ini, KEAI mengatur bahwa: a. Advokat dapat menolak untuk memberi nasihat dan bantuan hukum kepada setiap orang yang memerlukan jasa dan atau bantuan hukum dengan pertimbangan karena tidak sesuai dengan keahliannya dan bertentangan dengan hati nuraninya Pasal 3 huruf a KEAI. b. Advokat harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada dasar hukumnya Pasal 4 huruf g KEAI. c. Advokat yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih harus mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara tersebut, apabila di kemudian hari timbul pertentangan-pertentangan antara pihak-pihak yang bersangkutan Pasal 4 huruf j KEAI. 26 Dalam peradilan perdata, advokat berkedudukan sebagai kuasa atau wakil kliennya. Landasan hukum advokat dalam peradilan perdata adalah Pasal 123 HIR Reglemhet Herziene Indladsch ent Pasal 123 ayat 1: Bilamana dikehendaki, kedua belah pihak dapat dibantu atau diwakili oleh kuasa yang dikuasakannya untuk melakukan itu dengan surat kuasa teristimewa, kecuali kalau yang memberi kuasa itu dalam surat permintaaan yang ditandatanganinya dan dimasukkan menurut ayat pertama Pasal 118 atau jika gugatan dilakukan dengan lisan menurut Akan tetapi, KEAI melarang advokat menolak klien dengan alasan karena perbedaan agama, kepercayaan, suku, keturunan, jenis kelamin, keyakinan politik dan kedudukan sosialnya Pasal 3 huruf a KEAI. Larangan yang sama juga diatur dalam Pasal 18 ayat 1 UU Advokat. Selain itu, advokat juga tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang tidak menguntungkan posisi klien atau pada saat tugas itu akan dapat menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi klien yang bersangkutan Pasal 4 huruf i KEAI. Jadi, dapat disimpulkan bahwa advokat diperbolehkan menolak klien apabila terpenuhi syarat dan kondisi-kondisi yang diatur dalam pasal 3 huruf a, Pasal 4 huruf g dan huruf j KEAI.

B. Kedudukan Pengacara Dalam Acara Perdata