Analisis Kesetiaan pada Tokoh-tokoh Samurai 1. Hyouta Shanaou Yoshitsune
Selama berada di Oushu, Yoshitsune berusaha menarik simpatik tuan Fujiwara Hidehira. Tetapi Yoshitsune melakukannya dengan sangat hati-hati dan
penuh dengan perhitungan. Yoshitsune tidak mau gagal dalam mengumpulkan bantuan pasukan dari Hidehira, karena tentu saja apabila terjadi dapat
menggagalkan usaha penyerangan terhadap klan Heike. Yoshitsune banyak melakukan hal yang tanpa ia sadari Hidehira pun turut
memperhatikan. Hidehira merasa kagum akan keberanian dan kebijakkan Yoshitsune dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. Terlebih ketika
Yoshitsune berhasil membantu Hidehira mengalahkan musuhnya dan berhasil menyelamatkan anak laki satu-satunya, Yasuhira. Hidehira merasa berhutang budi
dan membalasnya dengan bersedia membantu Yoshitsune dalam melaksanakan rencana penyerangan terhadap klan Heike.
3. 3. Analisis Kesetiaan pada Tokoh-tokoh Samurai 3. 3. 1. Hyouta Shanaou Yoshitsune
Hyouta awalnya hanyalah seorang anak yatim piatu yang dirawat oleh seorang kakek tua dimana ia dilatih akrobat bersama dengan keempat anak yang
bernasib sama dengan Hyouta. Tetapi ketika berumur tujuh tahun nasibnya berubah, ia diminta berperan sebagai seorang putra keturunan dari seorang
pemimpin samurai terkenal dari klan Genji, Minamoto no Yoshitomo. Dan Hyouta pun pada akhirnya bukan hanya berperan untuk sementara saja, melainkan selama
hidupnya demi mewujudkan cita-cita Ushiwakamaru, putra asli dari Yoshitomo. Ia pun besar dengan ajaran seorang samurai sehingga jiwa samurai pun tumbuh di
dalam dirinya, dan menjadikan ia sebagai seorang samurai seutuhnya.
Universitas Sumatera Utara
Cuplikan 1, Jilid 8 :
Ushiwakamaru : “Dan aku akan mengulangi kembali permohonan
ketika aku masih kecil. Teruslah hidup sebagai Ushiwaka yang sesungguhnya Dan tolong kalahkan Heike”
Hyouta : “Hentikan Kamu kan belum tentu mati Jangan
mikir kalau kamu akan mati” Ushiwakamaru
: “Kumohon Aku tidak bisa melakukannya, tapi kamu pasti bisa”
Hyouta : “Baiklah. Aku akan hidup sebagai Ushiwaka”
Dialog di atas merupakan dialog terakhir antara Hyouta dan Ushiwaka, sebelum Ushiwaka meninggal karena penyakit yang dideritanya sejak kecil.
Hyouta berjanji akan menjadi Ushiwaka yang sesungguhnya dan melanjutkan usaha dalam mengalahkan klan Heike. Sejak itu Hyouta pun bukan merupakan
Hyouta lagi, yang merupakan anak yatim piatu, melainkan menjadi Ushiwaka seorang penerus samurai dari klan Genji. Hyouta mulai menegaskan dirinya
adalah seorang samurai dari klan Genji yang berusaha membalas dendam terhadap musuhnya Taira Kiyomori dari klan Heike. Dan Hyouta pun rela
melakukan apa saja agar dapat mewujudkan janjinya terhadap Ushiwakamaru.
Cuplikan 2, Jilid 11 :
Hyouta : “Aku akan meninggalkan kuil ini dan pergi ke
Oshu” Daibutsu
: “Kenapa?”
Universitas Sumatera Utara
Hyouta : “Demi melaksanakan wasiat Ushiwaka aku akan
pergi ke Oshu untuk menemukan orang yang berkuasa di sana” Demi memperlancar usaha untuk mengalahkan klan Heike, Hyouta harus
mengumpulkan kekuatan yang cukup termasuk pasukan berperang. Oleh karena itu Hyouta harus mencari sekutu yang kuat untuk membantu usahanya
mengalahkan klan Heike yang cukup kuat baik dari kekuasaan dan kekuatan. Ada satu orang yang cukup berkuasa yang diperkirakan dapat membantu Hyouta.
Orang tersebut adalah seorang pemimpin di Hiraizumi, Oshu, seorang samurai bernama Fujiwara Hidehira. Fujiwara Hidehira masih memiliki hubungan erat
dengan klan Genji dan tidak berada dalam pengaruh kekuasaan klan Heike. Apabila Hyouta berhasil membuat Fujiwara Hidehira memihaknya, maka
bukanlah hal yang susah dalam mengalahkan klan Heike.
Analisis :
Kesetiaan pengabdian diri HyoutaShanaou adalah kesetiaan berdasarkan moral. Semenjak Hyouta bertekad untuk mewujudkan impian Ushiwakamaru
merebut kembali kehormatan keluarga Minamoto, maka saat itu pun Hyouta telah menjadikan dirinya sebagai seorang samurai dengan menjunjung tinggi janjinya
terhadap Ushiwakamaru. Hyouta dalam perjalanan hidupnya sebagai seorang samurai benar-benar menerapkan konsep bushido. Hyouta tetap maju
mewujudkan janji setianya. Konsep bushido yang tidak pernah dilepaskannya, dijadikannya sebagai prinsip hidup yang harus dijalankan. Karena baginya
kesetiaan itu hendaknya lahiria dari batin seorang samurai.
3. 3. 2. Isesaburo Yoshimune