Berdasarkan uraian di atas, dengan mengamati antara kebijakan minimum down payment dengan permintaan mobil maka penulis melakukan penelitian di
daerah kodya madya Medan. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah :
“ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMBATASAN UANG MUKA MINIMUM KREDIT DOWN TO PAYMENT TERHADAP PERMINTAAN
MOBIL DI KOTA MEDAN”
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah kebijakan minimum down payment berpengaruh terhadap permintaan
mobil di kota medan ? 2.
Apakah ada perbedaan permintaan mobil setelah kebijakan minimum down payment dengan sebelum kebijakan minimum down payment ?
3. Apakah kebijakan minimum down to payment memberikan dampak yang nyata
baik kepada perusahaan maupun perbankan di kota Medan?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1.
Untuk lebih mengetahui lebih nyata mengenai pengaruh kebijakan minimum down payment terhadap permintaan mobil itu sendiri di kota medan.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk lebih mengetahui perkembangan permintaan mobil di kota medan sebelum
dan sesdah diterapkannya kebijakan minimum down payment di kota Medan.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1.
Untuk menambah, melengkapi sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada yang menyangkut topik yang sama.
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam menerapkan ilmu
yang telah dipelajari. 3.
Sebagai bahan studi, literatur, dan tambahan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademisi, peneliti, dan mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Departemen
Ekonomi Pembangunan yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Permintaan
1. Permintaan
Aktivitas ekonomi adalah aktivitas manusia dalam hal menggunakan alat-alat yang terbatas jumlahnya, guna memenuhi kebutuhannya. Permintaan akan sesuatu
artikel, adalah jumlah kesatuan tertentu yang akan dibeli dengan macam-macam harga, selama jangka waktu tertentu.
Kita perlu membedakan : a.
Permintaan seorang individu akan sesuatu barang dd; b.
Permintaan total akan sesuatu barang atau DD. D = demand Permintaan total adalah jumlah kesatuan yang akan di beli oleh semua
individu, pada pasar tertentu dengan macam- macam harga. Senantiasa ada harga tertentu, di atas mana individu menolak untuk membeli.
Determinan-determinan permintaan : i.
Selera atau preferensi-preferensi konsumen; ii.
Pendapatan para konsumen berupa uang; iii.
Harga benda-benda lain yang berhubungan dengannya; iv.
Perkiraan konsumen mengenai harga-harga dan pendapatan-pendapatan di masa yang akan datang;
Universitas Sumatera Utara
v. Jumlah konsumen di pasar.
2. Teori Keynes Mengenai Permintaan Konsumsi
a. Konsumsi dan Pendapatan Disposibel
Seperti dirumuskan oleh Keynes Schaum 1993, fungsi konsumsi merupakan fungsi yang disposibel, karena direncanakan pada berbagai tingkat pendapatan
disposibel. Keynes percaya bahwa skedul konsumsi yang direncanakan ini merupakan hukum psikologis yang fundamental dimana perubahan konsumsi lebih
kecil dari perubahan pendapatan disposibel. b.
Teori Pendapatan Absolut Teori Keynes menyatakan bahwa konsumsi agregat berhubungan secara
langsung tetapi tidak proporsional dengan tingkat pendapatan disposibel agregat sekarang dalam jangka pendek dan jangka panjang. Untuk jangka panjang para pakar
ekonomi mencoba menyusun kembali dengan memasukkan variabel-variabel obyektif dan subyektif ke dalam fungsinya. Tetapi penyesuaian fungsi-fungsi jangka pendek
dan jangka panjang ini di nilai tidak memuaskan, karena hubungan proporsional konsumsi jangka panjang dengan pendapatan disposibel tidak dijelaskan secara
teoritis tetapi sebagai suatu gejala kebetulan.
c. Teori Pendapatan Relatif
Teori pendapatan relatif yang dikembangkan oleh James Dusenberry dinilai lebih unggul dibandingkan teori pendapatan absolut dalam menyatukan hubungan
Universitas Sumatera Utara
proporsional dan tidak proporsional antara konsumsi agregat dan pendapatan disposibel agregat. Dalam menyajikan teorinya, mula-mula hipotesa tentang perilaku
individu, kemudian dengan menggunakan asumsi-asumsi umum mengenai konsumsi agregat.
Menurut pandangan Dusenberry Diulio, 1993 : 61, keputusan konsumsi dan tabungan sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana seseorang hidup. Jadi
seseorang dengan pendapatan tertentu berkonsumsi lebih banyak bila dia hidup di lingkungan orang kaya daripada dia hidup di lingkungan yang lebih miskin. Perilaku
konsumsi di dalam suatu lingkungan relatif terhadap pola konsumsi tetangganya, yaitu dia menggunakan uang agar dapat memelihara suatu status ekonomi tertentu di
dalam lingkungannya. Jika distribusi pendapatan relatif konstan, mungkin sekali APC seseorang konstan karena konsumsi mempunyai hubungan dengan pendapatannya
yang relatif di dalam suatu masyarakat dan tidak dihubungkan dengan tingkat pendapatan absolut. Karena itu secara agregat, kita mengharapkan suatu hubungan
proporsional antara konsumsi agregat dengan pendapatan disposibel agregat.
2.1.2 Perusahaan Pembiayaan
Pengertian dari perusahaan pembiayaan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84PMK.0122006 tentang perusahaan pembiayaan, dalam pasal 1
huruf b dikatakan bahwa perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan
Universitas Sumatera Utara
yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. Kegiatan perusahaan pembiayaan merupakan sebagian kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan.
Dalam pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84PMK.0122006 tentang perusahaan pembiayaan, disebutkan bahwa bentuk kegiatan usaha dari perusahaan
pembiayaan antara lain: sewa guna usaha; anjak piutang; usaha kartu kredit; danatau pembiayaan konsumen.
Leasing sewa-guna-usaha adalah setiap kegiatan
pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara
berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang- barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing
berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh
barang modal dengan jalan sewa beli untuk dapat
langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.
Melalui pembiayaan leasing perusahaan
dapat memperoleh barang-barang modal untuk operasional dengan mudah dan cepat. Hal ini sungguh berbeda jika kita
mengajukan kredit kepada bank yang memerlukan persyaratan serta jaminan yang besar. Bagi
perusahaan yang modalnya kurang atau menengah, dengan melakukan
perjanjian leasing akan dapat membantu perusahaan dalam menjalankan roda kegiatannya. Setelah jangka leasing selesai, perusahaan dapat membeli barang modal
yang bersangkutan. Perusahaan yang memerlukan sebagian barang modal tertentu
Universitas Sumatera Utara
dalam suatu proses produksi secara tibatiba, tetapi tidak mempunyai dana tunai yang cukup, dapat mengadakan perjanjian leasing untuk mengatasinya. Dengan melakukan
leasing akan lebih menghemat biaya dalam hal pengeluaran dana dibanding dengan membeli secara tunai.
Di Indonesia
leasing baru dikenal melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia dengan No.KEP-
122MKIV21974, No.32MSK21974, dan No.30KpbI1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang perizinan
usaha leasing. Sejalan dengan perkembangan waktu dan
per ekonomi
an Indonesia permasalahan yang melibatkan leasing semakin banyak dan kompleks. Mulai dari jenis leasing yang paling sederhana sampai yang rumit.
Kata leasing sebenarnya berasal dari kata to lease yang bearti menyewakan. Leasing sebagai suatu jenis kegiatan dapat dikatakan masih baru atau muda dalam
kegiatan yang dilakukan di Indonesia, yaitu baru dipakai pada tahun 1974. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa perusahaan leasing yang statusnya sebagai
suatu lembaga keuangan non bank. Pengertian leasing menurut surat Keputusan Bersama Menteri
Keuangan dan
Menteri Perdagangan dan Industri Republik Indonesia No. KEP- 122MKIV21974, Nomor 32MSK21974, dan Nomor 30KpbI1974 tanggal 7 Februari 1974 adalah:
”Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu,
berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau
Universitas Sumatera Utara
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang telah disepakati bersama”.
Dalam setiap transaksi leasing terdapat paling tidak 5 pihak yang berkepentingan, yaitu :
1. Lessee
Perusahaan atau pihak yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari
pihak perusahaan leasing. 2.
Lessor Pemilik dari aktiva yang akan di lease, atau pihak yang menyewakan barang dan
dapat terdiri dari beberapa perusahaan. Lessor merupakan perusahaan yang menyediakan jasa pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal.
3. Supplier
Perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembiayaan secara tunai oleh lessor.
4. Bank
Secara tidak langsung bank terlibat dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor.
5. Asuransi
Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara lessor dengan lessee.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Macam-macam Leasing
Secara garis besar leasing dibagi dua jenis: 1.
Finansial Lease Ciri utama pada financial lease ini ialah pada akhir kontrak lessee mempunyai
hak pilih hak opsi untuk membeli barang modal sesuai dengan nilai sisa yang disepakati, atau mengembalikannya kepada lessor, atau memperpanjang masa kontrak
sesuai syarat-syarat yang telah disetujui bersama. Perusahaan leasing pada jenis ini berlaku sebagai suatu lembaga
keuangan . Lessee yang akan membutuhkan suatu
barang modal menentukan sendiri jenis serta spesifikasi dari barang yang dibutuhkan. Lessee juga mengadakan negoisasi langsung dengan supplier mengenai harga, syarat-
syarat perawatan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan pengoperasian barang tersebut. Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut kepada
supplier dan kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai imbalan atas jasa pengguanaan barang tersebut lessee akan membayar secara berkala kepada
lessor sejumlah uang yang berupa rental untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.
2. Operating Lease
Pada operating lease, lessor membeli barang dan kemudian menyewakan kepada lessee untuk jangka
waktu tertentu. Dalam praktik lessee membayar rental
yang besarnya secara keseluruhan tidak meliputi harga barang serta biaya yang telah dikeluarkan oleh lessor. Di dalam menentukan besarnya pembayaran lease, lessor
tidak memperhitungkan biaya-biaya tersebut karena setelah masa lease berakhir
Universitas Sumatera Utara
diharapkan harga barang tersebut masih cukup tinggi. Di sini jelas tidak ditentukan adanya nilai sisa serta hak opsi bagi lessee.
2.1.4 Resiko di Dalam Perusahaan Pembiayaan
Secara umum, berbagai risiko yang mempengaruhi kinerja perusahaan pembiayaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut Risiko Mikro dan Risiko Makro.
Berikut penjelasan risiko-risiko tersebut.
1. RISIKO EKONOMI MIKRO a. Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan muncul ketika konsumen atau debitur mengalami kesulitan dalam membayar angsuran tepat pada waktunya. Risiko ini dapat meningkat
saat jumlah pinjaman semakin bertambah. Pemantauan intensif terhadap saldo pokok pinjaman merupakan hal yang kritis dalam upaya menghindari risiko pembiayaan
Risiko pembiayaan ini akan selalu menjadi sebuah faktor dalam pertumbuhan bisnis maka mengelola dan meminimalisasi risiko tetap harus menjadi fokus utama
perusahaan.
b. Risiko Pendanaan
Risiko pendanaan akan muncul saat perusahaan menemui kesulitan dalam mendapatkan sumber dana, baik dalam bentuk pinjaman maupun pendanaan bersama.
Kesulitan eksternal tersebut akan mempengaruhi perkembangan Perusahaan, dan
Universitas Sumatera Utara
membatasi kemampuan untuk menawarkan fasilitas pembiayaan kepada konsumen. Risiko dapat juga berupa ketidaksesuaian atas jangka waktu sumber dana dengan
jangka waktu pembiayaan maupun tingkat bunga yang diperoleh dengan tingkat bunga yang ditetapkan kepada konsumen yang berakibat pada tidak sesuainya arus
kas hingga mempengaruhi perkembangan perusahaan.
c. Risiko Persaingan