25 oleh para samurai pada masa feudal Jepang. Bokken juga bisa menjadi senjata
yang mematikan bagi mereka yang ahli dalam menggunakannya.
Gambar 2.9Bokken 木剣
2.4 Elemen Dasar dalam Olahraga Kendo 2.4.1
Dōjō
Dōjō adalah ruangan besar atau tempat suci yang digunakan untuk berlatih, dimana displin jasmani maupun rohani diajarkan Tokeshi, 2003:73. Sejak zaman
Meiji, dōjō secara umum diartikan sebagai tempat dimana seni beladiri diajarkan.
Oleh karena itu, dōjō digambarkan sebagai sebuah aula, ruang olahraga, taman
yang luas, atau bahkan di lapangan terbuka, asalkan itu adalah tempat dimana bisa berlatih. Pintu masuk
dōjō biasanya terletak di shimoza kursi yang lebih rendah, sisi yang berlawanan dengan kamiza kursi yang lebih tinggi. Kamiza juga
disebut sebagai shinzen. Kata shinzen secara harfiah berarti “di depan Dewa” dan dalam kebudayaan Jepang ini diartikan sebagai Dewa Shinto. Urutan tempat
duduk berdasarkan ranking atau tingkatan, seorang kendoka yang tingkatannya paling tinggi dan tamu yang diistimewakan biasanya duduk paling depan ditengah
shinzen.
Universitas Sumatera Utara
26 Pada waktu memasuki
dōjō, diharuskan melepas semua benda-benda duniawi termasuk sepatu, kaos kaki, topi, kacamata, jam, kalung, anting dan
perhiasan lainnya. Merokok, minum, atau makan permen didalam dōjō sangatlah
dilarang. Bersiul, bernyanyi, atau membuat berisik juga tidak diperbolehkan. Dōjō
harus tetap dijaga kebersihannya. Sebelum latihan dimulai, dōjō harus disapu dan
dipel sampai benar-benar bersih. Secara tradisi, anggota yang paling baru harus membersihkan lantai, tetapi siapapun yang datang lebih dulu tetap bisa
membersihkannya. Membersihkan dōjō juga bagian dari pemanasan sebelum berlatih. D
ōjō juga harus dibersihkan dengan rasa penuh hormat dan bangga.
2.4.2 Reihō
Kendo berakar sangat kuat pada tradisi. Menurut Tokeshi 2003:77 r eihō
etika dalam kendo sama juga halnya seperti pelajaran dalam hidup, didasarkan pada akal sehat dan rasa hormat terhadap sesama. Dalam berlatih kendo yang juga
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak boleh ada kesombongan dalam meraih kesuksesan dan kemenangan, ataupun menghina pihak yang kalah.
Berlatih reihō juga membantu kita untuk mengkontrol emosi, menanamkan rasa
hormat dan kerendahan hati. Etika adalah syarat utama untuk menjadi manusia yang beradab dan salah satu kebajikan yang sangat penting dari seorang samurai.
Peraturan yang ada didalam dōjō ini ditujukan untuk menciptakan harmonisasi,
yang dengan demikian dalam jangka panjang aturan yang sederhana ini dapat mencegah timbulnya permasalahan antara sesama anggota klub. Para pemula yang
baru memulai kendo mungkin akan sedikit terintimidasi dengan banyaknya hal- hal yang harus diingat.
Rei tunduk dalam kendo menandakan rasa hormat, kemuliaan, menghargai, kerendahan hati dan ketulusan Tokeshi, 2003:78.Rei tanpa rasa
Universitas Sumatera Utara
27 kerendahan hati diibaratkan sebagai badan kosong yang berjalan. Menurut
Sasamori Junzo, pelatih kendo yang terkenal, siapapun harus tunduk untuk menghormati pendiri sekolah ryuso, guru shi, kakak senior senpai, rekan
doryo, adik junior kohai, dan dirinya sendiri jiko. Tindakan dan ide untuk tunduk ke siapapun, termasuk diri sendiri, adalah salah satu dasar latihan untuk
diri sendiri.Seorang kendoka harus tunduk kepada shinzen altar dan shōmenketika masuk atau keluar dari dōjō.Dari
mulaimemasukisampaimeninggalkan dōjō, kendoka mungkin akan tunduk
sebanyak enam puluh atau delapan puluh kali. Kendoka juga harus tunduk sebelum dan sesudah setiap sesi keiko latihan dengan pasangannya. Setelah
latihan selesai, kendoka harus tunduk didepan semua sensei, dimulai dari tingkat yang paling tinggi.Sangat pantas untuk menaikkan kepala setelah setiap sensei
menaikkan kepala mereka, baik dalam ritsurei tunduk sambil berdiri atau zarei tunduk sambil duduk.
Istilah seiza dan mokuso meditasi digunakan secara bergantian.Seiza mungkin bisa diartikan sebagai berlutut dalam ketenangan ataupun duduk dalam
gaya formal yang mana menjadi dasar untuk mencapai keadaan mokuso Tokeshi, 2003:78. Dalam hal ini keadaan mata setengah tertutup hangan.Di beberapa
dōjō, mokuso dilakukan sebelum dan sesudah latihan.Dalam kendo juga ada ritsurei tunduk dengan posisi berdiri. Untuk melakukan ritsurei, lipatkan dagu
kedalam, luruskan punggung, dorong dada kedepan secara perlahan, dan rendahkan bahu secara alami. Lihatlah tepat ke arah mata lawan, bertukar
tundukan dengan lawan, bengkokkan pinggang kedepan sekitar 15 derajat sambil mempertahankan kontak mata.Kalau tidak, mata bisa difokuskan ke lutut lawan.
Ini adalah bentuk dari otagainirei atau “menunduk satu sama lain”.
Universitas Sumatera Utara
28 Selain itu juga ada chakuza dan zarei.Ketika mendengar perintah untuk
berlutut dari posisi berdiri, “chakuza” bengkokkan lutut kiri dan tempatkan di atas lantai seperti menyapu bagian dalam kaki kiri kebelakang. Kemudian ulangi
cara ini pada kaki kanan dan tangan kanan hakama sabaki. Jari kaki akan menyentuh lantai dan posisi badan akan lurus kemudian duduk seperti biasa diatas
lipatan kaki. Pada waktu berlutut, posisi tangan akan berada diatas paha. Posisi badan tetap lurus, dan posisi hidung sampai pusar akan tetap sejajar. Kemudian
dilanjutkan dengan zarei dimana harus selalu melihat kearah lawan atau sensei tepat di mata sebelum menunduk.Lengkukkan siku dan letakkan kedua tangan
diatas lantai didepan lutut membentuk segitiga, ibu jari dan jari telunjuk saling bersentuhan. Ibu jari akan lurus dan membentuk segitiga terbalik. Menunduk
secara perlahan dan sungguh-sungguh sampai siku hampir menyentuh lantai dan arahkan mata ke lantai dengan formal shin-zarei.Tidak boleh mengangkat pinggul,
dan tengkuk leher harus terlihat. Dalam latihan kendo gaya lama juga ada sonkyo no rei, namun tidak biasa
dilakukan dalam kendo gaya modern. Rei juga dilakukan pada waktu latihan, diharuskan melakukan ritsurei dengan shinai dengan tangan kiri sebelum
memulai latihan.Selama latihan juga menunduk dengan merendahkan posisi shinai dan mengarahkannya sedikit ke kanan.
2.4.3 Ma’ai
Ma’ai 間合
adalah jarak diantara musuh, tidak hanya jarak secara fisik tetapi juga jarak secara spiritual dan jarak sementara Tokeshi, 2003:97. Jarak
yang secara fisik adalah chikama, issoku ittō no ma, dan tōma. Dalam melakukan
chikama jarak dekat, tidak ada waktu untuk ragu dalam menyerang ataupun bertahan.
Issoku ittō no ma jarak satu langkah satu potongan juga disebut
Universitas Sumatera Utara
29 sebagai
chūma jarak menengah, diukur satu langkah dari jarak menyerang dan satu langkah dari menepis serangan musuh.
Tōma jarak jauh adalah jarak dari daerah yang aman untuk bertahan daripada menyerang. Ma’ai adalah konsep yang
penting dalam kendo.
Gambar 2.10Ma’ai 間合
2.4.4 Ashisabaki
Ashisabaki gerakan kaki adalah salah satu keterampilan yang paling penting dalam kendo untuk pertahanan yang kuat dan juga untuk serangan yang
baik Tokeshi, 2003:99.Dari shizentai posisi awal, letakkan kaki kiri berjarak satu kaki ke belakang lalu angkat tumit kaki kiri dengan hati-hati.Semua
ashisabaki bermulai dari posisi ini.Tokeshi 2003:78 juga menjelaskan ada empat ashisabaki yang utama yaitu ayumiashi, okuriashi, tsugiashi dan hirakiashi.
Universitas Sumatera Utara
30 Ayumiashi gerakan kaki berjalan yaitu melangkah secara bergantian
seperti berjalan normal, dengan menggunakan teknik suriashi berjalan dengan lembut.Teknik ini digunakan untuk mendekati lawan ataupun menjauh dari lawan.
Okuriashi gerakan kaki menghindar yaitu ketika melangkah kedepan kaki depan yang maju terlebih dahulu, ketika melangkah kebelakang kaki
belakang yang mundur terlebih dahulu. Pada dasarnya menggerakkan kaki kanan untuk kedepan dan kaki kiri untuk kebelakang. Dalam gerakan ini kaki belakang
tidak pernah melewati kaki depan ataupun sebaliknya.
Gambar 2.11Ayumiashi dan Okuriashi
Tsugiashi adalah gerakan kaki yang digunakan untuk menyerang musuh yang berjarak jauh dengan cara melangkah maju dengan cepat dengan cara
langkahkan kaki kiri kedepan sampi mendekati kaki kanan, kemudian melangkah dengan kaki kanan dengan menggunakan suriashi.
Gambar 2.12Tsugiashi
Universitas Sumatera Utara
31 Hirakiashi gerakan kaki terbuka yaitu melangkah ke kiri atau ke kanan
secara diagonal dengan kaki menghadap arah yang dituju dan dengan cepat menarik kaki lainnya untuk mendekat.Langkah ini digunakan untuk menangkis
serangan dan untuk menyerang kembali dengan cepat.
Gambar 2.13Hirakiashi :Gerakan ke kanan dan ke kiri
2.4.5 Keiko
Menurut Tokeshi 2003:103 keiko latihan dalam kendo adalah aktivitas yang abadi. Definisi keiko dalam kamus adalah “untuk mencerminkan dan belajar
dari yang tua”. Dalam keiko kendo, banyak berlatih dan belajar sesuatu dari para kendoka di masa lalu yang ditemukan dalam latihan mereka. Sangat diharuskan
berlatih dengan cara yang tepat mengikuti latihan yang dicontohkan oleh para pendahulu. Sebagai pemula sangatlah penting untuk mencari guru yang hebat,
yang mana bisa melihat dan mengkoreksi kebiasaan buruk dan kesalahan sebelum hal itu menjadi kebiasaan yang permanen. Jika merasa senang dan ikhlas dalam
berlatih, peningkatan keterampilan akan mudah untuk dicapai. Dalam latihan fisik, pemanasan adalah bagian penting dari latihan kendo
dan juga pencegahan cedera. Pemanasan akan menyesuaikan otot sehingga akan membuat otot tahan dan kuat selama latihan. Pemanasan dimulai dengan
perenggangan otot kecil dan sekelilingnya, diikuti ke bagian tengah dan otot yang lebih besar. Sebelum dilakukannya keiko, hal yang pertama kali dilakukan adalah
Universitas Sumatera Utara
32 pengaturan tempat duduk, yaitu menghadap kedepan
shōmen, para sensei berbaris disebelah kanan kamiza dan para murid berbaris disebelah kiri shimoza
dōjō. Ini bisa berubah-ubah sesuai desain dōjō. Diawal mulainya keiko, kendoka berdiri menghadap lawan, berjarak sembilan langkah, dan saling menunduk satu
sama lain. Tokeshi 2003:110-118 mengemukakan bahwa ada banyak keiko yang
dilakukan di dōjō, yaitu :
1. Kirikaeshi keiko latihan memotong berulang-ulang dimana diharuskan
berlatih dengan pasangan. Kirikaeshi keiko mungkin latihan yang paling penting untuk semua kendoka. Kirikaeshi keiko mengajarkan aspek yang
paling penting dalam kendo, termasuk ki ken tai ittchi semangat, pedang dan tubuh dalam ketenangan, ma’ai jarak, shisei posture, kiai seruan, kokyu
nafas, ashisabaki gerakan kaki, tenouchi memegang shinai, datotsu memukul yang tepat, zanshin kewaspadaan, dan pengembangan ketahanan.
2. Kihon keiko latihan dasar, yang mana latihan ini mendorong diri untuk
mengembangkan keberanian, teknik memukul perorangan dan gerakan kaki yang tepat. Untuk permulaan, pemula harus berlatih dengan gerakan lambat.
3. Uchikomi keiko latihan memukul yang termasuk latihan dasar yang bisa
dilakukan dengan murid lain atau dengan sensei. Latihan ini menggunakan semua teknik dasar dengan gerakan kaki yang baik dan juga ma’ai.
4. Renzoku waza keikolatihan berurut yang biasanya dilakukan dua kali
berturut-turut menjelang akhir latihan berpasangan. 5.
Kakari keikolatihan bergerak cepat yang mana latihan ini adalah latihan
paling bersemangat dan agresif melawan sensei. Para murid harus menggunakan keterampilannya untuk mematahkan keseimbangan dari
Universitas Sumatera Utara
33 motodachi. Keiko ini dimaksudkan untuk membangun dasar kendo, termasuk
tubuh, jiwa, dan keterampilan. Latihan ini sangat menguntungkan bagi pemula.
6. Hikitate keikolatihan semangat yang tujuannya untuk mengajarkan datotsu
teknik memukul yang benar kepada pemula. Pelatih harus membiarkan murid untuk memukul dengan bebas tanpa rasa takut, sehingga dapat belajar
teknik yang benar. 7.
Gokaku keikodilakukan dengan pasangan yang mempunyai kekuatan yang
setara. Bertujuan untuk meningkatkan tokui waza teknik khusus dan berlatih pertahanan melawan waza lawan. Latihan ini seperti shiai. Dengan latihan ini
bisa membuat kendoka mengetahui kelemahannya dan menambah percaya diri.
8. Jigeiko latihan seperti pertandingan yaitu latihan yang paling umum dan
melibatkan berbagai lawan. Jigeiko ditujukan untuk meningkatkan kemampuan teknik.
9. Shobu keikolatihan pertandingan yang biasanya dilakukan satu kali, baik
menang atau kalah, diharuskan berusaha keras untuk meningkatkan kemampuan. Ikuti peraturan dan tetap menghargai lawan.
10. Shiai keikolatihan turnamen dilakukan sebelum turnamen untuk membantu
persiapan kendoka dalam menghadapi turnamen. 11.
Mitori keiko latihan mengamati adalah sebagai intisari latihan, pada latihan
ini diharuskan mengamati kendoka lain yang berlatih. Mempelajari teknik, tata krama, titik kuat, dan belajar dari kesalahan mereka.
12. Hitori keiko latihan menyendiri banyak dilakukan oleh master kendo
terkenal, salah satunya Miyamoto Musashi. Dalam keiko ini bisa ditujukan
Universitas Sumatera Utara
34 untuk menguatkan tubuh, menambah ketahanan, menambah konsentrasi, dan
memahami ki lewat meditasi. 13.
Tachigiri keikoyang mana dikatakan metode berlatih yang paling keras dan
melelahkan, keiko ini tidak dilakukan terlalu sering. Dalam tachigiri keiko, berlatih melawan musuh yang berbeda selama tiga jam dan lawannya terus
berganti setiap tiga menit. Namun keiko ini bisa menambah mental dan batas kemampuan fisik.
14. Musha shugyo perjalanan beladiri yaitu bepergian dengan tujuan mencari
latihan dari guru yang berbeda dari sekolah yang berbeda. Para master kendo di masa lalu menghabiskan 10 sampai 15 tahun diperjalanan dan sering kali
mempertaruhkan nyawa mereka. Walaupun musha shugyo tidak lagi dipraktekan di Jepang, namun konsep ini masih sangat berguna.
Keiko dalam kendo ada yang dilakukan di luar dōjō dan tidak harus berada
di dalam dōjōuntuk melakukannya.Salah satunya yaitu berlatih menggunakan
tanrenbo tiang yang berat yang mana latihan ini bisa menambah kekuatan
genggaman shinai ataupun pedang.Berat dari tanrenbo sekitar 2,250 gram dan 3,750 gram.
Universitas Sumatera Utara
35
BAB III TEKNIK DAN FILOSOFI OLAHRAGA KENDO
Sebelumnya pada bab II penulis telah memaparkan mengenai pengertian kendo, sejarah dan perkembangan, perlengkapan dalam olahraga kendo, serta
elemen dasar dalam olahraga kendo. Dalam bab III ini penulis akan mencoba menjabarkan teknik-teknik dalam olahraga kendo, serta analisis filosofi kamae
dalam olahraga kendo.
3.1 Teknik–teknik dalam Olahraga Kendo