Sejarah Kabupaten Labuhanbatu Utara

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

3.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam

3.1.1 Sejarah Kabupaten Labuhanbatu Utara

Kabupaten Labuhanbatu Utara terbentuk pada tanggal 21 Juli 2008, yang didasari oleh Undang-undang No 23 Tahun 2008 Tanggal 21 juli 2008. Pada waktu Kabupaten Labuhanbatu Utara resmi terpecah dari Kabupaten Labuhanbatu pemimpin sementara pejabat bupati sementara adalah Drs. H.Daud Syah, kemudian bapak Drs. H.Daud syah mengundurkan diri sebagai bupati sementara karena mencalonkan dirinya sebagai bupati, jabatan bupati Kabupaten Labuhanbatu Utara digantikan oleh Bapak H.Asrin Naim sebagai bupati selanjutnya bupati sementara di Kabupaten Labuhanbatu Utara. Sejarah Kabupaten Labuhanbatu Utara tidak terlepas dari sejarahnya Kabupaten Labuhanbatu yang sekarang telah di pecah menjadi tiga kabupaten yaitu Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu induk dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sebelum penjajahan Belanda mamasuki daerah Labuhanbatu, sistem pemerintahan kabupaten bersifat monarkhi yang kepala pemerintahannya disebut sultan atau raja. Kesultanan yang terdapat di wilayah Kabupaten Labuhanbatu pada waktu itu terdiri dari 4 empat kesultanan, yaitu: 1. Kesultanan Kota Pinang berkeduduka n di Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan 2. Kesultanan Kualuh berkeduduka n di Tanjung Pasir Kabupaten Labuhanbatu Utara 3. Kesultanan Panai berkedudukan di Labuhan Bilik Kabupaten Labuhanbatu 4. Kesultanan Bilah berkedudukan di Negri Lama Kabupaten Labuhanbatu Universitas Sumatera Utara Belanda memasuki wilayah Labuhanbatu pada tahun 1861, yang berawal dari kedatangan kesatuan angkatan laut Belanda dipimpin oleh Bevel Hebee ke Kampung Labuhanbatu di hulu Labuhan Bilik sekarang melalui Sungai Barumun. Kemudian di perkampungan tersebut dibangun pelabuhan yang terbuat dari batu beton sebagai tempat pendaratan persinggahan kapal-kapal berbobot 3000 samapai 5000 ton dan berkembang menjadi sebuah perkampungan desa yang lebih dikenal dengan nama “Pelabuhan Batu”. Selama penjajahan Belanda wilayah Labuhanbatu merupakan Onder Afdeling dari wilayah Afdeling Asahan dengan ibukota Tanjung Balai yang dipimpin oleh Asisten Residen bupati, sedangkan Onder Afdeling dipimpin oleh controleur wedana camat. Selanjutnya, pada masa Pemerintahan Jepang sistem pemerintahannya adalah pemerintahan zaman Hindia Belanda dilanjutkan dan yang memonitoring kegiatannya dilaksanakan oleh sultan raja. Setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 17 Oktober 1945 dibentuk Komite Nasional Daerah Labuhanbatu sekaligus di tetapkan Abdul Rahman sebagai kepala pemerintahan. Dengan demikian pada tanggal 17 oktober ditetapkan sebagai Hari Ulang Tahun HUT Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu sebelum dipecah menjadi tiga kabupaten.

3.1.2 Letak Daerah