BAB III ANALISIS KESETIAAN PADA TOKOH-TOKOH SAMURAI DALAM
KOMIK SHANAOU YOSHITSUNE
3.1. Riwayat Hidup Pengarang
Sawada Hirofumi adalah komikus Jepang yang lahir pada tanggal 12 September. Sawada Hirofumi merupakan salah satu komikus yang cukup terkenal
di Jepang. Komik karangannya Shanaou Yoshitsune ini telah mendapatkan penghargaan komik Kodansha pada tahun 2004. Selain Shanaou Yoshitsune,
Sawada Hirofumi juga telah mengarang komik berjudul Sanzouku Ou Raja Perampok Gunung, dan Inu Samurai Samurai Anjing.
3.2. Sinopsis Cerita
Kisah ini berawal pada abad 21, dimana sekelompok arkeolog yang sedang mengadakan penelitian menemukan bukti bahwa sebenarnya Minamoto no
Yoshitsune, seorang jenderal perang legendaris di Jepang yang ahli dalam menyusun strategi perang, telah meninggal dunia saat masih berumur 16 tahun.
Padahal menurut sejarah, ia baru meninggal pada umur 30 tahun setelah ia berhasil membantu kakaknya. Minamoto no Yoritomo, menjadi Shogun pertama di
Jepang. Dari sini, setting cerita pindah ke pertengahan abad 12, masa dimana klan Heike berkuasa, masa dimana Yoshitsune tumbuh dewasa sebagai seorang tahanan
di rumahnya sendiri. Pada pertengahan abad 12, di Jepang baru saja terjadi perang saudara yang
dikenal dengan pemberontakan Heiji. Ada dua keluarga samurai yang terkenal
Universitas Sumatera Utara
yang saling bertikai pada perang tersebut, mereka adalah keluarga Taira klan Heike dan keluarga Minamoto klan Genji. Perang berakhir dengan kekalahan
klan Genji dan sebagai akibatnya hampir seluruh keluarga Minamoto termasuk Minamoto no Yoshitomo, pemimpin klan Genji dieksekusi oleh keluarga Taira.
Hanya ada beberapa keturunan Minamoto yang dibiarkan hidup dan kehidupan mereka diawasi secara ketat oleh keluarga Taira.
Minamoto no Yoritomo sebagai putra tertua Minamoto no Yoshitomo diasingkan dan ditaruh di bawah pengawasan keluarga Itou yang setia kepada klan Heike.
Saudara tiri Yoritomo, Minamoto no Noriyori juga diasingkan. Sedangkan Yoshitsune sebagai putra termuda, dibiarkan tinggal dengan ibu kandungnya,
Tokiwa Gozen, yang telah menikah lagi dengan Fujiwara no Naganari, salah seorang menteri berpengaruh di pemerintahan. Walaupun begitu, kehidupan
Yoshitsune yang lebih dikenal dengan nama kecilnya, Ushiwakamaru tetap diawasi secara ketat oleh klan Heike. Ia bahkan tidak diijinkan untuk keluar dari
rumah tempat tinggalnya. Taira juga mengharuskannya untuk menjadi biksu saat ia beranjak dewasa. Hal ini semua dilakukan oleh klan Heike semata-mata untuk
menjauhkan kemungkinan akan bangkitnya keluarga Minamoto yang mencoba untuk melakukan balas dendam dan hal ini tentu saja dapat mengancam
keberadaan keluarga Taira apabila terjadi. Dengan keadaan yang seperti itu, tentu saja sang ibu, Tokiwa Gozen
merasa khawatir akan nasib anaknya kelak. Berada di bawah pengawasan dan kendali dari keluarga Taira tentu saja membuat nasib anaknya, Ushiwakamaru
berada dalam ancaman. Karena bisa saja sewaktu-waktu sang pemimpin klan Heike, Taira Kiyomori berubah pikiran dan memerintahkan untuk membunuh
Universitas Sumatera Utara
Ushiwakamaru, putra bungsu dari musuhnya, Minamoto no Yoshitomo. Sang ibu pun merasa kasihan terhadap anaknya, Ushiwakamaru. Dan ia mulai menyusun
sebuah rencana agar anaknya tersebut dapat keluar dari pengawasan klan Heike dan bersembunyi di kediaman keluarga Mitsuhito Fujiwara, kerabat dari
Naganari Fujiwara, suami ibunya saat ini. Melalui sebuah ramalan dari seorang ahli yin-yang yang bernama Shiran,
yang memiliki kemampuan melihat masa depan, nasib dan memahami dewa baik dan jahat. Sang ibu menemukan seorang anak bernama Hyouta dari kelompok
akrobat jalanan Nokishita Ichiza, yang memiliki wajah teramat mirip dengan anaknya Ushiwakamaru. Sang ibu berencana mencari anak yang dapat
menggantikan posisi Ushiwakamaru di saat Ushiwaka pergi. Hal ini dilakukan agar keluarga Taira tidak merasa curiga bahkan mengetahui bahwa Ushiwaka
telah melarikan diri, karena apabila mereka mengetahui hal tersebut, tentu saja mengancam hidup Ushiwaka bahkan sang ibu dan suaminya.
Saat itu Ushiwaka berumur 7 tahun, begitu juga dengan Hyouta. Ushiwaka menyamar menjadi Hyouta , sedangkan Hyouta menjadi Ushiwaka. Ushiwaka
akhirnya keluar dari rumah kediamannya dan pergi bersama teman-teman Hyouta, bergabung menjadi pemain akrobat jalanan Nokishita Ichiza. Sedangkan Hyouta
hidup di dalam kediaman Fujiwara Naganari bersama sang ibu, Tokiwa Gozen. Saat itu Hyouta tidak mengerti mengapa ia harus menggantikan posisi
Ushiwaka, yang ia tahu, ia dapat merasakan hidup enak, tidak kelaparan, memiliki tempat tinggal tetap, pakaian yang bagus serta ibu yang penyayang. Dan teman-
teman satu kelompok akrobatnya pun diberikan uang yang cukup banyak saat pergi dengan Ushiwaka.
Universitas Sumatera Utara
Tetapi dengan cepat Hyouta mengetahui alasan mengapa ia menggantikan posisi Ushiwaka. Hyouta merasa kasihan dengan nasib Ushiwaka yang sedari
kecil tidak diperbolehkan keluar rumah. Dan ia pun mulai menjalani hidup barunya dengan caranya sendiri. Hyouta merupakan anak yang kuat, cerdik,
panjang akal, jago akrobat dan bela diri. Sedangkan Ushiwaka merupakan anak rumahan yang selalu belajar, lemah karena memiliki penyakit tetapi jago dalam
memainkan seruling. Hyouta memainkan peran yang sangat baik sebagai Ushiwaka, bahkan ia
pun menjadi benci terhadap keluarga Taira, terutama terhadap Taira Kiyomori. Dengan kecerdikan Hyouta, ia dapat mengahadapi tantangan dari orang-orang
yang ditugaskan untuk mengawasinya. Mulai dari para samurai pengawas hingga Kamuro, yaitu kelompok remaja yang bertugas sebagai mata-mata klan Heike.
Tetapi pemimpin dari para samurai pengawas tersebut mulai simpatik dengan Hyouta, bahkan ia mulai mengabdi terhadap Hyouta kecil tersebut.
Selama berganti peran tersebut, Hyouta dan Ushiwaka menjadi sangat akrab seperti bersaudara, meskipun mereka hidup terpisah. Bahkan Hyouta rela
mengorbankan dirinya ketika Ushiwaka dan teman-teman akrobatnya berada dalam bahaya. Ketika Hyouta berusaha lepas dari para pengawas demi
mengantarkan obat buat Ushiwaka dan menolong Ushiwaka dan teman-temannya dari para perampok.
Tetapi ketika Hyouta menghadapi Kamuro, mata-mata klan Heike yang dikirim untuk mengawasinya di rumah, Hyouta dan ibunya hampir saja dibunuh.
Karena ibunya tidak hati-hati dalam berucap, Kamuro melaporkan kepada Taira Kiyomori bahwa ibunya telah mencoba mengajarkan kepada anaknya untuk
Universitas Sumatera Utara
melawan keluarga Taira. Dan tentu saja hal ini membuat marah Kiyomori sehingga ia memberikan hukuman kepada Hyouta dan ibunya untuk melakukan
bunuh diri dihadapannya. Tetapi Kiyomori berubah pikiran, ia melepaskan Tokiwa dari hukuman sedangkan Hyouta yang berperan sebagai Ushiwaka, diharuskan
tinggal di sebuah kuil di gunung yang bernama Kurama, dan hidup menjadi seorang biksu. Karena apabila menjadi biksu, maka Hyouta alias Ushiwaka harus
melepaskan diri dari hal-hal luar dan nafsu duniawi, seperti balas dendam. Dan tentu saja ini membuat hati Kiyomori lega dari ancaman balas dendam keturunan
Minamoto no Yoshitomo, musuhnya. Namun dugaan Kiyomori salah besar, karena disinilah dimulai usaha balas
dendam tersebut. Selama tinggal di kuil Kurama, Hyouta tidak langsung menjadi biksu melainkan tetap seperti anak biasa. Di kuil Kurama, Hyouta mendapat
ajaran berpedang dari seseorang yang misterius yang memakai topeng Tengu, ia dilatih diam-diam di dalam hutan dekat kuil Kurama tanpa diketahui oleh
siapapun. Dan setelah beberapa tahun kemudian Hyouta mulai menyadari bahwa Tengu yang melatihnya adalah Tuan Gazan, pemimpin kelompok samurai yang
bertugas mengawasinya ketika masih berada di rumah kediaman ibunya. Tuan Gazan tersebut kagum akan keberanian dan kecerdikan Hyouta, dan ia bertekad
untuk mengabdikan diri kepada Hyouta meskipun harus mengkhianati tuannya, Taira Kiyomori.
Oleh karena keadaan Ushiwaka asli yang lemah karena memiliki penyakit, setelah berada setahun di dunia luar, maka ia memutuskan untuk kembali ke
rumahnya dan hidup di dalam gudang buku rumahnya tanpa keluar sekali pun. Tetapi ia tetap berusaha menutup keberadaan dirinya dari pengawasan keluarga
Universitas Sumatera Utara
Taira. Ia tetap menginginkan keluarga Taira menganggap Hyouta lah Ushiwaka. Karena dengan begini maka amanlah nyawa Hyouta dan ibunya jika pergantian
posisi ini tetap dilakukan. Ushiwaka tidak berdiam diri saja, melainkan belajar membuat strategi
perang. Ia menyadari tidak dapat berbuat apa-apa, karena apabila dipaksakan akan membuat orang-orang yang ia sayangi akan berada dalam bahaya. Apalagi
menurut Shoran, sang ahli yin-yang, meramal bahwa ia akan meninggal karena penyakit yang dideritanya. Walaupun tidak diketahui kapan saat itu akan tiba,
Ushiwaka mulai bersiap-siap untuk menghadapinya. Yaitu dengan
mempersiapkan suatu strategi perang dalam menghadapi klan Heike yang kelak akan ia sampaikan kepada Hyouta di saat mereka akan bertemu kembali.
Ushiwaka percaya dan yakin bahwa hanya Hyouta lah yang dapat melanjutkan cita-citanya untuk mengalahkan Taira Kiyomori kelak, di saat ia telah meninggal
dunia. Selama hidup berpisah banyak hal yang dilalui oleh Ushiwaka, terutama
Hyouta. Selama berada di kuil Kurama ia banyak menghadapi banyak hal yang buruk. Hyouta yang dianggap Ushiwaka oleh klan Heike, berusaha melakukan
usaha percobaan pembunuhan terhadap Hyouta. Tetapi selalu gagal karena banyak orang yang melindungi dia di Kurama dan karena kecerdikan Hyouta juga. Dan
walaupun hidup terpisah Ushiwaka tetap memberikan ajaran mengenai taktik perang yang dipelajarinya melalui surat-surat yang dikiriminya kepada Hyouta
yang tinggal di Kurama. Setelah sembilan tahun hidup berpisah Hyouta dan Ushiwaka pun
akhirnya bertemu. Dan di saat mereka bertemu kembali, Hyouta dan Ushiwaka
Universitas Sumatera Utara
membuat sumpah untuk bergabung mengalakan klan Heike dan tetap melanjutkan perjuangan Ushiwaka sebagai keturunan samurai dari klan Genji dalam berperang
meskipun kelak ramalan Shoran akan terjadi. Mereka juga membuat sumpah menjadi saudara sehidup semati. Hal ini berarti menjadikan Hyouta menjadi
seorang keturunan samurai juga. Setelah pertemuan tersebut, tidak berapa lama kemudian penyakit
Ushiwaka semakin memburuk. Sehingga Ushiwaka meminta Hyouta agar datang menemuinya di gudang buku tempat Ushiwaka selama ini tinggal. Setelah
kedatangan Hyouta, Ushiwaka tidak membuang waktu untuk memberitahukan hal penting dalam mengalahkan klan Heike, yaitu sebuah taktik perang yang bernama
ajaran Rikuto. Ini adalah ajaran terakhir dan terpenting mengenai taktik perang yang haarus diberitahukan Ushiwaka kepada Hyouta sebelum ajal menjemput.
Ajaran Rikuto adalah ajaran mengenai lima hal yaitu keberanian yuu, kebijaksanaan chi, kebajikan jin, kepercayaan shin dan kesetiaan chuu.
Ushiwaka meminta Hyouta untuk menemukan 5 orang yang memiliki sifat-sifat tersebut.
Seseorang yang memiliki yuu keberanian tidak mengenal rasa takut sehingga tidak akan dihina oleh orang. Seseorang yang memiliki chi
kebijaksanaan akan mampu menghadapi segala situasi. Seseorang yang memiliki jin kebajikan akan selalu dihormati orang. Seseorang yang memiliki shin
kepercayaan tidak akan menipu orang sehingga mendapat kepercayaan. Dan terakhir adalah seseorang yang memiliki chuu kesetiaan tidak akan berkhianat.
Universitas Sumatera Utara
Maka menjadi tugas Hyouta lah untuk mengumpulkan ke lima orang dengan masing-masing sifat tersebut dan Hyouta lah yang akan memimpin
mereka sebagai seorang jenderal samurai menggantikan Ushiwakamaru. Setelah memberitahukan hal tersebut kepada Hyouta akhirnya
Ushiwakamaru menghembuskan nafas terakhirnya. Dan dengan kepergian Ushiwakamaru maka semakin dipertegaslah jati diri Hyouta sebagai
Ushiwakamaru, salah satu keturunan pemimpin samurai dari klan Genji. Bukan lagi Hyouta salah satu pemain akrobat dari kelompok Nokishita Ichiza. Hyouta
telah pergi dan terbakar bersama jasad Ushiwakamaru asli dan menjadi abu. Langkah awal Hyouta dalam mewujudkan cita-cita Ushiwakamaru adalah
ia harus lepas dari kendali klan Heike. Oleh karena itu ia harus keluar dari kuil Kurama tempat ia diasingkan sampai tiba saat ia harus dinobatkan menjadi biksu.
Melalui bantuan seorang pedagang emas keliling bernama Kichiji, yang merupakan utusan dari Fujiwara Naganari, suami dari ibunya, Hyouta akan
diantar menuju Hiraizumi di Oushu Jepang bagian utara, tempat wilayah dimana kekuasaan klan Heike tidak berpengaruh disana. Di Hiraizumi merupakan
wilayah pimpinan dari tuan Oushu Fujiwara, dimana terdapat seratus tujuh puluh ribu tentara berkuda yang sangat kuat dan wilayah kekuasaan dari pada Oushu
Fujiwara ini sangat kaya akan emas sehingga rakyat makmur. Alasan mengapa Hyouta harus ke Hiraizumi, adalah karena tuan Oushu Fujiwara memiliki
hubungan yang erat dengan klan Genji, dan hal ini menjadi awal yang bagus bagi Hyouta. Sekarang usaha Hyouta adalah berusaha mendapatkan simpatik dan
kepercayaan daripada Oushu Fujiwara agar mau berpihak kepadanya dan membantu melakukan serangan terhadap Taira Kiyomori.
Universitas Sumatera Utara
Dengan bantuan para biksu yang tinggal di kuil Kurama akhirnya Hyouta, yang memiliki panggilan Shanaou ketika berada di kuil Kurama, berhasil keluar
dari pengawasan pengikut klan Heike. Para biksu di kuil Kurama simpatik dan kagum akan kebaikan dan kecerdikan Shanaou Hyouta selama berada di
Kurama. Para biksu merasa sayang bahkan kasihan akan jalan hidup Shanaou yang harus berada dalam kendali klan Heike yang kejam.
Sebelum melakukan perjalanan ke Hiraizumi, Shanaou Hyouta tinggal beberapa hari di rumahnya untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan
selama melakukan perjalanan. Dan ketika berada di rumahnya Shanaou bertemu dengan sahabat kecilnya yang bernama Musashibou Benkei. Benkei merupakan
biksu yang pernah tinggal di kuil Kurama. Benkei merupakan biksu yang unik, fisiknya yang sangat besar seperti raksasa membuat dirinya dikucilkan diantara
para biksu lain, ia dianggap aneh dan jelmaan dari setan. Tetapi hanya Shanaou lah yang tidak menganggap ia aneh, Shana tetap menjadikannya sebagai teman.
Bahkan sejak itu mereka menjadi sahabat. Dan Benkei sangat senang terhadap Shana yang mau menjadi sahabat dan tidak menganggap dirinya aneh.
Tetapi mereka tidak dapat tinggal bersama dalam waktu yang lama, karena Benkei harus kembali ke kuil tempat ia semula tinggal. Namun, di hati Benkei
sosok Shana akan selalu tinggal dan tidak akan pernah terlupakan oleh Benkei seumur hidupnya. Shana lah sahabat pertama dan satu-satunya bagi Benkei yang
menerima dirinya sebagai manusia biasa. Setelah berpisah beberapa tahun, Shana dan Benkei akhirnya bertemu
kembali dan Benkei bukan lagi seorang biksu. Karena ia telah diusir dari kuil akibat difitnah telah membakar kuil tempat Benkei tinggal. Setelah Benkei diusir
Universitas Sumatera Utara
dari kuil, ia berusaha agar bertemu dengan Shanaou. Dan akhirnya pertemuan itu terjadi Shana dan Benkei sangat senang.
Hari keberangkatan Shana menuju Hiraizumi pun semakin dekat, dan Shana pun mengajak Benkei untuk turut serta dalam perjalanan ini dan turut
membantu Shana dalam mewujudkan cita-citanya untuk mengalahkan klan Heike. Benkei dengan sangat senang hati menerima tawaran Shana tersebut, karena bagi
Benkei, Shana adalah sahabat sejatinya dan ia rela melakukan apa saja bagi Shana. Oleh karena itu, Shana menjadikan Benkei sebagai salah satu pengikutnya
yang memiliki chuu kesetiaan, yaitu orang yang tidak akan pernah mendua hatinya atau berkhianat.
Maka tibalah hari dimana Shana memulai perjalanannya menuju Hiraizumi. Banyak hal yang dialami oleh Shanaou dan rombongannya, apalagi
Kiyomori telah mengetahui bahwa Shana telah melarikan diri dari kuil Kurama. Kiyomori berusaha agar Shana dapat segera dibunuh sebelum Shana berhasil tiba
di Hiraizumi. Kiyomori menyebarkan berita tidak baik mengenai Shana dan membuat sayembara bagi siapa saja yang berhasil membawa kepala Shana akan
mendapat imbalan yang sangat besar. Sehingga banyak yang berebut agar mendapatkan imbalan yang menggiurkan tersebut, baik bagi kalangan penjahat
bahkan keluarga samurai. Disebabkan oleh keadaan pada saat itu sangat berat, uang sangat berarti untuk menyokong kebutuhan pangan. Seorang kepala keluarga
samurai bernama Iwago Hayate, yang tinggal di suatu desa yang tidak subur dan miskin, pun tergiur. Walaupun ia sangat membenci klan Heike, tetapi demi
kelanjutan hidup desanya maka ia pun rela. Ketika Shana melewati desa tersebut, Iwago Hayate pun menantang Shana agar bertarung dengannya. Pertarungan pun
Universitas Sumatera Utara
tak terelakkan, Iwago Hayate hampir terdesak oleh serangan dari Shana, dan hal ini membuat pengikut Iwago khawatir dan memutuskan untuk memanah Shana.
Hingga Shana terluka oleh panah busu yang beracun milik pengikut Iwago. Hal ini sungguh membuat Iwago Hayate terkejut, karena ia ingin bertarung secara
samurai, satu lawan satu, tanpa ada bantuan dari pengikut masing-masing. Shana tidak marah, demi keselamatan pengikutnya ia rela bila harus mati
dan dipenggal kepalanya. Tetapi Shana memberitahukan kepada Iwago Hayate bahwa Kiyomori pun akan melakukan hal yang sama kepada Iwago saat Kiyomori
tidak lagi membutuhkan tenaganya. Dan saat itu pun Iwago Hayate tersadar dan memutuskan untuk membatalkan membunuh Shana dan tunduk terhadap
Kiyomori. Iwago Hayate menyatakan dukungannya untuk membantu Shana di saat Shana akan bergerak memulai perlawanan terhadap klan Heike. Hal ini tentu
saja membuat Shana senang, karena ia telah mulai mengumpulkan sekutu dalam melawan Kiyomori.
Perjalanan pun kembali dilanjutkan, tetapi Kichiji, pedagang emas yang menuntun Shana menuju Hiraizumi, mengusulkan untuk berpisah hingga tiba di
Shirakawa, gerbang masuk menuju Hiraizumi. Bahkan Kichiji juga menyarankan Shana untuk melaksanakan upacara Genpuku upacara kedewasaan, dimana
Shana harus berganti nama demi keselamatannya sendiri agar tidak ada orang yang memburunya demi sayembara tersebut. Shana pun melanjutkan perjalanan
bersama dengan Benkei. Shana melakukan upacara Genpuku, dan berganti nama menjadi Minamoto no Yoshitsune.
Maka dimulailah perjalanan Shana yang berganti nama menjadi Yoshitsune. Yoshitsune bertemu dengan kepala perampok bernama Isesaburo
Universitas Sumatera Utara
Yoshimori alias Morimasa, yang ternyata masih memiliki ikatan keluarga dengan klan Genji. Mengetahui Yoshitsune adalah putra bungsu dari Minamoto no
Yoshitomo, Morimasa pun memutuskan untuk membantu Yoshitsune dan menjadi pengikutnya. Maka Yoshitsune pun menjadikan Morimasa sebagai pengikut
keduanya yang memiliki yuu keberanian, dimana orang yang memiliki yuu tidak mengenal takut dan takkan dihina oleh orang lain.
Perjalanan dilanjutkan kembali, tetapi Yoshitsune memutuskan untuk singgah ke tempat pengasingan saudara tertuanya yaitu, Minamoto no Yoritomo di
Izu. Sesampai di Izu, Yoshitsune berpikir bahwa Yoritomo akan sangat senang mengetahui dirinya berencana memulai perlawanan terhadap klan Heike. Tetapi
semuanya berlawanan dari pikiran Yoshitsune, Yoritomo menunjukkan sikap bahwa dirinya sama sekali tidak berniat untuk melakukan balas dendam terhadap
klan Heike, bahkan Yoritomo menyarankan agar Yoshitsune mengurungkan niatnya untuk melakukan pemberontakkan tersebut. Yoshitsune awalnya merasa
kecewa terhadap sikap saudara tertuanya tersebut, tetapi ketika Yoshitsune tidak sengaja melihat kitab perang di dekat Yoritomo, maka mengertilah Yoshitsune
bahwa abangnya tersebut sedang menguji kebulatan tekadnya untuk melakukan perlawanan terhadap Kiyomori. Akhirnya Yoritomo pun mengakui kebulatan tekad
adik bungsunya tersebut. Yoritomo pun menunjukkan kesiapannya dalam menghadapi Kiyomori dengan mempelajari banyak kitab strategi berperang,
bahkan Yoritomo menyimpan baju zirah dan pedang milik ayahnya yang ia sembunyikan di ruangan bawah tanah tempat tinggalnya. Melihat hal tersebut
Yoshitsune merasa senang dan yakin bahwa Ushiwakamaru pun merasakan hal sama. Yoritomo menyatakan siap membantu di saat Yoshitsune akan memulai
Universitas Sumatera Utara
pemberontakan melawan Kiyomori, pembunuh ayah mereka, Minamoto no Yoshitomo.
Yoshitsune beserta kedua pengikutnya kembali melanjutkan perjalanan menuju Hiraizumi dan bertemu kembali dengan rombongan Kichiji di pintu
gerbang Shirakawa. Sesampai di Oshu, Yoshitsune dan rombongannya bertemu dengan Satou
bersaudara yaitu, Tsugunobu dan Tadanobu. Mereka adalah keturunan samurai yang mengabdikan diri terhadap Fujiwara Hidehira, penguasa dari Oshu. Dari
beberapa generasi sebelumnya pun telah mengabdi kepada keluarga Fujiwara dan selalu melindungi keluarga tuannya dari bahaya apapun.
Yoshitsune dan Satou bersaudara pun berteman baik, setelah Yoshitsune membantu menghadapi musuh kedua bersaudara ini yaitu, Kuroiwa. Kuroiwa
berusaha menyerang desa tempat Satou bersaudara tinggal yaitu desa Shinobu. Satou bersaudara sungguh merasa berhutang budi terhadap Yoshitsune, terlebih
lagi Yoshitsune merupakan anak dari kerabat baik Fujiwara Hidehira, tuan daripada Satou bersaudara, sehingga mereka pun harus mengabdi kepada
Yoshitsune. Ada satu hal yang sangat membuat Yoshitsune bahagia ketika berada di
Oshu. Ia bertemu dengan saudaranya lagi yaitu, Minamoto no Noriyori. Noriyori merupakan putra keenam dari Minamoto no Yoshitomo. Noriyori pun
menunjukkan kesiapannya untuk ikut dalam rencana perlawanan Yoshitsune terhadap klan Heike dan siap membantu kapan pun Yoshitsune akan memulai
penyeranagan tersebut. Hal ini semakin menambah semangat Yoshitsune dalam mewujudkan cita-cita Ushiwakamaru yang telah meninggal.
Universitas Sumatera Utara
Selama berada di Oushu, Yoshitsune berusaha menarik simpatik tuan Fujiwara Hidehira. Tetapi Yoshitsune melakukannya dengan sangat hati-hati dan
penuh dengan perhitungan. Yoshitsune tidak mau gagal dalam mengumpulkan bantuan pasukan dari Hidehira, karena tentu saja apabila terjadi dapat
menggagalkan usaha penyerangan terhadap klan Heike. Yoshitsune banyak melakukan hal yang tanpa ia sadari Hidehira pun turut
memperhatikan. Hidehira merasa kagum akan keberanian dan kebijakkan Yoshitsune dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. Terlebih ketika
Yoshitsune berhasil membantu Hidehira mengalahkan musuhnya dan berhasil menyelamatkan anak laki satu-satunya, Yasuhira. Hidehira merasa berhutang budi
dan membalasnya dengan bersedia membantu Yoshitsune dalam melaksanakan rencana penyerangan terhadap klan Heike.
3. 3. Analisis Kesetiaan pada Tokoh-tokoh Samurai 3. 3. 1. Hyouta Shanaou Yoshitsune
Hyouta awalnya hanyalah seorang anak yatim piatu yang dirawat oleh seorang kakek tua dimana ia dilatih akrobat bersama dengan keempat anak yang
bernasib sama dengan Hyouta. Tetapi ketika berumur tujuh tahun nasibnya berubah, ia diminta berperan sebagai seorang putra keturunan dari seorang
pemimpin samurai terkenal dari klan Genji, Minamoto no Yoshitomo. Dan Hyouta pun pada akhirnya bukan hanya berperan untuk sementara saja, melainkan selama
hidupnya demi mewujudkan cita-cita Ushiwakamaru, putra asli dari Yoshitomo. Ia pun besar dengan ajaran seorang samurai sehingga jiwa samurai pun tumbuh di
dalam dirinya, dan menjadikan ia sebagai seorang samurai seutuhnya.
Universitas Sumatera Utara