Yang termasuk jaminan perorangan adalah:
38
1. Penanggung borg adalah orang lain yang dapat ditagih;
2. tanggung-menanggung, yang serupa dengan tanggung renteng;dan
3. perjanjian garansi
Dari kedelapan jenis jaminan diatas, maka yang masih berlaku adalah:
39
1. gadai;
2. hak tanggungan;
3. jaminan fidusia;
4. hipotek atas kapal laut dan pesawat udara;
5. Borg tanggung-menanggung;dan
6. Perjanjian garansi.
C. Prinsip-Prinsip Hukum Jaminan
Prinsip hukum jaminan sebagaimana yang diatur oleh ketentuan-ketentuan KUHPerdata adalah sebagai berikut:
40
1. Kedudukan harta pihak peminjam
Pasal 1131 KUH Perdata mengatur tentang kedudukan harta pihak peminjam, yaitu bahwa harta pihak peminjam adalah sepenuhnya merupakan
jaminan tanggungan atas utangnya. Pasal 1131 KUHPerdata menetapkan bahwa semua harta pihak peminjam, baik yang berupa herta bergerak maupun yang tidak
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang aka nada di kemudian hari merupakan jaminan atas perikatan utang pihak peminjam.
38
Ibid.
39
Ibid.
40
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010, hal 9
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata merupakan salah satu ketentuan pokok dalam hukum jaminan, yaitu mengatur tentang kedudukan harta pihak yang
berhutang pihak peminjam atas perikatan utanganya. Berdasarkan ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata pihak pemberi pinjaman akan dapat menuntut pelunasan
utang pihak pemberi pinjaman akan dapat menuntut pelunasan utang pihak peminjam dari semua harta yang bersangkutan, termasuk harta yang masih akan
dimilikinya di kemudian hari. Pihak pemberi pinjaman mempunyai hak untuk menuntut pelunasan utang dari harta yang akan diperoleh oleh pihak peminjam di
kemudian hari. Dalam praktek sehari-hari dapat disebut sebagai harta yang aka nada di
kemudian hari adalah misalnya berupan warisan, penghasilan, gaji atau tagihan yang akan diterima pihak peminjam.
Ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata sering pula dicantumkan sebagai salah satu klausal dalam perjanjian kredit perbankan. Ketentuan Pasal 1131
KUHPerdata yang dicantumkan sebagai klausal dalam perjanjian kredit bila ditinjau dari isi materi yang tergolong sebagai isi yang naturalia. Klausal
perjanjian fakultatif, artinya bila dicantumkan sebagai isi perjanjian akan lebih baik, tetapi bila dicantumkan, tidak menjadi masalah kecacatan perjanjian karena
hal klausal yang berlaku. Dengan memperhatikan kedudukan ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata bila dikaitkan dengan suatu perjanjian pinjaman uang, akan
lebih baik ketentuan tersebut dimasukkan sebagai klausul dalam perjanjian pinjaman uang, termasuk dalam perjanjian kredit.
2. Kedudukan Pihak Pemberi Pinjaman
Universitas Sumatera Utara
Kedudukan pihak pemberi pinjaman terhadap harta pihak peminjam dapat diperhatikan dari ketentuan Pasal 1132 KUHPerdata. Berdasarkan ketentuan Pasal
1132 KUH Perdata dapat disimpulkan bahwa kedudukan pihak pemberi pinjaman dapat dibedakan atas dua golongan, yaitu 1 yang mempunyai kedudukan
berimbang sesuai dengan piutang masing-masing; dan 2 yang mempunyai kedudukan didahulukan dari pihak pemberi pinjaman yang lain berdasarkan suatu
peraturan prundang-undangan. Pasal 1132 KUH Perdata menetapkan bahwa harta pihak peminjam menjadi
jaminan bersama bagi semua pihak pemberi pinjaman, hasil penjualan harta tersebut dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya
piutang masing-masing, kecuali apabila di antara pihak pemberi pinjaman itu mempunyai alasan yang sah untuk didahulukan.
Dalam praktik perbankan pihak pemberi pinjaman disebut kreditor dan pihak pinjaman disebut nasabah debitur atau debitur.
Untuk selanjutnya istilah-istilah si berpiutang dan si berutang, atau kreditor dan debitur akan sering digunakan dalam buku ini, masing-masing diartikan sebagai
pihak pemberi pinjaman dan pihak peminjam. Pihak pemberi pinjaman yang mempunyai kedudukan didahulukan lazim disebut
sebagai kreditor preferen dan pihak pemberi pinjaman yang mempunyai hak berimbang disebut sebagai kreditor konkuren.
Mengenai alasan yang sah untuk didahulukan sebagaimana yang tercantum pada bagian akhir ketentuan pasal 1132 KUH Perdata adalah berdasarkan ketentuan
dari peraturan perundang-undangan, antara lain berdasarkan ketentuan yang
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan oleh pasal 1133 KUH Perdata, yaitu dalam hal jaminan utang diikat melalui gadai atau hipotek. Kedudukan sebagai kreditor yang mempunyai hak
didahulukan juga ditetapkan oleh ketentuan UU No. 4 Tahun 1996 mengenai Hak Tanggungan dan ketentuan UU No.42 Tahun 1999 mengenai jaminan Fidusia.
Pemegang hak tanggungan dan pemegang jaminan fidusia mempunyai hak didahulukan dari kreditor lainnya untuk memperoleh pelunasan piutangnya dari
hasil pencairan penjualan jaminan utang yang diikat dengan hak tanggungan atau jaminan fidusia.
3. Larangan memperjanjikan pemilikan objek jaminan utang oleh pihak pemberi
pinjaman. Pihak pemberi pinjaman dilarang memperjanjikan akan memiliki objek jaminan
utang bila pihak peminjam ingkar janji wanprestasi. Ketentuan yang demikian diatur oleh Pasal 1154 KUH Perdata tentai Gadai, Pasal 1178 KUH Perdata
tentang Hipotek. Larangan yang sama terdapat pula dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan lain, yaitu pada Pasal 12 UU No.4 Tahun 1996 mengenai Hak tanggungan, Pasal 33 UU No. 42 Tahun 1999 mengenai Jaminan Fidusia.
Larangan bagi pihak pemberi pinjaman untuk memperjanjikan akan memiliki objek jaminan utang sebagaimana yang ditetapkan dalam ketentuan-ketentuan
lembaga jaminan tersebuttentunya akan melindungi kepentingan pihak peminjam dan pihak pemberi pinjaman lainnya, terutama bila naik objek jaminan melebihi
besarnya utang yang dijamin. Pihak pemberi pinjaman yang mempunyai hak berdasarkan ketentuan lembaga jaminan dilarang secara serta-merta menjadi
Universitas Sumatera Utara
pemilik. Objek jaminan utang bila pihak peminjam ingkar janji. Ketentuan- ketentuan seperti tersebut di atas tentunya akan dapat mencegah tindakan
sewenang-wenang pihak pemberi pinjaman yang akan merugikan pihak peminjam.
D. Pengertian Hak Jaminan