Analisis Sosiologis Tokoh Yankumi Dalam Komik “Gokusen” Karya Kozueko Morimoto

(1)

ANALISIS SOSIOLOGIS TOKOH YANKUMI DALAM KOMIK “GOKUSEN” KARYA KOZUEKO MORIMOTO

KOZUEKO MORIMOTO NO SAKUHIN NO “GOKUSEN” TO IU MANGA NI OKERU YANKUMI TO IU SHUJINKOU NO SHAKAIGAKUTEKINA

BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Departemen Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah

satu syarat ujian sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh:

OCTORA HANNA GRACE NIM. 060708022

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ANALISIS SOSIOLOGIS TOKOH YANKUMI DALAM KOMIK “GOKUSEN” KARYA KOZUEKO MORIMOTO

KOZUEKO MORIMOTO NO SAKUHIN NO “GOKUSEN” TO IU MANGA NI OKERU YANKUMI TO IU SHUJINKOU NO SHAKAIGAKUTEKINA

BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Departemen Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah

satu syarat ujian sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Pembimbing I Pembimbing II

Adriana Hasibuan S.S.M.Hum Drs. Nandi S

NIP : 19620727 198703 2 005 NIP : 19600822 198803 1 002

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Disetujui Oleh Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Departemen S-1 Sastra Jepang Ketua Departemen,

Prof.Drs.Hamzon Situmorang.M.S.Ph.D NIP : 19580704 198412 1 001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karuniaNya sejalan penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Usaha diiringi doa merupakan dua hal yang memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “Analisis Sosiologis Tokoh Yankumi dalam

Komik “GOKUSEN” karya Kozueko Morimoto” ini penulis susun sebagai

salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sastra pada jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama menyusun skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan yang sedikit banyak mempengaruhi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun kesulitan-kesulitan yang dihadapi juga bisa dijadikan motivasi.

Penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang. M.S., Ph.D., selaku Ketua Program Studi S-1 Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan yang juga selaku Dosen Pembimbing II yang banyak memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dan memberikan pengarahan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai..

3. Ibu Adriana S.S., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I, yang banyak memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dan


(5)

memberikan pengarahan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

4. Bapak Drs. Nandi. S, selaku Dosen Pembimbing II, yang juga banyak memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dan memberikan pengarahan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

5. Bapak/ Ibu Dosen Program Studi Sastra Jepang S-1 Universitas Sumatera Utara Medan yang telah banyak memberikan ilmu dan pendidikan kepada penulis.

6. Kepada kedua Orang Tua penulis, Bapak Ir. P.Manurung dan Ibu R.Tampubolon, yang selalu mendoakan dan mendukung agar penulis selalu sehat dan semangat, dan telah bayak memberikan dukungan moral dan material yang tidak terhingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini, menyelesaikan perkulihan dan mendapatkan gelar sarjana seperti yang telah dicita-citakan, dan tanpa kedua Orang Tua penulis, penulis tidak akan mampu untuk menjadi seperti sekarang ini.

7. Kepada adik-adikku, Ega Claudya Manurung dan Petra Yesaya Khalisto Manurung yang telah mendukung dan memberi motivasi kepada penulis. 8. Kepada teman-teman penulis di Depertemen Sastra Jepang Stambuk 2006,

Andar, Frida, Febri, Fredy, Randy, Ferdian, Victor, Hyantes, Novaria, Astirawati, Sari, Christyani, Jessi, Siska, Andi, Fadiah, Hary, Rizal, Teddy, Zulvianita, Irwan, Okky, Farah, Hartati, Ivana, Musfa, Dewi, Suci, Wulan, Nining, Wilma, Mahera, Elicabeth, Israr.


(6)

9. Kepada Kakak-kakak Senior dan Adik-adik Junior di Depertemen Sastra Jepang.

Banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, isinya pun jauh dari sempurna, untuk itu bagi para pembaca diharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaiki kesalahan pada masa mendatang.

Akhir kata, penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi peneliti yang memiliki bahan terkait dengan isi skripsi ini.

Medan, Desember 2010 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

1.2Perumusan masalah... 5

1.3Ruang Lingkup Pembahasan... 7

1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori... 7

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian... 10

1.6Metode Penelitian... 11

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK, INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT JEPANG DI TAHUN 2000, SETTING DAN BIBLIOGRAFI PENGARANG 2.1. Komik Sebagai Karya Sastra... 12

2.2. Definisi Sosiologi Sastra... 14

2.2.1. Masalah Sosial... 17

2.2.2. Klasifikasi Masalah Sosial... 19

2.3. Interaksi Sosial Masyarakat Jepang di Tahun 2000... 22


(8)

2.5. Setting dalam Komik Gokusen... 32

2.5.1 Tempat... 33

2.5.2 Waktu... 34

2.5.3 Sosial... 34

2.6 . Sinopsis Cerita... 35

BAB III ANALISIS SOSIOLOGI TOKOH “YANKUMI” DALAM KOMIK GOKUSEN KARYA KOZUEKO MORIMOTO 3.1. Di Lingkungan Sekolah... 38

3.2. Di Lingkungan Keluarga... 41

3.3. Di Lingkungan Masyarakat... 46

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan... 51

4.2. Saran... 52

DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK


(9)

ABSTRAK

Kondisi sosial jika dilihat dari sisi sosiologisnya adalah kondisi dimana individu ataupun kelompok yang berinteraksi dengan sesama dalam waktu tertentu. Sosiologi adalah ilmu yang mengkaji tentang interaksi kehidupan suatu masyarakat. Dalam bersosialisasi, ada yang dinamakan masalah sosial. Masalah sosial bersumber dari berbagai bidang yaitu ekonomi, biologi, biopsikologi dan kebudayaan. Dalam masyarakat yang bersosialisasi itu akan terjadi apresiasi sastra dan menghasilkan suatu karya sastra. Banyak macam hasil karya sastra salah satunya adalah komik.

Komik adalah salah satu hasil karya sastra yang menggambarkan suatu kegiatan sosial dalam masyarakat baik dilihat dari sudut pandang pengarang maupun gejala-gejala sosial yang terjadi pada saat komik itu diciptakan. komik berupa gambar tokoh yang dilengkapi balon udara berderet sehingga tercipta suatu alur cerita. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti kondisi sosial tokoh utama dalam komik Gokusen karya Kozueko Morimoto yaitu Yankumi.

Yankumi merupakan tokoh yang menjalankan dua peran dalam kehidupan

sosialnya salah satunya adalah peran Yakuza, dimana yankumi adalah cucu keturunan Yakuza generasi ke-tiga keluarga Kuroda. selain sebagai seorang

yakuza, yankumi juga menjalankan peran sebagai guru di SMA Shirokin yaitu

SMA khusus pria. SMA tempat yankumi mengajar adalah SMA yang terkenal dengan siswa-siswanya yang berandalan dan sering terlibat dengan tindakan kriminal.


(10)

Komik Gokusen karya Kozueko Morioto ini merupakan komik yang diciptakan atau dibuat pada tahun 2000. Tahun dimana Jepang sudah menjadi Negara modern yang dapat dilihat dan disimpulkan dari kondisi masyarakat, sistem pendidikan dan sistem keluarga modern yang terjadi pada saat itu tercermin didalam komik ini. Kondisi masyarakat bangsa Jepang pada saat itu adalah Kondisi yang benar-benar menganut budaya barat yaitu civil society artinya adalah dimana suatu masyarakat sudah tidak lagi mementingkan kerukunan, kepedulian dan keharmonisan dalam bersosialisasi terhadap sesama. Selain kehidupan masyarakat yang modern masyarakat jepang tidak lepas dari kehidupan tradisi-tradisi lamanya misalnya di Jepang masih ada yang dinamakan yakuza, yakuza yang oleh orang awam lebih dikenal dengan sebutan mafia karena sering melakukan tinadakan kekerasan dan kriminal. Yakuza sering mentattoo tubuh mereka, masyarakat Jepang yang merupakan anggota yakuza sangat sulit diterima ditengah-tengah masyarakat untuk bersosialisasi. Anggota yakuza yang telah keluar dari kelompok tersebut harus memotong jarinya.

Keluarga modern adalah keluarga yang tidak lagi mementingkan warisan ataupun kemahsyuran keluarga tersebut seperti sistem keluarga Ie yang dianut bangsa Jepang dimana keluarga meneruskan garis keturunan ayah dan tetap menjalankan keluarga tersebut layaknnya suatu perusahaan. Dalam kondisi keluarga modern, para pasangan suami istri lebih mementingkan kesejahteraan keluarga dan anak-anaknya. Pada tahun 2000 ini disimpulkan bahwa sistem keluarga modern itu adalah sistem keluarga yang tidak terlalu mementingkan adanya garis keturunan, karena pada dasarnya pasangan suami istri lebih mementingkan finansial kehidupan rumah tangga mereka.


(11)

Banyak persamaan dan perbedaan antara kehidupan Yakuza dalam kehidupan nyata dengan yakuza yang diceritakan dalam komik Gokusen. Dalam kenyataanya wanita tidak dperbolehkan menjadi yakuza. Sedangkan dlam komik Gokusen wanita itu menjadi bos kelompok dan diistimewakan keberadaannya. Dalam komik Gokusen juga dipaparkan bahwa kelompok Yakuza Kuroda tidak mengganggu masyarakat, namun sebaliknya, para Yakuza cenderung menjaga aktifitasnya agar tidak meresahkan masyarakat. Yankumi, sebagai tokoh utama membaktikan dirinya sebagai pekerja sosial. Dalam kenyataan sesungguhnya jika menjadi seorang yakuza berarti harus meninggalkan semua aktifitas luar kelompoknya. Tidak ada lembaga sosial yang mau mempekerjakan Yakuza. Yakuza juga di kenal sebagai organisasi yang masih menjalankan tradisi lamanya yaitu dengan memotong jari kelingkingnya dan menatoo seluruh tubuhnya.

Tokoh Yankumi adalah tokoh yang digambarkan memiliki karakter yang gemar menolong sesama baik dalam pekerjaan sebagai yakuza maupun sebagai guru dan ditengah-tengah masyarakat, Yankumi suka menolong sesama. Di lingkungan sekolah tempat ia mengajar Yankumi memiliki sifat yang peduli terhadap siswa-siswanya dan rekan-rekan sepekerjaan. Yankumi memiliki sifat pantang menyerah dan sabar dalam menghadapi semua masalah yang ada. Di keluarga juga, Yankumi adalah anak yang menuruti perintah kakeknya dan sayang terhadap keluarga.


(12)

要旨 ようし

梢子森本 こずえこも りもと

の作品 さくひん

GOKUSENという漫画

まんが

における“YANKUMI”という

主人公 しゅじんこう

の社会学的 しゃかいが くてき

な分析 ぶんせき

社会学的 しゃかいがくてき

な視点 してん

か ら見 み

る と 、 社 会 状 態 しゃかいじょうたい

と いう のは 、一定 いってい

の時期

じ き

人 ひと

またはグループが互 たが

いにインテルアクションをすることである。 社会学 しゃかいがく

とは、ある社会 しゃかい

の生活 せいかつ

のインテルアクションのことについて分析 ぶんせき

する 学問 がくもん

である。 社会生活 しゃかいせいかつ

を営 いとな

むとき 、 社会問題 しゃかいもんだい

がある。 社会問題 しゃかいもんだい

はいろいろの

部門 ぶもん

から出 で

てきた。たとえば、経済 けいざい

と生物学 せいぶつがく

と生物心理学 せ い ぶ つ し ん り が く

と文化 ぶんか

である。

社会生活 しゃかいせいかつ

を 営 いとな

む人々 ひとびと

から 文 学 賞 賛 ぶんがくさんしょう

が出 で

て、ある文学作品 ぶんがくさくひん

を生産 せいさん

する傾向 けいこう

である。その一 ひと

つは漫画 まんが

である。

漫画 まんが

とは、社会 しゃかい

の活動 かつどう

を説明 せつめい

する文学作品 ぶんがくさくひん

の一 ひと

つである。それに 対 たい

し て 、 作家 さっか

の 視点 してん

ま た は そ の 漫画 まんが

の 書 か

か れ た と き の 起 お

こ っ た 社会的 しゃかいてき

現 象 げんしょう

から見 み

たものである。漫画 まんが

は並 なら

んでいる風船 ふうせん

のような丸 まる

で書かれた

登場人物の絵である。そこで、話

はなし

の 順 番 じゅんばん

が出 で

てきた。本稿 ほんこう

では、筆者 ひっしゃ


(13)

梢子森本 こずえこもりもと

の作品 さくひん

の Gokusen という漫画

まんが

における”Yankumi”という主人公

しゅじんこう の

社会的 しゃかいてき

な 状 態 じょうたい

について分析 ぶんせき

した。

Yankumi は 日 常 生 活 にちじょうせいかつ

で二 ふた

つの 役 やく

を持っている主人公 しゅじんこう

である。そ の

一つはヤクザである。Yankumi は黒田家 くろだけ

の第三世代 だ い さ ん せ だ い

のヤクザの子孫 しそん

である。

ヤクザとしての他 ほか

に、Yankumi もシロキンという男性用高校

だんせいようこうこう

で教師 きょうし

として

働 はたら

いている。この高校 こうこう

は犯罪行為 は ん ざ い こ う い

を犯す学生達で有名である。

梢子森本の作品の Gokusen という漫画は 2000 年に書かれた漫画で ある。この時代

じだい

で日本 にほん

はモダンの国 くに

になってきた。この漫画にも、日本の

モダンの 家族制度 かぞくせいど

、 教育制度 きょういくせいど

、 社 会 状 態 しゃかいじょうたい

につい て 説明 せつめい

している。 そのと

き 、 日本 にほん

の 社 会 状 態 しゃかいじょうたい

は 非常 ひじょう

に 西欧文化 せ い お う ぶ ん か

を 真似

ま ね

て い た 。 そ れ は 「Civil

Society」といわれた。「Civil Society」というのは、人々 ひとびと

が社会活動 しゃかいかつどう

を営 いとな

むとき、親和 しんわ

や関心 かんしん

や調和 ちょうわ

などを全 まった

く大切 たいせつ

にしないことである。 モダン

の社会生活 しゃかいせいかつ

の他 ほか

に、日本社会 に ほ ん し ゃ か い

はまだ古 ふる

い伝統 でんとう

を維持

い じ

している。たとえば、

ヤクザである。一般 いっぱん

の人々 ひとびと

には、ヤクザは Mafia として知 し

られている。な

ぜなら、よく犯罪行為 は ん ざ い こ う い

を犯 おか

すからである。ヤクザは 自分 じぶん

の体 からだ

を入 い

れ墨 ずみ

る傾向 けいこう

である。社会活動 しゃかいかつどう

を営 いとな

むには、ヤクザが社会 しゃかい

に受 う


(14)

また、ヤクザグループから出 で

たメンバーが自分 じぶん

の指 ゆび

を切 き

らなければならな い。

モダンの家族は有名なこ とまたは 遺産 いさん

を全 まった

く大切 たいせつ

にしな い家族 かぞく

あ る 。 そ れ に 反 はん

し て 、 「 家 いえ

」 の 家族制度 かぞくせいど

は 会社 かいしゃ

の よ う に 、 お 父 とう

さ ん の

子孫制度 しそんせいど

で維持

い じ

する家族である。モダンの家族状態では、夫婦達 ふ う ふ た ち

が子供 こども

家族 かぞく

の 福祉 ふくし

を も っ と 大 切 に す る 傾向 けいこう

で あ る 。2000 年 に は 、 モ ダ ン の

家族制度 かぞくせいど

は 子孫 しそん

を あ ま り 大切 たいせつ

に し な い 家 族 で あ る 。 な ぜ な ら 、 基本的 き ほ ん て き

夫婦達 ふ う ふ た ち

が家庭 かてい

の財政 ざいせい

をもっと大切にする傾向からである。

Gokusen という漫画におけるヤクザの生活はヤクザの具体的

ぐ た い て き

な生活 せいかつ

と比 くら

べると、類似 るいじ

と相違 そうい

が多 おお

くある。 具体的 ぐ た い て き

に、女 おんな

の人 ひと

がヤクザのメン

バーになることができない。逆

ぎゃく

に、Gokusen と いう漫画には、女の人が

グループのボスになって、彼女 かのじょ

の存在 そんざい

が特別 とくべつ

である。この漫画にも、黒田

ヤクザのグループは社会の邪魔 じゃま

にならない。反対 はんたい

に、ヤクザ達が社会を邪 魔 し な い よ う に 、 活 動 を こ っ そ り す る 傾 向 で あ る 。 主 人 公 と し て 、

Yankumi は 社会事業家

し ゃ か い じ ぎ ょ う か

として奉仕 ほうし

した。具体的に、ヤクザのメンバーにな

ると、すべてのグループ外 がい

の活動 かつどう

を捨 す

てなければならない。ヤクザを雇 やと


(15)

社会団体 しゃかいだんたい

は一つでもない。ヤクザはまだ古 ふる

い伝統 でんとう

を維持

い じ

するグループで有

名である。それは、全体 ぜんたい

を入 い

れ墨 ずみ

することと小指 こゆび

を切 き

ることである。

Yankumi は社会の中で、人々を手伝

てつだ

うのが好 す

きであって、教師 きょうし

また

はヤクザとしての仕事 しごと

に適応 てきおう

するのが得意 とくい

であるようなキャラクターを持

っ て い る 主 人 公 と 説明 せつめい

さ れ た 。Yankumi が 教 おし

え る 高校 こうこう

で は 、 教師同士 き ょ う し ど う し

学生達 がくせいたち

に対 たい

して、気 き

を配 くば

る性格 せいかく

を持 も

っている。また、Yankumi はすべての

問題 もんだい

に対 たい

して、気 き

が長 なが

くて、諦 あきら

めにくい性格 せいかく

を持 も

っている。家族にも、

Yankumi は 全員 ぜんいん

の家族 かぞく

を大切 たいせつ

にして、おじいさんが命令 めいれい

したことを従 したが

子 こ


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat. Dan tujuan dari sosiologis adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang sedalam-dalamnya tentang masyarakat, dan bukan untuk mempergunakan pengetahuan tersebut terhadap masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam Soekanto (1990:21) sosiologis adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Struktur sosial dan proses sosial itu terjadi di kehidupan masyarakat. Masyarakat merupakan keseluruhan penduduk suatu daerah tanpa melihat pada cara bergaulnya atau cara hidupnya. Dalam proses bersosialisasi di kehidupan bermasyarakat tersebut, masyarakat cenderung menghasilkan buah pikiran berupa karya yang indah yang di kenal dengan nama sastra.

Menurut Jan van Luxemburg (1992:23,25) sastra dapat di pandang sebagai suatu gejala sosial, sastra yang di tulis pada suatu kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat pada zaman itu.

Sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang di bentuk dari kata sas- yang berarti mengarahkan, memberi petunjuk, atau instruksi, sedangkan –tra berarti alat atau sarana (Teew, 1984:23). Dan menurut Zainuddin (2001:4) pengertian


(17)

sastra banyak diartikan sebagai tulisan. Pengertian itu kemudian di tambah dengan kata su yang berarti indah atau baik. Jadi Susastra itu bermakna tulisan yang indah.

Suatu hasil karya sastra dapat dikatakan memiliki nilai sastra apabila di dalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk bahasanya baik dan indah, dan susunannya beserta isinya dapat menimbulkan perasaan haru dan kagum di hati pembacanya.

Sedangkan menurut Boulton dan Aminuddin (2007:37) bahwa cipta sastra selain menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang mampu memberikan kepuasan batin pembacanya, juga mengandung pandangan yang berhubungan dengan masalah keagamaan, filsafat, politik maupun berbagai macam problema yang berhubungan dengan kompleksitas kehidupan ini.

Sastra terdiri atas jenis-jenis sastra yang amat bervariasi seperti misalnya drama, teater, puisi, roman, prosa, dan sebagainya. Salah satu hasil karya sastra berupa prosa adalah cergam (cerita bergambar) atau juga lebih dikenal dengan sebutan komik.

Debby (2009:2) mengatakan komik merupakan salah satu seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi oleh teks. Komik juga merupakan salah satu sajian yang ditawarkan dalam dunia sastra yang menarik hati para penikmat sastra. Tidak hanya itu, komik mampu memikat banyak orang di seluruh dunia, baik dari kalangan anak-anak, remaja, bahkan juga orangtua.


(18)

Komik dalam bahasa Jepang disebut dengan manga. Pada zaman sekarang komik tidak hanya diminati oleh orang Jepang saja, melainkan oleh negara-negara hampir diseluruh pelosok dunia seperti Amerika, Eropa, bahkan sampai ke Indonesia. Di Jepang, istilah manga diperkenalkan pertama kalinya oleh Katsushika Hokusai. Pada saat itu, komik dibentuk pada percetakan pada kertas-kertas yang menggunakan blok-blok kayu. Komik dibagi dalam empat kategori, antara lain:

1. Komik anak laki-laki (shounnen manga) 2. Komik anak perempuan (shoujo manga) 3. Komik Remaja (seinen manga)

4. Komik Dewasa (Seijin manga)

Dalam penyajian Komik, pengarang menawarkan banyak hal yang dapat dinikmati oleh para pembacanya. Tidak hanya konsep cerita yang berdasarkan kisah nyata dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga ditawarkan konsep seni dan imajinasi yang tinggi serta nilai-nilai kebudayaan yang dapat membuat suatu karya sastra itu, dalam hal komik khususnya, dapat menyampaikan dan mengekspresikan ide-ide dan bahkan pesan-pesan moral dari pengarang sehingga timbullah efek-efek tertentu bagi pembaca itu sendiri.

Komik-komik produksi Jepang mempunyai pengaruh yang besar dibanding komik-komik produksi Amerika dan Eropa, dapat dikatakan bahwa komik Jepang lebih mendominasi di dunia karena tema yang dipakai tidak hanya tentang super hero namun juga tentang kehidupan sosial masyarakat dan masalah-masalah yang ada di dalamnya sekaligus pemecahannya baik mewakili diri pengarang secara pribadi maupun pendapat masyarakat. Pada penyajiannya komik


(19)

tidak hanya untuk menghibur, namun lebih untuk mewakili perasaan pembaca sehingga komik ini lebih dari sekedar bacaan melainkan ekspresi jiwa antara pembaca dan pengarang. hal ini seperti yang diungkapkan Edi diblognya http://hansteru.wordpress.com/2007/12/05/sejarah-tentang-komik/.

Seperti yang dijelaskan di atas, penulis meneliti salah satu komik Jepang yang berjudul Gokusen karya Kozueko Morimoto. Komik ini menceritakan tentang kehidupan sosial tokoh utama Yankumi. Yunkami adalah cucu Ryuichiro generasi ke -3 Kuroda keluarga Yakuza. Ia memiliki karakter keras dan menguasai bela diri sekalipun ia seorang wanita. Selain kehidupan sosial

Yankumi, pada komik ini juga di gambarkan kehidupan sosial Yakuza.

Yankumi melakoni peran sebagai seorang guru SMA pria di Shirokin.

Sewaktu kecil ia pernah bertemu dengan seorang guru yang benar-benar memiliki totalitas tinggi terhadap pekerjaannya sebagai guru. Dan semenjak itu Yankumi menyimpan keinginan besar untuk menjadi seorang guru ketika ia dewasa nanti. Kini ia telah menjadi seorang guru, Yankumi begitu terfokus untuk keberhasilan kelulusan murid-muridnya dan benar-benar memberikan rasa sayang yang penuh terhadap murid-muridnya, selalu ada ketika murid-muridnya membutuhkan pertolongannya.

Keluarga besar Yankumi yang di dominasi oleh Yakuza tentu saja sangat kebingunan dengan keputusan Yankumi untuk menjadi guru, namun karena melihat ketulusan hati Yankumi keluarga besarnya pun mendukung Yankumi untuk menjadi guru sepenuhnya. Kehidupan Yankumi penuh intrik social yang sangat bertolak belakang dengan kehidupannya dalam keluarga, pekerjaan, bahkan asmaranya.


(20)

Komik Gokusen menampilkan cerita fiksi yang di ambil berdasarkan kehidupan nyata seputar kehidupan Yakuza dan keadaan sekolah di jepang pada tahun 2000. Kozueko Morimoto menggambarkan peran kehiduapan sosial kehidupan Yankumi yang seorang Yakuza dalam tugas dan tanggung jawabnya pada kelompok serta kehidupannya sebagai seorang guru wanita di sekolah Jepang.

Kehidupan Yankumi sebagai guru digambarkan sangat jelas dalam komik ini. Penulis tertarik meneliti kehidupan sosial masyarakat Jepang pada tahun 2000 yang digambarkan kehidupan sosial tokoh Yankumi, untuk itu penulis membahas hal-hal yang bertautan pada permasalahan melalui skripsi yang berjudul

“ANALISIS SOSIOLOGIS TOKOH “YANKUMI” DALAM KOMIK GOKUSEN KARYA KOZUEKO MORIMOTO”.

1.2 Perumusan Masalah

Sesuai dengan judul proposal yaitu “Analisis Sosiologis tokoh Yankumi pada komik Gokusen karya Kozueko Morimoto” maka proposal ini akan membahas mengenai kondisi social tokoh dalam kehidupan sehari-harinya. Komik ini menceritakan kehidupan seseorang cucu keturunan -3 yang bernama

Yankumi.

Yankumi adalah tokoh yang pantang menyerah dalam melindungi

siswa-siswanya dari aksi kekerasan antarsekolah, mendidik serta mengajarkan arti persahabatan kepada siswa-siswanya. Kozueko Morimoto menyajikannya dengan alur dan intrik yang ringan namun jelas sehingga pembaca akan terhibur lewat cerita yang disajikan.


(21)

Kehidupan masyarakat Jepang pada tahun 2000 tidak lepas dari modernisasi, masyarakat Jepang atas pandangan yang tertutup lebih terbuka pada

westernisasi. begitu juga dengan kegiatan belajar mengajar yang menyerap

kedisplinan tinggi, Menurut Yoko Isobe dalam

melibatkan konsep pemberdayaan diri guru, yang distimulasi oleh rekan sejawatnya. Ini berasal dari pendidikan dasar Jepang. Tim guru secara sistematis dan kolaboratif melaksanakan penelitian ke arah tujuan tertentu. Tujuan dan sifat ‘studi pelajaran’ bervariasi menurut tiap sekolah atau kelas. Dalam komik ini kehidupan Yankumi sebagai seorang guru tidak lepas dari intrik-intrik sosial baik dalam keluarganya, maupun di lingkungan perguruan tempat ia mengajar. Dalam komik ini sikap-sikap dan gambaran sosial kehidupan memberikan pesan moral tersendiri bagi pembaca dan bermanfaat bagi masyarakat. Selain daripada itu, di Jepang, kehidupan keluarga selalu berdasarkan garis keturunan. Di mana dalam komik ini tokoh Yankumi mengalami kontradiksi yang mendasar pada cita- citanya sebagai seorang guru dengan keluarga yang mendominasi sebagai yakuza.

Untuk memudahkan arah sasaran yang ingin di kaji, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana interaksi sosial masyarakat Jepang pada tahun 2000 yang tergambar dalam komik Gokusen karya Kozueko Morimoto?

2. Bagaimana interaksi sosial tokoh Yankumi yang terungkap dalam komik


(22)

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan dan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar penelitian tetap terarah dan terfokus dan tidak terlalu luas.

Dalam analisis ini, penulis hanya membatasi ruang lingkup yang di fokuskan pada masalah sosiologis tokoh Yankumi dalam komik Gokusen di lingkungan keluarga, sekolah, bahkan masyarakat dan sebagai pendukung akan dipaparkan bagaimana kehidupan sosial atau interaksi masyarakat Jepang pada tahun 2000 yang tergambar dalam komik Gokusen karya Kozueko Morimoto.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Menurut Su’adah (2005:5) Sosiologis berasal dari bahasa latin socius yang berarti “teman bersama-sama” dan logos yang berarti “omongan”. Maka dapat di mengerti bahwa secara umum sosiologis bisa diartikan sebagai ilmu tentang masyarakat (omongan tentang teman ,tentang keluarga).

Sedangkan menurut Shadily (1993:1) Sosiologis itu adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai kehidupan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Sosiologis itu adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat yang mempelajari tentang tingkah laku, pola hidup dan interaksi dalam suatu kehidupan masyarakat. Dan masyarakat tersebut dapat menghasilkan suatu karya yang disebut sastra.


(23)

Sastra adalah sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan suatu tes dialektika (dialog komunikasi sehari-hari) antara pengarang dengan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan penjelasan sejarah dialektika yang dikembangkan dalam karya sastra (Endaswara , 2008:78).

Antara sosiologis dan sastra saling berhubungan dimana menurut Wolff dalam Endaswara (2003:77) sosiologis sastra merupakan disiplin yang tanpa dibentuk, tidak terdefenisikan dengan baik, karena terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dan berbagai percobaan pada teori yang agak general yang masing-masingnya hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa ke semuanya akan berurusan dengan hubungan sastra dan masyarakat.

Sosiologis sastra menurut Ratna (2002:2) yaitu pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya. Sosiologis sastra mewakili keseimbangan antara dua kompenen yaitu sastra dan masyarakat. Oleh karena itu, analisis sosiologis memberikan perhatian yang besar terhadap fungsi fungsi sastra, karya sastra sebagai produk masyarakat tertentu.

Dalam sebuah karya sastra terdapat unsur-unsur penunjang terciptanya sebuah karya sastra, khususnya prosa antara lain yaitu tema, plot, setting, dan lain sebagainya. Tokoh dan penokohan merupakan unsure yang penting dalam karya naratif. Penikmat sastra dapat secara bebas menafsirkan watak, perwatakan dan karakter yang merujuk pada sifat.(Debby , 2009:9).

Tokoh cerita menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (2000:165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh


(24)

pembaca ditafsirkan melalui kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang di ekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Di dalam komik Gokusen karya Kozueko Morimoto, dapat dilihat bahwa tokoh menampilkan masalah social, bagaimana jalan seorang Yankumi yang ingin menggapai cita-citanya menjadi guru, interaksinya kepada murd-murid yang sangat berandal dan mempertahankan eksistensi sekolah yang di ancam tutup. Sikap-sikap dan ucapan –ucapan tokoh tentu membawa pesan moral atau amanat yang kiranya dapat bermanfaat bagi masyarakat.

2. Kerangka Teori

Dalam menganalisis suatu karya sastra diperlukan yang berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisis karya sastra tersebut. Dalam menganalisis komok ini penulis menggunakan pendekatan sosiologis sastra dan semiotik.

Untuk melihat gambar kehidupan sosial suatu individu secara khusus dalam masyarakat dalam suatu karya sastra adalah dengan menggunakan disiplin ilmu Sosiologis Sastra dalam kaitan ini menurut Saini dalam Endaswara (2003:83) memberikan tiga kedudukan sastra terhadap kehidupan masyarakat. Yakni sebagai pemekatan, penentangan, dan olok-olok. Ketiga ini sebenarnya terkait dengan fungsi sastra sebagai kehidupan sosial.

Dengan menggunkan teori sosiologis ini, penulis dapat menganlisis sosial tokoh dalm komik Gokusen yang menyebabkan masalah-masalah dalam berinteraksi sosial. Contohnya adalah pada saat Yankumi dalam proses belajar mengajar di hadapkan dengan kekanak-kanakan siswa-siswanya.

Semiotika adalah ilmu tanda dan istilah ini berasal dari kata Yunani Semion yang berarti tanda Panuti Sudjiman (1992:15).


(25)

Menurut Pradopo (2002:270) Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda, ilmu ini menganggap bahwa sosial masyarakat dan kebudayaan itu mempelajari system-sistem, aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.

Penulis menggunakan pendekatan Semiotik karena mengetahui adanya persoalan-persoalan yang dialami tokoh Yankumi dalam menjalani kehidupannya sebagai cucu Yakuza dan sebagai guru.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan sebagaimana telah di kemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan kondisi sosial tokoh Yankumi yang terungkap dalam komik Gokusen karya Kozueko Morimoto.

2. Untuk mendeskripsikan bagaimana interaksi sosial masyarakat Jepang pada tahun 2000 yang tergambar dalam komik Gokusen karya Kozueko

Morimoto.

2.Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti dan masyarakat umum di harapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang sosiologis sastra dalam komik Gokusen karya Kozueko Morimoto.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa jurusan sastra Jepang sebagai refrensi tentang analisis Komik.


(26)

1.6 Metode Penelitan

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian skripsi ini adalah metode deskriptif, Menurut Koentjaraningrat (1976:30) penelitian yang bersifat deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, dan atau kelompok tertentu.

Untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini, penulis menggunakan Metode kepustakaan (library research) dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan karya sastra, sosiologis sastra ataupun buku-buku-buku-buku lain yang berhubungan dengan penulisan ini.

Disamping itu, penulis juga mengumpulkan data melalui internet dan berbagai situs atapun blog untuk menunjang penelitian dan tentu yang berhubungan dengan penelitian ini.


(27)

BAB II

TINJAUAN UMUN TERHADAP KOMIK, INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT JEPANG DI TAHUN 2000, SETTING DAN

BIBLIOGRAFI PENGARANG 2.1 Komik sebagai Karya Sastra

Komik sudah ada sejak 1.300 SM ditemukan di Mesir tepatnya di kuburan

Menna. Lukisan tersebut berkisah tentang petani yang sedang memanen ladang

gandum. Cara bertutur dan membacanya zig-zag, dimulai dari bawah lalu ke atas. Komik sangat berkaitan erat dengan ilustrasi, kartun, dan animasi. Namun demikian, komik memiliki kekuatan sendiri dalam menggambarkan sebuah cerita di mana pada masing-masing bingkai yang mewakili suatu kejadian yang dibuat dalam keadaan yang mendukung alur cerita.

Komik merupakan salah satu hasil karya sastra. Pengertian komik dalam kamus Advanced English-Indonesian Dictionary (1991:169) memiliki arti kata yaitu lucu dan berkenaan dengan komedi atau lawakan. Kemudian menurut dua komikus AS, Will Eisner dan Scott McCloud (2008:5) mengakui komik sebagai salah satu bentuk ”seni” yang patut disepadankan dengan bentuk-bentuk seni yang lain.

Menurut McCloud (2008:9) definisi komik makin lengkap dan spesifik ketika Scott McCloud menulis buku Understanding Comics. Komik sebagai kata benda, menurutnya adalah, gambar-gambar serta lambang-lambang yang tersusun dalam urutan tertentu, untuk menyampaikan informasi dan mencapai tanggapan estetis dari pembacanya. Sementara peneliti komik Marcel Bonnef (2008:7) menyebut komik sebagai ”sastra gambar”.


(28)

Komik dapat dikatakan suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk

jalinan cerita. Dijelaskan dalam

dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.

Macam-macam Komik: a. Komik karikatur.

Komik karikatur biasanya hanya berupa satu tampilan saja, dimana di dalamnya bisa terdapat beberapa gambar yang dipadu dengan tulisan-tulisan. Biasanya komik tipe kartun/karikatur ini berjenis humor (banyolan) dan editorial (kritikan) atau politik (sindiran) dapat menimbulkan sebuah arti sehingga si pembaca dapat memahami maksud dan tujuannya. Bisa dilihat pada surat kabar maupun majalah yang menampilkan gambar kartun/karikatur dari sosok tokoh tertentu.

b. Komik Strip

Komik Strip (Strip comics) adalah sebuah gambar atau rangkaian gambar yang berisi cerita. Komik Strip ditulis dan digambar oleh seorang kartunis, dan diterbitkan secara teratur (biasanya harian atau mingguan) di surat kabar dan di internet. Biasanya terdiri dari 3 hingga 6 panel atau sekitarnya. Penyajian isi cerita juga dapat berupa humor/banyolan atau cerita yang serius dan menarik ntuk disimak setiap periodenya hingga tamat


(29)

c. Buku Komik.

Rangkaian gambar-gambar, tulisan dan cerita dikemas dalam bentuk sebuah buku (terdapat sampul dan isi). Buku Komik (Comic Book) ini sering disebut sebagai komik cerita pendek, yang biasanya dalam Buku Komik berisikan 32 halaman, biasanya pada umumnya ada juga yang 48 halaman dan 64 halaman, dimana didalamnya berisikan isi cerita, iklan, dan lain-lain.

2.2 Definisi sosiologi sastra.

Soekanto (1990:395) mengatakan bahwa sosiologi menelaah gejala-gejala yang wajar seperti norma-norma, kelompok sosial lapisan masyarakat, lembaga kemasyarakatan, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan serta perwujudannya.

Sorokin dalam Suekanto (1990:20) mendefinisikan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari :

1. Hubungan timbal balik antara gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi; masyarakat dengan politik dan sebagainya). 2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan

gejala-gejala non sosial (misalnya gejala geografis,gejala biologis,dan sebagainya).

3. Ciri-ciri umum semua gejala-gejala sosial.

Sementara itu, Roucek dalam Suekanto (1990:20) mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.


(30)

Selo Sumardjan dalam Soekanto (1990-21) mengatakan bahwa Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaedah sosial (norma-norma sosial) lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial serta lapisan-lapisan sosial.

Secara esensial, sosiologis adalah :

1. Studi ilmiah manusia dan masyarakat secara objektif. 2. Studi lembaga-lembaga sosial lewat sastra dan sebaliknya.

3. Studi proses sosial, yaitu bagaimana masyarakat mungkin, dan bagaimana mereka melangsungkan hidupnya.

Sosiologi sangat berkaitan dengan sastra, karena itu dapat disimpulkan bahwa kegiatan sosial adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan suatu karya sastra. Menurut Ratna (2003:1-2) Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari akar kata soio (yunani) (socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, dan teman) dan logi (logos) berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Perkembangan berikutnya mengalami perubahaan makna, soio/

socius berarti masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan

jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasoinal, dan empiris. Sastra dari akar kata sas (sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, member petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Jadi sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik. Makna kata sastra bersifat lebih spesifik sesudah berbentuk kata jadian, yaitu kesusastraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik.


(31)

Studi Sosiologis secara essensial melalui sastra adalah merupakan penghayatan teks sastra terhadap struktur sosial. Aspek-aspek sosiologis yang terpantul dalam karya sastra tersebut, selanjutnya dihubungkan dengan beberapa hal, yakni:

1. Konsep stabilitas sosial.

2. Konsep kesinambungan dengan masyarakt yang berbeda.

3. Bagaimana seorang individu menerima individu lain dalam kolektifnya.

4. Bagaimana proses masyarakat lebih berubah

Seperti yang dikemukakan Endaswara (2008:77) Sosiologis sastra itu adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Karenanya, asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Karya sastra yang berhasil atau suskses adalah karya sastra yang mampu merefleksikan zamannya

Dalam komik Gokusen karya Kozueko Morimoto ini terdapat tokoh utama

Yankumi yang merupakan cucu seorang yakuza sekaligus seorang guru, dan

beberapa tokoh pendukung seperti Ryuichiro Kuroda, kakek Yankumi generasi ke-3 keluarga Kuroda yang merupakan pemimpin Yakuza. Shinohara, seorang pengacara, dan shin sawada seorang siswa SMA laki-laki. Setiap tokoh memiliki peranan masing-masing dan berinteraksi satu sama lain dalam kondisi sosial pada zaman itu. Yang menjadi perhatian adalah kontradiksi yang terjadi pada tokoh Yankumi yang menjalani dua peran sebagai cucu seorang Yakuza dan sebagai seorang guru.


(32)

2.2.1 Masalah Sosial.

Kelompok sosial menurut Warren (1984:59) adalah satu kelompok yang meliputi dua manusia atau lebih yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan. Dalam kelompok sosial ini, ada kelompok formal dan informal.

Sedangkan menurut Soekanto (2009:104) kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan di antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong. Kelompok sosial juga dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut atas dasar perbagai criteria ukuran. Seorang Sosiolog Jerman Georg Simmel, mengambil ukuran besar-kecilnya jumlah anggota kelompok, bagaimana individu mempengaruhi kelompoknya serta interaksi sosial dalam kelompok tersebut.

Dapat disimpulkan, bahwa Interaksi sosial juga dapat mempengaruhi keberadaan suatu kelompok. Menurut Wiyarti (2008:94) interaksi sosial itu adalah sebagaian atau merupakan dasar dari proses-proses sosial, sebab tanpa adanya interaksi (hubungan antara orang dengan orang atau kelompok dengan kelompok atau orang dengan kelompok) tidak mungkin kehidupan bersama akan terjadi.

Sedangkan Soekanto (2006:56) mengatakan bahwa bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara


(33)

kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok-kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.

Interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan berkelmpok sering sekali menghadirkan masalah sosial dalam kehidupan masyarakat. Masalah sosial yang akan dibicarakan pada bagian ini adalah kondisi yang terjadi setelah berlangsungnya suatu aktivitas pembangunan masyarakat. Mengingat bahwa gejala sosial merupakan fenomena yang saling kait mengait, maka tidak mengherankan bahwa perubahan yang terjadi pada salah satu atau beberapa aspek, dikehendaki atau tidak dikehendaki, dapat menghasilkan terjadinya perubahan pada aspek yang lain. Terjadinya dampak yang tidak dikehendaki itulah yang kemudian dikategorikan ke dalam masalah sosial.(Soetomo, 1995:165).

Pengertian diatas menyangkut pada gejala sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dan tidak semua gejala-gejala tersebut berlangsung secara normal sebagaimana kehidupn masyarakat yang bersangkutan. Gejala-gejala yang tidak dikehendakai merupakan gejala abnormal atau gejala patologis. Gejala abnormal itu dinamakan masalah sosial. Masalah sosial tersebut berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan lembaga sosial yang mencakup pola segi moral, karena untuk dapat mengklasifikasikan suatu persoalan sebagai masalah sosial harus digunakan pemikiran sebagai pengukurannya.


(34)

Sementara itu menurut Kartono (2003:1) yang disebut dengan masalah sosial itu adalah :

1. Semua bentuk tingkah laku yang melanggar adat-istiadat masyarakat (dan adat-istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup bersama).

2. Situasi sosial yang dianggap oleh sebagaian besar warga masyarakat sebagai mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya dan merugikan orang banyak.

Dalam komik Gokusen, menampilkan dan memaparkan masalah sosial yang menyangkut nilai sosial dan moral. Dimana tokoh utama dalam komik

Gokusen melakukan pemberontakan kecil menyangkut pekerjaannya. Hal yang

mencolok disini adalah kontradiksi dimana tokoh utama lebih mementingkan karirnya untuk menjadi seorang guru. Karena itulah tokoh Yankumi menjalani dua aliran pekerjaan yang bertolak belakang.

2.1.2 Klasifikasi Masalah Sosial

Klasifikasi masalah sosial timbul dari kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis dan kebudayaan (Soekanto, 2008:95). Soekanto juga menyampaikan bahwa penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma merupakan gejala abnormal yang merupakan masalah sosial.

Sesuai dengan sumber-sumbernya tersebut klasifikasi Masalah sosial dapat diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu:


(35)

1. Ekonomi

Masalah sosial yang berasal dari faktor ekonomi adalah kemiskinan, pengangguran, dan sebagainya.

2. Biologis

Masalah sosial yang terjadi dari faktor biologis adalah penyakit. 3. Biopsikologis

Masalah sosial yang timbul dari factor ini adalah persoalan seperti penyakit saraf (neurosis), bunuh diri, disorganisasi jiwa, dan seterusnya.

4. Kebudayaan

Masalah sosial yang bersumber dari kebudayaan adalah perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konfkik rasial, dan keagamaan yang bersumber pada faktor kebudayaan.

Masalah-masalah sosial yang tergambar pada komik Gokusen karya

Kozueko Morimoto ini menggambarkan masalah sosial yang memang terjadi pada

masyarakat modern dan pada masa itu, Kozueko Morimoto juga mengangkat kehidupan kelompok yakuza. Pada komik ini jelas tergambar masalah-masalah antar kelompok yakuza, perjudian bahkan tindak kriminal yang mendominasi kehidupan sosial yakuza.

Menurut keberadaan kelompok yakuza, dapat dikatakan bahwa yakuza adalah sebuah kelompok formal, dimana kelompok formal adalah kelompok yang tersusun menurut struktur yang sudah tetap dan mengikuti peraturan yang mengawasi interaksi antar anggotanya.


(36)

Perjudian termasuk salah satu masalah sosial yang juga terpapar pada komik ini, perjudian menurut Kartono itu merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat, satu bentuk patologi sosial. Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja: yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap nilai, dengan menyadari adanya risiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak/belum pasti hasilnya.

Bangsa yang lebih modern, yang memiliki pengertian hukum kausal mekanistis mengenai dunia dan lingkungannya, mengembangkan macam-macam permainan yang disertai perjudian; dan menjadikan permainan tadi aktivitas khusus yang bisa memberikan kegairahan, kesenangan dan harapan untuk menang. Dalam komik ini, perjudian juga tergambar jelas sebagai masalah social. Dimana, pada dasarnya kehidupan yakuza itu tidak lepas dari perjudian.

Kriminalitas atau kejahatan itu bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan sejak lahir, warisan): juga bukan merupakan warisan biologis. Tingkah laku kriminal itu bisa dilakukan oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria: dapat berlangsung pada usia anak, dewasa maupun lanjut umur. Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar: yaitu dipikirkan, direncanakan dan diarahkan pada satu maksud tertentu secara sadar benar.kejahatan juga bisa dilakukan secara tidak sadar sama sekali. Misalnya, karena terpaksa untuk mempertahankan hidupnya, seseorang harus melawan dan terpaksa membalas menyerang, sehingga terjadi peristiwa pembunuhan. Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarkat menentangnya.


(37)

Komik Gokusen karya Kozueko Morimoto ini adalah komik yang diterbitkan pada tahun 2000 dimana pola hidup atau sosialisasi masyarakat yang tergambar adalah sosialisasi masyarakat modern yang bebas, dan lebih mengarah pada kehidupan western. Di dalam komik juga diceritakan tentang gambaran hidup sekelompok yakuza dan mewakilkan Yankumi sebagai tokoh utamanya. Masalah-masalah sosial yang tergambar juga tidak lepas dari kehidupan berkelompok, perjudian, dan kriminalitas atau tindak kejahatan yang sering terjadi di dalam kehidupan Yakuza.

2.3 Interaksi Sosial Masyarakat Jepang di Tahun 2000

Interaksi sosial masyarakat jepang pada tahun 2000 sudah menunjukkan kemodernan dimana bentuk kemasyarakatan yang terjadi adalah bentuk masyarakat “civil society”. Seperti yang dikemukaan oleh Ishizawa Takeshi dalam blognya itu seperti interaksi sosial yang terjadi di Bandara udara. Di Bandara udara, orang yang kita temui atau kita jumpai adalah orang yang bukan kenalan dan teman (tetapi biasanya bukan musuh). Kita tidak tahu mereka agama apa, mereka dari mana. Ciri khusus zaman modern adalah muncul masyarakatyang penduduknya saling tidak kenal. Sebelumnya, kondisi soaial di desa atau di kota adalah penduduk yang saling kenal. Kehidupan masyarakat yang seperti ini disebut

"commercial society", yaitu “civil society”. Dalam kehidupan sosial seperti ini

tidak ada kerukunan dan keharmonisan. Karena kebanyakan orang lain bukan teman atau kerabat. Ada kemungkinan adalah orang jahat. Jadi pemerintah harus


(38)

menjaga keamanan yang minimal dan yang dibutuhkan masyarakat adalah keamanan.

Tidak ada penjaga airport yang peduli pada agama penumpang. Tugas penjaga adalah menjaga keamanan saja. Seperti itu pemerintah tidak peduli pada agama penduduknya. Zaman ini semua negara terdiri dari element yang heterogen. Agamanya berbeda, ras juga berbeda.

Interaksi sosial yang tergambar pada saat komik ini dirilis adalah tahun 2000 artinya sudah memasuki zaman modern. Kehidupan masyarakat Jepang di zaman modern ini tidak lepas dari tradisi-tradisi kehidupan lamanya. Dari zaman dulu hingga sekarang Yakuza menjadi suatu kehidupan yang menjadi cirri khas masyarakat Jepang. Sejarah panjang Yakuza di mulai kira-kira pada tahun 1612, saat Tokugawa berkuasa dan menyingkirkan Shogun sebelumnya, pergantian ini mengakibatkan kira-kira 500.000 orang Samurai yang sebelumnya disebut

Hatomo-yakko (pelayan Shogun) menjadi kehilangan tuan, atau disebut sebagai

kaum Ronin. Banyak dari kaum Ronin yang menjadi penjahat dan mereka disebut sebagai kaum Kabuki-mono atau samurai nyentrik ukuran yang kemana-mana membawa pedangg. Mereka berbicara satu sama lain dalam bahasa Slang dan kode rahasia. Terdapat kesetiaan di antara sesama Ronin sehingga kelompok ini sulit dibasmi.

Untuk melindungi kota dari para kabuki-mono, banyak kota-kota kecil di Jepang membentuk Machi-yokko (satgas kampung). Satgas ini terdiri dari para pedagang, pegawai, dan orang biasa yang mau menyumbangkan tenaganya untuk menghadapi kaum Kabuki-mono. Walaupun mereka kurang terlatih dan jumlahnya sedikit, ternyata para anggota machi-yokko ini sanggup menjaga daerah


(39)

mereka dari serangan para kabuki-mono. Di kalangan rakyat Jepang abad-17 kaum

machi-yokko ini dianggap seperti pahlawan.

Masalah menjadi rumit, karena setelah berhasil menggulung para ronin, para anggota machi-yokko meninggalkan profesi awal mereka dan memilih menjadi preman. Hal ini semakin parah dengan turut campuranya Shogun dalam memelihara para machi-yokko ini. Ada dua kelas profesi para machi-yokko, yaitu kaum Bakuto (penjudi) dan Tekiya (pedagang). Pada kenyataannya, kaum Tekiya ini suka menipu dan memeras sesama pedagang. Walau begitu, kaum ini punya sistem kekerabatan yang kuat. Ada hubungan kuat antara Oyabun (boss-bapak) dan Kobbun (bawahan anak), serta Senpai-Kohai (senior-junior) yang kemudian menjadi kental di organisasi Yakuza.

Kaum Bakuto (penjudi), punya sejarah yang unik. Awalnya mereka disewa oleh Shogun untyk berjudi melawan para pegawai konstruksi dan irigasi. Agar gaji para pegawai konstruksi dan irigasi habis dimeja judi dan tenaga mereka bisa disewa dengan murah.

Jenis judi yang biasa dilakukan adalah menggunakan kartu Hanafuda dengan sistem permaianan mirip Black jack. Tiga kartu dibagikan dan bila angka kartu dijumlahkan maka angka terakhir menunjukkan siapa pemenang. Diantara sekian banyak “kartu sial”, kartu yang berjumlah 20 adalah yang paling sering disumpahi, karena berakhiran nol. Salah satu konfigurasi ini adalah kartu dengan nilai 8-9-3 yang dalam bahasa Jepang menjadi Ya-Ku-Za dan menjadi nama asal

Yakuza.

Dari kaum Bakuto ini juga muncul tradisi menandai diri dengan tattoo sekujur badan (disebut irezumi) dan yubitsume (potong jari) sebagai bentuk


(40)

penyelasan atau sebaga hukuman. Awalya hukuman ini bersifat simbolik karena ruas jari atas kelingking yang dipotong membuat si empunya tangan menjadi sulit memegang pedang dengan mantap. Hal ini menjadi simbol ketaatan terhadap pimpinan. Semakin lama kaum bakuto dan tekiya menjadi satu identitas sebagai

Yakuza.

Dalam praktek “yubitsume”, jari kelingking dipotong sebatas buku jari, hukuman lebih sadis bisa dengan memotong seluruh jari tangannya bahkan sampai persendian. Mafia Jepang, Yakuza memiliki reputasi menakutkan, tidak hanya didalam negeri tetapi juga di luar negeri. Siapapun yang ingin meninggalkan kelompok kriminal ini tidak hanya harus bisa meyakinkan anggota dan pimpinan gangster, tetapi juga harus menghadapi kecurigaan masyarakat sekitarnya.

Pria yang memiliki tanda khusus anggota Yakuza tubuhnya dipenuhi tattoo atau kehilanagan jari tangan kirinya biasanya mendapatkan sambutan dingin dalam lingkungan masyarakat Jepang yang terhormat.

Anggota Yakuza akan dipersulit jika ingin masuk perguruan tinggi atau melamar kerja. Mereka juga dilarang masuk ke kolam renang atau klub kebugaran untuk umum, karena dianggap tidak cocok untuk ukuran sosial Jepang yang ketat. Bahkan anak-anak mereka pun terkadang jadi korban rasa sentiment masyarakat Jepang terhadap Yakuza.

Bagi anggota gangster yang ingin menyembunyikan identitasnya bisa saja menutupi tattoonya atau menghapusnya. Hukuman tradisional bagi anggota

Yakuza yang berbuat salah dan melanggar aturan kelompok biasanya sangat brutal


(41)

Dalam praktek “yubitsume”, jari kelingking dipotong sebatas buku jari untuk menunjukkan rasa penyesalan. Hukuman yang lebih sadis bisa dengan memotong seluruh jari tangan bahkan samapai persendian. Ketika tahun 1992, pemerintah Jepang mengeluarkan undang-undang Hukum Anti-Organisasi Kriminal untuk mengawasi dan memerangi Yakuza, anggota Yakuza mulai terjepit posisinya. Ruang gerak mereka menjadi sangat terbatas dan banyak membawa dampak buruk bagi anak serta istri mereka. Akibatnya, banyak anggota gangster meninggalkan kehidupan kriminalnya, atau sebisa mungkin menutupi identitasnya. Pada 1990-an, sindikat kriminal Jepang kewalahan akibat resesi nasional, ditambah tahun 1992 pemerintah mengeluarkan undang-undang baru yang mengawasi dan memerangi Yakuza.

Selain mengambil tindakan keras terhadap para bandit ini, pemerintah Jepang juga membantu mereka meninggalkan Yakuza dan memulai hidup baru yang lebih baik.

Bagi anggota gangster yang tak memiliki tanda khusus seperti tattoo atau jari terpotong, bekerja pada perusahaan yang sah tidak menjadi masalah. Tetapi bagi anggota yang kehilangan jari-jarinya tentu mustahil bergabung dengaan perusahaan inni, apalagi orang-orang Jepang sangat membenci Yakuza. Sepertiga dari jumlah narapidana dipenjara-penjara Jepang mengaku sebagai anggota

Yakuza. Praktek tradisional Yakuza biasanya meliputi usaha perlindungan

keamanan, perantara dalam utang-piutang, industri seks, dan beragam bentuk pemerasan lain seperti menyelesaikan masalah kecelakaan antara dua pihak. Di luar negeri, seperti di Korea Selatan, Taiwan, Filipina dan Hawai mereka antara


(42)

lain berdagang obat bius dan menukarnya dengan senjata api, atau membawa gadis-gadis untuk dipekerjakan sebagai hostes di Jepang.

2.3.1 Interaksi sosial dalam bidang pendidikan

Ishizawa Takeshi dalam blognya

mengatakan bahwa pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi di Jepang pada tahun 2000 hampir sama dengan di Indonesia. Yang pertama ada Shogakko (SD) terdiri dari enam kelas dari kelas satu sampai enam. Anak umur enam tahun harus masuk SD kelas satu. Di Jepang pelajaran/semester baru dimulai pada bulan April. Di bulan April musim menjadi hangat, dan Sakura-sakura berbunga. Setiap tahun, anak umur enam tahun yang masuk SD akan disambut bunga sakura. Biasanya di sekolah ada pohon Sakura. Anak-anak SD itu tamat pada umur duabelas tahun. Pada Tahun 2000 ini sekolah-sekolah dasar sudah mengadakan mata pelajaran komputer. Fasilitas di sekolah sudah dilengkapi komputer. Tetapi guru SD masih banyak yang tidak mahir mempergunakan komputer.

Yang kedua ada Chugakko (SMP). Terdiri dari tiga kelas, kelas satu hingga kelas tiga. Siswanya berumur duabelas hingga limabelas tahun. SD dan SMP merupakan pendidikan wajib dan sebagian besar murid yang tamat SMP dapat melanjut ke SMA . Dan yang ketiga, Kotogakko (SMA) terdiri dari tiga kelas yaitu kelas satu sampai kelas tiga. Siswanya berumur limabelas hingga delapanbelas tahun.

Di Jepang SMA diklasifikasikan menjadi berbagai macam SMA seperti, SMA kesenian, SMA teknologi, SMA pertanian, SMA perikanan, SMA perdagangan, dan lainnya. Kemudian ada Daigaku (universitas) atau Tanki


(43)

Daigaku (junior college). Daigaku ada empat kelas (terdiri dari delapan semester)

dan Tanki Daigaku ada dua kelas (terdiri dari empat semester). Untuk lulus ujian masuk universitas yang berkualitas sedikit sulit. Jika gagal ujian masuk universitas, selama satu atau dua tahun harus belajar lagi agar lulus di universitas berkualitas. Untuk masuk universitas negeri, harus ikut ujian semacam UMPTN seperti di Indonesia. Biaya sekolah universitas swasta dua atau tiga kali lebih mahal daripada di universitas negeri.

Pada umumnya, Jam pelajaran rata-rata sekolah Sekolah Menengah Umun atau sederajat dimulai dari sebelum jam sembilan pagi sampai sekitar sebelum jam tiga sore. Setelah itu ada "extracurricular activities" seperti olahraga dan kesenian tegantung yang apa di sukai. Waktu pelajarannya setiap satu mata pelajaran berlangsung selama 45 menit. Satu hari biasanya terdiri dari enam mata pelajaran. Hari Sabtu empat mata pelajaran. Untuk waktu istirahat dan makan siang memakan waktu kurang 1 jam.

Kelas tiga dibagi oleh 3 jurusan: IPA (Natural science), IPS (Social

science), dan Bahasa. Siswa yang memperoleh nilai mata pelajaran matematika,

fisika, kimia, dan biologi bagus dapat mengambil jurusan IPA (Natural Science), sisanya masuk IPS. Di jurusan IPA walaupun mata pelajarannya lebih sedikit (hanya 10), tetapi jam pelajaran lebih banyak.

Di Jepang, pada kelas 3 dibagi 2 jurusan yaitu:

Bunkei ( social science dan humane studies )

Rikei ( natural science )


(44)

Tahun 2000 ditandai sebagai era reformasi ketiga dalam sistem pendidikan Jepang sejak restorasi Meiji yang dianggap sebagai awal modernisasi di segala aspek termasuk pendidikan. Reformasi kedua berlangsung pasca Perang Dunia II yang ditandai dengan kedatangan misi Amerika Serikat dalam rangka memperbaharui sistem pendidikan Jepang yang sentralistik (Takakura & Ono, 2001:15).

Ada tiga perubahan yang harus dilakukan sekolah untuk meningkatkan perannya di masa mendatang sebagai lembaga pendidikan, yaitu perlunya melibatkan masyarakat sebagai pemilik asli lembaga sekolah, memberikan keleluasaan hubungan guru dan murid yang mengarah kepada pelaksanaan asas demokrasi yang lebih luas, mengembangkan kemampuan akademik siswa melalui pembaharuan metode dan materi pelajaran yang lebih mencerminkan nilai-nilai daerah setempat (Emery, 2006:3). Hirota (2005:186) menyebutkan bahwa masalah pendidikan tidak saja bagaimana agar pendidikan di sekolah menjadi baik, tapi bagaimana pendidikan dapat membentuk masyarakat masa depan.

Menurut Shimahara dalam faktor yang menyebabkan tingginya angka absensi siswa adalah : sifat malas, kelelahan, kurang motivasi belajar, hubungan kurang baik antarteman, masalah emosi yang labil. Para pengambil kebijakan dibanyak negara berpendapat bahwa kelas kecil adalah bentuk kelas yang ideal dalam proses belajar siswa. Tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelas kecil akan berdampak positif terhadap proses belajar mengajar siswa dan peningkatan prestasi akademik siswa, jika guru sebagai instruktur di kelas memiliki kapabilitas yang memadai Oleh


(45)

karena itu, yang perlu mendapat perhatian lebih adalah kemampuan mengajar, membimbing, mendidik para guru di sekolah-sekolah.

2.3.2 Interaksi Sosial dalam Keluarga

Dalam Pengetahuan tentang sistem keluarga dalam masyarakat sangat penting untuk memahami masyarakat itu. Di Jepang, sistem keluarga sangat penting karena keluarga daripada individu dianggap sebagai unit dasar masyarakat. tanggung jawab keluarga lebih diutamakan daripada keinginan individu, dan hubungan keluarga menyediakan integrasi sosial di semua tingkatan. Selain itu, keluarga memainkan peranan penting dalam menentukan kesempatan hidup individu.

Selalu ada berbagai bentuk keluarga di Jepang, abad ke-20 masih dikenal sistem rumah tangga ie, ciri utama rumah tangga ini adalah didasari akan peran garis patriarchal. Anggota ie ini termasuk semua orang yang tinggal dalam rumah tangga, bahkan mereka tidak terkait oleh darah, sehingga menunjukkan sosialisas yang luas di luar keluarga.

Ciri lain dalam kehidupan rumah tangga adalah perusahaan "batang" keluarga artinya di mana satu anak (biasanya anak tertua) tetap tinggal di rumah tangga untuk mengambil alih keluarga misalnya bisnis dan perawatan dari dan untuk orangtuanya. Anak-anak lain akan pindah dan kadang-kadang mendirikan cabang rumah tangga yang merupakan bawahan dari keluarga utama (biasanya cabang rumah tangga yang baru ketergantungan masalah ekonomi pada keluarga utama). Para putri menikah dengan keluarga yang lain, dan menikah dengan pengantin pria yang menjadi putra sulung dalam keluarga itu fungsinya adalah


(46)

untuk menghasilkan ahli waris, dan ia diharapkan dapat mempelajari cara rumah barunya di bawah bimbingan ibunya wanita yang menikah itu juga diharapkan untuk terlibat dalam bisnis keluarga dan akhirnya akan menjadi pengurus utama dalam keluarga jika ia tua nanti. Pentingnya peran sebagian besar keluarga adalah untuk melestarikan sumber daya rumah tangga dan meneruskannya ke generasi berikutnya seraya menghormati nenek moyang keluarganya melalui praktik berbasis agama-rumah tangga.

Karena menyediakan ahli waris adalah salah satu tugas utama keluarga, mengadopsi anak telah disetujui kapanpun jika diperlukan. Jika keluarga memiliki anak perempuan saja, maka suami berhak untuk mengadopsi anak laki-laki.

Dalam keluarga tradisional, perkawinan dipandang sebagai penghubung antara rumah tangga, dan para anggota . Banyak pasangan muda yang tidak mau menikah .Bahkan, pernikahan tersebut didaftarkan oleh kepala rumah tangga dan pernikahan itu dapat berlangsung hanya setelah pengantin wanita telah membuktikan diri bahwa ia cocok masuk ke dalam keluarga atau ia memang seorang ahli waris.

2.4. Sosiologi Sastra yang tercermin dalam Komik Gokusen

Sosiologi sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah manusia. Karena sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisi. Dari pendapat ini, tampak bahwa perjuangan panjang hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra.


(47)

Komik ini termasuk karya sastra yang diciptakan atau dirilis pada tahun 2000 di mana pada masa itu, sudah tergambar jelas bagaimana interaksi masyarakat Jepang. Dari segi pembangunannya, didalam komik sudah di perkenalkan adanya bangunan-bangunan hebat seperti klub-klub, diskotik, dan tempat-tempat hiburan yang sudah dapat di katakan modern. Begitu juga dengan transport dan fashionnya. Selain itu, di dalam komik juga di paparkan tentang keadaan budaya sosial yang mengandung peristiwa sejarah tentang kehidupan Yakuza. Ryuichiro kuroda yang merupakan generasi ke tiga anggota Yakuza sangat memegang prinsip-prinsip dasar peraturan ke anggotaan Yakuza. Pengarang sendiri sangat memegang atau mengenal tata aturan Yakuza dan menuangkannya dalam komik Gokusen ini. Di tambah dengan alur hidup dan jalan cerita sang tokoh utama Yankumi dan tokoh-tokoh lain menjadikan komik ini, mudah di serap dan diingat ceritanya. Komik ini juga menampilkan sosiologi sastra sebagai karya sastra yang menggambarkan kehidupan seseorang dalam interaksi sosial.

2.5. Setting dalam Komik Gokusen

Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:216) mengatakan bahwa latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tumpuan, menyaran pada pengertian tempat, hubungan, waktu, dan lingkungan social tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Latar memberkan pijakan secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis atau nyata kepada pembaca, menciptakan Susana tertentu yang seolah-olah dan sungguh-sungguh ada atau terjadi. Pembaca dengan


(48)

demikian merasa dipermudah untuk menggunakan daya imajinasinya, di samping dimungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang latar.

Nurgiyantoro (1995:227) mengungkapkan bahwa unsur latar dapat dibedakan dalam tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya.

A. Latar tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan, atau tidak bertentengan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Deskripsi tempat secara teliti dan realistis ini penting untuk mengesani pembaca seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadi yaitu di tempat dan waktu seperti yang diceritakan itu.

Pada komik Gokusen ini, Kozueko morimoto mengungkapkan beberapa tempat-tempat yang menjadi tempat umum yang sering muncul dalam cerita seperti SMA Shirokin, distrik Shirokin, distrik Kamiyama, dan tempat-tempat lain yang menjadi latar tempat dalam komik. Namun ada dalam satu alur cerita


(49)

B. Latar waktu

Latar watu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-pesristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual. Latar waktu juga harus dikaitkan dengan latar tempat dan latar sosial sebab pada kaitannya saling berkaitan.

Dalam komik waktu yang digambarkan pengarang adalah waktu yang berlatarkan tahun 2000 dan terjadi pada saat musim panas berlangsung.

C. Latar sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehiupan sosial masyrakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidupa, cara berfikir dan bersikap dan lain-lain. Disamping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah atau atas.

Tokoh utama Yankumi dalam komik ini, menjalani kehidupan dan menjalani status sosial yang berbeda-beda pada setiap peran yang ia lakoni. Dimana disatu sisi ia adalah seorang guru dan sisi lain ia adalah Yakuza. Semua yang menjadi penjelasan dalam teori latar sosial adalah teori yang juga menjadi paparan dalam komik ini. Mulai dari tata cara kehidupan yakuza dan non yakuza yang berbagai profesi juga dijelaskan tentu saja dengan keadaan yang berbeda-beda.


(50)

2.6 . Sinopsis Cerita

Pada dasarnya alur cerita yang dipaparkan adalah alur cerita yang tak lepas dari kehidupan Yakuza. Namun yang lebih mencolok dari itu semua adalah tentang kehidupan tokoh wanita Kumiko Yamaguchi atau sering dipanggil

Yankumi. Cucu seorang Yakuza generasi ketiga bernama Kuroda. Yankumi adalah

keturunan tunggal generasi kelima dari keluarga Kuroda. Kakeknya yang tidak memiliki keturunan lain akhirnya membesarkan dan merawat Yankumi dikelompok Yakuza yang dipimpinnya. Yankumi pun akhirnya terlibat dalam kehidupan dan kegiatan kelompok. Di dalam kelompok tersebut Yankumi di panggil dengan sebutan “ojo-san” (panggilan untuk sebutan nona dalam kelompok Yakuza). Dari kecil Yankumi sudah dididik keras dan kuat sebagaimana seorang Yakuza.

Cita-cita Yankumi adalah seorang guru. Kuroda sang kakek, tidak dapat menolak keinginan cucu kesayangannya. Sesungguhnya Kuroda dan orang-orang yang ada dalam kelompok tersebut menginginkan agar Yankumi tetap menjadi penerus kalompok Yakuza tersebut. Akhirnya Yankumi diterima menjadi seorang guru di SMA swasta Shirokin, dan di SMA inilah murid-murid Yankumi memanggilnya dengan sebutan Yankumi. Sekalipun menjadi seorang guru,

Yankumi tetap aktif dan bertanggung jawab dalam aktifitas kelompok, terutama

disaat kakeknya berhalangan.

Yankumi adalah guru yang mengajarkan bidang studi matematika, Yankumi juga mengajarkan tentang nilai-nilai moral, ia berusaha menjadi seorang

yang berdedikasi sebagai seorang guru yang bertanggung jawab. Pendekatan-pendekatan yang ia lakukan tidak hanya dalam mata pelajaran, ia mengajarkan


(51)

moral, menanamkan minat belajar pada murid-muridnya dengan berperan lebih dari sebagai seorang sahabat. Disamping dari itu semua Yankumi bersusah payah tetap menjaga rahasia akan identitasnya sebagai Yakuza baik dari murid-muridnya, rekan sekerjanya, bahkan masyarakat luar. Tokoh Yankumi digambarkan memiliki sifat yang keras namun memiliki hati yang lembut dalam komik Gokusen ini.

Gukosen lahir menjadi sebuah komik lewat tangan seorang artis Kozueko Morimoto, yang berfokus awalnya adalah bercerita tentang interaksi antara ibu

dan anak. Komik pertamanya lahir pada Tahun 1990 dengan judul I’m a Mother! Yang dipublikasikan oleh You Comic. Tidak ada cerita gangster disini, ketujuh seri volume ini berisi tentang esai lucu tentang pengasuhan anak, mencari pembaca wanita melalui proses lahir hingga hari pertama di sekolah, dan seterusnya. Dia berakting pada Medical Intern Nanako pada tahun 1994, sebuah film komedi tentang seorang mahasiswa yang melanjutkan sekolah di rumah sakit pendidikan setelah lulus. Pada tahun 1990 ia juga mengikuti beberapa cerita mini seri This is Lady Mama dan Mystery Mama.

Tahun 1990 berakhir, Morimoto menyerah pada hal-hal yang berbau keibuan, dia menemukan suatu minat bekaitan dengan komiknya. Pada tahun 1998, Takashi Sorimachi bintang film papan atas berperan sebagai pahlawan guru pria dalam seri GTO. Sementara itu, channel televisi jepang, WOWOW mulai menyiarkan seri amerika yang sudah diterjemahkan berjudul Sorrowful Mafia dalam cerita ini kehidupan gangster sudah dikenalkan, gangster-gengster yang mengikuti perkembangan gaya sesuai zaman, dan pada saat ini jugalah Gokusen lahir.


(52)

Dalam versi live-action stasiun tv NTV, artis Yukie Nakama harus menggali kemampuannya dalam seri yang mengharuskan ia mengejar penjahat. Sebagai seorang sirkus pintar yang jahat dalam Conjuror of Trick, ia juga berperan sebagai seniman photofit dan kadang-kadang menjadi seorang detektif Face. Tapi Nakama adalah artis yang tidak asing lagi untuk memainkan peran yang tersembunyikan, waktu yang terbaik untuknya adalah ketika ia berperan menjadi seorang wanita yang suaminya menikah dengan wanita lain dalam False

Love, dan berperan sebagai gadis yang menjalin ikatan cinta dengan seorang yakuza dimana kakak perempuannya juga berkencan dengan pembunuh Rusia

dalam Love 2000. Dalam seri Gokusen ini juga ada bintang baru Juni Matsumoto yang berperan sebagai pimimpin kelas 3-D ( Shin Sawada). Bintang pop dalam boy-band Arashi, Matsumoto tidak asing lagi dalam serial-serial adaptasi komik,setelah membintangi versi live action dari kedua serial You Are My Pet dan


(53)

BAB III

ANALISIS SOSIOLOGI TOKOH “YANKUMI” DALAM KOMIK GOKUSEN KARYA KOZUEKO MORIMOTO

3.1 Yankumi di Lingkungan Sekolah Cuplikan 1:

Pada saat kelas matematika

Yankumi :Kalian mengerti pelajaran tadi kan? Setelah pulang kalian pelajari lagi ya!! Kumohon

Murid 1 : Yankumi kelihatannya semangat banget di pelajaran hari ini

Yankumi :Itu.. sebenarnya, besok ada kelas penelitian

Murid 2 :Eeh? Kelas penelitian itu, artinya ada banyak guru yang datang melihat pas pelajaran kan?

Yankumi : Iya, artinya ada juga guru dari sekolah lain yang datang Murid 2 :Eeugh….(menggerutu)

Murid 1 : (memandang murid 2) kamu orang baru sih..

Yankumi :Karena itu, besok kita ulangi lagi pelajaran hari ini…kumohon kalian semua berusaha ya.. .(jilid 1 halaman 72,73)

Analisis

Dalam cuplikan dialog di atas dapat dilihat pada jangkauan interaksi sosialnya dimana Yankumi yang seorang guru meminta setengah memerintah murid-muridnya untuk tetap mengulangi pelajaran yang telah diberikannya. Dialog yang disampaikan oleh murid kedua pun merupakan dialog antar teman.


(54)

Tidak tercermin adanya kesopanan ataupun menghargai gurunya seperti sebutan “sensei” dan Yankumi juga tidak keberatan dengan sebutan yang ditujukan padanya. Dialog tersebut menunjukkan adanya hubungan kekerabatan yang dekat. Seperti yang dijelaskan pada Bab II bahwa sudah tercerminnya Seito shidou dan

seikastsu shidou yaitu pembimbingan dan pembinaan kepada siswa berupa

pengarahan tentang perkembangan siswa (seito shidou) dan kebiasaan sehari-hari (seikastsu shidou) serta penanganan kelas (gakyyu keiei). Dalam hal ini setiap guru diharuskan untuk memahami jiwa anak, sikap, perilaku dan perkembangan jasmani dan rohaninya dan mampu mengarahkannya kepada kebiasaan belajar dan semangat hidup hal ini terbukti pada saat Yankumi memohon bantuan kepada murid-muridnya untuk bekerja sama dengan cara mengulangi pelajaran dirumah agar pada saat kelas penelitian, murid-muridnya dapat mengikuti ataupun menjawab pertanyaan dari pelajaran tersebut. Yankumi merupakan seorang yang pantang menyerah, dia tetap mengarahkan tindakan yang benar kepada murid-muridnya dalam mengikuti pelajaran.

Cuplikan 2

Pada siang hari di SMA Shirokin Yankumi sedang menunggu murid-muridnya untuk mengikuti pelajaran tambahan yang dia buka.

Fujiyama : Wooi, kamu masih berusaha?

Yankumi :Iya, yah.. mungkin sia-sia, tapi setelah bilang akan ada pelajaran tambahan, paling nggak aku harus nunggu

Fujiyama :Walah.. bu Yamaguchi, sepertinya penantianmu ada hasilnya


(55)

(beberapa siswa datang ke sekolah untuk mengikuti pelajaran tambahan) Noda : Met siang

Yankumi : Buat apa kalian kesini? ( tampak terkejut dan tidak percaya beberapa siswa mengikuti tambahan pelajaran) (Dengan begini, pelajaran tambahan yang pertama sejak dibukanya SMA Shirokin pun jadi kenyataan.. namun, dalam hasil ujian hari sama sekali nggak terlihat manfaat pelajaran tambahan itu.) (jilid 2 halaman 102-104).

Analisis

Cuplikan dialog diatas menggambarkan keadaan dimana usaha Yankumi untuk mengajar dan membuat siswa-siswanya mengerti akan pelajaran yang ia sampaikan dengan cara membuat kelas tambahan, walaupun tidak seluruh siswanya hadir, tapi yankumi tidak kecewa akan penghargaan siswa yang mau mengikuti tambahan pelajaran.jadi, dari cuplikan di atas tergambar jelas sikap Yankumi yang pantang menyerah. Sosialisasi Yankumi sebagai seorang guru ditunjukan akan sifat yang setia mendidik siswa-siswanya.

Cuplikan 3

Ketika Yankumi akan mengajar dan berpapasan dengan wakil kepala sekolah dan berbicara sedikit tentang festival SMA yang akan di adakan sekolah.

Wakil kepsek :Sama sekali tidak.. ah.. sulit juga bicara dengan wali kelas tanpa common sense seperti anda. Pamflet festival sekolah akan dikirim ke dewan sekolah dan asosiasi pendidikan kan?


(56)

Yankumi : Tapi,para murid jarang sekali bersemangat sepeerti ini, jadi aku akan membiarkan mereka melakukannya.

Wakil kepek :Kalau sampai terjadi masalah, aku tidak akan bertanggung jawab sedikitpun lho.

Yankumi :Tidak apa-apa sebagai wali kelasnya, akulah yang bertanggung jawab untuk semuanya. .(jilid 1 halaman 184)

Analisis

Dalam cuplikan di atas dijelaskan bahwa Yankumi adalah guru yang membuat suatu acara berbeda pertama pada festial yang di adakan SMA Shirokin, maka dari itu wakil kepala sekolah tidak mengizinkan adanya acara tersebut tanpa mengetahui kemampuan siswa-siswanya. Yankumi yang telah mempelajari sifat dan karakter para siswanya berani mengambil langkah untuk mengadakan acara tersebut. Jelas sekali adanya pendekatan dan adanya Shinrou Shidou yaitu kemampuan mengarahkan siswa berdasarkan keinginannya, bakat dan kemampuan akademiknya, baik secara pribadi maupun bekerjasama dengan keluarga anak. Yankumi memilih untuk bertanggung jawab dalam mengambil langkah yang cukup berani dengan mengadakan host club yang merupakan bagian dari acara berbeda yang bernuansa anak muda

3.1.2 Yankumi di Lingkungan Keluarga Cuplikan 1

Pada saat itu, yankumi baru pulang dari sekolah dan langsung menyapa kakeknya, Ryuichiro Kuroda


(57)

Yankumi :Sepertinya bakalan lumayan sulit kek, sedikit saja aku lengah, mereka pasti akan mengincarku.

Ryuichiro : Kalau begitu biar kubereskan.. Yankumi : Duh, rasanya nggak perlu deh

Ryuiichiro : Yah, kalau kamu bisa jaga diri, kamu mampu mengalahkan seluruh yakuza di keluarga Kuroda ini, karena kamu adalah satu-satunya cucuku, Ryuichiro Kuroda.

(kemudian Kuroda terdiam dan berbalik)

Ryuichiro : Kamu.. padahal kakek pikir, biarpun kamu perempuan, kamu akan mewarisi klan ini sebagai pemimpin generasi ke-4.. tapi, malah jadi guru.. keluarga Kuroda ini pun habis di generasi ku.(jilid 1 halaman 33)

Analisis

Cuplikan di atas adalah gambaran dimana pada dasarnya kehidupan ataupun organisasi Yakuza itu harus diteruskan. Ryuichiro menyesalkan keputusan Yankumi yang menjadi guru. Sifat dan watak Yankumi juga tergambar pada cuplikan diatas Yankumi yang sebenarnya merupakan orang yang berwatak keras harus tetap menjaga hati dan pikirannya untuk tidak melakukan tinadakan-tindakan yang memungkinkan identasnya sebagai seorang yakuza terbongkar bahkan ia melarang kakeknya untuk tidak turun tangan dalam menghadapi masalahnya sendiri.


(1)

Yankumi : Kakek tidak ada hubungannya dengan ini!! Kakekku memang seorang Yakuza tapi jauh lebih baik darimu!! Ayah shin : Apa katamu?

Yankumi : Kamu tadi tanya, kan? Kenapa aku sebagai penerus keluarga ini bekerja sebagai guru? Beda denganmu (Yankumi berteriak marah sambil menunjuk wajah ayah Shin) kakekku tidak memaksakan kehendaknya pada anak!!

Tiba-tiba Ryuichiro keluar dari ruangannya ingin mengetahui kejadian yang sebenarnya.(jilid 6 halaman 47).

Analisis

Cuplikan di atas menunjukan bahwa perkataan Yankumi telah memukul moral seorang polisi yang berpengaruh di daerah itu. Ketidak akuran antara kelompok Yakuza dan polisi dalam kehidupan Yakuza kenyataannya juga seperti itu. Yakuza selalu menghindar akan keberadaan polisi. Karena dibalik kacamata polisi, Yakuza itu adalah masyarakat yang selalu membuat onar dan kejahatan. Yankumi adalah seorang anak yang membela keluarganya. Yankumi seorang anak yang bebas mengeluarkan pendapat dan keinginan ia tidak pernah dikekang oleh kakeknya.


(2)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Setelah membahas mengenai tokoh utama Yankumi dalam skripsi yang berjudul “Analisis sosiologis tokoh “Yankumi” dalam komik Gokusen karya Kozueko Morimoto”, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Komik Gokusen adalah komik karya Kozueko Morimoto merupakan salah satu komik Jepang, yang sangat menarik dan sangat digemari oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Bukan hanya di jepang tapi juga menyebar keseluruh dunia. Komik Gokusen ini mengisahkan Yankumi seorang cucu Yakuza. Yankumi menjalani dua peran dalam hidupnya sebagai yakuza dan sebagai seorang guru

2. Dalam komik menampilkan kehidupan Yakuza yang menjadi latar belakang ataupun setting cerita dalam komik ini, Selain Yakuza, dalam komik ini diceritakan tentang kehidupan Yakuza yang sudah modern, namun masih harus tetap berada di aturan-aturan kehidupan Yakuza. Juga ditampilkan kehidupan tahun 2000 dimana pendidikan pada tahun itu sudah mengikuti standar pendidikan Jepang.

3. Komik Gokusen ini adalah hasil karya Kozueko Morimoto, dimana Kozueko Morimoto menampilkan kehadiran tokoh Yankumi sebagai tokoh utamanya. Yankumi adalah generasi ke-empat kelompok Yakuza bernama Kuroda namun berprofesi sebagai guru. Yankumi mengajarkan moral dan kebaikan dalam kelompok Yakuza tersebut di kalangan masyarakat dan siswa-siswanya juga mengajarkan tentang pembelajaran hidup.


(3)

4. Banyak persamaan dan perbedaan antara kehidupan Yakuza dalam kehidupan nyata dengan yakuza yang diceritakan dalam komik Gokusen. Dalam kenyataanya wanita tidak dperbolehkan menjadi yakuza. Sedangkan dlam komik Gokusen wanita itu menjadi bos kelompok dan diistimewakan keberadaannya. Dalam komik Gokusen juga dipaparkan bahwa kelompok Yakuza Kuroda tidak mengganggu masyarakat, namun sebaliknya, para Yakuza cenderung menjaga aktifitasnya agar tidak meresahkan masyarakat. Yankumi, sebagai tokoh utama membaktikan dirinya sebagai pekerja sosial. Dalam kenyataan sesungguhnya jika menjadi seorang yakuza berarti harus meninggalkan semua aktifitas luar kelompoknya. Tidak ada lembaga sosial yang mau mempekerjakan Yakuza. Yakuza juga di kenal sebagai organisasi yang masih menjalankan tradisi lamanya yaitu dengan memotong jari kelingkingnya dan menatoo seluruh tubuhnya.

5. Tokoh Yankumi adalah tokoh yang digambarkan memiliki karakter yang gemar menolong sesama baik dalam pekerjaan sebagai yakuza maupun sebagai guru dan ditengah-tengah masyarakat, Yankumi suka menolong sesama. Di lingkungan sekolah tempat ia mengajar Yankumi memiliki sifat yang peduli terhadap siswa-siswanya dan rekan-rekan sepekerjaan. Yankumi memiliki sifat pantang menyerah dan sabar dalam menghadapi semua masalah yang ada. Di keluarga juga, Yankumi adalah anak yang menuruti perintah kakeknya dan sayang terhadap keluarga.


(4)

4.2 Saran

Melalui skripsi yang berjudul “Analisis sosiologis tokoh “yankumi” dalam komik Gokusen karya Kozueko Morimoto “, penulis berharap agar komik yang merupakan salah satu alternatif yang dijadikan menusia untuk mendapatkan kesenangan, namun sekiranya tidak dijadikan sebagai hiburan saja. Tetapi, saat membaca komik berusahalah untuk memahami makna yang terkandung serta nilai-nilai positif yang ada sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Contohnya, melalui komik Gokusen kita dapat menambah wawasan tentang kehidupan Yakuza, pola interaksi di sekolah-sekolah Jepang dan bagaimana moral kita dalam menyikapi kejahatan disekeliling kita.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Citra, Exe. 2006. Analisis Gakkyu Houkai Sebagai Wujud Sisi Gelap System Pendidikan di Jepang dalam Komik Great Teacher Onizuka Karya Tooru Fujisawa.(Skripsi): Departemen Sastra Jepang Fakultas Sastra USU: Medan.

Debby, Meika. 2009. Analisis Kehidupan Yakuza dalam komik Gokusen karya Kozueko Morimoto.(Skripsi): Departemen Sastra Jepang Fakultas Sastra USU: Medan.

Dwi Heru Sukoco. Masalah Sosial dan Keberfungsian Sosial, dalam Edi Suharto. (editor). 2004. Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial : Konsepsi dan Strategi: Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI.

Endaswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra Edisi Revisi. Yogyakarta : Media Pressindo.

Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta : Muhammadiyah University Press 2001

Luxemburg, Jan Van. 1992. Pengantar Ilmu Sastra Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Morimoto,Kozueko. 2000. Gokusen Jilid 1-10 (terjemahan). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.


(6)

Ratna, Nyoman Kuta. 2002. Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Shadilly, Hasan. 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Su’adah. 2005. Sosiologi Keluarga. Malang : UMM Press 2003. Wiyarti, Sri. 2008. Sosiologi. Surakarta : UNS Press.