Sensor suhu Termokopel Sensor suhu Termistor Sensor suhu LM 35 Dasar-Dasar Perpindahan Kalor

fg uap uap h q m  Literjam.m 2 ……………………… 2.1 Sedangkan untuk effisiensi digunakan rumus : 100 x G q R uap   …………………………………….. 2.2 Keterangan : q : Kecepatan perpindahan panas oleh penguapan Wm uap 2 m uap : Kecepatan perpindahan massa penguapan Laju distilasi, [Literjam.m 2 ] h fg : Panas laten penguapan, 2308 kJkg G R : Radiasi surya, Wm 2  : Effisiensi

2.2 Sensor Suhu

2.2.1 Jenis – jenis Sensor Suhu

a. Sensor suhu Termokopel

Termokopel adalah sensor aktif terdiri dari 2 kawat yang berlainan jenis, salah satu ujungnya disambungkan dan ujung yang lain tidak disambung. Ujung yang disambung disebut sambungan junction dan ujung yang terbuka lainnya disebut terminal. Terminal termokopel hanya dapat memberikan tegangan bila terdapat perbedaan suhu antara sambungan dengan terminal.

b. Sensor suhu Termistor

Termistor adalah semikonduktor dimana kehantaran listriknyahambatannya sangat dipengaruhi oleh suhu. Universitas Sumatera Utara

c. Sensor suhu LM 35

LM 35 didasarkan pada perubahan arus maju dioda yang dipasang di dalam IC sebagai sensor. Perubahan arus maju dioda ini selanjutnya dirubah menjadi tegangan kweluar oleh IC. Tegangan keluar ini akan sebanding dengan perubahan suhu yang diberikan pada IC. LM 35 ini mempunyai sensitivitas ≈ 10 mV C artinya setiap kenaikan suhu 1 C akan diperoleh kenaikan tegangan keluar sebesar 10 mV. Daerah operasi meliputi suhu mulai -55 C sampai dengan 150 C. LM 35 tidak banyak dipengaruhi noise sehingga cocok untuk pengukuran suhu yang jauh dari pusat kendali operator.

2.3 Radiasi Matahari

Radiasi matahari adalah sinar yang dipancarkan dari matahari kepermukaan bumi, yang disebabkan oleh adanya emisi bumi dan gas pijar panas matahari. Radiasi dan sinar matahari dipengaruhi oleh berbagai hal sehingga pancarannya yang sampai dipermukaan bumi sangat bervariasi. Penyebabnya adalah kedudukan matahari yang berubah-ubah, revolusi bumi, dan lain sebagainya. Walaupun cuaca cerah dan sinar matahari tersedia banyak, besarnya radiasi supaya tiap harinya selalu berubah-ubah.

2.3.1. Geometri Radiasi Matahari

Untuk mengetahui energi radiasi yang jatuh pada permukaan bumi dibutuhkan beberapa parameter letak kedudukan dan posisi matahar, hal ini perlu Universitas Sumatera Utara untuk mengkonversikan harga fluks berkas yang diterima dari arah matahari menjadi hubungan harga ekivalen ke arah normal permukaan. Berikut ini adalah beberapa definisi yang digunakan, antara lain : 1. Sudut datang  adalah sudut antara sinar datang dengan normal pada permukaan pada sebuah bidang 2. Sudut latitude  pada suatu tempat adalah sudut yang dibentuk oleh garis radial ke pusat bumi pada suatu lokasi dengan proyeksi garis pada bidang equator. Sudut deklinasi berubah harga maksimum +23,45 pada tanggal 21 juni ke harga minimum -23,450 pada tanggal 21 desember. Deklinasi 00 terjadi pada tanggal 21 maret dan 22 desembar. 3. Sudut Zenit Z  adalah sudut yang dibuat oleh garis vertikal ke arah zenit dengan garis ke arah titik pusat matahari. 4. Sudut Azimuth Z  adalah sudut yang dibuat oleh garis bidang horizontal antara garis selatan dengan proyeksi garis normal pada bidang horizontal. Sudut azimut posotif jika normal adalah sebelah timur dari selatan dan negatif pada sebelah barat dan selatan. 5. Sudut latitude  adalah sudut yang di buat oleh garis ke titik pusat matahari dengan garis proyeksinya pada bidang horizontal. 6. Sudut kemiringan slope  adalah sudut kemiringan yang di buat oleh permukaan bidang dengan horizontal.

2.4 Intesitas Radiasi Surya

Karena adanya perubahan letak matahari terhadap bumi maka intensitas radiasi surya yang tiba di permukaan buni juga berubah-ubah. Maka berkaitan Universitas Sumatera Utara dengan hal tersebut di atas radiasi surya yang tiba pada suatu tempat di permukaan bumi dapat kita bedakan menjadi 3 jenis. Ketiga jenis radiasi itu adalah

1. Radiasi Lansung direct radiation

Intensitas radiasi lansung atau sorotan per jam pada sudut masuk normal I bn dari persamaan berikut ini: z b bn I I  cos  ………………………………………. 2.3 dimana I b adalah radiasi sorotan pada sumbu permukaan horisontal dan cos z  adalah sudut zenit. Dengan demikian, untuk suatu permukaan yang dimiringkan dengan sudut  terhadap bidang horisontal, intensitas dari komponen sorotan adalah: z T b T bn bT I I I    cos cos cos   ………………………… 2.4 Dimana T  disebut sudut masuk, dan didefinisikan sebagai sudut antara arah sorotan pada sudut masuk normal dan arah komponen tegak lurus 90 pada permukaan bidang miring.

2. Radiasi Sebaran diffuse radiation

Radiasi sebaran yang disebut juga radiasi langit sky radiation, adalah radiasi yang dipancarkan ke permukaan penerima oleh atmosfer, dan Universitas Sumatera Utara karena itu berasal dai seluruh bagian hemisfer langit. Radiasi sebaran langit didistribusikan merata pada hemisfer disebut distribusi isotropik, maka radiasi sebaran pada permukaan miring dinyatakan dengan :       2 cos , 1  d dT I I ………………………………. 2.5 Dimana  adalah sudut miring dari permukaan miring dan I d menunjukan besarnya radiasi sebaran per jam pada suatu permukaan horisontal.

3. Radiasi Pantulan

Selain komponen radiasi lansung dan sebaran, permukaan penerima juga mendapatkan radiasi yang dipantulkan dari permukaan yang berdekatan, jumlah radiasi yang dipantulkan tergantung dari reflektansi  albeldo dari permukaan yang berdekatan itu, dan kemiringan permukaan yang menerima .Radiasi yang dipantulkan per jam, juga disebut radiasi pantulan.          2 cos 1   d b rT I I I ………………………. 2.6 Dimana reflektansi  dianggap 0,20 – 0,25 untuk permukaan-permukaan tanpa salju dan 0,7 untuk lapisan salju yang baru turun, kecuali jika tersedia data yang lain. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.5 Jenis-jenis radiasi Indonesia yang terletak di daerah tropis memiliki keadaan cuaca yang cukup berawan sehingga porsi radiasi hambur cukup besar. Alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap besarnya radiasi global di sebut Piranometer. Alat ini mengukur besarnya radiasi matahari yang datang dan segala arah. Sedangkan untuk mengukur radiasi lansung kita menggunakan alat yang disebut Piranograp. Gambar 2.6 Piranometer kiri dan Piranograp kanan Lapisan luar dari matahari yang disebut fotosfer memancarkan suatu spektrum radiasi yang kontinu. Untuk pembahasan ini cukup dianggap matahari Universitas Sumatera Utara sebagai sebuah benda hitam, sebuah radiator sempurna pada 5762 K. Dalam ilmu fotovoltaik dan studi mengenai permukaan tertentu, distribusi spektral adalah penting. Gambar 2.7 Bola Surya Dimana : ds = Diameter matahari R = Jarak rata-rata matahari – bumi. Radiasi yang dipancarkan oleh permukaan matahari, E S, adalah sama dengan hasil perkalian konstanta Stefan-Bolzman  , pangkat empat temperatur permukaan absolut T S 4 dan luas permukaan  d s 2 , W T d E s s s 4 2 .    …………………………………… 2.7 Dimana  = 5,67 x 10 -8 Wm 2 .K 4 , temperatur permukaan T s dalam K, dan diameter matahari d s dalam meter.dari gambar di atas dapat dilihat jari-jari R adalah sama dengan jarak rata-rata antara matahari dan bumi. Luas permukaan Universitas Sumatera Utara bumi adalah sama dengan 4  R 2 , dan fluksa radiasi pada satu satuan luas dari permukaan bola tersebut yang dinamakan iradiansi, menjadi 2 4 2 4R T d G s s   Wm 2 ………………………………….... 2.8 Dengan garis tengah matahari 1,39 x 10 9 m, temperatur permukaan matahari 5762 K, dan jarak rata-rata antara matahari dan bumi sebesar 1,5 x 10 11 m, maka fluksa radiasi persatuan luas dalam arah yang tegak lurus pada radiasi tepat diluar atmosfer bumi adalah: 2 2 11 4 4 3 2 2 9 4 4 .K 2 8 10 5 , 1 10 762 , 5 10 39 , 1 10 67 , 5 m x x K x x m x x m W x G   = 1353 Wm 2 Radiasi surya yang diterima pada satuan luasan di luar atmosfir tegak lurus permukaa matahari pada jarak rata-rata antara matahari dengan bumi disebut konstanta surya adalah 1353 Wm 2 dikurangi intesitasnya oleh penyerapan dan pemantulan atmosfer sebelum mencapai permukaan bumi. Ozon di atmosfer menyerap radiasi dengan panjang gelombang pendek ultraviolet, karbondioksida dan uap air menyerap sebagian radiasi dengan panjang gelombang yang lebih panjang inframerah. Selain pengurangan radiasi bumi yang lansung atau sorotan oleh penyerapan tersebut, masih ada radiasi yang dipancarkan oleh molekul- molekul gas, debu, dan uap air dalam atmosfer sebelum mencapai bumi sebagai Universitas Sumatera Utara radiasi sebaran, Pengukuran berikutnya terjadi apabila permukaan penerima radiasi itu tidak pada kedudukan tegak-lurus sorotan radiasi yang masuk. Tabel 2.1 Satuan lain untuk Konstanta Surya Konstanta Surya G sc 1353 Wm 2 429 Btuhr.ft 2 116.4 Langleyhr 4.871 MJm 2 .hr sumber “Tekhnologi Rekayasa Surya”, Diterjemahkan oleh Prof. Wiranto Arismunandar , Konstanta surya G adalah konstanta yang digunakan sebagai dasar acuan untuk mengetahui besarnya intensitas radiasi surya sebelum mengalami penurunan karena berbagai macam hambatan dalam perjalanannya menuju permukaan bumi. Hambatan yang timbul itu adalah seperti, ketika radiasi surya melewati lapisan-lapisan atmosfir, itu terjadinya yang mempengaruhi posisi matahari, posisi dan letak permukaan pada bumi, dan kondisi-kondisi lainnya. Dari tabel diatas memuat konstanta surya dalam satuan lain. Satuan langley sama dengan 1 kaloricm 2 , adalah satuan yang umumnya dapat dijumpai dalam literatur mengenai radiasi surya, dimana 1 kalori = 4,187 Joul, maka 1 langley = 1 kaloricm 2 = 0,04187 MJm 2 , suatu faktor konversi yang sering digunakan. Universitas Sumatera Utara

2.4.1 Intensitas Radiasi Surya Pada Bidang Permukaan

Bumi berevolusi pada sumbunya selama 365 hari, bumi juga berrotasi pada sumbunya selama satu hari. Selama berevolusi dan berrotasi pada sumbunya bumi mengalami kemiringan terhadap sumbu vertikalnya sebesar 23,5 O . Gambar 2.8 Deklinasi matahari, posisi pada musim panas Pada gambar diatas gambar 2.8 dapat dinyatakan di dalam suatu hubungan persamaan sebagai berikut :             cos . cos . cos sin cos     ……… 2.9 sumber “Tekhnologi Rekayasa Surya”, Diterjemahkan oleh prof. Wiranto Arismunandar Dimana :  : Sudut sinar datang terhadap garis normal permukaan  : Sudut deklinasi  : Garis lintang dari posisi alat  : Kemiringan sudut permukaan dan alat  : Sudut waktu Universitas Sumatera Utara Besarnya sudut yang dialami bumi terhadap sumbu vertikalnya di sebut deklinasi. Dan deklinasi inilah yang mempengaruhi terjadinya distribusi sinar matahari dan energi panas surya pada bidang permukaan bumi. Bila hasil perkalian intensitas surya yang diterima bumi dengan cosinus sudut sinar datang, maka besarnya laju energi yang diterima oleh suatu permukaan di bumi dengan luasan persegi dapat ditulis dengan persamaan.  cos . T G A q  ……………………………………… 2.10 sumber “Tekhnologi Rekayasa Surya”, Diterjemahkan oleh prof. Wiranto Arismunandar Dimana : q : Laju energi, W A : Satuan luas pada bidang, m 2 G T : Intensitas radiasi surya yang diterima oleh permukaan bumi, Wm 2  : Sudut sinar datang

2.4.2 Data Radiasi Matahari di Wilayah Indonesia

Bedasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari beberapa lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut :  Untuk Kawasan Barat Indonesia KBI sekitar 4,5 kWhm 2 hari dengan variasi bulanan sekitar 10 .  Untuk Kawasan Timur Indonesia KTI sekitar 5,1 kWhm 2 hari dengan variasi bulanan 9 . Universitas Sumatera Utara  Dengan demikian, kecepatan angin rata-rata di Indonesia sekitar 4,8kWhm 2 hari dengan variasi bulanan 9 . Catatan : Pada tengah hari yang cerah radiasi sinar matahari di bumi mampu mencapai nilai 1000 Wm 2 = 1 kWm 2 = 100mWcm 2 . Tabel 2.2 Radiasi Penyinaran Matahari di Indonesia Pebruari 2008 WILAYAH POTENSI RADIASI VARIASI BULANAN Kawasan Barat Indonesia KBI Per hari 4,5 kWhm 2 10 Kawasan Timur Indonesia KTI Per hari 5,1 kWhm 2 9 Rata-Rata Wilayah Indonesia 4,5 – 4,8 kWhm 2 hari 9,5 sumber “htp;theindonesiannoor.comindex2.html”. Kemudian diadakan suatu pendekatan Intensitas radiasi surya GT yang diterima oleh permukaan atmosfir bumi sesuai tanggal dan bulan sebagai waktu pelaksanaan, sehingga pada akhirnya radiasi surya yang tiba pada permukaan bumi akan berkurang. Intensitas surya yang diterima oleh permukaan atmosfir bumi dapat dihitung dengan menggunakan rumus : G T = G R            25 . 365 360 cos 033 . 1 xn ……………………. 2.11 sumber “Tekhnologi Rekayasa Surya”. Diterjemahkan oleh prof. Wiranto Arismunandar Universitas Sumatera Utara Dimana : G T : Intensitas radiasi surya yang diterima oleh permukaan bumi. G R : Konstanta surya 4500 Wm 2 . sumber tabel 2.2 n : Jumlah hari, dihitung mulai 1 januari Maka untuk untuk menghitung radiasi matahari yang diserap,dibiaskan,dipantulkan oleh suatu permukaan kaca dengan persamaan 2.12 sebagai berikut : q serap kaca = Absorbtansi x G T ……. 2.12.a q bias kaca = Transmitansi x G T ……. 2.12.b q pantul kaca = Reflektansi x G T ……. 2.12.c sumber :htpgoogle.com;energi matahari;kolektor plat datar

2.5 Dasar-Dasar Perpindahan Kalor

Definisi dari perpindahan kalor adalah berpindahnya energi dari suatu daerah ke daerah lainya sebagai akibat perbedaan suhu antara daerah-daerah tersebut. Secara umum perpindahan kalor dapat dukategorikan dalam tiga cara yang berbeda , yaitu : a Perpindahan kalor secara konduksi Konduksi adalah suatu proses dimana kalor mengalir dari daerah yang bersuhu tinggi menuju daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu media padat, cair dan gas, atau antara media-media yang berlainan yang bersinggungan secara lansung. Untuk menghitung laju aliran secara Universitas Sumatera Utara konduksi dapat dijabarkan dalam suatu persamaan yang dinyatakan dengan hukum Fourier, yaitu :       dx dT kA q kond ………………………………….. 2.13 Sumber Holman, J.P Perpindahan Panas, hal. 2 Dimana : q kond : Laju perpindahan kalor dengan cara konduksi, W k : Konduktivitas thermal, Wm.K Ε : Luas penampang tegak lurus pada aliran kalor, m 2 dx dT : Gradien temperatur dalam arah aliran panas Dalam aliran kalor konduksi, perubahan energi terjadi karena hubungan molekul secara lansung tanpa adanya perpindahan molekul-molekul yang cukup besar. b Perpindahan Kalor Secara Konveksi Konveksi adalah proses perpindahan kalor dengan kerja gabungan dan kalor konduksi, menyimpan energi dan gerakan mencampur. Perpindahan kalor secara konveksi sangat penting sebagai mekanisme perpindahan kalor antara permukaan benda padat dan cairan atau gas. Panas secara konveksi menurut cara menggeraknnya dibagi dua bagian yaitu :  Konveksi alamiah free convection terjadi jika gerakan mencampur berlansung, semata-mata akibat dari perbedaan kerapatan yang disebabkan oleh gradien massa jenis. Universitas Sumatera Utara  Konveksi paksa forced convection terjadi jika gerakan mencampur di sebabkan oleh suatu alat dari luar, seperti pompa atau kipas. Pada umumnya,. Perpindahan kalor dengan cara konveksi antara suatu permukaan dengan suatu fluida dapat dihitung dengan suatu persamaan, yaitu :   f W konv T T hA q   …………………………………… 2.14 Sumber Holman, J.P Perpindahan Panas, hal. 11 Dimana : q konv : Laju perpindahan panas dengan cara konveksi, W A : Luas permukaan perpindahan kalor, m 2 h : Koefesien konveksi, Wm 2 .K T f : Temperatur fluida, K T w : Temperatur dinding, K c Perpindahan Kalor Secara Radiasi Radiasi adalah proses dimana kalor mengalir dari benda bersuhu tinggi menuju ke suatu benda yang bersuhu lebih rendah, bila benda-benda itu terpisah dalam ruangan dan bahkan bila terdapat ruang hampa di antara benda-benda tersebut. Untuk menghitung laju pancaran radiasi pada suatu permukaa dapat digunakan persamaan sebagai berikut : 4 . . .    T A q   ……………………………………... 2.15 Sumber Holman, J.P Perpindahan Panas, hal 11 Universitas Sumatera Utara Dimana : q : Laju perpindahan kalor radiasi, W  : Emisivitas benda, 0  1  : Konstanta Stefan-Boltzznann, 5,67 x 10 -8 Wm 2 .K 4 T  : Perpindahan temperatur, K A : Luas permukaan bidang, m 2

2.6 Sifat-Sifat Radiasi