Indikasi Program Konsep Pengembangan Kawasan Kota

144 c. Rencana struktur tingkat pelayanan tata jenjang antara fungsi-fungsi pelayanan lingkungan d. Rencana sistem jaringan jalan lokasi dan besaran fungsi arteri sekunder, kolektor sekunder dan lokal sekunder, jalan KA, alur pelayaran e. Rencana sistem jaringan utilitas lokasi dan besaranjaringan sekunder dan tersier untuk sistem jaringan air bersih, telepon, listrik, air limbah, gas f. Rencana intensitas bangunan lingkungan perbandingan keseluruhan luas lahan yang tertutup pada tiap blok peruntukan g. Rencana ketinggian bangunan ketinggian maksimum dan minimum untuk tiap blok peruntukan h. Rencana GSB atau garis pengawasan jalan. i. Rencana indikasi unit pelayanan perbelanjaan, kesehatan, pendidikan rekreasi, OR pada tiap blok peruntukan j. Rencana tahapan pembangunan k. Pengelolaan penanganan lingkungan perbaikan, pembaruan, pemugaran, peremajaan perlindungan lingkungan, manajemen lahan, pengoperasian aparat pelaksana dan pengendali pada tingkat kecamatan Konsep akhir rencana tata ruang dipresentasikan oleh tim penyusun di hadapan DPRD Kota serta unsur Muspika setempat untuk dapat dibahas sebagai acuan rancangan perda, yang kemudian disempurnakan dan ditetapkan sebagai suatu perda melalui sidang paripurna DPRD daerah masing-masing. Dalam jenjang perencanaan, RDTR kabupatenkota tidak hanya berbeda dalam hal tingkat ketelitian skala peta dan jangka waktu perencanaanya namun juga dalam hal substansi yang terkandung di dalamnya. Apabila RDTR kota adalah berupa rencana dan indikasi program pembangunan internal kabupatenkota, maka RDTR kabupatenkota pada jenjang di atasnya merupakan arahan kebijaksanaan yang terutama mengakomodasikan hubungan dan keterkaitan antar kawasankabupatenkota di wilayah Kota itu sendiri.

4. Indikasi Program

Kriteria umum dalam menentukan indikasi program pembangunan secara keseluruhan adalah: - M e ng in t eg ra s i k an u s a h a- u s aha pengembangan dan pembangunan: - Mempertimbangan aspirasi masyarakat serta potensi dan masalah yang ada di daerah agar tercapai segi efisiensi dari usaha-usaha pengembangan wilayah; - Konsisten dengan arahan tata ruang yang telah ditetapkan. 5. Konsep Pengembangan Analisis yang dilakukan adalah bertujuan untuk: a. Memahami karakteristik unsur-unsur pembentukan ruang; b. Memahami hubungan sebab akibat terbentuknya kondisi ruang wilayah; c. Mengetahui beberapa fenomena yang ada. Aspek-aspek analisis yang dimaksud meliputi: kebijaksanan pembangunan; Analisis regional; Ekonomi dan sektor unggulan; SDM; Sumberdaya buatan dan SDA; Sistem permukiman; Penggunaan lahan; Pembiayaan pembangunan; Kelembagaan. Dalam jenjang perencanaan, konsep pengembangan kawasan ini tidak hanya berbeda dalam hal tingkat ketelitian skala peta dan jangka waktu perencanaanya namun juga dalam hal substansi yang terkandung di dalamnya. Apabila RDTR kabupatenkota adalah berupa rencana dan indikasi program pembangunan internal kabupatenkota, maka RDTR tersebut pada jenjang di atasnya merupakan arahan kebijaksanaan yang terutama mengakomodasikan hubungan dan keterkaitan antar kawasan kabupatenkota di lingkup Kota. Infrastruktur sangat penting untuk dibenahi dalam menyusun konsep yang baik. Salah satu contohnya yaitu prasarana transportasi dan pemanfaat SDA yanga ada. Prasarana transportasi ini mencakup darat, laut, dan udara. Data dan peta sistem prasarana transportasi darat yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: Pola jaringan jalan dan rel kereta api; Kondisi jalan; Lokasi dan volume bongkar-muat di terminal. Data dan peta sistem prasarana transportasi air sungai, danau, penyebe- 145 rangan, dan laut yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: • Pola jaringanalur pelayaran; Jenis-jenis pelayaran; Asal dan tujuan pelayaran; a. Volume aliran barang dan penumpang; b. Lokasi dan volume bongkar muat pontoondermagapelabuhan. • Data dan peta prasarana transportasi udara yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : a. Pola jaringan penerbangan; b. Jenis-jenis penerbangan; c. Asal dan tujuan penerbangan; d. Volume aliran barang dan penumpang; e. Lokasi dan kapasitas Bandar udara. HASIL 1. Lingkup Perkotaan Daerah perkotaan merupakan daerah yang memiliki fungsi daerah strategis dalam tinjauan kegiatan ekonomi. Oleh karena daerah ini memiliki infrastruktur yang cukup memadai maka perlu penataan beberapa komponen untuk pengembangan kawasan perkotaan sebagai daerah pusat kegiatan pemerintahan. Beberapa komponen-komponen yang menjadi program prioritas dalam pengembangan kawasan ini, yaitu: a. Pengembangan pusat-pusat permukiman potensial termasuk permukiman kumuh pada daerah pinggiran dengan program penataan kembali wilayah adminitratif kecamatan. b. Peningkatan pelayanan prasarana transportasi dan komunikasi untuk membuka keterisolasian daerah dengan daerah sekitarnya. c. Pengembangan pusat sentra produksi dan peningkatan modal usaha guna membuka pemasaran produksi. d. Peningkatan pelayanan sosial dasar khususnya pendidikan dan kesehatan, serta penyuluhan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kesadaran masyarakat. e. Pengembangan partisipasi swasta dalam pemanfaatan potensi wilayah khususnya bidang pendidikan. f. Penetapan pusat-pusat pertumbuhan dan pengembangan pusat-pusat pemukiman potensial yang tetap berorientasi pada system atau pola pengembangan wilayah. g. Penanggulangan kemiskinan yang dicapai melalui pemenuhan kebutuhan mendesak dan melalui redistribusi manfaat yang diperoleh dari pertumbuhan ekonomi khususnya dari sektor-sektor produksi seperti industri rumah tangga. Pengembangan kawasan ini dilakukan dengan penyerasian pendekatan pembangunan prosoperity approach dan pendekatan keamanan security approach Dari segi aspek sosial ekonominya, daerah ini merupkan daerah yang cukup berkembang. Hal ini dapat dilihat dari segi kondisi kehidupan masyarakat sekitarnya, yang pada umumnya hidup cukup modern. Secara gamblang dapat kita perhatikan dari kondisi bangunan yang ada mulai dari perumahan sampai bangunan gedung bertingkat yang ada pada daerah ini sangat modern dari segi tampilan. Masyarakatnya hidup dengan taraf kehidupan yang cukup layak. Tetapi juga masih ada masyarakatnya yang hidup dibawah garis kemiskinan. Daerah yang masih terdapat masyarakat yang kurang mampu ini umumnya ada di daerah pinggiran, contoh yang ada pada daerah ini masyarakat membentuk lingkungan perumahan kumuh tepat pada pinggir anak sungai babura. Disepanjang sungai ini dapat dijumpai kelompok masyarakat miskin kota yang mendiami daerah ini cukup lama. Ada beberapa aspek sosial ekonomi yang menyebabkan masih adanya masyarakat yang hidup kumuh di dalam daerah kecamatan Medan hal ini disebabkan antara lain oleh: a. Aksesibilitas ke daerah kota yang rendah; b. Rendahnya tingkat pendidikan dan rendahya pengetahuan tentang kesehatan masyarakatnya ; c. Rendahnya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakatnya ; d. Langkanya informasi tentang pemerintah dan minimnya perhatian dari pemerintah yang diserikan pada kelompok masyarakat pingiran ini. 2. Kependudukan Aspek-aspek kepedudukan terutama yang memiliki pengaruh timbal balik dengan pertumbuhan perkembangan wilayah sosial 146 dan ekonomi; untuk memahami faktor-faktor sosial kemasyarakatan yang mempengaruhi perkembangan wilayah serta hubungan kualitas diantara faktor-faktor tersebut. Dari hasil analisis ini dapat diketahui potensi sumberdaya manusia yang dapat dikembangkan. Data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: Jumlah penduduk; Kepadatan penduduk; Pertumbuhan penduduk; Penduduk menurut struktur agama; Penduduk menurut jenis kelamin; Penduduk menurut struktur pendapatan; Penduduk menurut struktur pindidikanpekerjaan ; Jumlah kepala keluarga; Angka kelahiran dan angka kematian; Tingkat mobilitas penduduk; Tingkat harapan hidup; Tingkat buta huruf. Kebijaksanaan kependudukan ini diarahkan untuk menunjang usaha-usaha agar pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat terlaksana dengan baik sehingga perlu ditingkatkan usaha-usaha pembinaan, pengembangan dan pemanfaatan potensi sumber daya manusia. Kebijaksanaan kependudukan meliputi: a. Pengendalian pertumbuhan penduduk Pengendalian pertumbuhan pendu- duk dicapai melalui pembatasan kelahiran dan migrasi. Pembatasan kelahiran dicapai melalui intensify- kasi program Keluarga Berencana. b. Pemerataan penyebaran penduduk Salah satu masalah kependudukan yang timbul di KecamatanKota Medan adalah penyebaran penduduk yang tidak merata dimana masih terkonsentrasi pada pusat kota. Untuk menanggulangi keadaan ini kebijaksanaan yang dijalankan adalah menciptakan keseimbangan dalam proses pembangunan kota dengan cara mendistribusikan penduduk secara merata sesuai dengan jarak dan pusat kota ke seluruh wilayah kota. Usaha yang ditempuh antara lain adalah dengan cara melakukan penyebaran fasilitas- fasilitas pelayanan ke seluruh daerah permukiman penduduk, baik pada daerah permukiman yang telah ada maupun yang akan direncanakan. Untuk maksud tersebut arahan kepadatan penduduk mengikuti kebijaksanaan: • Kepadatan rendah: Max 50 jiwaHa • Kepadatan menengahsedang: 50- 150 jiwaHa • Kepadatan tinggi: 150-300 jiwaHa i. Perluasan kesempatan kerja Memperluas kesempatan kerja untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menampung angkatan kerja yang baru sehingga tercapai pemerataan pendapatan masyarakat bagi peningkatan taraf hidup, kesejahteraan dan kecerdasan menuju masyarakat adil dan makmur, kebijaksanaan utama untuk mendorong pengadaan kesempatan kerja adalah dengan meningkatkan kegiatan perdagangan dan jasa secara internal dan kegiatan industri kecil di wilayah perencanaan serta pembangunan di segala bidang. 3. Kebijaksanaan Pengembangan Ekonomi Untuk mengembangkan kegiatan ekonomi agar pendapatan masyarakat meningkat dan memperluas kesempatan kerja diperlukan beberapa kebijaksanaan yang diakomodasikan selanjutnya di dalam rencana spesial. Kebijaksanaan tersebut adalah: a. Pengembangan di sektor perdangan dan jasa bertujuan untuk mening- katkan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat dalam waktu yang tepat dan dengan harga layak, seperti peningkatan fasilitas perbelanjaan berupa pasar permanen dan kios dan pusat perbelanjaan. b. Pengembangan kegiatan tersier berupa jasa pelayanan dalam ber- bagai bentuk yang dapat menunjang sektor primer perkebunan dan pertanian tanaman pangan dan sektor sekunder industri kecil, agrowisata dan sebagainya. c. Mengembangkan kegiatan primer dan sekunder dengan mapan dan spesifik. d. Menyediakan utilitas dan fasilitas untuk mendukung kegiatan ekonomi yang dikembangkan. 147 e. Membentuk kawasan ekonomi yang terintegrasi dengan fasilitas pendu- kungnya dan sistem transportasi penunjang. f. Pengembangan kegiatan sekunder yang menguntungkan kedua sisi, yaitu sisi penyedia dengan mengam- bil keuntungan dari kegiatannya dan sisi pengguna melalui tersedianya kebutuhan. Pengembangan kegiatan sekunder mencakup aktivitas yang langsung mendis- tribusikan barang pada konsumen akhir, dalam hal ini penduduk itu sendiri. Wujud fisik aktivitas lain dalam bentuk pasar, toko, pertokoan, supermarket, warung dan kios. Perkembangan jenis ini sangat dipengaruhi oleh tingkat konsumsi dan demand penduduk. Pengembangan aktivitas sekunder mengikuti pola pengembangan tata ruang secara makro di bidang ekonomi serta kecendrungan perkembangan fisik kawasan. Pengembangannya juga mempertimbangkan distribusi penduduk sebagai demand market, pola konsumsi serta prospek ekonomi kegiatan ditinjau dari potensi daya dukung berkembangnya kegiatan . Kegiatan sekunder diarahkan sesuai kebutuhan pada unit pelayanan yang ada. Aktivitas sekunder dikembangkan menurut jenis dan skala pelayanan fasilitas. Dengan dasar tersebut, maka pengembangan jenis aktivitas sekunder diarahkan menurut penduduk pendukung dan jenis aktivitasnya. Pasar dikembangkan melayani satu unit lingkungankelurahan, tokowarung dikembangkan tiap blok, sedangkan pusat perdagangan memiliki skala pelayanan satu KecamatanKota. Pola dan pengembangan kegiatan sekunder tersebut mengindikasikan pengembangan aktivitas sekunder dipengaruhi faktor aksebility jalan, lokasi, distribusi demand penduduk, lalu lintas, berkembangnya kegiatan ekonomi yang telah ada dan ketersediaan lahan. Oleh karena itu penataan ruang aktivitas sekunder di wilayah perencanaan dilakukan dengan mengefisienkan pelayanan dan optimalkan pemanfaatan ruang. Pada lokasi strategis dilakukan pengembangan intensif dan untuk aktivitas pelayanan unit lingkungan disesuaikan dengan daya dukung penduduk dan kemungkinan pengembangan. 4. Kebijaksanaan Pengembangan Ruang Mengingat perkembangan kegiatan aktivitas yang menggunakan ruang masih rendah intensitasnya, maka Kawasan Kota dibentuk 1 satu pusat inti kota yaitu Kota Medan, dimana kemudian dibagi menjadi 4 empat BWK dengan sub-pusat dan pusat utama. Didalam alokasi ruang, sejumlah pusat pelayanan lingkungan tertentu pada wilayah perencanaan dalam kenyataannya bisa juga memperoleh aksebilitas terhadap pelayanan yang lebih tinggi yang diberikan oleh sejumlah fasilitas tertentu dari hirarki atasannya. Namun demikian pada tiap unit lingkungan akan diusahakan untuk memperoleh fasilitas yang sesuai dengan skala lingkungannya masing-masing guna mendistribusikan kegiatan sesuai dengan pusat-pusat pelayanan yang direncanakan. Intensitas pemanfaatan ruang akan diarahkan sesuai dengan jenis kegiatan, daya dukung fisik serta daya tampung ruang. Secara umum kota Medan memiliki cadangan lahan yang cukup luas bila diperhitungkan di dalamnya kawasan perkebunan yang akan segera berakhir HGU- nya. Selain itu jumlah penduduk dan tingkat kegiatan yang akan ditampung masih dalam skala menengahrendah. Berdasarkan hal tersebut, maka pola pemanfaatan ruang lebih diarahkan kepada kawasan yang belum terbangun dan membatasi pengembangan pada bagian Timur dan Utara kota Medan. PEMBAHASAN 1. Analisis Regional Analisis regional dilakukan untuk memahami kedudukan dan keterkaitan kabupaten dan Provinsi dalam sistem regional yang lebih luas dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya. Sistem regional tersebut dapar berupa pulau atau pun nasional, di mana Provinsi dapat berperan dalam perkembangan regional dan nasional. Kebutuhan DataPeta : Data satuan wilayah sungai SWS dan daerah pengaliran sungai DPS; Ekosistem wilayah; Sistem jaringan transportasi; Sistem pergerakan barang dan modal; Pola migrasi penduduk; Karakteristik budaya suku, adat, agama, dan ras. 148

2. Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan